Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN GUILLAIN – BARRE SYNDROME (GBS)

STASE GADAR

OLEH :

ADELIA RAMADHANTI, S. KEP

NPM. 1914901110001

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2019/2020
ETIOLOGI
Secara pasti penyebab GBS tidak diketahui,
namun diduga berkaitan dengan :
1. Penyakit akut, trauma, pembedahanm dan
imunisasi 1-4 minggu sebelum tanda dan
gejala GBS (15% dari kasus)
2. Di dahulu Infeksi saluran pernapasan akut,
penyakit gastrointestinal (50% dari kasus)
3. Reaksi immunologi
4. Kehamilan atau dalam masa nifas
5. Dahulu diduga penyakit ini disebabkan oleh
virus tetapi tidak ditemui pada pemeriksaan
patologis. Teori sekarang ini mengatakan
bahwa GBS disebabkan oleh kelainan
immunobiologik.

KOMPLIKASI
1. Kegagalan jantung
2. Kegagalan pernapasan
3. Infeksi dan sepsis
4. Trombosis vena
5. Emboli paru

PEMERIKSAAN FISIK
1. Fungsi motorik : Kelemahan otot yang
menjalar ke atas dan paresthesia, atropi otot
2. Saraf cranial : Kelemahan saraf fasial (VII),
glossopharegeal (IX), vagus (X)
menyebabkan kelemahan otot wajah,
disphagia, distrimia dan gangguan jantung.
3. Refleks : Tidak adanya reflek tendon dalam
4. Fungsi pernapasan : Bunyi napas
berkurang, ekspansi paru berkuran.
5. Fungsi jantung : Sinus takhikardia,
bradikardia, distrimia

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
4. Ketidakefektifan pola napas
LAPORAN PENDAHULUAN GUILLAIN – 5. Resiko tinggi penurunan perfusi perifer
Urutkan dx kep sesuai prioritas
BARRE SYNDROME (GBS)
PENGERTIAN
Guillain – Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu
penyakit saraf, juga merupakan salah satu polineuropati
karena hingga sekarang belum dapat dipastikan
penyebabnya. Namun kebanyakan kasus terjadi sesudah
proses infeksi diduga GBS terjadi karena sistem
kekebalan tidak berfungsi.(sumber)

MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan motorik : Kelemahan otot, kesulitan
berjalan, menurunnya, gangguan pernafasan,
kehilangan control bowel dan bladder.
2. Gangguan sensorik : Paresthesia
3. kram, kerusakan saraf cranial, kelemahan otot wajah,
dysphagia, diplopia, kerusakan saraf cranial (IX, X,
XI, XII)
4. Gangguan saraf otonom : Tekanan darah tidak stabil,
kardiak disritmia, takhikardia

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Fungsi lumbal berurutan
2. Elektromiografi
3. Darah lengkap
4. Foto rontgen
5. Pemeriksaan fungis paru

PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Perawatan pernapasan seperti antispasi kegagalan
pernapasan,
2. persiapan ventilator dan pemeriksaan AGD
3. Monitoring hemodinamik dan kardiovaskuler
4. Management bowel dan bladder
5. Support nutrisi
6. Perawatan immobilisasi
7. Plasmapheresis seperti penggantian plasma untuk
meningkatkan kemampuan motorik
8. Pengobatan dengan pemberian kortikosteroid,
immunosuppressive dan antikoagulan
9. Pembedahan tracheostomy dan indikasi kegagalan
pernapasan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Ketidakefektifan pola nafas.
NOC : NOC :
a. Hilangnya dispnea 1. Frekuensi pernapasan
b. Bunyi napas bersih/tidak ada ronkhi 2. Irama Pernafasan
c. Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan 3. Kedalaman inspirasi
NIC : 4. Suara auskultasi nafas
a. Lakukan fisioterapi napas dan penghisapan NIC :
sekret secara kontinu (seperti apa?) 1. Monitor jumlah pernapasan, irama dan
b. Berikan oksigenasi sebelum dilakukan kedalamannya setiap 1-4 jam.
penghisapan sekret 2. Auskultasi bunyi nafas setiap 4 jam.
c. Kaji dan catat karakteristik sputum 3. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan cara
d. Berikan bronkodilator bila perlu. suction dan bersihkan mulut.
4. Atur posis fowler/semi fowler √
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari 5. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
kebutuhan tubuh
NOC : Hambatan mobilitas fisik
1. Mempertahankan dimulut?? NOC :
PATHWAY 1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2. Kemampuan mengunyah
3. Refleks menelan sesuai dengan waktunya?? 2. Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas
Faktor-faktor predisposisi terjadi 2-3 minggu sebelum omset, meliputi :
NIC : 3. Memverbalisasikan
ISPA, Infeksi Gastrointestinal, dan tindakan bedah sraf, Dll. perasaan dalam
1. Tinjau faktor-faktor individual yang meningkatkan kekuatan dan kemampuan
mempengaruhi kemampuan untuk berpindah
mencerna/makan makanan NIC : respon autoimun,
Selaput myelin hilang akibat respon dari respon alergi,
2. Monitor intake dan output
hipoksemia, nutrisi.
toksik 1.
kimia, dan insufisiensi vaskularKaji fungsi motorik dan sensorik setiap 4 jam.
3. Berikan makanan sesuai diet TKTP 2. Kaji derajat ketergantungan pasien.
4. Berikan makanan personde dengan posisi 3. Lakukan alih posisi setiap 2 jam yaitu posisi
setengah duduk atau semifowler Proses demielinasi sim.
5. Lakukan perawatan mulut sesudah dan sebelum 4. Lakukan ROM. (perlukah di IGD dilakukan
makan?? ROM)
6. Timbanglah berat badan 3 hari sekali jika
Kondisi saltatori tidak terjadi dan tidak ada transmisi impuls saraf
memungkinkan (mungkinkah di IGD dilakukan
penimbanganBB?)
Buatlah intervensi yang dpt dilakukan saat px berada
di IGD Gangguan fungsi saraf perifer dan kranial

