Model-Pencegahan-Modus-Pelanggaran-jurnal Etika Pemilu Vol4 No1 PDF
Model-Pencegahan-Modus-Pelanggaran-jurnal Etika Pemilu Vol4 No1 PDF
JURNAL
&
Volume 4, Nomor 1-Juni 2018 PEMILU
Untuk Kemandirian, Integritas, dan Kredibilitas Penyelenggara Pemilu
____________________________________________________________________________________
MODEL
____________________________________________________________________________________
VISI:
JURNAL
1) Diseminasi kebijakan, program dan gagasan DKPP selaku lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik
Penyelenggara Pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu.
&
2) Expose hasil kajian dan penelitian terkait urgensi penegakan kode etik bagi penyelenggara negara dan upaya menata
Volume 4, Nomor 1-Juni 2018 PEMILU kembali sistem kepemiluan di Indonesia menuju negara demokrasi modern.
MISI:
Volume 4, Nomor 1-Juni 2018 Terbitnya Jurnal Ilmiah (Nasional + Internasional) tentang Etika dan Pemilu sebagai University of Industry Democracy.
Mohammad Saihu
TULISAN UMUM (GERERAL ARTICLES) __________76
___________________________________________________________________________________________________
Data dan Naskah
Diah Widyawati KESUKSESAN DAN PROBLEMATIKA PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA
Umi Nazifah LANGSUNG DI INDONESIA __________77
R. Monang Silalahi Teten Jamaludin
___________________________________________________________________________________________________
Titis Adityo Nugroho
Arif Ma’ruf MIMBAR
Ferry YM. POTRET PENEGAKKAN KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU PILKADA TAHUN
Arif Budiman 2018 _____97
Arif Budiman
___________________________________________________________________________________________________
Dokumentasi dan Arsip
Irmawanti KULIAH ETIKA __________105
Teten Jamaludin Harjono
Prasetya Agung Nugroho Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu RI
Sandhi Setiawan
Columbus F. Manurung Demokrasi Berkedaulatan Rakyat Berdasarkan UUD 1945
___________________________________________________________________________________________________
Penerjemah
Arwani
PUBLIKASI
___________________________________________________________________________________________________
Sirkulasi
Anwar Fauzi • RESENSI : 15 Petunjuk Pemilu Demokrasi Modern (15 The Guideline of
Modern Democratic Election)__________111
• BIODATA PENULIS __________115
Tata Letak/Layout & Sampul: • INDEKS __________117
Daseh “Setemelta” Hidayat • PEDOMAN PENULISAN __________118
• CALL FOR PAPERS __________119
___________________________________________________________________________________________________
June 12, 2018 - 6 years ago, the Honorary Council of Election Committee (DKPP) was formed and began its
work as a court of ethics by applying an open trial model and principles like a general court (legal court). In substance,
the realm of ethical court is different from legal court. Breaking the law is definitely violating ethics, but violating ethics is
not necessarily against the law. Even so with the sanctions imposed, ethics court of DKPP only imposes sanctions in the
form of warning, temporary dismissal, dismissal from the position of chairman, and the hardest sanction is a permanent
discharge. DKPP sanctions are educational and for the purpose of maintaining the integrity, credibility and independence
of the institution without imprisonment like a legal court that is reciprocating. Because of the substance and sanctions are
different, so that DKPP decision cannot be assessed by the State Administrative Court.
S
ejarah DKPP bermula dari telah melanggar kode etik. Di antara 2 (dua) putusan
berdirinya Dewan Kehormatan DK KPU menjadi trending topics, “Tahun 2009,
Komisi Pemilihan Umum (DK KPU) 5 anggota KPU Sumatera Selatan diberhentikan
pada tahun 2008 berdasarkan UU No. 22 Tahun karena konfilk kepentingan yang menghambat
2007 tentang Penyelenggara Pemilu. DK KPU kinerja KPU” dan “Tahun 2010, Anggota KPU
adalah institusi etik, bersifat ad hoc, dan bertugas Andi Nurpati dipecat karena menjadi Pengurus
menyelesaikan persoalan pelanggaran kode etik bagi Partai Demokrat”.
