Anda di halaman 1dari 8

6.

MENULIS UNTUK RADIO

HASAN Asy'ari Oramahi, penyiar berita terbaik RRI dan TVRI, mengeluarkan dalil yang tak
terbantah: menulis untuk radio adalah menulis untuk telinga. Katanya, tulislah berita yang ingin
disiarkan sambil bicara (membacanya). Bahkan, tulislah kalimat-kalimat yang dapat didengar secara baik
(laik telinga). Karena batas waktu yang amat ketat, apa yang hendak disiarkan melalui radio haruslah
tertulis. Kendati demi- kian, gunakanlah kalimat dengan ragam lisan. Artinya, apa yang diucapkan itu
haruslah bahasa lisan yang ditulis. Seorang penulis berita radio, redaktur radio, hendaknya sadar bahwa
mata dapat menangkap satu kalimat utuh seketika, namun telinga hanya dapat menyimak kata demi
kata yang terangkum dalam satu kalimat (Oramahi, 2003:36).

Hasan Oramahi benar. Menulis untuk radio, dalam beberapa hal berbeda dengan menulis untuk
surat kabar atau majalah. Sebagaimana surat kabar dan majalah, radio juga memiliki karakteristik
tersendiri yang membedakannya dari media massa yang lain. Namun demikian, penulisan berita surat
kabar dan penulisan berita radio, terikat dengan kaidah bahasa jurnalistik. Kita bahkan bisa mengatakan,
bahasa jurnalistik berlaku umum, sedangkan bahasa jumalistik surat kabar atau bahasa jurnalistik radio,
berlaku khusus.

Bab ini, mengajak kita untuk bertamasya ke dunia radio, dengan cara mengenali karakteristik
dunia radio siaran, bahasa jurnalistik radio, asas-asas penulisan berita radio, dan kiat menulis untuk
radio. Di dunia radio siaran, kita diajak menjelajahi sifat-sifat radio siaran dan sifat-sifat pendengar radio
siaran. Di dunia bahasa jurnalistik radio siaran, kita dipandu untuk mempelajari bentuk dan susunan
kalimat khas untuk telinga. Di a. dunia asas penulisan berita radio, kita diajak untuk memahami lebih
jauh karakteristik radio. Sedangkan dalam kiat sukses menulis untuk radio, kita diingatkan untuk
menguasai dengan sudut pandang radio, bukan dari sudut pandang yang lain. Tetapi karena sudah
cukup banyak buku yang secara khu mengupas jurnalistik radio, maka uraian dalam bab ini hanya serba
sekilas.