Intoleransi aktivitas.
NOC :
Gangguan a. fungsi saraf kranial:
Tanda-tanda Gangguan
vital pasien dalam rentang normalsaraf perifer Disfungsi otonom
III, IV, V, VII, IX, dan X dan neuromuskular
b. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
c. Pasien mampu berpindah ; dengan alat atau tanpa bantuan alat.
d. Pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatanKurang
Paralisis pada ocular, wajah dan
tekanan darah, nadi, RR.
bereaksinya
e. Status respirasi pasienParastesia
; (kesemutan
pertukaran gas dan Paralisi
ventilasi lengkap, otot
adekuat.
otot orofaring kesulitan kebas) dan kelemahan pernapasan terkena, system saraf simpatis
NIC : dan
berbicara, menguyah, dan parasimpatis
otot kaki, yang
menelan a. Monitor respon fisik,berkembang emosi, sosial, dan spritual.mengakibatkan perubahan sensori
ke insufisiensi
b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas
ekstrimitas atas batang
yang mampu
pernapasan.
dilakukan.
c. Bantu pasien untuk tubuh memilih aktivitas
dan otot wajah konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan
social. Gangguan frekuensi
Gangguan pemenuhan nutrisi
d. Bantu pasien untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda jantung dan ritme,
e. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
Resiko dalam beraktivitas.
tinggi gagal perubahan tekanan
f. Kolaborasi
Resiko tinggi pemenuhan dengan tenaga rehabilitasi
Kelemahan fisik medik dalam merencanakan
pernapasan, penurunan programdarah
terapi yang tepat.??
nutrisi kurang dari kebutuhan umum paralisis otot kemampuan batuk,
tubuh wajah peningkatan
sekresimukus Penurunan curah
jantung ke otak dan
Penurunan tonus otot jantung
seluruh tubuh
Ketidakefektifan pola Resiko tinggi
Hambatan mobilitas napas
fisik penurunan perfusi
perifer

DAFTAR PUSTAKA
 
Gareth J. Parry and Joel S. Steinberg. 2007. Gullaine-Bare Syndrome : fro, diagnosis to
recovery. USA : AAn Enterprises
Israr, Yayan Akhyar, Juraita, dan Rahmat B.S. 2009. Sindroma Guillain Barre. Fakultas
Kedokteran Unversitas Riau Pekanbaru.
Japardi, Iskandar. 2002. Sindrom Guillain Barre. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah
Universitas Sumatera Utara.
Jurnal Ikatan Fisioterapi Indonesia. 2007. Fisioterapi Guillain Barre Syndrome. Jakarta :
Ikatan Fisioterapi Indonesia.
Lewis RA. Chronic Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy. Available
from : URL : http://emedicine.medscape.com/article/1172965-overview. [diakses
tanggal 3 Juni 2014]. Last update ; 2009.
Price, A. Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Vol 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC
Tarwoto (2007). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta,
Sagung Seto

Banjarmasin, 27 April 2020

Preceptor Klinik Ners Muda

(Maria Ulfah, S.Kep., Ns) (Adelia Ramadhanti, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai