Anda di halaman 1dari 27

13-07-2007

Waspadai Neo Arianisme 1: PRAKATA


SERI MEWASPADAI NEO ARIANISME
TANGGAPAN ATAS BUKU KARYA FRANS DONALD,
"ALLAH: DALAM ALKITAB & AL QUR’AN, SESEMBAHAN YANG SAMA ATAU BERBEDA?"

Beberapa tahun lalu, saya menulis sebuah sanggahan terhadap fenomena “Jesus Only” yang
menggemakan kembali paham Marcionisme Abad I Ms., yang menentang Ketuhanan Yahshua dan
menolak eksistensi kitab-kitab Injil yang melaporkan sifat semitik Yahshua dan para rasul, seperti
kitab MatitYah, Markus, Yohanes. Marcion lebih menyukai surat-surat rasul Paul, yang dianggapnya
tidak bersifat Yahudi. Paham Marcion ini mulai menggejala akhir-akhir ini, dengan gejala menolak
eksistensi TaNaKh yang lebih familiar disebut dengan Kitab Perjanjian Lama dan menolak Tuhan
yang mewahyukan diri-Nya pada Bangsa Yishrael. Kelompok Marcion mendukung pandangan bahwa
“Yesus” datang dari “Bapa Yang Tidak Dikenal” dan yang berbeda dengan “Tuhan dalam Perjanjian
Lama”.

Akhir-akhir ini, beredar tulisan berjudul, “ALLAH DALAM ALKITAB DAN AL QUR’AN, SESEMBAHAN
YANG SAMA ATAU BERBEDA? Karya Frans Donald. Dalam sampul depan buku edisi VI, tertulis
iklan bombastis, “Buku TAJAM & BERANI”, yang pernah terbit!”. Sayang, setelah memperhatikan
substansi argumentasi dalam buku tersebut, ternyata tidak cocok dengan ketebalan buku, rujukan
literatur, kemampuan menganalisis yang memadai, penguasaan bahasa Ibrani dan Yunani yang
minim, serta kemampuan tafsir yang minim. Untuk sebuah judul dan iklan bombastis seperti di atas,
hanya berisikan ulasan setebal 98 halaman, mengingat topik yang diusung, berkaitan dengan doktrin
utama dalam Kekristenan/Kemesianikan. Hampir keseluruhan gagasan yang diusung dalam buku ini,
khususnya ketika mengulas hakikat Yahshua, lebih cenderung MENGULANG DAN MENGGEMAKAN
AJARAN ARIANISME yang unitarianistik yang juga bergema dalam berbagai ajaran komunitas
Jehovah Witness [saksi Yehuwa], yang mana Sdr. Frans Donald banyak mengutip pendapat
komunitas tersebut. Kesan “Arianistik” itu terekam pada halaman 85 dan halaman 87 sbb:
Mungkin ada diantara pembaca dan sahabat-sahabat penulis yang bertanya-tanya, apa sih agama si
penulis buku ini, Islam atau Kristen? Bagi penulis, kata ‘agama’ seringkali terlalu banyak dimuati
aspek-aspek buatan manusia. Jadi, jika ditanya: Apa agama anda? Maka sesuai arti dari kata agama
yang berarti ‘tidak kacau’, penulis selalu menjawab demikian: “Terserah orang mau sebut agama
saya apa, yang jelas Saya percaya kebenaran Taurat, Injil dan Al Qur’an. Saya suka menyebutnya
sebagai iman [agama] Ibrahimik”. Secara singkat penulis meyakini suatu kepercayaan yang olehnya
disebut ‘iman [agama] Ibrahimik’.

…Namun, perlu saya jelaskan bahwa walaupun saya disebut Kristen, Kristen saya adalah ‘Kristen
Tauhid’. Apa itu ‘Kristen Tauhid’? Pada intinya, sebagai Kristen Tauhid, Allah saya esa, bukan tiga
atau Trinitas. Saya tidak percaya Allah itu satu dalam tiga pribadi [Allah Bapa, Allah Anak dan Allah
Roh Kudus]. Allah yang saya sembah adalah Allah dari Yesus kristus yang juga Allah Muhammad
s.a.w, Ibrahim, Ismail, Ishak dan yakub, serta para nabi lainnya. Namun lebih dari itu, sebagai Kristen
Tauhid, saya meyakini bahwa apapun sebutannya, kita semua sebenarnya adalah anggota keluarga
besar umat Allah, dan kita bersaudara. Peace…!
Istilah Arianistik merujuk pada nama tokoh sebelum konsili-konsili gereja, bernama Arianus yang
pada Abad IV mengajarkan bahwa Yahshua adalah pribadi ilahi ciptaan Elohim. Harry R. Boer
meringkaskan mengenai Arius sbb:
Like the western Adoptionist, he was concerned about the unity of God. Therefore, he taught that the
Father alone is without a beginning. The Son [or Logos] had a beginning; God created the Logos in
order that he might create the world. Since the Logos was the first and highest of all created beings,
Arius was willing to call the Logos God. But this was only a manner of speaking. The Logos was
creature”[f1]

[Seperti golongan Adopsi bagian Barat, dia cenderung pada kesatuan Elohim {Tuhan}. Dia
mengajarkan bahwa Sang Bapa, tanpa permulaan. Sang Putra [Logos] memiliki permulaan; Elohim
{Tuhan} menciptakan Logos agar melaluinya Dia menciptakan dunia. Dikarenakan Logos adalah
yang terutama dan tertinggi dari semua mahluk ciptaan, maka Arius menyebut Logos itu Elohim
{Tuhan}. Namun ini hanya soal istilah atau cara penyebutan. Logos itu sendiri adalah ciptaan]
Sementara istilah Unitarianistik, menunjuk pada nama organisasi Gereja Unitarian yang memiliki
karakteristik sbb:
“…a member church dating from the eighteenth century and associated with Christianity. It is wide-
spread in England and North America. Unitarians believe in one God, but deny the doctrine of the
Trinity. They believe that all religions are different paths to the same truth, and so will sometimes read
from the sacred books of religions other than Christianity as well as from the Bible in their
services…[f2]

[…anggota gereja yang berasal dari Abad XVIII dan menghubungkan diri dengan Kekristenan. Gereja
ini meluas ke Inggris dan Amerika Utara. Kaum Unitarian percaya hanya pada satu Elohim {Tuhan}
namun menolak doktrin mengenai Trinitas. Mereka percaya bahwa semua agama-agama adalah
jalan yang berbeda untuk satu tujuan kebenaran yang sama dan terkadang mereka membaca dari
kitab-kitab suci agama-agama selain Kristen, dalam pelayanan mereka, sebaik mereka membaca
Bible…]
Sifat universalisme ini terekam dalam pernyataan Sdr. Frans Donald dalam halaman 87 sbb:
…Namun, perlu saya jelaskan bahwa walaupun saya disebut Kristen, Kristen saya adalah ‘Kristen
Tauhid’. Apa itu ‘Kristen Tauhid’? Pada intinya, sebagai Kristen Tauhid, Allah saya esa, bukan tiga
atau Trinitas. Saya tidak percaya Allah itu satu dalam tiga pribadi [Allah Bapa, Allah Anak dan Allah
Roh Kudus]. Allah yang saya sembah adalah Allah dari Yesus kristus yang juga Allah Muhammad
s.a.w, Ibrahim, Ismail, Ishak dan yakub, serta para nabi lainnya. Namun lebih dari itu, sebagai Kristen
Tauhid, saya meyakini bahwa apapun sebutannya, kita semua sebenarnya adalah anggota keluarga
besar umat Allah, dan kita bersaudara. Peace…!

Footnote:

 [f1] : A Short History of The early Church, Grand Rapids Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company,
1986, p. 114
 [f2] : Richard Kennedy, The Dictionary of Beliefs, London: Ward Lock Educational/BLA Publishing Limited,
1984p.193

PDT. TEGUH HINDARTO, MTH.


NAFIRI YAHSHUA MINISTRY
PO. BOX 122
KEBUMEN 54300
JAWA TENGAH – INDONESIA

Komentar terhadap Artikel ini dapat Anda kirim ke komentar@messianic-indonesia.com


Jangan lupa untuk mencantumkan Judul Artikel ini dalam komentar Anda

Anda juga dapat berpartisipasi dalam situs ini


dengan mengirimkan Artikel anda ke redaksi@messianic-indonesia.com
13-07-2007

Waspadai Neo Arianisme 2: PERTENTANGAN


PAHAM TENTANG ALLAH

SERI MEWASPADAI NEO ARIANISME


TANGGAPAN ATAS BUKU KARYA FRANS DONALD,
"ALLAH: DALAM ALKITAB & AL QUR’AN, SESEMBAHAN YANG SAMA ATAU BERBEDA?"

TANGGAPAN TERHADAP BAB I

Berikut saya susun evaluasi teologis dalam urutan yang sistematis, agar memudahkan para pembaca
untuk menangkap alur berfikir Frans Donald dan alur berfikir saya, yang dituangkan dalam evaluasi
teologis ini.

Pada halaman 23 dikatakan:


“Sebenarnya, kata Allah jika dipahami dengan benar dan hati yang tulus sama sekali tidak perlu
diperdebatkan karena itu hanya soal bahasa saja. Dalam bukunya Keluarga Besar Umat Allah, D.T.
Nugroho, seorang rohaniawan dan sejarahwan berpemikiran luas, menerangkan cukup jelas bahwa
kata Allah adalah asli Bahasa Arab, terbentuk dari kata: al- [kata sandang, setaraf dengan the dalam
bahasa Inggris] dan illah [sesembahan, setaraf dengan god dalam Bahasa Inggris]. Kata Allah ini
sudah dikenal sebelum masa Nabi Muhammad s.a.w. [Nugroho, 1999:15]. Penulis di halaman buku
ini ingin juga melengkapi uraian bahwa makna etimologis Allah dalam bahasa Arab dengan demikian
dalam Bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai ‘sesembahan’ atau ‘yang patut disembah’.
Dengan demikian Allah memiliki padanan makna di dalam:

Bahasa Indonesia : Dewa [dari istilah Sansekerta dev]


Bahasa Inggris : God
Bahasa Ibrani : Elohim
Bahasa Yunani : Theos

EVALUASI TEOLOGIS:

Kajian Frans Donald mengenai asal-usul dan filologi nama Allah sangat minim literatur. Penggunaan
nama Allah dalam Kitab Suci terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, bukan semata-mata masalah
bahasa. Allah bukan bahasa tapi nama. Nama siapa? Nama sesembahan [ilah, Arb/eloah,Ibr] bangsa
Arab pra Islam dan saat Islam disiarkan oleh Muhammad. Tidak ada informasi dalam TaNaKh [Torah,
Neviim, Kethuvim] dan Brit Khadasha [Perjanjian Baru] yang menginformasikan bahwa Allah, adalah
sesembahan Yudaisme maupun Kekristenan.

Berbicara mengenai asal-usul dan filologi nama Allah, memang masih banyak kontroversi. Pendapat
Anda yang mengatakan bahwa nama Allah adalah bentukan dari Al dan Ilah, hanyalah salah satu dari
sekian banyak pendapat. Dalam makalah yang saya presentasikan di Auditorium Duta Wacana,
Yogyakarta, saya mengulas mengenai dua kelompok teori asal-usul nama Allah sbb:

Pandangan Islam: Allah, berasal dari kata Al [definite article, The] dan Ilah [generic name, God].
Penyingkatan dari kata Al dan Ilah menjadi Allah, untuk menandai sesuatu yang telah dikenal. Dalam
perkembangannya, untuk mempermudah hamzat yang berada diantara dua lam [huruf ‘LL’], huruf ‘I’
tidak diucapkan sehingga berbunyi Allah dan menjadi suatu nama yang khusus dan tidak berakar[f1].
Ada pula yang berpendapat bahwa Allah berasal dari Al Ilahah, Al Uluhah dan Al Uluhiyah yang
bermakna ibadah atau penyembahan[f2]. Yang lain mengajukan bahwa Allah berasal dari kata Alaha
yang berarti menakjubkan atau mengherankan karena segala perbuatannya[f3]. Sementara ada yang
berargumentasi bahwa Allah berasal dari kata, Aliha ya’lahu yang bermakna tenang[f4]. Kelompok
pemikir dari Kufah mengatakan bahwa Allah, berasal dari Al-Lah, yang diambil dari verba noun lah
yang berasal dari kata lahaya yang bermakna menjadi tinggi[f5]. Sedangkan Ibn Al Arabi menyatakan
bahwa Tuhan itu tidak bernama, tetapi Dzat yang dinamakan oleh umatNya. Penamaan terhadap
Tuhan, berarti melimitasi eksistensi Tuhan[f6].
Pandangan Kristen : Ada yang beranggapan bahwa Allah adalah berasal dari sumber Syriac, Alaha
[f7]. Sementara yang lain berpendapat bahwa Allah berasal dari akar kata rumpun semitis El, Eloah
dan Elohim serta Alaha. Bentuk Arabnya Ilah, lalu mendapat imbuhan Al yang berfungsi sebagai
definite article [The God- Al Ilah-Allah] [f8]. Kata Allah berasal dari Al dan Ilah. Akar kata ini terdapat
dalam semua bahasa semitis, yaitu dua konsonan alif dan lam serta ucapan yang lengkap dengan
huruf hidup adalah sesuai dengan phonetik masing-masing[f9]. George Fry dan James R. King
menyampaikan, “the name by which God is known to muslim, Allah is generally thought to be the
proper noun form of the Arabic word for God, Ilah. Al, meaning The in Arabic word. This word is
related to the Hebrew from El and Elohim [f10]. J. Blau menjelaskan bahwa kata Allah adalah murni
dari konteks Arab dan bukan dari sumber Syriac[f11].