A. KARAKTERISTIK RADIO SIARAN


Guru saya mengingatkan, apa yang disajikan untuk dibaca belum tentu dapat
dimengerti apabila dihidangkan melalui radio siaran. Susunan berita untuk surat kabar tidak
akan mencapai tujuannya apabila dibacakan di depan mikrofon radio siaran. Susunan kata untuk
pidato dalam rapat di alun-alun tidak akan sukses jika dibacakan di depan corong radio. Untuk
radio siaran terdapat gaya tersendiri, yakni yang disebut gaya radio (radio style). Gaya radio
timbul karena dua hal: sifat radio siaran, dan sifat pendengar radio (Effendy, 1978:84-85).
1. Sifat Radio Siaran
Jurnalistik media elektronik auditif atau jurnalistik radio siaran, lebih banyak dipengaruhi
dimensi verbal, teknologikal, dan fisikal. Verbal, berhubungan dengan kemampuan
menyusun kata, kalimat, dan paragraf secara efektif dan komunikatif. Teknologikal,
berkaitan dengan teknologi yang memungkinkan daya pancar radio dapat ditangkap dengan
jelas dan jernih oleh pesawat radio penerima. Fisikal, erat kaitannya dengan tingkat
kesehatan fisik dan kemampuan pendengaran khalayak dalam menyerap dan mencerna
setiap pesan kata atau efek suara yang disampaikan (Sumadiria, 2005:5). Sifat radio siaran
meliputi tiga hal: auditif, mengandung gangguan, dan akrab. (Effendy, 1978:86-87)
a. Auditif
Sifat siaran radio adalah auditif, untuk didengar. Karena hanya untuk didengar, maka isi
siaran yang sampai di telinga pendengar hanya sepintas lalu saja. Ini terbagi dengan sesuatu
yang disiarkan melalui media surat kabar, majalah, atau media dalam bentuk tulisan Jainnya
yang dapat dibaca, dibahas dan ditelaah berulang-ulang. Pendengar yang tidak mengerti
sesuatu uraian dari siaran radio tidak perlu meminta lagi supaya bisa memulai lagi. Ia tidak
melihat si pembicara dan apa yang bisa diselesaikan seperti angin. Begitu tiba di telinganya,
begitu hilang lagi. Sebuah.
b. Mengandung gangguan
Setiap komunikasi dengan menggunakan saluran bahasa dan interaksi masal akan melawan
dua faktor gangguan. Gangguan yang pertama apa yang disebut faktor kebisingan semantik
dan yang kedua adalah faktor kebisingan atau kadang-kadang disebut faktor kebisingan
mekanik. Radio siaran tidak merupakan media sepurna. Komunikasi melalui radio siaran
tidak akan menyempurnakan komunikasi antara dua orang yang dihadapan. Jika tidak
menyerang alamiah, maka gangguan itu bersifat teknis.
c. Akrab
Radio siaran akbar intim. Seorang penyiar radio suka-olah gantung di kamar pendengar yang
penuh hormat dan cekatan menghidangkan acara-acara yang menggembirakan bagi
penghuni rumah. Demikian pula seorang penceramah. Ia seakan-akan datang di kamar
pendengar dan memberikan uraian yang berguna untuk penghuni rumah sekeluarga. Setiap
suara yang keluar dari pesan yang diambil seolah-olah diucapkan oleh orang yang ada di
situ. Bagaikan seorang tamu yang datang beranjang-sana. Sifat itu tidak dikeluarkan oleh
media lain, kecuali televisi (Effendy, 1978: 86-87).