penyelenggara pemilu di tingkat provinsi dengan Kinerja DK KPU pun mengundang
fungsi memanggil, memeriksa, dan menyidangkan simpati publik. Alhasil pemerintah dan DPR
hingga memberikan rekomendasi (hanya) kepada memandang penting untuk meningkatkan kapasitas
KPU. Untuk pelanggaran kode etik yang dilakukan wewenang, tugas, dan fungsi lembaga kode etik
oleh anggota KPU Kabupaten/Kota dibentuk DK- di bidang kepemiluan ini. Selain itu, komposisi
KPU Provinsi. Sedangkan untuk pelanggaran kode keanggotaan DK KPU yang dominan dengan
etik yang dilakukan oleh anggota Bawaslu dibentuk unsur penyelenggara pun dinilai perlu ditata ulang.
DK Bawaslu. Pada 12 Juni 2012 DK KPU secara resmi berubah
Hanya beberapa tahun, DK KPU DKPP melalui produk hukum UU No. 15 Tahun
memberikan teroboson dengan memberhentikan 2011 tentang Penyelenggara Pemiluhan umum.
beberapa penyelenggara pemilu yang terbukti
Progres Kelembagaan Peradilan Etika 2017 – 2022, ketua merangkap anggata Harjono
dengan anggota lain; Muhammad, Ida Budhiati,
Seiring perubahan DK KPU menjadi DKPP,
Teguh Prasetyo, Alfitra Salaam, Hasyim Asy’ari
UU No. 15 Tahun 2011 menetapkan DKPP
(unsur KPU), dan dari unsur Bawaslu Ratna Dewi
bersifat tetap, struktur kelembagaannya lebih
Pettalolo (12 Juni 2012 – 12 Juni 2017) digantikan
profesional, dan dengan tugas, fungsi, kewenangan
Fritz Edward Siregar (mulai 12 Juni 2017 )
menjangkau seluruh jajaran penyelenggara pemilu
Selama 6 tahun, kinerja DKPP diwarnai
(KPU dan Bawaslu) beserta jajarannya dari pusat
penyelenggaraan pemilu/pilkada; 1) Pilkada tahun
sampai tingkat kelurahan/desa. DKPP juga
2012 yang diikuti oleh 51 daerah, 2) Pilkada tahun
merupakan satu kesatuan fungsi penyelenggaraan
2013 di 124 daerah, 3) Pemilu DPR RI, DPD, DPRD
pemilu yang bertugas menangani pelanggaran kode
dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
etik (penyelidikan, verifikasi, pemeriksaan) dengan
Tahun 2014, 4) Pilkada Serentak Tahun 2015 yang
sifat putusan final dan mengikat (final and binding).
diikuiti 269 daerah, 5) Pilkada Serentak tahun 2017
Keanggotaan DKPP pun dipilih dari unsur tokoh
dengan jumlah 101 daerah, dan 6) Pilkada Serentak
masyarakat (Tomas), professional dalam bidang
Tahun 2018 yang akan dilaksanakan di 171 daerah.
kepemiluan, ditetapkan bertugas per-5 tahun
Sepanjang 6 tahun ini, DKPP secara aktif
dengan masing-masing 1 (satu) perwakilan (ex officio)
me-release Profil Pengaduan dan Persidangan ke
dari unsur anggota KPU dan Bawaslu aktif.
berbagai kanal informasi (internal maupun media
Pada tahun 2017, melalui Undang-
umum), antara lain memuat jumlah pengaduan,
undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
pengadu, dan teradu, siapa saja para pencari
Umum, DKPP dipandang penting dikuatkan
keadilan (justice seekers) yang merasa dirugikan atau
kesekretariatannya. Jika pada UU No. 15 Tahun
merasa diperlakukan tidak adil, modus-modus
2011, kesekretariatan DKPP dibantu oleh Sekjen
pelanggaran, serta dari pengaduan yang diterima
Bawaslu. UU No. 7 Tahun 2017 mengamanatkan
DKPP tersebut, siapa saja penyelenggara Pemilu
kesekretariatan DKPP dipimpin langsung oleh
yang disidang, direhabiliasi, dikenakan sanksi berupa
seorang sekretaris (on process). Perintah tambahan
teguran tertulis, diberhentikan sementara, dan
lain di antarannya tentang Tim Pemeriksa
diberhentikan secara tetap alias pemecatan. Tradisi
Daerah (TPD), yang sebelumnya hanya dibentuk
ini adalah bagian dari edukasi (pendidkan etika)
berdasarkan peraturan DKPP menjadi diamanatkan
dan upaya untuk melakukan pencegahan (prevention),
undang-undang meski bersifat ad hoc. TPD berfungsi
dan untuk memenuhi asas-asas kepemerintahan
sebagai hakim di daerah guna membantu dan/atau
yang baik (the principles of good governance), terutama
menjadi hakim pendamping anggota DKPP dalam
prinsip keterbukaan (transparency), daya tanggap
melakukan pemeriksaan pelanggaran kode etik
(responsiveness), dan akuntabilitas (accountability).
penyelenggara pemilu di daerah.
Banyaknya penyelenggaraan pemilu/pilkada
Sampai pada tahun keenam, DKPP telah
dalam kurun 6 tahun berdirinya DKPP menyisakan
dinahkodai 2 periode keanggotaan; Pertama,
berbagai pelanggaran kode etik yang berujung dalam
periode 2012 – 2017 dengan ketua merangkap
persidangan DKPP. Hasilnya, sejak tahun 2012 s/d
anggota Jimly Asshiddiqie beserta Nur Hidayat
2018 (Per 2 Agustus 2018), DKPP telah menerima
Sardini, Saut Hamonangan Sirait, Valina Singka,
pengaduan sejumlah 2.986 pengaduan, dengan
dan Anna Erliyana yang menggantikan Abdul Bari
pemeringkatan 5 Provinsi tertinggi; 1) Sumatera
Azed karena mengundurkan diri tahun 2013, Ida
Utara sebanyak 351 pengaduan, 2) Papua 339
Budhiati (unsur KPU) dan Endang Wihdatiningtyas
pengaduan, 3) Jawa Timur 190 pengaduan, 4) Jawa
yang pada Desember 2014 menggantikan Nelson
barat 131 pengaduan, dan 5) Aceh 128 pengaduan.
Simanjuntak (unsur Bawaslu). Kedua, periode
Khusus untuk pengaduan salama penyelenggaraan kedua adalah Panwas Kabupaten/Kota sejumlah
Pilkada tahun 2018 sebanyak 204 pengaduan 1.744 penyelenggara. Unsur ketiga ada pada KPU
dengan pemeringkatan 5 Provinsi terbanyak; 1) provinsi sejumlah 1.575 penyelenggara. Unsur
Sumatera Utara 35 pengaduan, 2) Sulawesi Selatan keempat diisi jajaran KPU di tingkat PPK/PPD
25 pengaduan, 3) Sumatera Selatan 19 pengaduan, yang mencapai 1.022 penyelenggara, dan unsur
dan 5) Jawa Barat 13 pengaduan. kelima masih pada jajawan KPU di tingat PPS
Seringkali menjadi pertanyaan, bahwa sejumlah 998 penyelenggara.
teradu yang diadukan ke DKPP bersifat orang Data-data, secara umum dapat diambil
per-orang, meskipun menyebutkan institusi gambaran terkait trend pelanggaran dalam tiap
kepenyelenggaraan atau jabatan. Adapun jumlah/ penyelenggaraan pemilu atau pilkada. Contoh pada
angka 2.986 pengaduan terdiri dari 14.271 teradu, Pilkada 2018, bahwa jumlah pelanggaran tertinggi
dengan unsur kepenyelenggaraan tertinggi pertama yang diadukan adalah pada pendaftara calon, masa
diadukan adalah KPU Kabupaten/Kota yang kampanye, dan pada tahapan syarat dukungan atau
mencapai angka 6.759 penyelenggara. Unsur pencalonan.
80
70
60 74
50
40
30 37
20
10 24 18 11 18 0 0 0 22
0
Berbeda halnya antara jumlah pengaduan DKPP sepanjang tahun 2012 s/d 2018 (update,
dengan angka teradu. Karena tidak semua pengaduan 8 Agustus 2018). Putusannya, 491 penyelenggara
yang diterima DKPP lolos untuk disidangkan. diberhentikan tetap, 28 penyelenggara diberhentikan
DKPP menerapkan standar ketat laporan sebagai ketua (bertukar sebagai anggota), 1.184
pengaduan dalam verifikasi formil dan materiil. penyelenggara diperingatkan (teguran tertulis), dan
Hasilnya, dari 14.271 teradu yang diadukan ke 2.276 penyelenggara direhabilitasi nama baiknya
DKPP hanya 4.231 yang masuk dalam Persidangan karena tidak terbukti melakukan pelanggaran.
Pelanggaran Kode Etik dan Karakter melalui Rubrik Mimbar DKPP, disajikan secara
Lokal khusus Potret Pilkada 2018 dengan modus-
modus yang melatari para penyelenggara Pemilu
Bertitik tolak dari data di atas, terbesit suatu melakukan atau tidak melakukan pelanggaran,
pemikiran tentang terjadinya suatu pelanggaran antara lain; modus penyuapan terhadap petugas
kode etik penyelenggara Pemilu dilatarbelakangi penyelenggara Pemilu (Bribery of Officials),
kondisi sosial-politik, sosial budaya, sosial ekonomi, pelanggaran hukum (broken or breaking of the
dan faktor-faktor lain? Apakah pelanggaran yang laws), pelanggaran penyelenggara Pemilu karena
dilakukan oleh penyelenggara Pemilu memiliki perlakukan yang tidak adil dan setara kepada para
korelasi dengan karakter-karakter lokal? Bagaiman pihak (unequal treatment), bekerja tidak cermat
segala fenomena tersebut dapat dijelaskan dengan atau teliti dalam tahapan Pemilu (Sloppy Work of
multi-perspektif, seperti sosiologi, antropologi, Election Process), tidak segera atau abai memerbaiki
historis, dan karakter masyarakat setempat pada suatu kesalahan walau keberatan telah diajukan
umumnya? Pada sisi-sisi tinjauan tersebut, Jurnal oleh Panwaslu, tim kampanye, atau peserta
Etika dan Pemilu edisi ini cukup sebagai acuan Pemilu (absence of fault remedies), manipulasi suara
untuk menggambarkan karakter lokal yang (vote manipulation), benturan kepentingan (conflict of
memengaruhi trand pelanggaran kode etik oleh interest), dan seterusnya.
penyelenggara Pemilu. Modus-modus tersebut menguatkan
Dengan menyuguhkan segala dimensi asumsi yang dibangun DKPP selama ini bahwa,
tersebut, maka terbuka peluang bagi para peneliti latar belakang timbulnya pelanggaran kode etik
Pemilu dan demokrasi, ahli desentralisasi, ahli penyelenggara Pemilu, tidak dapat dilepaskan
sejarah, antropolog, sosiolog untuk memeroleh dari dinamika dan/atau konstelasi politik
gambaran tentang pengaruh karakter lokal eksternal penyelenggaraan Pemilu di tingkat
terhadap dinamika penyelenggaraan Pemilu serta daerah. Terutama tampak dalam penyelenggaraan
kaitannya dengan kemandirian, integritas, dan Pemilukada 2015, silang-sengkarutnya
kredibilitas KPU dan Bawaslu serta jajarannya pencalonan ganda akibat konflik di tubuh partai
di setiap jenjang, termasuk sekretariat pada politik, maraknya politik uang (money politics), dan
lembaga penyelenggara Pemilu; peranan petahana seterusnya. Di sejumlah daerah, latar dan karakter
dalam penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada daerah seperti tradisi atau adat istiadat yang berlaku
serentak; peranan media massa lokal terhadap di tingkat lokal, memengaruhi langsung ataupun
penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada; peranan tidak langsung terhadap tingkat kemandirian,
perempuan, masyarakat madani, dan kelompok integritas, dan kredibilitas penyelenggara Pemilu;
rentan dalam Pemilu/Pemilukada; dan seterusnya. hingga akhirnya diadukan/disidangkan di DKPP.