Saya keberatan jika nama Allah merupakan bentukan dari Al dan Ilah dikarenakan:

Allah, bukan bentukan atau kontraksi dari Al dan Ilah. Jika benar Allah adalah kontraksi dari Al dan
Ilah, mengapa logika ini tidak berlaku untuk kata Arab lainnya seperti, Al dan Iman, mengapa tidak
menjadi Alman? Al dan Ilmu mengapa tidak menjadi Almu? Bambang Noorsena pernah membantah
dengan menyatakan bahwa kasus penyingkatan Al dan Ilah, hanya terjadi dalam bahasa Arab[f12].
Renungkan: mengapa penyingkatan ini menjadi sangat istimewa pada kata Al dan Ilah?

Allah, bukan berasal dari rumpun kata semitis El, Eloah dan Elohim. Jika Allah adalah rumpun semitis
dengan istilah Ibrani, El, Eloah dan Elohim, maka bentuk gramatika jamak untuk Allah itu apa? Dalam
terminologi Hebraik, penjamakan kata benda, selalu digunakan akhiran “im” [jika gendernya maskulin]
atau “ot” dan “ah”, [jika gendernya feminin] [f13]. Kata “khay” [hidup] bentuk jamaknya adalah
“khayim” [kehidupan]. Kata “Eloah”, bentuk jamaknya “Elohim”. Demikian pula dalam bahasa Arab,
istilah Ilah [yang sepadan dengan Eloah], bentuk jamaknya adalah Alihah [Ilah-ilah]. Adakah bentuk
jamak dari Allah? [f14] Renungkan: Adakah tata bahasa yang membenarkan bahwa nama diri ditulis
dalam bentuk jamak?

Dalam Kitab Suci TaNaKh, tidak ada ditemui kata Allah dalam konotasi nama diri. Dalam naskah
TaNaKh berbahasa Ibrani, ada sejumlah kata yang berkonotasi dengan Allah, namun sesungguhnya
bukan. Contoh:

 Alla [ ], huruf ‘h’ diakhir kata tidak diucapkan karena tidak ada titik pengeras atau
dagesh forte. Artinya, “sumpah” [1 Raj 8:31]
 Alla [ ]01, huruf ‘h’ akhir tidak diucapkan. Artinya, “pohon besar” [Yos 24:26]
 Ela [ ], huruf ‘h’ diakhir kalimat tidak diucapkan. Artinya, “nama suatu kaum” [Kej 34:41]
dan “nama raja di Israel” [1 Raj 16:6-8]
 Elaha [ , Dan 5:21], Elah [ , Dan 2;47a], Elahakhon [ Dan 2:47b], adalah
varian bahasa Aram yang artinya sama dengan Eloah dalam bahasa Ibrani. Baik Elah, Elaha
atau Elahakhon dapat menunjuk pada terminologi Sesembahan Israel Yang Sejati atau
terminologi umum untuk sesembahan diluar Israel
 Eloah [ , Hab 3:3], Elohei [ , 1 Taw 16:26], Elohim [ , Kej 1:1], artinya Yang
Maha Kuasa atau Sesembahan. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan God dan dalam bahasa
Yunani diterjemahkan Theos.
 El [ , Kej 33:20] artinya Yang Maha Kuat

Dalam Kitab Perjanjian Baru [Beshorah-Injil], tidak ditemui kata-kata yang menunjuk pada nama diri
Allah. Ketika Yahshua [Yesus] berteriak di kayu salib saat kematianNya, Dia berseru: “Eli-Eli Lama
Shabakhtani? ” [Mat 27:46]. Kata “Eli”, merupakan bentuk singkat dari “Elohim” dan “Anokhi” atau
“Ani” [saya]. Kebiasaan menyingkat kalimat seperti ini biasa terjadi dalam tradisi Israel. Perhatikan
dalam Keluaran 15:2 yang selengkapnya dalam naskah Hebraik: “ze Eli, weanwehu Elohei abi
waaromenhu”. Kata “Eli” dalam ayat tersebut diartikan “Sesembahanku” atau “Tuhanku”. Seruan Eli-
Eli lama sabakhtani dalam Matius 27:46 dalam Kitab Suci berbahasa Arab dituliskan, “Ilahi-Ilahi
limadza taroktani? ” dan bukan “Allahi-Allahi limadza taroktani? ”.

Dengan demikian, padanan untuk istilah Arab Ilah adalah Eloah atau Elohim dalam bahasa Ibrani.
Dan jika di Indonesiakan seharusnya diterjemahkan Tuhan atau sesembahan dan bukan Allah,
karena Allah adalah nama Ilah atau nama Eloah atau nama Tuhan Bangsa Arab pra Islam dan yang
dianut Bangsa Islam.

Footnote:

 [f1] : DR. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, Lentera Hati, 1998, hal 3-9
 [f2] : Ibid
 [f3] : Ibid
 [f4] : Ibid
 [f5] : DR. Djaka Soetapa, Penterjemahan Kata Yahweh dan Elohim menjadi TUHAN dan Allah dalam
Perspektif Teologi Islam, hal 2 [Makalah disampaikan pada Sarasehan Terjemahan Alkitab Mengenai Kata
TUHAN dan ALLAH, PGPK, Bandung, 5 Juni 2001]
 [f6] : DR. Kautzar Azhari Noer, Tuhan Kepercayaan [Artikel Koran Jawa Pos, 23 September 2001
 [f7] : Arthur Jefrey, The Foreign Vocabulary of the Qur’an, Baroda:Oriental Institute, 1938, p.66
 [f8] : Bambang Noorsena, Mengenai Kata Allah, Institute for Syriac Christian Studies, Malang, 2001, hal 9
 [f9] : Olaf Schumman, Keluar dari Benteng Pertahanan, Rasindo, hal 172-174
 [f10] : George Fry and James R. King, Islam: A Survey of The Muslim Faith, Baker Book House, 1982, p.487
 [f11] : Arabic Lexicographical, Miscelani, 1972, p. 173-190
 [f12] : Op.Cit., Mengenai Kata Allah, hal 16-17
 [f13] : DR. D.L. Baker, Pengantar Bahasa Ibrani, BPK 1992, hal 89
 [f14] : Teguh Hindarto, STh., Kritik dan Jawab Terhadap Efraim Bambang Noorsena, SH. [Artikel di Majalah
BAHANA No 09, 2001, hal 13]

PDT. TEGUH HINDARTO, MTH.


NAFIRI YAHSHUA MINISTRY
PO. BOX 122
KEBUMEN 54300
JAWA TENGAH – INDONESIA

Komentar terhadap Artikel ini dapat Anda kirim ke komentar@messianic-indonesia.com


Jangan lupa untuk mencantumkan Judul Artikel ini dalam komentar Anda

Anda juga dapat berpartisipasi dalam situs ini


dengan mengirimkan Artikel anda ke redaksi@messianic-indonesia.com
18-07-2007

Waspadai Neo Arianisme 3: ALLAH ISLAM= ALLAH KRISTEN?

SERI MEWASPADAI NEO ARIANISME


TANGGAPAN ATAS BUKU KARYA FRANS DONALD,
"ALLAH: DALAM ALKITAB & AL QUR’AN, SESEMBAHAN YANG SAMA ATAU BERBEDA?"

TANGGAPAN TERHADAP BAB IV

Pada halaman 30-31 dikatakan:


Di dalam Al Qur’an juga dijelaskan bahwa Allah yang menurunkan Al Qur’an pada
Muhammad s.a.w. tersebut adalah sesembahan Ibrahim [Abraham], Ismail, Ishak, Yakub
[Israel], anak cucunya, Musa, Isa [Yesus] dan para nabi. Mari kita baca ayat tersebut:

Katakanlah [Muhammad] kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim [Abraham], Ismail, Ishak dan Yakub
[Israel], dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa [Yesus] dan para nabi
dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya
kepada-Nya kami berserah diri. [Al Imran QS 3:84]

Sementara itu, di dalam Alkitab, Allah yang telah menurunkan Kitab Injil-yang berasal dari
kata Yunani euanggelion, artinya ‘kabar baik’ atau ‘kabar gembira’ – adalah Allah yang juga
diberitakan oleh rasul-rasul Kristus, yaitu: “Allah Abraham [Ibrahim], Ishak, dan Yakub
[Israel], Allah nenek moyang kita”. [Kisah Para Rasul 3:13].

Dari pemahamannya Al Qur’an dan Al Kitab di atas dapat kita pahami dengan jelas bahwa
sebenarnya Allah umat Islam adalah sama dengan Allah umat Kristen, yaitu: Allah Ibrahim
[Abraham], Ismail, Ishak dan Yakub[Israel].

EVALUASI TEOLOGIS:

Menarik kesimpulan bahwa Tuhan yang disembah Yudaisme dan Kristen dengan Islam
adalah sama, dengan mendasarkan pada pernyataan Al Qur’an, merupakan tindakan
gegabah dan tergesa-gesa. Seharusnya Sdr. Frans Donald meneliti lebih komprehensif studi
teks antara Qur’an dan TaNaKh serta Brit Khadasha, sehingga kesimpulan mengenai
kesamaan nama dan konsep Tuhan diantara ketiga agama tersebut dapat lebih
dipertanggungjawabkan.

Menarik kesimpulan bahwa Tuhan yang disembah Yudaisme dan Kristen dengan Islam
adalah sama, dengan mendasarkan pemakaian dan penggunaan nama Allah, tidak memiliki
landasan teologis yang kokoh.

Jika benar bahwa Tuhan Islam dan Kristen sama, mengapa Qur’an menolak kematian dan
penyaliban Isa dan mengatakan bahwa orang lain yang diserupakan [Qs 4:157-158]?
Mengapa Qur’an menolak eksistensi Ketu[h]anan Isa [Qs 5:116]? Mengapa Qur’an menolak
keesaan Bapa, Putra dan Roh Kudus sebagai hakikat Elohim Yang Esa [Qs 5:72]? Mengapa
Qur’an mengklaim bahwa misal penciptaan Isa hanya seperti Adam [Qs 4:59]?

Kita tidak menolak bahwa ada banyak unsur kesamaan antara Qur’an dan TaNaKh dan Brit
Khadasha. Namun juga ada banyak ketidaksamaan yang sangat prinsipil dan doktrinal
antara Qur’an dan TaNaKh dan Brit Khadasha. Fakta-fakta ketidaksamaan secara prinsipil
dan doktrinal inilah yang tidak tersentuh oleh Frans Donald.
Kekurang mengertian bahasa Ibrani dan Yunani, menambah kekeliruan penyimpulan Sdr.
Frans Donald mengenai konsep Ketuhanan antara Islam dan Kristen. Jika kita telaah bunyi
teks Ibrani Kitab Keluaran [Sefer Shemot] 3:1-22 dan Qur’an At Taha [Qs 20:9-98] akan
SANGAT BERTOLAK BELAKANG, sekalipun mengisahkan oknum yang sama, yaitu
pertemuan antara Moshe dengan Tuhan Semesta Alam dan penyingkapan tabir nama-Nya.