Begitulah. Karena sifatnya yang auditif, mengandung pendeteksian, dan akrab, siaran radio
di Amerika Serikat yang diperkenalkan pertama kali oleh David Sarnoff pada 1915 itu,
sampai detik ini tetap angat diakses juta pendengar di seluruh dunin. Radio siaran ddak
kalah pamor oleh televisi yang datang kemudian. Setiap media baru boleh saja datang dan
pergi setiap tahun, tetapi radio siaran tetap eksis dan melekat di hati khalayak pendengar.
Fakta sejarah ini membuktikan, tidak setiap kedatangan teknologi komunikasi baru
mematikan teknologi komunikasi sebelumnya. Justru yang sering terjadi, hadirnya teknologi
komunikasi baru yang disediakan begitu saja yang dilengkapi teknologi komunikasi yang
lebih dulu.
2. Sifat Pendengar Radio
Pendengar adalah sasaran komunikasi massa melalui radio. Komunikasi pendengaran yang efektif,
pendengar terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak mendorong dan
melakukan kegiatan apa yang diinginkan. Sifat pendengar radio yang menentukan gaya bahasa
radio, menyesuaikan hal hal yang disebut heterogen, pribadi, aktif, dan selektif (Effendy, 1978: 88-
90):
a. Heterogen
Pendengar adalah massa, heterogen, heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat; di kota
dan di desa, di rumah, pos tentara, asrama, warung kopi. Mereka berbeda dalam jenis
kelamin, berumur, tingkat pendidikan dan taraf kebuda- yaan. Ada pria dan wanita. Ada yang
tua, muda, dan anak-anak. Selain itu, pendengar berbeda dalam pengalaman dan keinginan.
tabiat dan kebiasaan, yang kesemuanya itu menjadi dasar pula bagi gaya bahasa radio sebagai
penyalur pesan untuk pendengar.
b. Pribadi
Sesuatu uraian disampaikan kepada pendengar yang ada di Rumah Pribadi. Pembicara radio
sebagai-olah bertamu dan berikan uraian kepada seseorang di rumah tangga. Dalam
percakapan seperti itu tidak mungkin si pembicara dalam memberikan uraiannya berbicara
dengan semangat dan berapi-apt seperti pidato kepada massa rakyat yang berbicara di
lapangan. la harus berbicara seperti bicaranya, seorang teman yang datang bertamu. Sudah
tentu dengan ramah-tamah, sopan-santun. dan tanpa kata-kata bombastis.
c. Aktif
Pada mulanya para ahli komunikasi mengira itu pendengar radio sifatnya pasif. Ternyata tidak
demikian. Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian Wilbur Schramm, Paul Lazarsfeld dan
Raymound Bauer. Para pendengar radio menantang menjumpai sesuatu yang menarik dari
stasiun radio, aktif berpikir, aktif melakukan interpretasi. Mereka bertanya-tanya saat diminta,
apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar atau seorang penceramah radio atau pembaca
berita, benar atau tidak.
d. Selektif
Pendengar sifatnya selektif. Ia dapat dan akan memilih program radio siaran yang disukainya.
Setiap pesawat radio dilengkapi dengan alat yang memungkinkan mereka melakukan itu.
Begitu banyak stasiun radio siaran, dengan aneka jenis acara siarannya yang masing-masing
berlomba untuk memikat perhatian pendengar (Effendy, 1983: 88-90).