Untuk melengkapi data analisis di atas, (Mohammad Saihu)
This main article contains the main topic selected by Editorial Team; resulting from Call For Papers program in order to
develop a harmony of political dinamics, law and democracy and literally fundamental, structural and not polarized by
desire to build a state or govarnment that lead to political interest. Bottom up pattern becomes important because of top
down approach as practiced in the new order era, would only distort aspirations of the people.
Abdul Wahid
Wakil Direktur 1 Program Pasca Sarjana Universitas Islam Malang
ABSTRAK/ABSTRACT
P enyelenggara pesta demokrasi yang terlibat dalam pelanggaran kode etik, tidaklah sulit ditemukan.
Mereka sebenarnya sudah diberi pemahaman tentang urgensinya kode etik, tetapi mereka tetap saja
terjerumus melakukan pelanggaran. Dari pesta demokrasi ke pesta demokrasi, ada saja penyelenggara
yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik. Praktik seperti ini tidak boleh dibiarkan terus berjalan,
karena dapat mengakibatkan hancurnya marwah negara demokrasi konstitusional ini. Oleh karena itu,
pengawasan terhadap penyelenggara pesta demokrasi ini harus gencar dilaksanakan. Setiap subyek sosial,
hukum, politik, dan lainnya yang melakukan pengawasan ini wajib memahami dan membumikan kode
etik, sehingga sebagai pengawas, dirinya tidak terjerumus melakukan pelanggaran etika. Kalau sampai
terjerumus, maka wajah negara hukum menjadi tercoreng serius.
T he democratic election committee which are involved in violating the code of ethics are not difficult to find. They
have actually been given an understanding of the urgency of the code of ethics , but they still fall into the
ethic violations. From one democratic election to another democratic election, there are still election committee who
violate the code of ethics. This practices must not allowed to continue, because it can result in the destruction of
the spirit of the constitutional democracy. Therefore, the supervision of the election comitte must be carried out
intensively. Every social, legal, political and other subject who carrying out this supervision must understand and
ground the code of ethics, so that as a supervisor, he also does not fall into the ethical violations. If it happens, the
face of the legal state becomes seriously tarnished.
Kasus tersebut menunjukkan, bahwa sedang berperkara atau menuntut keadilan melalui
pelanggaran kode etik oleh penyelenggara pesta (mempercayakan pada) negara, dalam hal ini
demokrasi tidaklah sedikit. Ada bermcam-macam diamanatkan pada dunia peradilan atau instutusi
jenis pelanggaran yang dilakukannya, yang yudisial, maka sebenarnya apa yang dituntutnya
mengakibatkan masyarakat bisa menganggap ini adalah kepastian dan perlakuan yang adil
bahwa penyelenggaraan pesta demokrasi belum dan sederajat di depan hukum (equality before the
menunjukkan jalannya pesta yang berkualitas. law). Dirinya ingin diperlakukan layaknya orang
Masih saja ada sebagian subyek penyelenggaraan lain yang berperkara, yang ketika perkaranya
pesta demokrasi yang tidak mengindahkan dimenangkan atau berpihak kepadanya, maka
kemanfatan dibuatnya kode etik yang kemenangan ini bisa dirasakannya sebagai ruh
mengikatnya. Di antara mereka bahkan berani dari keadilan yang pelaksanaannya menggunakan
secara terang-terangan melakukan pelanggaran. pijakan kode etik atau aspek moral. Kalau tidak
menggunakan etika, bisa dipastikan keadilan gagal
B. PEMBAHASAN ditegakkan atau dirasakannya, karena ada subyek
hukum atau lainnya yang mempermankan.
