PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
Keterangan :
2
intrakranial dan IM
- Irama teratur
- RR interval jaraknya
sama dalam 1 lead
panjang
- PP interval jaraknya sama
dalam 1 lead panjang
- Komplek QRS harus
sama dalam 1 lead
panjang
- Impuls dari SA node yang
ditandai dengan adanya
gel P yang mempunyai
bentuksama dalam 1 lead
panjang.
- Adanya gel P yang selalu
diikuti komplek QRS
- Gel P dan komplek QRS
normal dan sama
bentuknya dalam satu
lead.
3
pada grafik yang hilang
tidak ada gel P
- Interval PR normal
kecuali pada grafik yang
hilang
- Gel QRS normal 0,12-
0,20 detik
4
- Irama reguler tetapi dapat
juga terjadi takikardia
ventrikular ireguler
Torsade de - Irama tidak teratur
Point - Frekuensi 200-300x/menit
- Gel P tidak ada
- Interval PR tidak dapat
dihitung
- Interval QT memanjang
- Kompleks QRS tidal
normal (besar)
5
ventrikel.
- Makanya kadang
gelombang P muncul
bareng dengan komplek
QRS.
- Komplek QRS biasanya
lebar dan bentuknya
berbeda dengan komplek
- QRS lainya karena gel P
juga ikut tertanam di
komplek QRS, RR
interval regular.
- Gel P normal, kadang
bentuknya beda karena
tertanam di komplek
QRS.
6
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung
atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
7
8. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat
tidur.Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat
tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
9. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi
terhadap terjadinya aritmia jantung.
10. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di
dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi
atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak
kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot
jantung).
11. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak
lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang
lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi
jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian
mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).
8
2.3 Patofisiologi Aritmia
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus SA
dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali
per menit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut purkinje.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan
sentrum yang memimppin ini disebut pacemaker. Dlam keadaan tertentu, sentrum
yang lebih rendah dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
a. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar.
b. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k
BIndel HIS akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan
oleh obt.
Aritmia terjadi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal
atau gngguan konduksi). Gangguan dalam pembentukan pacu antara lain:
1. Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus dan aritmia
sinus.
2. Debar ektopik dan irama ektopik:
a. Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makana
sedang dicerna.
b. Takikrdi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti
demam, hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis
jantung.
9
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
10
Kelas 2 1. Atenolol, Metoprolol, Propanolol
: indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
Terapi mekanis
a. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
b. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
c. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau
pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan
konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek
ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
11
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid
serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
12
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
b. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
Pada kasus disritmia, ditemukan keluhan utama adanya kelelahan
sampai sinkop
Aspek Sosial
Pada aspek socialdapat ditemukan hubungan ketergantungan karena
klien merasa lelah saat melakukan aktifitasnya
Pengkajian Fisik
Keadaan Umum :
Kaji (GCS) tingkat kesadaran dan kaji pula sensasi saraf (Nervus I-XII )
Respon Membuka
Spontan 4
13
Berdasarkan perintahverbal 3
Berdasarka rangsangan nyeri 2
Tidak member respon 1
Respon Verbal
Orientasi baik 5
Konversi kacau (bicara bingung) 4
Kata-kata kacau (tidak sesuai) 3
Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata) 2
Tidak memberikan respon 1
Respon Motorik
Menurut perintah 6
Melikalisir rangsangan nyeri 5
Menarik/berlawanan rangsangan nyeri 4
Fleksi abnormal (terhadap nyeri) 3
Ekstensi (terhadap nyeri) 2
Tidak member respon 1
Keterangan :
Syaraf
14
Nervus III Okulomotor / gerak ekstraokuler mata, kontriksi
dilatasi pupil
Nervus IV Trokhlear /gerak bola mata ke atas ke bawah
Nervus V Trigeminal / sensori kulit wajah, penggerak otot
rahang
Nervus VI Abdusen / gerak bola mata menyamping
Nervus VII Fasial / ekspresi fasial dan pengecapan
Nervus VIII Oditori /pendengaran
Nervus IX Glosovaringeal / gangguan pengecapan, kemampuan
menelan, gerak lidah
Nervus X Vagus / sensasi faring, gerakan pita suara
Nervus XI Asesori / gerakan kepala dan bahu
Nervus XII Hipoglosal / posisi lidah
15
mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada
gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal,
hemoptisis.