B. BAHASA JURNALISTIK RADIO


Berdasarkan sifat-sifat radio siaran yang auditif, mengandung gangguan, dan akrab, maka
menurut guru saya meminjam bahasa radio siaran (penulisan radio) harus memenuhi lima
syarat: kata-kata yang mudah, angka-angka yang dibulatkan, kalimat -kalimat yang lengkap,
susunan kalimat yang rapi, dan susunan kalimat yang cerdas percakapan. Sementara
berdasarkan sifat pendengar radio yang heterogen, privat, aktif, dan selektif, maka bahasa radio
siaran harus terdiri atas: kata-kata yang umum dan lazim dipakai, kata-kata yang tidak
dilepaskan kesopanan, kata-kata yang disukai, pengulangan kata- kata yang penting, dan
susunan kalimat yang logis (Effendy, 1983: 81).
1. Kata-kata sederhana
Sederhana artinya mengutamakan dan memilih kata atau kalimat paling banyak dipahami
maknanya oleh khalayak umum yang heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya
baik karakteristik demografis, geografis, dan psikografisnya seperti status sosial ekonomi,
pekerjaan atau profesi, tempat tinggal, suku bangsa, dan budaya serta agama yang
dianutnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh
segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik (Sumadiria, 2004: 127).
2. Angka-angka dibulatkan
Telinga hanya memiliki kemampuan bicara tentang selintas. Gunakanlah cara pembulatan
agar mudah diselesaikan dengan mudah seperti contoh, 751.265.411,25 rupiah sukar dibaca
dan didengar Angka harus dibulatkan dan disingkat menjadi 751 juta rupiah.
3. Kalimat-kalimat lengkap
Karena pembatasan waktu dan daya tangkap telinga sangat terbatas, maka kalimat-kalimat
dalam bahasa jurnalistik radio harus lengkap. Kalimat-kalimat panjang tidak bisa muncul
dalam bahasa jurnalistik radio. Kalaupun naskah asli tersusun atas kalimat-kalimat panjang,
maka naskah itu harus diedit dan ditulis kembali, disesuaikan dengan kaidah memilih bahasa
radio. Hindari penggunaan anak-anak kalimat.
4. Susunan kalimat rapi
Susunan kalimat bahasa jurnalistik radio harus rapi. Rapi berarti sistematis, runtut,
beraturan, tidak meloncat-loncat. Bagaikan air yang mengalir dari hulu ke hilir. Rapi juga
berarti tertib, menggunakan kata-kata yang tepat, kata-kata yang dipilih, kata-kata yang
mampu menyentun hati khalayak pendengar.
5. Susunan kalimat yang dilipatgandakan menggunakan kalimat yang kaku, formal, lurus,
kering, monoto. Sesuai dengan sifatnya, bahasa radio harus akrab, tidak mengesankan jarak
pskologis antara penyiar dan pendengar. Jadi, pikirkanlah dua orang yang sedang duduk
menghadap kafe, atau duduk bersebelahan.di dalam pesawat terbang. Kalimat bergaya
percakapan membuat pendengar verlena. Kalimat penuh gaya seperti sedang dibacakan
membuat nendengar tersiska. Menurut Hasan A. Oramahi, kiat mudah menulis untuk
telinga, menulis sambil berbicara, seakan-akan kita sedang membaca berita yang kita tulis.
Gunakan kalimat ujaran atau bahasa lisan (Oramahi, 2003: 37).
6. Kata umum dan lazim dipakai
Khalayak pendengar radio tersebar di berbagai tempat, di gunung dan di lembah, di kota
dan di desa, di sungai dan di rawa-rawa, di daratan dan di lautan, diayun-ayun ombak dan
pasang gelombang. Mereka terdiri dari berbagai suku, budaya, kelompok usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan. Heterogen, beraneka ragam. Jadi, tulislah kata-kata
umum dan kata-kata yang dipakai lazim, yang paling mudah dimengerti maksudnya oleh
khalayak pendengar yang sangat majemuk. Hindari penggunaan kata-kata yang aneh-aneh.
7. Kata tidak membantah Kesopanan
Bahasa jurnalistik menantang dan menghargai-nilai sosiologis. Dalam etika yang diterima
jurnalistik, radio tidak boleh menyiarkan kata-kata yang tidak sopan, kata-kata vulgar, kata-
kata berisi sumpah serapah, kata-kata hujatan dan makian yang sangat jauh dari norma
sosial budaya agama, atau dengan sengaja menggunakan pilihan kata pornografi dan fantasi
seksi khalayak pendengar (Sumadiria, 2004: 132).
8. Kata-kata yang mengesankan
Secara naluriah dan manusiawi, pendengar radio lebih menyukai kata-kata indah dari kata-
kata sumpah serapah. Kata-kata yang enak didengar, heresap di hati, gampang mengerti,
kata-kata yang mendorong motivasi, kata-kata yang membangunkan inspirasi, sangat
dianjurkan untuk terus diperdengarkan. Kita mendengarkan siaran radio untuk memetik
pengalaman yang menyenangkan dan menikmati hiburan yang diminta gairahkan. Jadi,
sajikanlah kata-kata yang mengesankan
9. Pengulangan kata-kata penting
Karena sifatnya yang selintas, maka bahasa radio dibolehkan melakukan pengulangan
terhadap kata-kata penting. Sifat dan fungsinya sebagai penegasan atau bantuan untuk
pendengar. Di samping itu, kata-kata yang sudah diudarakan beberapa detik atau beberapa
menit sebelumnya, belum tentu sudah didengar dan diisi oleh pendengar lain yang baru
bergabung dengan radio siaran kita. Setiap saat orang bisa bergabung dengan siar radio.
Namun setiap saat pula orang dapat mematikan siaran radio yang dipindahkan ke saluran
(saluran) yang lain. Hitungannya bukan menit lagi, tetapi sudah dalam hitungan detik.