Yang menarik, jika pernyataan nama Tuhan Semesta Alam dalam Kitab Keluaran 3:15
dinyatakan sbb: “Anokhi Yahweh, Elohey avotekem, Elohey Avraham we Elohey Yitskhaq
we Elohey Ya’aqov, shelakhmi aleikem. Ze shemi le olam we ze zikri le dor-dor” [Akulah
Yahweh, Eloahnya nenek moyangmu, Eloahnya Avraham, Eloahnya Yitskhaq dan Eloahnya
Ya’aqov, telah mengutus aku kepadamu. Inilah nama-Ku untuk selama-lamanya dan inilah
pengingat-Ku turun temurun]. Maka Qur’an 20:14 justru mengatakan: “Innani anallahu la
ilaha illa ana fa budni wa aqimis salata li zikri” [Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak
ada Tuhan {yang haq} selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku”].

Bagaimana mungkin jika sumber pewahyuan TaNaKh dan Qur’an sama, yang satu
memperkenalkan dirinya sebagai YAHWEH [ ]sementara yang satu memperkenalkan
dirinya dengan nama Allah?

PDT. TEGUH HINDARTO, MTH


NAFIRI YAHSHUA MINISTRY
PO. BOX 122
KEBUMEN 54300
JAWA TENGAH – INDONESIA

Komentar terhadap Artikel ini dapat Anda kirim ke komentar@messianic-indonesia.com


Jangan lupa untuk mencantumkan Judul Artikel ini dalam komentar Anda

Anda juga dapat berpartisipasi dalam situs ini


dengan mengirimkan Artikel anda ke redaksi@messianic-indonesia.com
18-07-2007

Waspadai Neo Arianisme 4: SIAPAKAH YESUS KRISTUS?

SERI MEWASPADAI NEO ARIANISME


TANGGAPAN ATAS BUKU KARYA FRANS DONALD,
"ALLAH: DALAM ALKITAB & AL QUR’AN, SESEMBAHAN YANG SAMA ATAU BERBEDA?"

TANGGAPAN TERHADAP BAB V

Pada halaman 37-41 dikatakan:


Para pembaca yang terkasih, sebenarnya, kalau kita mau dengan jujur membaca Alkitab, maka akan
jelas sekali bahwa menurut Alkitab, Yesus benar-benar bukanlah Allah [Yahweh]. Hal ini misalnya
diungkapkan di Kitab Wahyu 3:14, ada tertulis bahwa Yesus yang bergelar ‘Amin’ [bdk 2 Korintus
1:20] dan ‘saksi yang setia’ adalah ‘permulaan dari ciptaan Allah’. Marilah kita selidiki pernyataan
Alkitab yang mengungkapkan bahwa Yesus Kristus bukanlah Allah [Bapa]. Semua ayat Alkitab ini
harus dibuka dan dibaca dengan teliti:

Yohanes 12:49-50
Yohanes 14:28
Yohanes 17:3
Yohanes 20:17
Matius 24:36 dan Markus 13:32
Matius 15:34
Kisah 7:55-56
Wahyu 3:2,12

Sebelum menjadi manusia Yesus, siapakah dia? Dari perbandingan beberapa ayat kunci, tampaknya
identitas Yesus sebelum kelahirannya adalah sebagai ‘malaikat utusan Allah’. Berikut ayat-ayat di
dalam Alkitab ini perlu dibuka dan dibaca dengan teliti:

Maleakhi 3:1
Wahyu 1:5 dan Wahyu 3:14
1 Korintus 1:24
Amsal 8:22-30
Ibrani 1:5-9

Oleh karena itu, jika di Kolose 1:15-16, Yesus disebut sebagai ‘Gambar Wujud Allah’ dan ‘Ciptaan
Yang Sulung’, tidak keliru jika Yesus disebut sebagai ‘Saudara Sulung’ bagi manusia, karena dialah
yang sulung, ‘Permulaan Ciptaan Allah’ [Wahyu 3:14].

EVALUASI TEOLOGIS:

Ciri khas Arianisme dan kelompok-kelompok Unitarianisme, termasuk Jehovah Witness, adalah
selalu menonjolkan ayat-ayat yang cenderung memperlihatkan kemanusiaan Yahshua belaka, tanpa
menggali lebih dalam sifat Keilahian Yahshua. Kitab Brit ha Khadasha [Perjanjian Baru] dengan jelas
memperlihatkan sisi hakikat Ketuhanan Mesias dan sisi kemanusiaan Mesias. Dikatakan dalam
Kolose 2:9

YLT Colossians 2:9 because in him doth tabernacle all the fulness of the Godhead bodily,

WHO Colossians 2:9

HNT Colossians 2:9

Jika diterjemahkan secara literal, “Di dalam Dia berdiam keseluruhan sifat Ketuhanan, dalam wujud
badani”. Ayat ini menegaskan sifat unitas yang terjaga seimbang dan sempurna, tidak bercampur
tidak terpisah antara Ketuhanan dan kemanusiaan.

Untuk lebih memahami hakikat Yahshua, kita akan mengkaji secara lebih mendalam dari eksposisi
Kitab Yokhanan 1:1-18, karena Kitab Yokhanan menyingkapkan tabir hakikat Ketuhanan dan
Kemanusiaan Yahshua Sang Mesias.

Pemahaman Tentang Makna Logos

Rasul Yokhanan memulai “Kabar Baik” [Injil, Arab/Euangelion, Greek/Besorah, Ibrani] yang ditulisnya
dengan sebuah pernyataan : “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan
Elohim dan Firman itu adalah Elohim” [Yoh 1:1]… ”Firman itu telah menjadi manusia dan diam di
antara kita” [Yoh 1:14].
Dalam naskah Greek di tuliskan, “en arche en ho Logos kai ho Logos en pros ton Theon, kai Theos
en ho Logos” [f1]. Sementara dalam naskah Aramaik di tuliskan, “Beresyit eytuhay hua Malta we hu
Malta eytuhay hua lut Alaha we Alaha eytuha hua hu Malta” [f2]. Sementara dalam naskah Bahasa
Ibrani di terjemahkan, “Bereshit haya ha Davar we ha Davar haya et ha Elohim we hu ha Davar haya
Elohim” . Sementara dalam Hebraic Root Version New Testament di terjemahkan, “In the beginning
was the Word and the Word was with Eloah and Eloah was the Word” [f3]

Yokhanan memberikan penjelasan mengenai “Pra Ada” [Pre Existence] dari Sang Mashiah yang di
sebutnya dengan, “Davar”, “Malta”, “Logos”. Istilah “Davar” bermakna, “word, saying, speech, news,
command, promise, incident, occurance, history, concern, cause, question, law, suit” [f4]. Adapun
istilah “Malta” bermakna, “something, matter, word, statement” [f5]. Sedangkan istilah “Logos”, di
artikan sebagai “principle of reason or order immanent in the universe, the principle which imposes
form on the material world and constitutes the rational soul in man” [f6].

Dalam naskah Yunani, di pergunakan istilah “Logos” untuk Firman. Ada dua persoalan yang hendak
di kaji dalam kaitannya dengan istilah Logos.

Apakah Yokhanan Mengambil Alih Gagasan Platonik Tentang Logos?

“Logos”, dalam arti filsafatnya sudah lama di pakai sebelum penggunaannya di dalam Kitab
Yokhanan, baik dalam konteks pemikiran Yunani maupun Mesir bahkan pemikir Yahudi bernama
Philo[f7].

 Heraklitus [500 seb.Ms] mula-mula menggunakan istilah Logos. Menurutnya, dunia selalu
mengalami perubahan. Daya penggerak perubahan tersebut adalah Logos. Logos adalah
pikiran yang benar dan bersifat kekal
 Anaxagoras [400 seb.Ms] beranggapan bahwa Logos adalah jiwa manusia yang menjadi
pengantara antara Elohim dan manusia. Logos berdiam di dalam dunia.
 Philo [20 seb.ms-20 Ms] seorang Yahudi Alexandria menyatakan bahwa Logos adalah akal
elohim yang menjadi pengantara antara Elohim dan manusia. Logos tidak berkepribadian dan
Logos tidak dapat berubah menjadi manusia.

Kembali kepada pertanyaan sebelumnya. Mengenai pertanyaan bahwa Yokhanan mengambil alih
atau tidak suatu gagasan filsafat Platonik tentang Logos dapat di jelaskan dari beberapa perspektif.

Perspektif pertama, mengutip pandangan DR. Purnawan Tenibemas sbb :


“Rasul Yohanes tanpa ragu-ragu memakai kata Logos sebagai sarana untuk memperkenalkan Tuhan
Yesus. Tetapi Logos yang di maksudkan oleh Yohanes tidak sama dengan Logos yang di artikan oleh
orang lain. Selanjutnya Purnawan menambahkan, “Rasul Yohanes telah menyimak suasana pikiran
zamannya, mengambil istilah yang umum di pakai dan tumpuan harapan orang sesamanya, serta
memberi arti baru yang lebih dalam sesuai dengan ilham Roh Kudus kepadanya” [f8].
Berbeda dengan Purnawan, dalam bukunya, Tafsiran Injil Yohanes 1-5, Olla Tuluan, Ph.D.,
menjelaskan bahwa penggunaan istilah Logos dalam Injil Yokhanan di karenakan istilah itu sudah di
kenal dalam lingkungan Yahudi dan Yunani, namun penggunaan Logos harus di mengerti latar
belakangnya dalam penyataan Elohim dalam Perjanjian Lama[f9].
Bagaimana TaNaKh [Torah, Neviim, Kethuvim] atau lazim di sebut Kitab Perjanjian Lama,
menjelaskan essensi Firman ? Ada empat essensi Firman berdasarkan kesaksian TaNaKh, yaitu :

 Daya Cipta Elohim


“bi devar Yahweh shamaym naasyu, ube ruakh piw, kal tsevaam” [Sefer Tehilim 33:6] yang
artinya, “Oleh Firman Yahweh langit telah di buat dan oleh nafas dari mulut-Nya, terbentuklah
semua tentara-Nya” [Mzm 33:6]. Dalam Sefer Beresyit atau Kitab Kejadian, sebanyak 9 kali
istilah “Amar” [Firman] di hubungkan dengan terjadinya ciptaan. Di tuliskan, “wayomer
Elohim, ‘yehi wa yehi’, artinya, “jadi maka jadilah”.
 Utusan Elohim
“yislakh devaru we yirpaem…” [Sefer Tehilim 107:20] artinya, “Dia mengutus Firman-Nya dan
di sembuhkannya mereka” [Mzm 107:20]
 Pelaksana Kehendak Elohim
“ken yihye devari asher yetse mipiy. Lo yashuv elay reqam. Ki imasha et asher khapatsti we
hitsliyakh asher shelakhtiw” [Yes 55:11] yang artinya, “demikianlah Dia, Firman-Ku yang
keluar dari mulut-Ku tidak akan kembali kepada-Ku dengan kehampaan namun Dia akan
melaksanakan dengan sempurna apa yang Aku inginkan dan akan memperoleh tujuan-Nya
sebagaimana Aku mengutus-Nya” [Yes 55:11].
 Kehendak Elohim yang di komunikasikan pada para nabi-Nya
“wa yomer et Yahweh el YesaYah..” [Sefer Yesayah 38:4] “Maka berfirmanlah Yahweh
kepada Yesaya..” [Yes 38:4].

Logos, Elohim atau “suatu Elohim “?

Sehubungan dengan bunyi teks Kitab Yokhanan naskah Greek, “kai Theos en ho Logos” [Yoh 1:1]
ada beberapa terjemahan yang berbeda sesuai dengan asumsi masing-masing penerjemah. Dalam
The New Testament in An Improved Version di terjemahkan demikian : “dan Firman itu adalah
suatu [elohim]” , 1808. Sementara The Emphatic Diaglot menerjemahkan, “dan suatu [elohim]
Firman itu” , 1864. Lalu La Bible du Centenaire L’Evangile selon Jean menerjemakan, “dan Firman
itu adalah suati pribadi elohim” , 1928. Dan akhirnya The Bible An Ammerican Translation
menerjemahkan, “dan Firman itu elohim” , 1935. [f10] Mengapa beberapa terjemahan di atas berbeda
dengan terjemahan pada umumnya [“dan Firman itu adalah Elohim”]?? Donald Guthrie membahas
kesalahpahaman banyak orang terhadap frasa naskah Yokhanan berbahasa Greek, sbb :
“Dalam Yokhanan 1:1 dalam bahasa Yunani, kata Theos tidak mempunyai kata sandang, hal ini telah
menyesatkan banyak orang yang berpikir bahwa pengertian yang benar dari pernyataan itu ialah,
‘Firman itu adalah seorang elohim’, tetapi secara tata bahasa pengertian itu tidak dapat di
pertahankan, karena kata Theos merupakan predikat. Tidak dapat di ragukan bahwa Yokhanan
bermaksud agar para pembacanya mengerti bahwa Firman itu memiliki sifat [Elohim], tetapi ia tidak
bermaksud bahwa Firman dan Elohim merupakan istilah yang sama artinya, karena pernyataan
sebelumnya dengan jelas membedakan keduanya. Seharusnya pernyataan ini berarti bahwa
walaupun Firman itu adalah Elohim, namun pengertian tentang [Elohim] mencakup lebih dari
Firman…dengan beberapa kata ia telah memberi kesan mengenai sikap dan kedudukan Keelohiman
dari Firman yang selalu bersama-sama dengan [Elohim] [f11].
Makna Logos dalam Kitab Yokhanan

Dari eksposisi esensi Firman dalam TaNaKh, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Rasul Yokhanan
sedang menggemakan kembali hakikat dan fungsi “davar” dalam TaNaKh yang terlibat langsung
dalam penciptaan dan kekal bersama Yahweh Sang Pencipta. DR. David Stern menjelaskan:
“The language echoes the first sentence of Genesis…thus the TaNaKh lays the groundwork for
Yochanan’s statement that the Word was with God and was God’s[f12].