Sistem Kardio : terdapat suara S3 dan S4
Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai
dan kebutuhan oksigen
c. Penurunan fungsi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah
jantung
d. Ansietas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian.
e. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnnya informasi.
Intervensi Keperawatan
16
CRT <3 detik
INTERVENSI RASIONAL
Kaji dan laporkan tanda Kejadian mortalitas dan
penurunan curah jantung morbiditas sehubungan dengan
infark miokardium yang lebih dari
24 jam pertama.
Periksa keadaan klien dengan Biasanya terjadi takikardia
auskultasi nadi, aspek : kaji meskipun pada saat istirahat
frekuensi, irama jantung untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitas
ventrikel, kontraksi prematur
dari atrial, takikardia atrial
proksimal, kontraksi prematur
dari ventrikel, dan fibrilasi atrial
disritmial umum berkenaan
dengan gagal jantung kongestif
meskipun yang lainnya
Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi.
Nadi mungkin cepat hilang atau
tidak teratur untuk diatasi.
Pantau output urine, catat Ginjal berespon untuk
kepekatan atau konsentrasi menurunkan curah jantung
urine. dengan menahan cairan dan
natrium
Kaji perubahan pada sensorik Dapat menunjukkan tidak
(cemas) adekuatnya perfusi serebral
akibat dari penurunan curah
jantung.
Berikan istirahat semirekumben Istirahat fisik harus
pada tempat tidur. dipertahankan untuk
memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung.
17
Berikan istirahat sikologis Stres emosi menghasilkan
dengan suara yang tenang fasokontriksi yang terkait
meningkatkan TD dan frekuensi
jantung.
Kolaborasi Menghambat perangsangan
Pemberian obat anti disritmia adrenerjik dari jantung,
menekan eksitabilitas dan
kontraktilitas dari miokardium.
Berikann bretilium dan Meningkatkan masa refrakter
amiodaron dan memperpanjang masa
kerjanya.
18
darah ke jaringan
Anjurkan menghindari peningkatan Dengan mengejan dapat
tekanan abdomen, (mengejan saat mengakibatkan bradikardi ,
defekasi) menurunkan curah jantung dan
takikardi serta peningkatan TD
Pertahankan tirah baring sementara Untuk mengurangi beban kerja
sakit akut jantung, menurunkan kebutuhan
miokard
Pertahankan rentang gerak pasif Meningkatkan kontraksi otot
selama sakit kritis sehingga membantu venous return
Berikan waktu yang cukup untuk Untuk mendapatkan cukup waktu
istirahat dan aktivitas resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu
memaksa kerja jantung
Pertahankan penambahan Oksigen Untuk meningkatkan oksigenasi
sesuai kebutuhan jaringan
Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, Melihat dampak aktivitas terhadap
sianosis, kerja, dan frekuensi napas fungsi jantung
serta keluhan subjektif
19
teratur otak
Kaji warna kulit, suhu, Mengetahui derajat hipoksemia dan
sianosis,nadi perifer, dan diaforesis peningkatan tekanan perifer
secara teratur
Kaji kualitas peristaltik, pasang Mengetahui pengaruh hipoksia
sonde terhadap fungsi saluran cerna serta
dampak penurunan elektrolit
Kaji adanya kongesti hepar pada Sebagai dampak gagal jantung
kuadran kanan atas kanan, jika berat, akann ditemukan
adanya tanda kongesti
Ukut tanda vital, periksa Lab, : Hb, Untuk mengetahui keefektifan dan
Ht, BUN, Sc, BGA sesuai vaskularisasi secara keseluruhan.
kebutuhan Jika terjadi dekompensasi ditambah
komplikasi Hb rendah dan Ht tinggi
akan memperberat gangguan
perfusi. Gangguan perfusi yang
berat akan mengurai aliran darah ke
ginjal sehingga ginjal dapat
mengalami gangguan fungsi.