10. Susunan kalimat logis


Apa pun pesan informasi yang ditulis dan disiarkan untuk khalayak pendengar, sudah tentu
haruslah logis. Logis sesuai dengan pertimbangan akal sehat. Kalimat logis adalah kalimat
yang menunjuk pada sebab-akibat. Tidak logis jika disetujui, Intan, murid kelas tiga SMA di
Kota Bandung, tewas setelah digigit tikus kompilasi kelas di sekolahnya, kemarin. Kita
bertanya, tikusnya sebesar apa, dan apakah tikus di sekolah itu berbisa seperti ular? Dalam
pikiran kita, tidak ada tikus sebesar harimau, dan tidak ada pula tikus berbisa seperti ular.

C. ASAS PENULISAN BERITA RADIO.


Hasan A. Oramahi menyebutkan, termasuk lima asas yang senantiasa harus dibahas ketika
menulis untuk telinga, yaitu diucapkan (itu diucapkan), sekarang dan diterjemahkan langsung
(itu langsung), antarorang (itu orang ke orang). Terdengar hanya satu kali (hanya terdengar
sekali), dan hanya mewakili bunyi (itu suara) (Oramahi, 2003: 37-43):
1. Diucapkan (Its Spoken)
Berita radio adalah sesuatu yang diucapkan untuk didengar. Naskah berita yang belum
disiarkan belum berita radio. Dia baru menjadi berita radio. Harap sudah diucapkan atau
dibaca penyiar untuk disiarkan kepada pendengar.
Contoh bukan berita radio:
Program pelaksanaan pelestarian Lingkungan, yang akan diluncurkan pada semester
pertama tahun ini, akan memberi persetujuan pada Penvelesaian masalah-masalah
pencemaran, mentransfer penduduk dari desa ke kota, sumber daya alamnya rusak, dan
mengubah ekonologi.
Contoh berita radio:
Pemerintah setuju akan sungguh-sungguh pencemaran. Proyek ini akan dimulai pada
semester masalah pertama tahun ini. Prioritas akan dibahas pada masalah pencemaran,
perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan semakin menipisnya sumber daya alam.
2. Langsung (its immediate)
Radio adalah media sekarang, bukan media kemarin, atau media esok. Kelebihan utama
radio terhadap surat kabar adalah ciri sekarang ini. Ciri ini akan mudah diketahui di stasiun
radio yang dibuka Inggris, karena kalimat-kalimat yang disiarkan sebagian besar dalam
bentuk present tense atau "bentuk sekarang". Sesuatu yang disiarkan melalui radio, harus
sampai di telinga pendengar dan beri tahu apa yang terjadi sekarang.
3. Antarorang (its person to person)
Radio adalah media aku dan kau (orang ke orang). Kendatipun jumlah pendengar radio tak
terbatas, komunikasi yang dibangun adalah dengan penyiar hanya dengan satu orang
pendengar. karakter radio, selain sebagai media satu arah, juga karena pendengar radio
disediakan terbatas dan tidak dibatasi oleh jarak, maka dengan sendirinya komunikasi yang
dibangun juga terdiri dari komunikasi satu arah. Juga, pesan yang disampaikan tidak-merta
dapat ditanggapi oleh pendengar, Kecuali dalam program phone-in program, ketika terjadi
hubungan inter-active antara penyiar dan pendengar melalui piranti teknis canggih. Oleh
karena itu, sekali lagi perlu diingat bahwa pesan tersebut harus singkat,padat, dan jelas.
4. Hanya didengar sekali (hanya terdengar sekali)
Radio adalah media sekali pakai atau lebih tepatnya media sekali pakai. Artinya, pendengar
hanya memiliki satu kesempatan untuk mendengar pesan yang kami sampaikan. Pendengar
tidak memiliki kesempatan untuk meminta kami mengulangi pesannya. Oleh karena itu,
kejelasan memiliki prioritas utama, artinya kejelasan adalah prioritas utama. Kejelasan atau
kejelasan dalam berita radio, tidak hanya bergantung pada kata demi kata, atau kalimat po,
tetapi juga pada konten dan ide-ide Bente. Jangan membuat pendengar bingung.
Contoh bukan berita radio:
Indonesia dan Australia sepakat untuk bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan hubungan timbal balik antara kedua negara, yang memungkinkan Australia
untuk mengambil bagian lebih aktif dalam pembangunan kembali Indonesia timur.
Contoh berita radio:
Indonesia dan Australia sepakat untuk mengembangkan hubungan timbal balik antara
kedua negara. Ini akan meningkatkan peran Australia untuk membantu mengembangkan
Indonesia timur.
5. Hanya suara.
Kata-kata adalah jembatan antara editor berita radio dan pendengar. Kata-kata hanya
dapat didengar karena radio adalah media audio. Radio hanya bekerja dengan suara, itu
hanya suara. Ini adalah kelemahan radio, tetapi juga kekuatan radio pada saat yang sama.
Imajinasi pendengar dapat dengan mudah distimulasi oleh suara dan suara. Ada tugas lain
untuk wartawan radio, yaitu ia harus mampu merangsang tahap imajinasi penonton. Alat
yang tepat adalah pilihan kata-kata, dan kemampuan untuk mendramatisirnya untuk
pendengar (Oramahi, 2003: 37-43).