[bahasa Yokhanan menggemakan kalimat pertama dalam Kitab Kejadian…sehingga TaNaKh


meletakkan latar belakang bagi pernyataan Yokhanan bahwa Sang Firman bersama dengan Elohim
{Tuhan} dan adalah Elohim {Tuhan}]
Penggunaan istilah “Logos” dalam Kitab Yokhanan berbahasa Greek, bukan menandakan bahwa
Yokhanan mengambil alih ide tentang “Logos” Helenistik Platonik dan mengisinya dengan arti yang
baru, sebagaimana anggapan banyak teolog. Penggunaan istilah Logos merupakan pemindahan
bahasa untuk menerjemahkan makna kata “Davar” atau “Milta” serta “Memra” [dalam Targum].
Dengan menggunakan istilah Logos, pengertiannya mudah di kenali oleh pembaca Yahudi [pengikut
Filsuf Philo] maupun pembaca Hellenis [pengikut Filsuf Anaxagoras, Heraklitus, dll], meskipun esensi
Logos yang di bicarakan Yokhanan berbeda secara substansial dan konseptual dengan gagasan
Helenistik.

Firman Yahweh tidak di ciptakan karena Firman Yahweh ada dalam kekekalan bersama dengan
Yahweh. Firman adalah Daya Cipta Yahweh[yang menyebabkan sesuatu Ada]. Firman tidak di
ciptakan. Jika Firman di ciptakan, dengan apakah Firman di ciptakan ??

Eksposisi Kitab Yokhanan 1:1-18 hendak menjelaskan aspek Ontologi dan Antropologi mengenai
Yahshua, sbb:

 Dia bersama Elohim” [ay 1]. Artinya, sang Firman berdiam dan sehakikat dengan Elohim
Yahweh. Kata yang di terjemahkan “bersama dengan” adalah “pros”. Marcus Doods “pros”
sbb : “pros, implies not merely existence alongside with but personal intercourse” [f13]
 “Dia adalah Elohim” [ay 1]. Artinya, sang Firman adalah manifestasi, ekspresi dari pikiran
dan kehendak Elohim. Dia adalah daya Kreatif, Daya Cipta yang menciptakan sesuatu
menjadi ada dan bukan ciptaan.
 “Dia menjadikan segala sesuatu” [ay 3]. Artinya, dari segala yang ada dan hidup, Sang
Firmanlah yang menyebabkan adanya sesuatu. Dalam Kitab Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14 ,20,
24, 26, 29, di tegaskan bahwa Firman “menjadikan segala sesuatu”, sebagaimana ungkapan
“yehi wa yehi” [jadilah ada maka jadilah ada]. Ungkapan tersebut sejajar dengan istilah
Qur’an, “kun fa yakun”.
 “Dia kekal” [ay 4]. Artinya, Dia tidak akan mengalami kemusnahan atau eksistensi yang
temporal. Dia adalah eternal. Pernyataan ini tersirat di balik istilah Yunani “zoe” atau Ibrani
“khay” yang bermakna “kehidupan yang berkualitas kekekalan”.
 “Firman itu menjadi manusia” [ay 14]. Artinya, Firman yang merupakan Daya Cipta Elohim
telah menjadi daging. Istilah Yunani “Sark” atau Ibrani “Bashar”, biasanya di terjemahkan,
“daging” dan menunjukkan pada keberadaan manusia seutuhnya. Baik Heraklitus,
Anaxagoras maupun Philo, tidak pernah menyangka bahwa Logos dapat menjadi manusia.
 “Yahshua [Firman yang menjadi manusia] adalah Putra Elohim” [ay 18]. Artinya, Dia
datang dari hakikat Elohim dan menyatakan siapa Elohim Yahweh yang eksistensi-Nya
adalah Roh, dalam ucapan, pikiran, tindakan seorang manusia, yaitu dalam pribadi-Nya.
Istilah Yunani “Huiou” atau Ibrani “Ben”, bermakna anak bukan dalam pengertian biologis
semata. Konsekwensinya bagi hakikat Yahshua, terma Putra, menunjukkan terma
kesehakikatan dan terma bagi Firman yang menjadi manusia.

Ketuhanan dan Kemanusiaan Yang Sempurna

khususnya Injil Sinoptis [MatitYah, Markos, Lukas, Yokhanan] namun berusaha mengabaikan
perspektif Ontologis Yahshua, maka kita tetap akan melihat perspektif Anthropologis Yahshua yang
sempurna. Perspektif anthropologis yang sempurna itu terlihat dalam hal kerendahan hati Yahshua
yang sempurna, kesetiaan dan ketaatan Yahshua sampai mengalami kematian di kayu salib,
kesabaran Yahshua memperlakukan kedegilan murid-murid-Nya, dll. Yahshua, bukan separuh
manusia separuh Elohim [50%/50%]. Secara Ontologis, Dia adalah Sang Firman Elohim [100%] dan
secara Antropologis, Dia adalah manusia seutuhnya [100%]. Merujuk pada Konsili Chalcedon pada
tahun 451 Ms telah di tetapkan bahwa Yahshua bertabiat ganda dalam satu oknum. Dia bukan
bertabiat satu namun juga bukan bertabiat dua. Tabiat ganda Yahshua [yang Elohim dan Manusia]
tidak bercampur [a-sunkhutos, pernyataan ini menolak ajaran Euthices dan Cyrilius dari Alexandria
yang berkeyakinan Monofisit] namun juga tidak terpisah secara ekstrim [a-khoristos, pernyataan ini
menolak ajaran Nestorius dari Anthiokhia yang berkeyakinan Duofisit] [f14].

Tanggapan Terhadap Istilah “Permulaan Dari Ciptaan Elohim”

Dalam Kitab Wahyu 3:14 versi Lembaga Alkitab Indonesia dikatakan: "Dan tuliskanlah kepada
malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari
ciptaan [Elohim]:…” Dalam naskah Yunani dituliskan, [he
arkhe tes ktiseos tou Theou]. Sekalipun terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia tidak terlalu keliru,
namun dapat menimbulkan konotasi bahwa Yahshua adalah ciptaan Elohim. Padahal Yahshua
adalah perwujudan Firman Elohim dan Firman tidak diciptakan melainkan menciptakan [Mzm 33:6;
Yoh 1:3]. Yahshua dilahirkan namun tidak diciptakan. Istilah “arkhe” mengandung pengertian
“permulaan dari segala sesuatu” [Yoh 1:1]. Namun disisi lain dapat pula bermakna “pengatur,
penguasa, pemerintah” [Rm 8:38]. Kata “arkhe” dalam Wahyu 3:14, setara dengan Wahyu 21:6 dan
Wahyu 22:13. Kata “arkhe” dihubungkan dengan kekekalan sebagai Alef dan Taw atau Alfa dan
Omega. Yahshua adalah “Yang Memulai” dan “Yang Mengakhiri”.

DR. David Stern menerjemahkan, “…The Ruler of God’s creation” [f15] sementara Rabbi Moshe
Yoseph Koniuchowsky The menerjemahkan, “…the first cause of all the creation of [f16].
Sementara Young’s Literal Translation, 1901 menerjemahkan dengan, “…the chief of the creation of
God;...” [f17]

Dengan terjemahan di atas, hendak menunjuk pada hakikat Yahshua sebagai “pengatur”,
“penguasa”, “permulaan yang menciptakan” dalam konteks sebagai Sang Firman.

Tanggapan Terhadap Istilah “Yang Sulung Dari Ciptaan Elohim”

Dalam Kolose 1:15 versi Lembaga Alkitab Indonesia dikatakan: “Ia adalah gambar [Elohim] yang
tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan” . Terjemahan ini menimbulkan
kesan bahwa Yahshua adalah ciptaan yang paling utama. Dalam teks Greek dikatakan:
[prototokos paseos ktiseos]. Kata “prototokos” memiliki makna: “secara
literal berarti anak sulung” [Luk 2:7; Ibr 11:28], namun secara simbolis bermakna “sifat kekekalan
Yahshua sebagai Putra Elohim” [Ibr 1:6]. DR. David Stern menerjemahkan dengan, “Supreme over all
creation” [f18]. Dalam komentarnya mengenai Kolose 1:15 DR. David Stern menjelaskan:
“The Messiah is the firstborn of a new humanity through being the first to be resurrected from the
dead; this is clearly the sense of “prototokos” in v.18. But this sense does not fit here because of what
follows in vv.16-17, even though it is consistent with the preceding allusion to Adam. If one chooses,
‘firstborn of’ instead of ‘supreme over’, the phrase, ‘firstborn of all creation’ does not mean that
Yeshua was the first created being but speaks of the eternal sonship”[f19]

[Mesias adalah yang sulung dari manusia baru, melalui yang sulung yang mengalami kebangkitan
dari kematian; inilah makna sesungguhnya dari kata ‘prototokos’ dalam ayat 18. Namun makna ini
tidak ditopang pada ayat ini, dikarenakan diikuti oleh ayat selanjutnya yaitu 16-17, meskipun ini
terlihat konsisten dengan kiasan mengenai Adam. Jika seseorang memilih menerjemahkan dengan
“yang sulung” daripada “yang menguasai”, maka frase “yang sulung dari semua ciptaan”, janganlah
dimaknai bahwa [Yahshua] adalah yang pertama diciptakan, namun mengenai Kekekalan Sang
Putra]
Dengan demikian, sekalipun diterjemahkan dengan “yang sulung dari segala yang diciptakan”, bukan
bermakna bahwa Dia adalah ciptaan, melainkan dijelaskan dalam ayat 16-17 sbb: “karena di dalam
Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan
yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala
sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala
sesuatu ada di dalam Dia”.

Dari penjelasan mengenai Wahyu 3:14, Kolose 1:15, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa makna
kalimat “he arkhe tes ktiseos tou Theou” dan “prototokos paseos ktiseos” , tidak menunjukkan status
Yahshua sebagai “mahluk yang diciptakan untuk pertama kalinya”. Sebaliknya, “Dia adalah yang
permulaan dalam hakikat-Nya sebagai Sang Firman, Putra Yahweh Semesta Alam”.

Membuat kesimpulan bahwa Pra Ada Yahshua sebelum berinkarnasi menjadi manusia, adalah
“malaikat Elohim”, berdasarkan Malekhi 3:1, Wahyu 1:5, Wahyu 3:14, 1 Korintus 1:24, Amsal 8:22-30,
Ibrani 1:5-9. Mari kita telaah satu persatu bunyi teks-teks di atas.

 Maleakhi 3:1 [Lembaga Alkitab Indonesia]: Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia
mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan
masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang,
firman [Yahweh] semesta alam”.

Komentar:

Tidak kata atau kalimat yang menunjuk secara propetik kepada Yahshua. Yahshua tidak pernah
disebut “malaikat” dan tidak pernah mendapat julukan “yang mempersiapkan jalan”. Sebaliknya, kata
“malaki” [utusanku], menunjuk kepada apa yang telah dituliskan dalam YeshaYah 40:3 dan tergenapi
dalam pribadi Yokhanan ha Metavel [Pembaptis], sebagai orang yang berseru-seru di padang gurun
agar mempersiapkan jalan bagi Yahweh [Yokh 3:1-6].