B.1 Esensi Dan Fungsionalisasi Etika Pada saat setiap elemen bangsa
Bangunan negara, termasuk diantaranya menggunakan etika sebagai kekuatan tedepan
negara hukum, membutuhkan etika. Etika (utama) yang mengawal dirinya, baik sebagai
merupakan penentu kualitas tidaknya elemen eksekutif, legislatif, maupun yudikatif,
penyelenggaraan negara hukum. Pakar etika maka konstruksi profetisnya bisa terjaga atau
Franz Magnis Suseno3 menyebut, bahwa secara setidaknya tidak sampai kehilagan kredibilitas.
moral politik setidaknya ada empat alasan utama Kondisi ini membuat marwah atau martabat secara
orang menuntut agar negara diselenggarakan ndividual maupun institusional bisa dilindungi.
(dijalankan) berdasarkan atas hukum yaitu: (1) Masing-masing subyek lembaga strategis dapat
kepastian hukum, (2) tuntutan perlakuan yang terjaga dalam menjalankan perannya secara benar
sama, (3) legitimasi demokrasi, dan (4) tuntutan dan bertanggungjawab..
akal budi. Dalam kehidupan bernegara dan
Pernyataan filosof itu menunjukkan, bermasyarakat, memang tidak selalu norma
bahwa negara yang didasarkan atas hukum, selain yuridis yang menjadi jawaban terhadap problem
mengandung tuntutan adanya penegakan prinsip sosial, politik, dan bahkan sekalipun hukum itu
egaliter dan kepastian, juga tuntutan penegaan sendiri, karena kehidupan itu terdapat norma
akal budi, yang tuntutan demikian ini identik lainnya seperti norma etika yang ikut bertugas
dengan dimensi moral atau etika. Akal budi bukan mengawalnya.
semata-mata masalah penggunaan rasionalitas, Hal itu dibuktikan dengan pertanyaan logis
tetapi juga menyangkut implementasi prinsip yang sering diajukan oleh kalangan pembelajar
etika atau moral. Konstruksi hidup bernegara etika, mengapa dalam setiap organisasi profesi
tidak cukup hanya dengan mengandalkan norma yang mengemban amanat penegakan hukum
yuridis, tetapi juga harus dengan norma etika. dan keadilan hampir selalu diikuti dengan
Dari etika inilah setiap penyelenggara kehidupan eksistensi urgensinya kode etik profesi? Karena
bermasyarakat dan bernegara bisa diwarnai. para pengemban profesi hukum atau lainnya
Sebagai refleksi, ketika seseorang yang membutuhkan untuk dikawal etika.
3
Franz Magnis Suseno, Etika Politik; Prinsip-prinsip Moral O. Notohamidjojo menyatakan secara
Dasar Kenegaraan Modern, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. keilmuan, pada umumnya ilmu hukum dalam
1994), hlm. 295.
teori dan praktek merupakan ilmu praktis yang Ketika terjadi pelanggaran norma-normanya,
menyangkut perbuatan manusia. Ilmu hukum otomatis membutuhkan penegakan. Adapun
menuntut pada pemangku atau pelaksananya penegakkannya membutuhkan etika untuk
untuk menilai dalam dua segi. Dua segi yang mengawalnya.