D. KIAT MENULIS UNTUK RADIO


Walter K. Kingson, Rome Cowgill, dan Ralph Levy dalam Broadcasting, Television and Radio
(1955), mengemukakan tiga tips untuk keberhasilan menulis untuk skrip siaran berita radio
(skrip), yaitu kejelasan (vividness). , dan keanekaragaman (varienty) (Effendy, 1978:92-93)
Penguasaan kelas atas ini tidak hanya melalui kampus di kampus tetapi juga melalui tempaan
latihan keras dan pengalaman di lapangan selama diperoleh-tahun. Dalam dunia profesi, tak
ada satu pun yang sifatnya instan atau langsung jadi. Begitu pula di dunia siaran radio.
1. Kejelasan (Kejelasan)
Setiap pesan yang disiarkan melalui radio harus memenuhi tidak kejelasan: sumbernya,
perincian peristiwanya, akurasinya, susunan kalimatnya, dan pilihan yang diminta.
Sumbernya, menunjuk ke sumber, siapa komunikator atau orang yang memberikan
keterangan atau persetujuan. Perincian peristiwanya, memuat dengan penyampaian
kronologi, yang disiarkan sehingga terdengar logis dan sistematis. Akurasinya, dibuka aspek
data dan detail informasi yang disiarkan, memang sudah dicek ulang dengan teliti dan
terbukti benar. Susunan kalimat dan pilihan katanya, menunjuk ke pola penyajian pesan
dalam bahasa jurnalistik radio yang khas, rumit, terkenal, pribadi, dan benar-benar
memanjakan telinga. Enak didengar.
2. Kelincahan (Vividness) Dalam dunia flora dan fauna, kijang dilukiskan sebagai bintang yang
cerdik dan lincah, sedangkan gajah sebagai binatang bertubuh raksasa seperti lamban.
Dalam dunia sepak bola, pemain lincah adalah penyerang yang pandai membawa bola,
piawai mengecoh lawan, lari meliuk-liuk, dan akhimya mampu menggetarkan jala gawang
lawan dengan melepaskannya yang keras dan akurat. Lantas, bagaimana dengan penyiar
radio yang hncati, apakah dia juga harus meliuk-liuk membawakan bola?
Memang, seorang penyiar radio yang berbeda dengan seorang striker pak bola. Ia harus
pandai menguasai bola, membawa bola, mengecoh lawan, dan sangat melepaskan lawan
dengan akurat. Bagi seorang penyiar, bola itu adalah kata-kata. Kata-kata itu harus
tersusun rapi dalam kalimat-kalimat pendek. Dengan kelincahan mengolah, memilih, dan
menembakkan kata-kata, seorang radio peryiar akan senantiasa ditunggu dan dirindukan
pendengar. la mengizinkan sebagai penyiar radio atau memutarkan berita (news caster)
berkarakter.
3. Keanekaragaman (Variety)
Keanekaragamanagamnan berarti penyiar haruslah orang yang pandai menulis sekaligus
lincah bicara. Ia terampil menulis naskah radio yang disiarkan dengan rumus ELF. ELF
adalah singkatan dari formula pendengaran yang mudah (formula enak didengar). Artinya,