 Amsal 8:22-30 [Lembaga Alkitab Indonesia]: “[Yahweh] telah menciptakan aku sebagai
permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah
pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air
samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air.
Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir;
sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama.
Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan
air samudera raya, ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya
meluap dengan deras, ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar
titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, aku ada serta-Nya sebagai anak
kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di
hadapan-Nya;…”

Komentar:

Tidak ada petunjuk tersirat atau tersurat bahwa ayat di atas ditujukan pada Yahshua. “Khokhmah”
[Hikmat] diciptakan oleh Yahweh. Yahshua adalah Sang Firman Yahweh itu sendiri [Yoh 1:1-3].
Amsal 8:22-30 tidak menunjuk pada Yahshua, karena Yahshua bukan “Khokhmah” yang diciptakan.
Dia adalah sumber “Khokmah” karena di dalam Dia sebagai Sang Firman, diciptakan “Khokmah”.

 1 Korintus 1:24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan
Yahudi, [Mesias] adalah kekuatan [Elohim] dan hikmat [Elohim].

Komentar:

Karena Yahshua adalah Sang Firman yang menjadi Daya Cipta Yahweh, maka Sang Firman tentu
memantulkan pikiran, kehendak, rancangan, hikmat dan kekuatan dari Yahweh Semesta Alam.
Dalam terang pengertian hakikat Sang Firman, maka bunyi pernyataan bahwa Yahshua adalah
“kekuatan” dan “hikmat” Elohim, dapat dipahami dengan secara wajar.

 Ibrani 1:5-9 [Lembaga Alkitab Indonesia]:”Karena kepada siapakah di antara malaikat-


malaikat itu pernah Ia katakan: "[Putra]-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari
ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi [Putra]-Ku?" Dan ketika Ia
membawa pula [Putra]-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat [Elohim]
harus menyembah Dia." Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: "Yang membuat malaikat-
malaikat-Nya menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api." Tetapi tentang
Putra Ia berkata: "Takhta-Mu, ya [Elohim], tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan
tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan; sebab itu [Elohim], [Elohim]-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai
tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu."
Komentar:

Jika kita membaca teks di atas secara wajar, maka tidak ada satupun ayat yang menunjuk secara
eksplisit bahwa Yahshua adalah malaikat atau salah satu dari anggota malaikat. Sebaliknya, Yahweh
sedang mengumumkan dalam kekekalan, sebelum dimulainya waktu, kepada para malaikat-Nya,
bahwa Dia berkenan kepada Yahshua Sang Firman sebagai pengemban tugas penyelamatan atas
dunia. DR. David Stern memberikan komentar terhadap ayat ini sbb:
“The writer obviously assumes that angels really exist and proceeds to prove the proposition of v.4,
that the Messiah, as God’s Son, is ‘much better than angels’, by quoting seven text from the TaNaKh,
each of which has its own richness of meaning. He sums up with the conclusion in v.14, that angels
are ‘merely spirits who serve, sent out to help those whom God will deliver’, that is, believer in
Yeshua” [f20]

[Penulis sebenarnya menyatakan bahwa para malaikat mahluk yang benar-benar ada dan untuk
mendukung pernyataan pada ayat 4, bahwa Sang Mesias, sebagai Putra Elohim {Tuhan}, ‘lebih baik
dari para malaikat’, dengan menguti tujuh ayat dari TaNaKh, yang satu dan lainnya memiliki
kekayaan makna. Dia meringkaskan dengan kesimpulan pada ayat 14, bahwa para malaikat
hanyalah mahluk-mahluk yang melayani, dikirim untuk orang-orang yang telah dibebaskan oleh
Elohim {Tuhan}, yaitu orang-orang yang beriman pada Sang Mesias]

 Wahyu 1:5 [Lembaga Alkitab Indonesia]: “dan dari [Yahshua Sang Mesias], Saksi yang setia,
yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi
Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya – “

Komentar:

Tidak ada pernyataan yang mendukung gagasan bahwa Yahshua, adalah salah satu anggota
malaikat. Justru ayat ini menegaskan sifat Ketuhanan Mesias yang bangkit dari antara orang mati
sebagai “Yang Sulung” [Bekorah, Ibr/Prototokos, Greek] dari antara orang yang mati. Kebangkitan-
Nya menegaskan kekuatan perkataan-Nya sebagai Kebangkitan dan Hidup [Yokh 11:25].

Kesimpulan dari keseluruhan tanggapan terhadap ayat-ayat di atas, bahwasanya Sdr. Frans Donald
dengan secara TIDAK JUJUR telah mengutip ayat-ayat tersebut secara tidak utuh dalam bukunya
dan memberikan TAFSIR KELIRU terhadap teks-teks tersebut, untuk mendukung kesimpulan bahwa
hakikat Yahshua sebenarnya hanyalah salah satu anggota malaikat Yahweh saja. Pernyataan Sdr.
Frans Donald menggemakan kembali pernyataan khas yang menjadi ciri pengajaran Saksi Yehuwa,
bahwa hakikat Pra Ada Yahshua, hanyalah malaikat belaka, sebagaimana saya kutipkan:
“Jadi sebelum dilahirkan di bumi sebagai manusia, [Yahshua] sudah ada di surga sebagai pribadi roh
yang penuh kuasa. Ia mempunyai tubuh rohani yang tidak dapat dilihat manusia, seperti halnya
dengan [Elohim]” [f21]
Bahkan keseluruhan ayat-ayat yang dikutip dan dipersoalkan keberadaannya [al. Yokh 1:1, Fil 2:16,
Kol 1:15, Yoh 8:58, dll] telah menjadi menu khas pengkajian Saksi Yehuwa dalam publikasi
literaturnya. Tidak ada hal baru dalam buku Sdr. Frans Donald, selain menggemakan ajaran Saksi
Yehuwa yang Arianistik dalam kemasan yang lihai. Ulasan Sdr. Frans Donald serasa menjadi sumber
pencerahan, bagi mereka yang tidak mengetahui sejarah doktrin Kristen/Mesianik, namun jika
pembaca telah akrab dengan argumentasi-argumentasi yang dikemukakan komunitas Saksi Yehuwa,
maka keseluruhan gagasan Sdr. Frans Donald hanya memantulkan ulang belaka.

Footnote:

 [f1] : Op.Cit., The Greek New Testament


 [f2] : Agnes Smith Lewis, The Old Syriac Gospels or Evangelion da Mepareshe, 1910
 [f3] : Op.Cit., The New Testament in Hebrew & English
 [f4] : DR. Karl Feyerabend, Langenscheidt’s Pocket Hebrew Dictionary [Heb-Eng], Germany, p.66
 [f5] : Michael Sokoloff, A Dictionary of Jewish Palestinian Aramaic, Bar Ilan University Press & The John
Hopkins University Press, 2002, p.305
 [f6] : F.F. Bruce, The Gospels of John, Eerdmans, 1983, p.29
 [f7] : Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, BPK Gunung Mulia, 1993, hal 363
 [f8] : Apologetika Abad Pertama [ Buletin “Sahabat Gembala”, Bandung, 1992, h.58]
 [f9] : STT I-3, Batu, Malang, Jatim, 1993, hal 13
 [f10] : Watch Tower Bible And Tract Society of Pennsylvania, Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal ?,
Brooklyn, new York, U.S.A, 1989, hal 27
 [f11] : Op. Cit., Teologi Perjanjian Baru I, hal 371
 [f12] : Op.Cit., Jewish New Testament Commentary, p.153
 [f13] : The Exspositor’s Greek Testament, Vol I, p.684
 [f14] : DR. Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, BPK Gunung Mulia, 1993, hal 117 & DR. H. Berkhof –I.H.
Enklaar, Sejarah Gereja, BPK Gunung Mulia, 1993, hal 58
 [f15] : Jewish New Testament, JNTP, 1989
 [f16] : Restoration Scriptures, North Mami Beach Florida: YATI Publishing, 2005
 [f17] : BibleWorks LLC Version 6.0. 005y, 2003
 [f18] : Op.Cit., Jewish New Testament
 [f19] : Op.Cit., Jewish New Testament Commentary, p. 603-604
 [f20] : Ibid., p. 665
 [f21] : Saudara Dapat Hidup Dalam Firdaus di Bumi, Watch Tower Bible And Tract Society of Pennsylvania,
1991, hal 58

PDT. TEGUH HINDARTO, MTH


NAFIRI YAHSHUA MINISTRY
PO. BOX 122
KEBUMEN 54300
JAWA TENGAH – INDONESIA>

Komentar terhadap Artikel ini dapat Anda kirim ke komentar@messianic-indonesia.com


Jangan lupa untuk mencantumkan Judul Artikel ini dalam komentar Anda

Anda juga dapat berpartisipasi dalam situs ini


dengan mengirimkan Artikel anda ke redaksi@messianic-indonesia.com
18-07-2007

Waspadai Neo Arianisme 5: DOGMA TRINITAS DAN


KEKELIRUANNYA

SERI MEWASPADAI NEO ARIANISME


TANGGAPAN ATAS BUKU KARYA FRANS DONALD,
"ALLAH: DALAM ALKITAB & AL QUR’AN, SESEMBAHAN YANG SAMA ATAU BERBEDA?"

TANGGAPAN TERHADAP BAB VI

Pada halaman 45-49 dikatakan:


Ada beberapa ayat Alkitab yang dipakai oleh para pastur dan pendeta-pendeta untuk
membenarkan dogma Trinitas, yakni untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Allah yang
menjelma sebagai manusia. Saya mendaftar sebagian-yang paling penting dan sering
dipakai-diantaranya di bawah ini dan menanggapinya:

Yohanes 1:1
“Pada mulanya adalah Frman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah”.

Mari kita pahami bahasa aslinya, yakni bahasa Gerika.

Bahasa Indonesia Bahasa Gerika


Pada mulanya adalah Firman En arkhe en ho logos
Firman itu bersama-sama dengan Kai ho logos en pros ton theos
Allah
Dan Firman itu adalah Allah Kai theos en ho logos

Ada perbedaan makna yang sangat fatal jika kita telah meneliti makna yang sebenarnya dari
aspek tata bahasa. Perhatikan bahwa dalam ayat tersebut di atas kata theos ada yang
dilekati kata sandang ton, sementara ada yang berdiri sendiri. Secara tata bahasa, dilekati
kata sandang, berarti kata theos mengacu kepada satu hal yang pasti. Sama seperti the
dalam bahasa Inggris.

Sementara kata theos yang tidak memperoleh kata sandang cenderung dimaknai sebagai
kata sifat. Jadi, ton theos [dengan kata sandang] berarti ‘Sang Allah’, sedangkan theos
[tanpa kata sandang] berarti ‘sifat ilahi’. Seperti istilah si hitam tidak sama dengan hitam,
begitu juga ton theos berbeda dari theos. Yang pertama adalah kata benda, yang kedua
adalah kata sifat.

Maka menurut penulis, terjemahan yang tepat untuk Yohanes 1:1 yaitu:

Pada mulanya Firman,


Sang Firman bersama-sama dengan Sang Allah
Dan Sang Firman bersifat ilahi [theos]
EVALUASI TEOLOGIS:

Dengan penjelasan mengenai Yokhanan 1:1 di atas, Sdr. Frans Donald hendak “mengajari
bebek berenang” kepada para teolog yang mengerti bahasa Ibrani maupun Yunani.
Sanggahan saya telah diulas di bagian sebelumnya, jadi tidak akan saya ulangi lagi. Namun
ada beberapa penegasan yang bersifat kebahasaan saja, untuk memperkuat pernyataan
bahwa terjemahan Yokhanan 1:1 memang sudah tepat jika diterjemahkan: “Pada mulanya
adalah Firman. Firman itu bersama-sama dengan Elohim. Dan Firman itu adalah Elohim”.
Sdr. Frans Donald kembali mengutip pernyataan komunitas Saksi Yehuwa yang
sebelumnya telah mengulas:
“Dalam Yohanes 1:1, kata benda Yunani theos [elohim] muncul dua kali. Yang pertama
memaksudkan [Elohim] Yang Maha Kuasa, dengan siapa Firman itu ada bersama-sama
{‘Firman itu bersama-sama dengan }. Theos yang pertama didahului oleh kata ton [bahasa
Inggris the], suatu bentuk kata sandang tertentu bahasa Yunani yang menunjuk kepada
identitas yang pasti, dalam hal ini [Elohim] Yang Maha Kuasa…Sebaliknya tidak ada kata
sandang di depan kata theos yang kedua dalam Yohanes 1:1. jadi terjemahan yang aksara
akan berbunyi: ‘Firman itu [elohim]. Namun kita telah melihat bahwa banyak terjemahan
menyebutkan theos [kata benda yang menjadi predikat] yang kedua ini sebagai ‘bersifat
ilahi’, ‘seperti [elohim]’ atau ‘suatu [elohim]. Dengan wewenang apa mereka melakukan
ini?”[f1]
Sebenarnya, cara penulisan “…kai theos en ho logos” , setara dengan kalimat dalam
Yokhanan 4:24, “pneuma ho theos” yang diterjemahkan “Elohim adalah Roh” dan bukan
“Roh adalah Elohim”. Demikian pula dengan 1 Yokhanan 4:16 yang berbunyi dalam naskah
Greek, “ho theos agape estin” , diterjemahkan, “Elohim adalah kasih” dan bukan “kasih
adalah Elohim”.