20
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan eksternal
mengurangi kecemasan. Beri yang tidak perlu
lingkungan tenang dan suasana
penuh istirahat
Temani pasien selama periode Pengertian dan empati merupakan
kecemasan tinggi, beri dorongan bagian dari pengobatan, serta dapat
dan suara tenang mungkin meningkatkan
kemampuan koping pasien
Bantu Klien mengekspresikan Cemas berkelanjutan berdampak
perasaan marah, takut serangan jantung selanjutnya
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan
rasa marah, menurunkan kerja sama
dan memperlambat penyembuhan
Orientasikan klien terhadap Orientasi dapat menurunkan
prosedur rutin dan aktivitas yang kecemasan
diharapkan
Lakukan pendekatan dan Untuk membina rasa saling percaya
komunikasi
21
Anjurkan/catat pendidikan tentang Meningkatkan pemahaman pasien
obat. Termasuk mengapa obat terhadap keteraturan minum obat.
diperlukan; bagaimana dan kapan
minum obat; apa yang dilakukan
bila dosis terlupakan
22
BAB III
KASUS SEMU
23
a. Keluhan Utama
Lelah (lemas)
b. Riwayat MRS
Pada tanggal 10 Januari 2015, pukul 17.00 pasien pulang kerja, Saat itu
pasien merasa badannya lemas dan lelah sampai jatuh pingsan,
sehingga dibawa kelurganya ke UGD. Setelah itu pasien sadar dan
dipindahkan ke Pav. Kemuning. Saat dilakukan pengkajian.Kesadaran
Somnolen dengan GCS : 3 4 6dan nyeri pada dadanya. Pasien
berkeringat dingin dan pucat. Turgor buruk, waktu pengisian kapiler
>3 detik. TD : 90/80 mmHg. Suhu : 35,5 oC. Nadi : 50x/ menit. RR :
24x/menit
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarganya mengatakan Pasien pernah sakit jantung dan masuk RSUD
Jombang. Pada 3 tahun yang lalu dan memiliki Riwayat penyakit IM akut
(Infarkd Miokard)
24
sehari 1 porsi habis sehari 1 porsi habis
Menu: Menu : bubur
nasi,lauk,sayur
3 Eliminasi BAB 1x sehari. BAB 1x sehari
Konsistensi : Konsistensi :
lembek, bau khas, lembek, bau khas,
warna kuning warna kuning
kecoklatan kecoklatan
BAK 3-4 x sehari BAK 3-4 x sehari
4 Aktivitas Sebagai kepala Pasien hanya bisa
keluargabekerja berbaring di tempat
sebagai pegawai tidur dan
negeri. memerlukan
bantuan perawat
Skala ADL 3
5 Istirahat tidur Pasien tidur siang 1 Pasien tidur siang 3
jam / hari jam / hari sering
Pasien tidur malan 7 bangun
jam / hari Pasien tidur malam
6-7 jam/ hari sering
terbangun
6 Sensori dan Penglihatan Penglihatan
kogninif Pasien Pasien
menggunakan kaca menggunakan kaca
mata (+) rabun dekat mata (+) rabun
dekat ,
Pendengaran Pendengaran
Pasien dapat mendengar Pasien dapat
dengan baik (jarak 5-6 mendengar dengan
meter) baik (jarak 5-6
meter)
25
7 Persepsi dan Gambaran diri Gambaran diri
konsep diri Tidak ada gangguan pada Tidak ada gangguan pada
fisik fisik
26
Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a) KeadaanUmum : Pasien tampak lemah dan pucat
b) Kesadaran : Somnolen
3 Px membuka mataberdasarkan
perintahverbal
4 Px berbicara kacau (bingung)
6 Px menurut akan perintah
Kepala Inspeksi
simetris,penyebaran rambut merata,warna rambut hitam
beruban,kulit kepala bersih,wajah simetris.
Mata Palpasi
tidak ada tekanan intra okuler
Inspeksi
Simetris, kelopak mata tidak peradangan, pasien
menggunakan kacamata.