dimaksud adalah pertama, menilai isi peraturan Agamawan Buya Hamka mengingatkan
hukum dan kedua menilai dalam pelaksanaan tentang urgensinya etika. Menurutnya 6Diribut
hukum. Akan tetapi kedua segi pekerjaan yuris runduk padi dicupak datuk tumenggung hidup kalau tidak berbudi
tersebut terikat oleh norma-norma moral, duduk tegak kemari canggung. Tegak rumah karena sendi runtuh
keadilan, aequitas, kebenaran, dan kebaikan. budi rumah binasa, sendi bangsa adalah budi, runtuh budi runtuhlah
Makin besar ia merasa terikat oleh norma-norma bangsa,”. Pernyataan Hamka ini menunjukkan,
moral itu, makin baik mutunya sebagai norma bahwa sendi bangunan rumah dan bangsa
yuridis, sebagai otoritas hukum, dan semakin terletak pada budi pekerti. Budi pekerti (etika)
besar sumbangannya bagi pembangunan hukum menentukan kuat tidaknya bangunan kehidupan
dan masyarakat dari negara.4 masyarakat, bangsa, dan Negara. Etika dapat
Eksistensi dan identitas negara hukum membuat seseorang atau sekelompok orang,
mendeskripsikan bahwa segala sesuatu harus termasuk subyek politik untuk memagang teguh
berjalan menurut aturan yang jelas; masyarakat kebenaran, kejujuran, dan keadilan.
yang merupakan warga negara hidup dalam Apa yang disebut Hamka itu juga terfokus
ketertiban, ketenangan, keamanan dan keadilan. pada etika sebagai akar kausalitas makro, meski
Hukum dibuat sebagai salah satu sarana tidak ada kata etika yang disebutnya. Hamka
untuk menciptakan kondisi demikian. Sebagai menyebut etika sebagai penentu kehidupan
sebuah sarana, dia lebih berjalan pada proses. berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka Bangsa yang berjaya, masyarakat yang tertib, dan
proses harus berjalan secara maksimal pula. keluarga yang utuh, ditentukan oleh etika (budi).
H.L.A. Hart (1965) mengatakan bahwa untuk Dengan diimplementasikan atau ditegakkannya
menciptakan keadilan, hukum harus meliputi tiga etika, maka siapapun yang menjadi subyek
unsur nilai, yakni kewajiban, moral dan aturan. kehidupan berpolitik (bernegara) akan mampu
Karenanya hukum tidak dapat dipisahkan dari memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara
dimensi moral.5 Jadi apabila ingin menciptakan ini. Subyek bernegara yang berbudi baik tidak
keadilan dalam masyarakat maka unsur moral akan mempriortaskan kepentingan-kepentingan
(etika) harus dipenuhi. Belum terciptanya individualistuk dankelompoknya, dan sebaliknya
rasa keadilan atau dengan kata lain gagalnya kepentingan negaralah yang diutamakan.
penegakan hukum dalam masyarakat sampai Salah satu pemikir Islam kenamaan Imam
saat ini karena belum berfungsinya etika dalam al-Ghazali memberikan pemahaman tentang
mengawal aparat penegak atau penyelenggaranya. ahklak dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin. Definisinya
Kegiatan politik, misalnya penyelenggaraan pesta ini secara substansial identik dengan budi (seperti
demokrasi, sebenarnya merupakan perwujudan pendapat Frans Magnis Susesno). Al-Ghazali menyebut
pengimplementasian norma yuridis, karena pesta akhlak atau etika sebagaisuatu perangai (watak,
demokrasi tatalaksananya berpijak pada hukum. tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa seseorang
dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-
4
O. Notohamidjojo , Demi Keadilan dan Kemanusiaan:
Beberapa Bab dari Filsafat Hukum, (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1975), perbuatan tertentu dari dirinya, secara mudah dan
hlm. 39.
5
Mardian Alisyaban Hidayat, http://www. Mardianaly. ringan, tanpa perlu dipikirkan atau direncanakan
co.cc/2010/ 04/makalah-moral-dan-hukum-positif.html, diakses 6
Chamim Mutohar, Etika sebagai Pondasi Bernegara,
tanggal 15 Mei 2018. (Jakarta: Lintas Kalam Media, 2015), hlm. 2.