A.T. Robertson dalam Word Pictures In The New Testament, mengatakan:


By exact and careful language John denied Sabelianism by not saying ho theos en ho logos.
That would mean that all of God was expressed in ho logos and the term would be
interchangeable, each having the article” [f2]

[Dengan bahasa yang lugas dan hati-hati, Yokhanan menolak Sabelianisme dengan tidak
mengatakan bahwa ‘ho theos en ho logos’. Kalimat tersebut akan bermakna bahwa
keseluruhan Keelohiman {Ketuhanan] diekspresikan di dalam ‘ho logos’ dan kalimat tersebut
dapat diubah sebaliknya, dengan meletakkan kata sandang]

Penerjemah Injil Yokhanan dalam bahasa Yunani, telah mengantisipasi pemahaman


Sabelianisme, dengan menerjemahkan dalam bahasa Yunani, ”kai theos en ho logos” dan
bukan “kai ho theos en ho logos” , karena penerjemahan ini dapat menimbulkan makna
bahwa “Elohim adalah Firman”

Berkaitan dengan pemahaman Yokhanan pasal pertama, amat disayangkan bahwa Sdr.
Frans Donald tidak memperhatikan keseluruhan teks Yokhanan 1:1-18. Dengan
argumentasi yang berputar disekitar bunyi teks yang tepat dari Yokhanan 1:1, yang
sesungguhnya hanya mengulang kembali argumentasi komunitas Saksi Yehuwa, Sdr. Frans
Donald mengabaikan keseluruhan maksud perikop ini ditulis. Jika kita meneruskan pada
ayat 3, kita mendapatkan keterangan akan kekekalan dan kekuasaan Sang Firman, yaitu
menciptakan segala sesuatu, sebagaimana dikatakan:

WHO John 1:3


HNT John 1:3

i YLT John 1:3 all things through him did happen, and without him happened not even one
thing that hath happened.
1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari
segala yang telah dijadikan [LAI]

Siapa yang menjadikan segala sesuatu dan hanya melaluinya tercipta segala yang ada?
Oleh Firman Elohim. Frasa Yokhanan 1:1, menggemakan kembali latar belakang Ibrani
mengenai Elohim [Yang Maha Kuasa] Yahweh yang memulai segala sesuatu dan
menciptakan segala yang ada [Kej 1:1;2:7]. Segala yang diciptakan oleh Elohim Yahweh,
melalui Firman-Nya. Ada sembilan [9] kali frasa, “wayomer Elohim” [berfirmanlah Elohim].
Dan seiring dengan itu, terjadilah benda-benda, mahluk-mahluk ciptaan Elohim Yahweh.
Pertanyaannya, apakah Firman itu ciptaan? Jika Firman itu ciptaan, maka dengan apakah
Firman itu diciptakan? Tentu saja Firman itu bukan ciptaan. Firman tidak diciptakan,
melainkan Daya Cipta yang menjadikan segala sesuatu, sebagaimana dikatakan Sefer
Tehilim [Mazmur 33:6] berikut: “bi devar Yahweh shamaym naasyu, ube ruakh piw, kal
tsevaam” [Oleh Firman Yahweh langit telah di buat dan oleh nafas dari mulut-Nya,
terbentuklah semua tentara-Nya]. Dan menurut Yokhanan 1:14, Firman itu telah menjadi
daging atau manusia. Firman yang merupakan Daya Cipta [yang menciptakan], telah
menjadi manusia. Peristiwa historis ini mengakibatkan satu kesimpulan bahwa hakikat
Yahshua secara ontologis, Sang Firman Elohim Yahweh itu sendiri. Dan secara
antropologis, adalah Manusia Sejati. Didalam manusia sejati Yahshua, berdiam keseluruhan
kepenuhan Keelohiman secara jasmaniah [Kol 2:9].

Pada halaman 46 dikatakan:


Yohanes 10:30
Disini Yesus berkata: “Aku dan Bapa adalah satu”

…Sesuai dengan konteksnya, kata satu dalam Yohanes 10:30 maupun Yohanes 12
bukanlah satu pribadi, melainkan satu visi, satu misi, satu pekerjaan, satu spirit, satu hati,
satu pikir; bukan satu sosok atau satu oknum

EVALUASI TEOLOGIS:

Bunyi teks Yunani dari Yokhanan 10:30 adalah, “Ego kai ho pater en esmen” . Dalam
Hebrew New Testament diterjemahkan, “Ani we ha Av ekhad” . Kata Yunani sendiri tidak
menggunakan kata “monon” yang bermakna “satu secara jasmaniah”, melainkan digunakan
kata sifat “en” [dalam] yang dihubungan dengan kata kerja indikativ “esmen” [aku adalah].
Maka Hebrew New Testament menerjemahkan kata “en” , dengan “ekhad” . Kata Ibrani
“Ekhad” mengungkapkan suatu bentuk kesatuan dan berbeda dengan kata “yakhid” yang
merupakan bentuk satu secara jasmani. Maka makna kata “satu” atau “esa” dalam
Yokhanan 10:30, bukan hanya bermakna satu kehendak, satu tujuan, satu pikiran,
melainkan KESATUAN HAKIKAT antara Elohim Yahweh yang disapa dengan sebutan
“Bapa” dan Yahshua, Sang Firman Elohim Yahweh, yang disapa dengan sebutan “Putra”.
Penggunaan kata “en” untuk menggambarkan “kesatuan hakikat” dapat kita lihat dalam
frasa, “…satu tubuh di dalam Mesias” [en soma esme en Kristoi]. Kata “en” yang pertama
berfungsi sebagai kata adjective nominatif dan kata “en” yang kedua berfungsi sebagai
“preposition”. Dan Hebrew New Testament tetap menerjemahkan dengan istilah “ekhad ba
Mashiakh” , untuk menggambarkan kesatuan yang bersifat metafisik.

Frasa Yokhanan 10:30, jika dihubungkan dengan frasa dalam Yokhanan 8:42 [eme ego gar
ek tou theou exelthon]akan menjadi jelas, maka kesatuan antara Yahshua [Sang Firman]
dengan Bapa-Nya [Elohim Yahweh] adalah kesatuan hakikat. Kata “ek” bermakna “keluar
dari dalam”. Maka secara metafisik, Sang Firman “keluar dari hakikat” Elohim Yahweh.

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa Bapa [Elohim Yahweh] dan Putra
[Firman] adalah satu hakikat. Oleh karena tugas penyelamatan, maka Sang Firman “keluar
dari hakikat” Elohim, tanpa mengurangi, mengubah hakikat Elohim, dan menjadi manusia
Yahshua. Yahshua adalah Elohim dari sisi hakikat-Nya sebagai Sang Firman dan manusia
dari peristiwa inkarnasinya Firman menjadi manusia.

Pada halaman 47 dikatakan:


Filipi 2:6
Tertulis dalam terjemahan LAI: “[Yesus] yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
mengganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan”.

Setelah membandingkan Filipi 2:6 dengan bahasa aslinya dan versi bahasa Inggris, penulis
tidak setuju dengan bunyi Filipi 2:6 terjemahan LAI karena kurang tepat. Dalam Revised
Standard Version dikatakan: “…thought it not robbery to be equal with God”. Jadi sama
sekali tidak ada kata dipertahankan. Yang ada adalah kata perampasan [robbery].
Terjemahan seharusnya berbunyi: “[Yesus], walaupun memiliki rupa ilahi, tidak memikirkan
perampasan untuk menjadi setara dengan Allah”. Jika diterjemahkan seperti ini, barulah isi
Filipi 2:5-11 secara utuh menggunggkapkan ketaatan dan kerendahan hati Yesus kepada
Yahweh.

EVALUASI TEOLOGIS:

Pernyataan Sdr. Frans Donald, “setelah membandingkan Filipi 2:6 dalam bahasa aslinya
dan dengan bahasa Inggris…” sama sekali tidak di dukung oleh data-data yang kuat. Dalam
naskah Greek dituliskan, “hos en morphe Theou huparkon, oukh harpagmon hesato to einai
isa Theoi” . Donald Guthrie sendiri menyatakan, “Kata Yunani harpagmos dapat ditafsirkan
dengan berbagai cara yang berhubungan dengan Kristologi Filipi 2:1-6 ini” [f3]. Dalam daftar
terjemahan di bawah ini, membuktikan pernyataan Guthrie akan adanya perbedaan
penerjemahan dan perbedaan penafsiran mengenai akurasi terjemahan Filipi 2:6.
Pernyataan Sdr. Frans Donald, seolah-olah semua terjemahan bahasa Inggris, mendukung
asumsinya. Padahal dari sekian daftar terjemahan di bawah ini, hanya tiga terjemahan yang
menerjemahkan sesuai kutipan Sdr. Frans Donald, yaitu King James Version dan New King
James serta Young’s Literal Translation.

KJV Philippians 2:6 Who, being in the form of God, thought it not robbery to be equal with
God:

NIV Philippians 2:6 Who, being in very nature God, did not consider equality with God
something to be grasped,

NKJ Philippians 2:6 who, being in the form of God, did not consider it robbery to be equal
with God,

NRS Philippians 2:6 who, though he was in the form of God, did not regard equality with
God as something to be exploited,

YLT Philippians 2:6 who, being in the form of God, thought it not robbery to be equal to
God,

Sekalipun ada perbedaan penafsiran dan penerjemahan, namun kuti[pan ayat-ayat di atas
tidak membuktikan sama sekali bahwa Yahshua tidak memiliki hakikat Ilahi atau tidak
sehakikat dengan Sang Bapa. Sebaliknya, ayat ini hendak menunjukkan status mulia
Yahshua sebagai “morphe Theou” [Rupa Tuhan]. Dan status perendahan dirinya yang
ditunjukkan dengan kata “eskenosen” [pengosongan] dalam Filipi 2:7. Kesehakikatan
Yahshua Yahshua dengan Sang Bapa, tersebar luas dalam keseluruhan Kitab Perjanjian
Baru. Mempersoalkan Ketuhanan Yahshua hanya berdasarkan satu ayat yang memiliki
kontroversi terjemahan, adalah tidak jujur pada keseluruhan data-ata yang berbicara kuat
mengenai hakikat Ketuhanan-Nya.

Pada halaman 48-50 dikatakan:


Matius 28:19
Baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus”

Sebetulnya ayat ini biasa-biasa saja andaikan frase ‘Bapa, Anak dan Roh Kudus’ tidak
ditafsirkan menjadi ‘Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus’.

Ibrani 1:8
Ayat yang berbicara tentang Yesus ini ada ungkapan “tahta-Mu ya Allah…” seolah-olah
Yesus itu Allah. Benarkah pengertiannya demikian? Perhatikan catatan kaki di Alkitab Anda.
Ayat di atas sebenarnya adalah kutipan dari Mazmur 45:7-8. Dalam ayat rujukan di Mazmur
itu [ayat aslinya] yang tertulis adalah: Tahtamu kepunyaan Allah” [bukan “Tahta-Mu ya
Allah]. Jadi jelas sekali terjemahan kutipan Ibrani 1:8 ternyata keliru!