Telinga Inspeksi
Simetris, bersih, tidak ada benjolan
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Hidung Inspeksi
Terdapat pernapasan cuping hidung
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Mulut Inspeksi
Membran mukosa pucat
27
Leher Inspeksi
Bentuk simetris
Palpasi
Tidak ada benjolan
Dada Palpasi
Paru-paru&Jantung Bradikardia, Tekanan darah menurun, nyeri dada
Auskultasi
Adanya bunyi tambahan S3 suara gallop
Abdomen Palpasi
Tidak ada pembesaran Limpa, tidak adanya nyeri tekan
Tidak ada pembesaran hepar, tidak adanya nyeri telan
kanan atas
Analisa Data :
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS : Penurunan curah jantung Perubahan frekuensi
- Px mengatakan jantung
tubuhnya gemetar
DO :
- Kesadaran
somnolen
- CRT > 3detik
- TD : 90/80 mmHg.
28
- Nadi : 50x/ menit.
- EKG : Bradikardi
Dx :
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama ditandai
dengan :
29
- Px mengatakan tubuhnya gemetar
- Kesadaran Somnolen
- CRT > 3detik
- TD : 90/80 mmHg.
- Nadi : 50x/ menit.
- EKG : Bradikardi
- Px mengeluh lemas
- Waktu pengisian kapiler >3 detik
- Warna kulit pucat
- Turgor buruk
- TD : 90/80
- Nadi : 50x/menit
- Suhu : 35,5oC
30
Intervensi 1
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
11/01/1 Penurunan curah jantung Tujuan Mandiri :
5 berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Auskultasi nadi perifer, kaji 1. Untuk mengkonpensasi
perubahan irama ditandai tindakan keperawatan frekuensi, irama jantung penurunan kontraktilitas
ventrikuler.
dengan: selama 2x 24 jam
- Px mengatakan penurunan curah
tubuhnya gemetar jantung dapat teratasi 2. Catat bunyi jantung 2. Irama gallop umum (s3
- Kesadaran somnolen Kriteria Hasil dan s4) dihasilkan
sebagai aliran darah
- CRT > 3detik Px mengatakan
kedalam serambi yang
- TD : 90/80 mmHg. tidak gemetar lagi distensi
- Nadi : 50x/ menit. Kesadaran compos
3. Palpasi nadi perifer
- EKG : Bradikardi mentis
3. Penurunan curah jantung
CRT <3 detik dapat menunjukkan
TD : 120/80 menurunnya naadi radial,
popliteal, dorsalis pedis,
mmHg
dan postibial.
Nadi:60- 4. Pantau haluaran urine, catat
100x/menit penurunan haluaran dan 4. Haluaran urine biasanya
kepekatan/konsentrasi urine menurun selama sehari
31
EKG Sinus Rytmis karena perpindahan
cairan ke jaringan tetapi
dapat meningkatkan pada
malam hari sehingga
cairan berpindah kembali
ke sirkulasi bila pasien
tidur.