apa pun kata atau kalimat yang diucapkan penyiar, harus enak didengar. Pendengar saat itu
juga dapat langsung mencerna setiap kata atau kalimat yang diucapkan penyiar. Berbeda
dengan bahasa jumalistik surat kabar, radio jurnalistik bahasa yang sifatrya selintas, hanya
memberikan satu kali kesempatan bagi pendengar untuk menyimak setiap kata yang
diucapkan penyiar. Untuk semua ini, poak harus bisa disajikan dengan lincah dan penuh
daya tarik. Variatif Selain kejelasan, kelincahan, dan kombinasi itu, kawan sava seorang
penyiar radio scnior di Bandung, menambahkan lima bahasa tidak lengkap, KISS, global,
imajinatif, dan bercerita (Romli, 2003: 77 81. 83). Dengan demikian semuanya menjadi
kebebasan uns. Kedelapan tidak akan menentukan kualitas penyajian dan kualitas bahan isi
berita radio. Berikut petikan uraian tambahan yang tidak disetujui.
4. Bahasa tutur
Gunakan bahasa tutur (bahasa lisan, bahasa konferens!), Yaitu bahasa percakapan, informal,
atau kata-kata dan kalimat yang biasa dikemukakan dalam kalimat percakapan sehari-hari.
5. KISS
KISS adalah singkatan dari membuatnya sederhana dan pendek. Gunakan kata-kata dan
kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti. Kalimat panjang, selain menyulitkan
pengucapan oleh penyiar, juga sulit dicema. Sebalikiya, kalimat pendek akan mudah
diucapkan penyiar dan dipahami pendengar.
6. Global
menghindari sedapat mungkin detail yang tidak perlu, sederhanakan fakta. Pendengar
hanya perlu inti berita dan waktu penyiar pun terbatas. Misalnya, informasi tentang sidang
pengadilan, tidak perlu diungkapkan dengan pasal-pasal dan ayat KUHP yang disetujui telah
dilanggar terdakwa, tetapi cukup dengan mengungkap mendukung melakukan tindak
kejahatan pencunian.
7. Imajinatif
Naskah harus mampu mengembangkan pendengar hanya dengan kekuatan kata-kata, suara,
dan dukungan musik. Ingat, radio adalah tempat pikiran. Karena itu, gunakan pancaindra.
Hadirkan gambaran, bau, atmosfer atmosfer, hal-hal yang terasa, dan lintasan-lintasan
transisi vang muncul di lokasi. Buatlah gambaran, contoh dengan mendeskripsikan warna,
ukuran, bentuk, dan detail-detail yang relevan.
8. Bercerita
Gunakan kalimat tidak langsung atau hindari penggunaan kalimat langsung. Naskah harus
bercerita, yaitu menceritakan orang berbicara apa, di mana, bagaimana, Mengapa. Contoh:
"Saya siap menjadi presiden," katanya. Kalimat diubah menjadi: dia dinyatakan siap menjadi
presiden. "Saya tidak mau berkomentar, takut orang salah persepsi," tegasnya. Kalimat
berubah menjadi: ia tidak mau berkomentar karena takut menimbulkan salah persepsi
(Romli, 2003: 77, 81-83).

Anda mungkin juga menyukai