1 Yohanes 5:7
Dalam tanda kurung tertulis, “…[di dalam Surga: Bapa, Firman dan Roh Kudus dan
ketiganya adalah satu]…

Kalimat dalam kurung membuka peluang tafsir bahwa di Surga ada Allah Trinitas. Ternyata
ayat itu adalah ayat sisipan yang ditambahkan oleh oknum-oknum yang berusaha
meneguhkan dogma Trinitas. Sebenarnya kalimat dalam kurung itu tidak pernah ada.
Teolog Charles C. Ryrie dalam bukunya Teologi Dasar I halaman 70 mengakui dan
mengatakan bahwa 1 Yohanes 5”7 jelas bukan bagian dari teks asli Alkitab. Teolog DR.
Herbert W. Armstrong memaparkan bahwa ayat ini ditambahkan ke Alkitab edisi Vulgata
Latin ketika terjadi kontroversi panas antara Roma, Arius [pelopor Arianisme] dan umat Allah

Yohanes 20:28
Di ayat itu, dalam keadaan sangat TERKEJUT dan HERAN saat melihat Yesus telah bangkit
dari kematian, Tomas berseru: “Ya Tuhanku dan Allahku”

Sama halnya pada saat kita terkejut melihat peristiwa Tsunami, banyak di antara kita yang
kaget sekali dan berkata: “Ya Allah, Ya Robbi!” atau “Ya Tuhan dan Allahku!” Bukan berarti
gelombang Tsunami itu adalah Tuhan atau Allah kita, tapi kita berkata: “Ya Tuhan dan
Allahku!” karena kita sangat terkejut dan heran akan sesuatu yang kita saksikan di depan
mata kita. Demikian juga halnya dengan perkataan Tomas dalam Yohanes 20:28 tersebut.

Yesaya 63:8b-9a
Dalam Alkitab terbitan LAI tahun 2004 tertulis: “Maka Ia [TUHAN Allah] menjadi Juruselamat
mereka dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia
sendirilah yang menyelamatkan mereka…

Terjemahan ini mengesankan seolah-olah pribadi Allah sendiri yang turun menjelma untuk
menebus manusia “bukan seorang duta atau utusan”. Dari situlah disimpulkan, Yesus
adalah Allah. Dalam versi Bahasa Inggris King James Version tertulis:

So He [God] become their Savior in all their affliction He was afflicated. And the Angel of His
Presence saved them, in His love and His pity He redeemed them
Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kurang lebih demikian: “Maka Ia [Allah]
menjadi Juruselamat mereka dalam kesesakkan mereka. Dan malaikat yang ada di hadirat-
Nya menyelamatkan mereka, dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya Dia menebus
mereka”

Tetapi, frase “Malaikat yang ada di hadirat-Nya” ternyata oleh LAI diterjemahkan [diubah]
menjadi: “bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia [Allah] sendiri”

EVALUASI TEOLOGIS:

Tanggapan mengenai Matius 28:19. Saya sependapat dengan Sdr. Frans Donald, bahwa
Matius 28:19 tidak harus dipahami secara trinitarian, yaitu Elohim Bapa, Elohim, Putra dan
Elohim Roh Kudus. Namun yang saya tolak, hanya pengistilahan dan penyifatan karya dan
tindakan Elohim dalam sejarah, dengan sebutan “Tritunggal/Trinitas”. Penolakan saya
didasarkan bahwa Kitab TaNaKh dan Brit Khadasha [Perjanjian Baru] tidak memberikan
istilah sedemikian. Bahkan istilah ini mengandaikan ada tiga oknum ketuhanan yang terlibat
dalam penciptaan. Sebaliknya, saya memahami bahwa Elohim itu Esa dengan tiga Maha
Karya: Mencipta [Bapa], Menebus [Putra] dan Berdiam dalam diri orang beriman [Roh
Kudus]. Kitab Kejadian 1:1-3 memberikan isyarat bahwa Elohim [Bapa], Roh Elohim dan
Sang Firman, serentak terlibat dalam penciptaan. Dalam sejarah penyelamatan, baik
Elohim, Firman dan Roh-Nya, kemudian disebut dengan Bapa, Putra dan Roh Kudus [Mat
28:19]. Perbedaan saya dengan Sdr. Frans Donald, bahwa dirinya menolak essensi Bapa,
Putra dan Roh Kudus, sebagai hakikat Elohim yang Esa.

Tanggapan mengenai terjemahan Ibrani 1:8. Lagi-lagi Sdr. Frans Donald memperlihatkan
dustanya dengan mengaku mengerti bahasa asli Kitab Suci, namun sesungguhnya tidak
mengerti apa-apa. Mari kita lihat teks Greek dan terjemahan bahasa Inggris Ibrani 1:8 serta
teks Ibrani Yesaya 45:7 dan terjemahannya dalam bahasa Inggris.

Teks Greek Ibrani 1:8 dan terjemahan dalam bahasa Inggris sbb:

WHO Hebrews 1:8

KJV Hebrews 1:8 But unto the Son he saith, Thy throne, O God, is for ever and ever: a
sceptre of righteousness is the sceptre of thy kingdom.

NIV Hebrews 1:8 But about the Son he says, "Your throne, O God, will last for ever and
ever, and righteousness will be the scepter of your kingdom.

NKJ Hebrews 1:8 But to the Son He says: "Your throne, O God, is forever and ever; A
scepter of righteousness is the scepter of Your Kingdom.

NRS Hebrews 1:8 But of the Son he says, "Your throne, O God, is forever and ever, and the
righteous scepter is the scepter of your kingdom.

YLT Hebrews 1:8 and unto the Son: 'Thy throne, O God, is to the age of the age; a sceptre
of righteousness is the sceptre of thy reign;

Teks Ibrani Yesaya 45:7 dan terjemahannya dalam bahasa Inggris sbb:
WTT Psalm 45:7

KJV Psalm 45:6 Thy throne, O God, is for ever and ever: the sceptre of thy kingdom is a
right sceptre.

NIV Psalm 45:6 Your throne, O God, will last for ever and ever; a scepter of justice will be
the scepter of your kingdom.

NKJ Psalm 45:6 Your throne, O God, is forever and ever; A scepter of righteousness is the
scepter of Your kingdom.

NRS Psalm 45:6 Your throne, O God, endures forever and ever. Your royal scepter is a
scepter of equity;

RSV Psalm 45:6 Your divine throne endures for ever and ever. Your royal scepter is a
scepter of equity;

YLT Psalm 45:6 Thy throne, O God, is age-during, and for ever, A sceptre of uprightness Is
the sceptre of Thy kingdom.

LXT Psalm 44:7

Frasa Ibrani Yesaya 45:7, “kisaka Elohim” dari kata “kise” [kursi/tahta] mendapat sufiks “ka”
[Engkau] dan “Elohim” [Tuhan], dalam Septuaginta diterjemahkan “ho thronos sou ho theos”
dan digemakan kembali dalam Ibrani 1:8 dengan cara yang persis sama. Apa yang salah?
Yang salah adalah Sdr. Frans Donald tidak menguasai bahasa Ibrani maupun Yunani,
sehingga mendustai pembacanya. Padahal, frasa “tahtamu kepunyaan Allah”, adalah
terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia. Aneh, disaat mengoreksi Filipi 2:6, Sdr. Frans
Donald menyalahkan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia. Namun saat mengoreksi
Ibrani 1:8, Sdr. Frans Donald justru menyetujui terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia
ketika menerjemahkan Yesaya 45:7. Sikap inkonsistensi ini menunjukkan ketidak layakkan
sesumbar yang telah didengung-dengungkan Sdr. Frans Donald sebagai orang yang
hendak membongkar dusta Kekristenan.

Tanggapan mengenai 1 Yokhanan 5:7. Saya sependapat dengan pernyataan Sdr. Frans
Donald, bahwa dalam naskah yang tertua, tidak ada tertulis frasa, “Bapa, Firman dan Roh”
dan hanya tertulis pada empat manuskrip Yunani dari Abad ke-IV Ms. Dengan demikian
frasa tambahan ini hendak meneguhkan doktrin dan istilah Trinitas.

Tanggapan mengenai terjemahan Yesaya 63:8-9. Kesimpulan Sdr. Frans Donald, semakin
membuktikan ketidakpahamannya terhadap teks Ibrani dan Yunani. Dalam Yesaya 63:8,
dimulai dengan frasa imperfek orang ketiga tunggal, “wayomer” yang artinya “Dia berfirman”
dan dibagian akhir ada frasa imperfek orang ketiga tunggal, “wayehi lahem lemoshiakh”
yang artinya, “Dia akan menjadi juruslamat mereka”. Siapa “Dia” itu? Yaitu “yang berfirman”.
Siapa yang berfirman? “Elohim Yahweh” sendiri. Persoalannya timbul pada terjemahan
Yesaya 63:8-9. Lembaga Alkitab Indonesia, merujuk pada terjemahan New Revised
Standard Version yang telah menerjemahkan dengan, “It was no messenger or angel but his
presence that saved them;…”. Dan New Revised Standard Version mengikuti terjemahan
Septuaginta yang menerjemahkan, “oude aggelos all hautos kurious esmen hautous…”.
Namun terjemahan lainnya, mengikuti bunyi teks Ibrani sbb:

Isaiah 63:9

KJV Isaiah 63:9 In all their affliction he was afflicted, and the angel of his presence saved
them: …
NIV Isaiah 63:9 In all their distress he too was distressed, and the angel of his presence
saved them.

NKJ Isaiah 63:9 In all their affliction He was afflicted, And the Angel of His Presence saved
them; In His love and in His pity He redeemed them; And He bore them and carried them All
the days of old.

NRS Isaiah 63:9 in all their distress. It was no messenger or angel but his presence that
saved them; …

YLT Isaiah 63:9 In all their distress He is no adversary, And the messenger of His presence
saved them,…
Footnote:

 [f1] : Haruslah Anda Percaya Kepada Tritunggal? Wacth Tower Bible And Tract Society of Pennsylvania,
1989, hal 27
 [f2] : Timothy D. Oliver, Jesus is Jehovah [YHWH], Christan Soldiers Ministries,
www.christianity.com/csm4jesus
 [f3] : Op.Cit, Theologia Perjanjian Baru, hal 394

PDT. TEGUH HINDARTO, MTH


NAFIRI YAHSHUA MINISTRY
PO. BOX 122
KEBUMEN 54300
JAWA TENGAH – INDONESIA

Komentar terhadap Artikel ini dapat Anda kirim ke komentar@messianic-indonesia.com


Jangan lupa untuk mencantumkan Judul Artikel ini dalam komentar Anda

Anda juga dapat berpartisipasi dalam situs ini


dengan mengirimkan Artikel anda ke redaksi@messianic-indonesia.com
20-07-2007

Waspadai Neo Arianisme 6: ROH KUDUS: OKNUM


KETIGA KEALAHAN?

SERI MEWASPADAI NEO ARIANISME


TANGGAPAN ATAS BUKU KARYA FRANS DONALD,
"ALLAH: DALAM ALKITAB & AL QUR’AN, SESEMBAHAN YANG SAMA ATAU BERBEDA?"

TANGGAPAN TERHADAP BAB VII

Pada halaman 59 dikatakan:


Pemahaman tentang Roh Kudus dengan menyelidiki dan membaca ayat-ayat Alkitab secara tulus,
jujur dan teliti akan memberikan pengertian yang benar dan menyingkapkan kekeliruan yang selama
ini sudah didogakan secara turun temurun. Roh Kudus baru ‘diangkat’ menjadi oknum keallahan
ratusan tahun setelah Yesus mangkat lewat Konsili Konstantinopel tahun 381 M yang penuh muatan
politik
EVALUASI TEOLOGIS:

Tuduhan yang kerap dilontarkan terhadap Kekristenan oleh kalangan liberal dan gnostik modern,
bahwa baik doktrin Ketuhanan Yahshua dan Roh Kudus, baru ditetapkan pada konsili-konsili gereja,
terutama Konsili Nicea [325 M] dan Konsili Konstantinipel [381 M]. Benarkah tuduhan ini? Marilah kita
pahami terlebih dahulu beberapa ringkasan konsili-konsili yang telah berlangsung beratus-ratus tahun
yang lalu.