32
7. Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi yang
meningkatkan TD dan
meningkatkan
frekuensi/kerja jantung
Kolaborasi
1. Berikan obat
1. Menghambat
antidisritmia
perangsangan
adregenik dari jantung,
menekan, eksitabilitas,
dan kontraktilitas
miokard
33
3. Bantu pemasangan/ gejala gagal jantung
memperthankan fungsi 3. Pacu sementara untuk
pacu jantung meningkatkan
pembentukan impuls
Intervensi 2
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
11/01/1 Ketidakefektifan Perfusi Tujuan 1. Kaji status mental klien 1. Mengetahui derajat
5 Jaringan Perifer Setelah dilakukan secara teratur hipoksia pada otak
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Kaji warna kulit, suhu, 2. Mengetahui derajat
penurunan curah jantung selama 2 x 24 jam sianosis, nadi perifer hipoksemia dan
yang ditandai dengan : masalah secara teratur peningkatan tahanan
ketidakefektifan 3. Ukur tanda vital, periksa perifer
- Px mengeluh lemas
jaringan perifer dapat lab: HB, HT, BUN, BGA 3. Untuk mengetahui
- Px bed rest
teratasi sesuai kebutuhan keadekuatan fungsi dan
- Skala ADL 3
Kriteria Hasil vaskuleresaasi secara
- Waktu pengisian
- Px tidak mengeluh keseluruhan jika terjadi
kapiler >3 detik
lemah dekompensasi ditambah
34
- Warna kulit pucat - Waktu pengisian komplikasi hb rendah
- Turgor buruk kapiler <3 detik dan HT tinggi akan
- TD : 90/80 - Warna kulit tidak memperberat gangguan
- Nadi : 50x/menit pucat perfusi. Gangguan
- Suhu : 35,5oC - Turgor baik perfusi berat (PCO2
- TD: 120/80 tinggi) akan
- Nadi: 60- mengurangi aliran
100x/menit darah ke ginjal
- Suhu: 36,5-37,50C sehingga ginjal dapat
mengalami gangguan
fungsi yang dapat
dimonitor dari
peningkatan kadar
BUN, SC
Intervensi 3
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
35
Hasil
11/01/1 Intoleransi aktifitas yang Tujuan 1. Catat frekuensi jantung, 1. Respons klien terhadap
5 berhubungan dengan Setelah dilakukan irama, serta perubahan aktivitas dapat
ketidak seimbangan tindakan keperawatan tekanan darah selama dan mengindikasikan
antara suplai dan selama 2 x 24 jam sesudah aktivitas penurunan oksigen
kebutuhan oksigen masalah intoleransi miokard
ditandai dengan : aktifitas dapat teratasi 2. Tingkatkan istirahat, batasi 2. Menurunkan kerja
- Pasien mengeluh Kriteria Hasil aktivitas dan berikan miokard/ konsumsi
lelah dan lemah, Px mengatakan aktivitas senggang yang oksigen yang akan
setelah beraktivitas lelah hilang tidak berat berdampak pada
- TD : 90/80 mmHg. TD : 120/80 peningkatan suplai
- Suhu : 35,5 oC mmHg darah ke jaringan
- Nadi : 50x/ menit. Suhu : 36,5-37,5oC
- RR : 24x/menit. Nadi:60- 3. Untuk mengurangi
- EKG : Bradikardi 100x/menit 3. Pertahankan tirah baring beban kerja jantung,
RR : 16-24x/menit sementara sakit akut menurunkan kebutuhan
EKG Sinus Rytmis miokard
4. Untuk mendapatkan
36
4. Berikan waktu yang cukup cukup waktu resolusi
untuk istirahat dan aktivitas bagi tubuh dan tidak
terlalu memaksa kerja
jantung
37
tanda vital selama dan
setelah aktivitas.
38
Implementasi 1
Hari/ IMPLEMENTASI Tanda
tanggal tanagn
11/01/15 1. Mengauskultasi nadi perifer, kaji frekuensi, irama
jantung
2. Mencatat bunyi jantung
3. Melakukan palpasi pada nadi perifer
4. Memantau haluaran urine, mencatat penurunan
haluaran dan kepekatan/konsentrasi urine
5. Mengkaji perubahan pada sensori, contoh letargi,
binggung, disorientasi, cemas dan depresi
6. Mengatur lingkungan istirahat semi rekumben
pada tempat tidur atau kursi. Kaji dengan
pemeriksaan fisik sesuai indikasi
7. Mengatur lingkungan yang tenang: terhindar dari
stress
8. Memberikan obat antidisritmia
39
Implementasi 2
Hari/ IMPLEMENTASI Tanda
tanggal tanagn
11/01/15 1. Mengkaji status mental klien secara teratur
2. Mengobservasi warna kulit, suhu, sianosis, nadi
perifer secara teratur
3. Memantau tanda vital, periksa lab: HB, HT, BUN,
BGA sesuai kebutuhan
40
Implementasi 3
Hari/ IMPLEMENTASI Tanda
tanggal tanagn
11/01/15 1. Mencatat frekuensi jantung, irama, perubahan
tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
2. Meningkatkan istirahat, membatasi aktivitas dan
berikan aktivitas senggang yang tidak berat
3. Menganjurkan psien untuk mempertahankan tirah
baring sementara sakit akut
4. Menganjurkan pasien dapat mengatur waktu yang
cukup untuk istirahat dan aktivitas
5. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
12/01/15 1. Mencatat frekuensi jantung, irama, perubahan
tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
2. Meningkatkan istirahat, membatasi aktivitas dan
berikan aktivitas senggang yang tidak berat
3. Menganjurkan psien untuk mempertahankan tirah
baring sementara sakit akut
4. Menganjurkan pasien dapat mengatur waktu yang
cukup untuk istirahat dan aktivitas
Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
Evaluasi
41
Diagnosa 1
Tanggal Perkembangan
11/01/15 S :
- Px mengatakan tubuhnya masih gemetar
O:
- Kesadaran somnolen
- CRT < 3detik
- TD : 120/80 mmHg.