Ada tujuh konsili yang sudah berlangsung disekira Abad II-VIII Ms dan tiga diantaranya yang terkenal
adalah Konsili Nicea, Konsili Konstantinopel dan Konsili Efesus. Secara ringkas hasil dari tujuh konsili
tersebut al.,
Konsili pertama diadakan oleh Kaisar Romawi, Konstantin di Nicea pada tahun 325 dengan hasil,
mengutuk pandangan Arius yang menyatakan bahwa Sang Putra Elohim, adalah ciptaan yang lebih
rendah dari Bapa.
Konsili kedua dilaksanakan di Konstantinopel pada tahun 381 yang menetapkan tabiat Roh Kudus
terhadap mereka yang menentang kesetaraan Roh dengan pribadi Bapa maupun Putra.
Konsili ketiga dilaksanakan di Efesus pada tahun 431 yang menetapkan bahwa Maria benar-benar
“Yang melahirkan” atau “Bunda” Elohim [Theotokos], yang menentang ajaran Nestorius.
Konsili keempat diadakan di Kalsedon pada tahun 451 yang menetapkan bahwa Yahshua
sesungguhnya Elohim sekaligus manusia seutuhnya, tanpa percampuran dua tabiat-Nya, untuk
menentang pengajaran Monophisit [ajaran satu tabiat Yahshua].
Konsili kelima merupakan Konstantinopel kedua yang dilaksanakan pada tahun 553 dengan
menafsirkan ketetapan Khalsedon serta penjelasan mengenai dua tabiat Yahshua; juga mengutuk
pengajaran Origen mengenai pra ada jiwa sebelum diciptakan, dll.
Konsili keenam dilaksanakan di Konstantinopel pada tahun 681 yang menyatakan bahwa Mesias
memiliki dua kehendak dari dua tabiat, kemanusiaan dan Keelohiman, untuk melawan ajaran
Monothelit.
Konsili ketujuh dilaksanakan pada tahun 787 dibawah perintah Kaisar wanita bernama Irene. Konsili
ini dikenal sebagai Nicea kedua. Konsili ini menegaskan penggunaan dan pemuliaan ikon-ikon
[lukisan, patung] namun juga melarang penyembahan kepada ikon-ikon serta membuat patung-
patung tiga dimensi. Konsili ini sebaliknya menyatakan mengenai konsili yang paling awal yang
menyatakan dirinya sebagai konsili ekumenis ketujuh dan menghapus statusnya.
Konsili yang paling awal memelihara iconoclast adalah Kaisar Konstantin V. Konsili ini dihadiri lebih
dari 340 bishop di Konstantinopel dan Hieria pada tahun 754 yang menyatakan bahwa pembuatan
ikon mengenai Yahshua atau orang-orang suci merupakan suatu pelanggaran terutama bagi alasan
Kristologis.

Apakah ketujuh konsili dan terutama ketiga konsili [Nicea, Konstantinoel dan Efesus] yang
menetapkan mengenai Keelohiman dari Yahshua? Sebenarnya ketujuh konsili ini, terutama ketiga
konsili yang menetapkan status mengenai hakikat Yahshua hanyalah RESPON terhadap persoalan
yang dimunculkan kaum bidat yang merendahkan hakikat Yahshua dengan menganggap manusia
ciptaan belaka. Selain itu, konsili-konsili ini MENEGASKAN ulang mengenai sikap mereka terhadap
hakikat Yahshua sebagai Sang Firman yang tidak diciptakan yang berdiam bersama Bapa Yang
Kekal yang dalam kurun waktu tertentu menjadi manusia oleh Kuasa Roh Kudus [Yoh 1:1,14, Mat
1:18]. Mesipun patut diakui bahwa dalam berbagai perumusan dalam konsili ini terkontaminasi
dengan berbagai pendekatan dan istilah-istilah filsafat platonik Yunani, yang melahirkan pernyataan-
pernyataan teologis yang abstrak, namun konsili-konsili ini bukan bermaksud menaikkan derajat
Yahshua dari manusia belaka menjadi Tuhan atau menuhankan manusia Yahshua.

Kesehakikatan Yahshua dengan Bapa Surgawi, yaitu Yahweh atau sifat Keelohiman Yahshua telah
ditegaskan secara profetik [berdasarkan nubuatan] jauh sebelum ada konsili-konsili tersebut. Pada
sekitar tahun 700 SM, Yesaya bernubuat: “ki yeled yullad lanu ben nittan lanu wattehi hammisra al
sikmo wayyiqra shemo pele yoets, El gibbor, abi ad, syar shalom”. Restoration Scriptures
menerjemahkan,”Bagi kita lahir seorang Anak, bagi kita diberikan seorang Putra; dan pemerintahan
akan berada dibahu-Nya; dan nama-Nya akan disebut Yang Ajaib, Penasihat, El Yang Berkuasa,
Abba Yang Kekal, Syar Shalom”. Demikian pula dalam Mikha 5:2, “we atta bet lekhem Ephrata sa ir
lihyot be alpe Yahuda, mimmeka li yese lihyot mosel be Yisrael umosaotayw miqqedem mime olam” .
Restoration Scriptures menerjemahkan, “Namun kamu Bet Lekhem Ephrata, meskipun engkau
terkecil dari ribuan kota Yahudah, namun darimu akan muncul, Sang Moshiah, lahir bagi kami yang
akan menjadi Pemerintah Yisrael; yang kemunculannya sejak dari zaman lampau, dari kekekalan”.
Kata “Mesias” disana merupakan kutipan dari Targum Aramaik yang berbunyi “qedama yifok
Mashikha…” Berbagai nubuatan tersebut memberikan deskripsi mengenai sifat Keelohiman Sang
Mesias. Dan keseluruhan deskripsi tersebut tertuju pada pribadi Yahshua yang dilahirkan dari
perawan Maryam namun tidak diciptakan [Mat 1:18]. Yahshua sendiri mengatakan “Aku datang dan
keluar dari Bapa” [Yoh 8:42], untuk menegaskan kesehakikatan-Nya dengan Bapa Surgawi yaitu
Yahweh.

Bagaimana dengan Roh Kudus? Yahshua menegaskan dalam Yokhanan 15:26, “Jikalau Penghibur
yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi
tentang Aku” [LAI]. Ini setara dengan pernyataan Yahshua tentang dirinya dalam Yokhanan 8:42,
“Kata [Yahshua] kepada mereka: "Jikalau [Elohim] adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab
Aku keluar dan datang dari [Elohim] . Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan
Dialah yang mengutus Aku” [LAI]. Yahshua datang dan keluar dari Bapa. Roh Kudus keluar dari
Bapa. Apa maksudnya? Baik Yahshua sebagai Sang Firman dan Roh Kudus yang diam di dalam
Bapa, memiliki hakikat yang setara. Bukankah Roh Kudus yang berdiam dalam diri orang beriman,
adalah Roh Kudus yang berkarya dalam penciptaan [Kej 1:2]? Saya akan mengulang kembali
pernyataan dalam mazmur 33:6 sbb: “bi devar Yahweh shamaym naasyu, ube ruakh piw, kal
tsevaam” [Oleh Firman Yahweh langit telah di buat dan oleh nafas dari mulut-Nya, terbentuklah
semua tentara-Nya, LAI]. Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan “ruakh” dengan “nafas”.
Namun “ruakh” juga dapat dan lebih tepat jika diterjemahkan dengan “Roh”.

Firman “menjadikan yang tidak ada menjadi ada”. Roh “menghidupkan ciptaan menjadi bernyawa”.
Baik Firman dan Roh, berdiam dalam hakikat Elohim Yahweh. Tidak ada yang lebih dahulu dari yang
lain. Tidak ada yang lebih besar dari yang lain. Sejak kekal sampai kekal, Elohim bersama Firman
dan Roh-Nya

PDT. TEGUH HINDARTO, MTH


NAFIRI YAHSHUA MINISTRY
PO. BOX 122
KEBUMEN 54300
JAWA TENGAH – INDONESIA

Komentar terhadap Artikel ini dapat Anda kirim ke komentar@messianic-indonesia.com


Jangan lupa untuk mencantumkan Judul Artikel ini dalam komentar Anda

Anda juga dapat berpartisipasi dalam situs ini


dengan mengirimkan Artikel anda ke redaksi@messianic-indonesia.com
20-07-2007

Waspadai Neo Arianisme 7: ISTILAH ANAK ALLAH

SERI MEWASPADAI NEO ARIANISME


TANGGAPAN ATAS BUKU KARYA FRANS DONALD,
"ALLAH: DALAM ALKITAB & AL QUR’AN, SESEMBAHAN YANG SAMA ATAU BERBEDA?"

TANGGAPAN TERHADAP BAB VIII

Pada halaman 63 dikatakan:


Istilah ‘anak Allah’ di Alkitab digunakan untuk menyatakan kedekatan hubungan Allah
dengan umat-Nya, antara Pencipta dengan mahluk ciptaan-Nya, seperti hubungan seorang
bapak dan anak. Bagaimana hubungan Yesus dengan Allah, sehingga ia disebut ;anak
Allah’? Wahyu yang diperoleh Nabi Muhamad s.a.w. mengatakan, Yesus [Isa] itu seorang
yang “terkemuka di dunia dan di akhirat, karib dengan Allah” [Ali Imran Qs 3:45].
EVALUASI TEOLOGIS:

Terlebih dahulu kita harus memahami terminologi [istilah] Yunani dan Ibrani untuk “Anak”
atau “Putra”. Berikut saya kutipkan dari Friberg Lexicon dan Theological Words of Old
Testament sbb:

27278 son; (1) literally; (a) as an immediate male offspring (MT 1.21); (b) as a
descendant (MT 27.9); (c) as one adopted as a son (AC 7.21); (d) as the immediate male
offspring of an animal (MT 21.5); (2) figuratively; (a) as a pupil, disciple, follower, or spiritual
son (MT 12.27; 1P 5.13); (b) in titles, denoting the relationship of Jesus to God img
src="pics/pics_apologetik/arianisme_7_02.gif"> (Son of God) (MT 16.16) , to mankind
(Son of Man) (MT 9.6), to David's royal dynasty (MT 12.23); (c) as a
person sharing a nature or quality characteristic of a group; (i) in a positive sense (AC 4.36);
(ii) in a negative sense (EP 2.2); (d) spiritually, as a person who stands in a close relation to
or belongs to God (RO 8.14), the devil (AC 13.10), this world (LU 20.34), God's kingdom
(MT 8.12), etc.

26415 diminutive of ; little child; figuratively, as a term of affectionate


address my dear children, my good friends (JN 13.33)

254.0 son, grandson, member of a group.

867.0 bear, beget, bring forth, gender, travail. The Ugaritic yld is similar.

(867a) child (Gen 11:30).

(867b) child, son, youth.

(867c) youth, childhood. This noun, which occurs only three times, may indicate the
time when one is young, or the quality of being young.

Dari penjelasan di atas, istilah Yunani “uios”, secara literal bermakna “anak lelaki dari hasil
biologis” dan secara metaporis bermakna “gelar” tertentu. Dalam istilah Ibrani, setara
dengan sebutan “ben”. Sementara istilah Yunani “teknon” secara literal bermakna “anak
kecil” dan secara metaporis bermakna “anak yang dikasihi”. Dalam istilah Ibrani setara
dengan “walad” atau “yeled” atau “yaldut”.

Dalam Kitab Perjanjian Baru [Brit Khadasha], Yahshua selalu disebut dengan “uiou tou
Theou” atau “ben Elohim” yang artinya “Putra Yang Maha Kuasa”. Sementara orang-orang
yang menerima ajaran dan pribadi Yahshua sebagai Mesias, disebut “tekna tou Theou” atau
“Beney Elohim” yang artinya. “anak-anak Elohim”.

Istilah “Putra Elohim” bagi Yahshua, bukan hanya sekedar menggambarkan kedekatan
hubungan, melainkan KESEHAKIKATAN sebagai Sang Firman yang “berdiam bersama-
sama dengan Elohim” [Yokh 1:1]. Firman yang menjadi manusia itu dinamakan “Putra
Elohim” [Yokh 1:18], untuk menyingkapkan siapa Bapa Yahweh yang tidak nampak dan Roh
tersebut [Yokh 14:9]

PENUTUP

Demikianlah beberapa pokok tanggapan dan evaluasi teologis terhadap publikasi Sdr. Frans
Donald yang bombastis dan bersifat Arianistik dan Unitarianistik. Kiranya kajian ini dapat
memperkaya wawasan keimanan kita terhadap pentingnya kajian APOLOGETIKA atau
suatu bentuk pertanggungan jawab iman Kristen/Mesianik terhadap berbagai angin
pengajaran yang memberitakan “Yahshua yang lain” [2 Kor 11:4] dan “Besorah [Injil] yang
lain” [Gal 1:6-7] sebagaimana diperingatkan sebelumnya oleh Rasul Paul.

PDT. TEGUH HINDARTO, MTH


NAFIRI YAHSHUA MINISTRY
PO. BOX 122
KEBUMEN 54300
JAWA TENGAH – INDONESIA

Komentar terhadap Artikel ini dapat Anda kirim ke komentar@messianic-indonesia.com


Jangan lupa untuk mencantumkan Judul Artikel ini dalam komentar Anda

Anda juga dapat berpartisipasi dalam situs ini


dengan mengirimkan Artikel anda ke redaksi@messianic-indonesia.com

Anda mungkin juga menyukai