- Nadi : 50x/ menit.
- EKG : Bradikardi
A :Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi !
Mandiri
1. Auskultasi nadi perifer, kaji frekuensi, irama jantung
2. Catat bunyi jantung
3. Palpasi nadi perifer
4. Pantau haluaran urine, catat penurunan haluaran dan
kepekatan/konsentrasi urine
5. Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi.
Kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi
Kolaborasi
Berikan obat antidisritmia
12/01/15 S:
- Px mengatakan tidak gemetar lagi
O:
- Kesadaran compos mentis
- CRT < 3detik
- TD : 120/80 mmHg.
- Nadi : 60x/ menit.
- EKG : Sinus Rytmis
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi !
42
Diagnosa 2
Tanggal Perkembangan
11/01/15 S :
- Px mengeluh lemas
O:
- Waktu pengisian kapiler >3 detik
- Warna kulit tidak pucat
- Turgor baik
- TD : 120/80 mmhg
- Nadi : 50x/menit
- Suhu : 36,6oC
A : Masalah teratasi
P : hentikan Intervensi !
Diagnosa 3
Tanggal Perkembangan
43
11/01/15 S:
- Pasien mengeluh lelah dan lemah, setelah beraktivitas
O:
- TD : 120/80 mmHg.
- Skala ADL 3
- Suhu : 35,5 oC
- Nadi : 50x/ menit.
- RR : 24x/menit.
- EKG : Bradikardi
- TD : 120/80 mmHg.
- Skala ADL 0
- Suhu : 36,6 oC
- Nadi : 60x/ menit.
- RR : 24x/menit.
- EKG : Sinus Rytmis
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi !
BAB IV
PEMBAHASAN KESENJANGAN
44
Dalam pemabahasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien
ARITMIA adapun kesenjangannya sebagai berikut :
A. Pengkajian
Pada pengkajian secara teori pemeriksaan dilakukan secara umum
meliputi : keadaan umum, sistem sirkulasi, makanan dan cairan,
pernafasan, neuro sensori tetapi dalam kasus kita menggunakan head to-
toe
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB V
PENUTUP
45
5.1Simpulan
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis.Aritmia timbul
akibat perubahan elektro fisiologi sel-sel miokardium.Beberapa tipe malfungsi
jantung yang paling mengganggu tidak terjadi sebagai akibat dari otot jantung
yang abnormal tetapi karena irama jantung yang abnormal. Penyebab dari aritmia
jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan sistem irama kanduksi jantun:
a. Irama abnormal dari pacu jantung.
b. Pergesaran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
c. Blok pada tempat-tempat berbeda sewaktu menghantarkan impuls
melalui jantung.
d. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
e. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua
bagian jantung.
5.2 Saran
Meningkatkan kembali pengetahuan terkait konsep dasar pada pasien
dengan aritmia;
Meningkatkan pengetahuan perawat dalam pemberian layanan asuhan
keperawatan dengan aritmia;mia
Memperluas kembali pengetahuan demi perkembanga keperawatan
terutama pada klien dengan gangguan pada jantung.
46
DAFTAR PUSTAKA
47
48