sebelumnya,7 sehingga banyak perilaku terpuji dengan ”manajemen” atau tatakelola bersikap
yang bisa menciptakan pembaruan di masyarakat. dan berperilaku seseorang, termasuk seseorang,
Filosof Yunani juga banyak sekelompok orang, atau pihak-pihak yang
mendiskursuskan esensi dan fungsionalitas etika. melibatkan diri dalam penyelenggaraan pesta
Misalnya Aristoteles. Ia adalah pemikir dan demokrasi.
filosof besar yang pertama berbicara tentang
etika secara kritis, reflektif, dan komprehensif. B.2 Relasi Etika dengan Demokrasi
Aristoteles juga filosof awal yang menempatkan
Sudah jelas paparan di atas, bahwa bangunan
etika sebagai cabang filsafat tersendiri. Aristoteles,
kehidupan bermasyarakat dan bernegara itu,
dalam konteks ini, lebih menyoal tentang hidup
diantaranya ditentukan oleh etika. Ahmad
yang baik dan bagaimana pula mencapai hidup
Hasan menyebut, bahwa setiap manusia yang
yang baik itu. Yakni hidup yang bermutu/
sehat secara rohani, pasti memiliki sikap moral
bermakna, menentramkan, dan berharkat. Dalam
(etika) dalam menghadapi keadaan-keadaan yang
pandangan Aristoteles, hidup manusia akan
menyertai perjalanan hidupnya10 Perjalanan hidup
menjadi semakin bermutu/bermakna ketika
manusia memang seringkali dihadapkan dengan
manusia itu mencapai apa yang menjadi tujuan
kerangka berfikir soal moral atau etika. Ketika
hidupnya. Dengan mencapai tujuan hidupnya,
manusia terlibat aktif dalam diskursus soal moral
berarti manusia itu mencapai dirinya sepenuhnya.
ini, sebenarnya dirinya telah atau sedang memulai
Manusia ingin meraih apa yang disebut nilai
menunjukkan model berperilaku yang sejalan
(value), dan yang menjadi tujuan akhir hidupnya,
dengan standar moral atau tidak.
yakni kebahagiaan atau eudaimonia.8. Dijadikannya
Imam al-Ghazali berpendapat, bahwa
kebahagiaan sebagai tujuan hidup ini diantaranya
watak manusia pada dasarnya ada dalam keadaan
disebabkan adanya keterkaitan dengan realitas
seimbang dan yang memperburuk itu adalah
sulitnya manusia mendapatkan kebahagiaan
lingkungan dan pendidikan. Lingkungan dan
di dunia ini, dan sebaliknya kesusahan dan
pendidikan punya andil besar dalam membentuk
kesengsaraan yang seringkali dialami atau
sikap dan perilaku manusia. Kebaikan-kebaikan
menimpanya, adalah berakar atau berhubungan
dan keburukan-keburukan itu tercantum dalam
dengan etika. Misalnya etika yang diabaikan
syariah dan pengetahuan akhlak. Tentang teori
oleh subyek politik dapat berdampak terhadap
jalan lurus (al-Shirât al-Mustaqîm) disebut dalam
terjadinya pelanggaran hak berpolitik warga.
al-Qur’an dan dinyatakan lebih halus dari pada
Bertens (2002) menyebut, bahwa etika
sehelai rambut dan lebih tajam dari pada mata
memiliki tiga makna, yakni: pertama, nilai-nilai dan
pisau. Untuk mencapai ini manusia harus
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
memohon atau berdoa (meminta) petunjuk
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
Allah SWT karena tanpa petunjuk Allah SWT
tingkah lakunya, atau secara singkat dipahamai
tidak seorang pun yang mampu melawan
sebagai sistem nilai, kedua, kumpulan asas atau
keburukan dan kejahatan dalam hidup ini.
nilai moral atau kode etik, dan ketiga, ilmu tentang
Tanpa melibatkanNya, manusia identik dengan
baik dan buruk.9 Baik dan buruk, benar dan
menunjukkan kesombogan. Kesempurnaan dapat
salah, yang dikaitkan dengan etika adalah identik
diraih melalui penggabungan akal dan wahyu.11
7
Imam al-Ghozali, Tahdzib al-Akhlaq wa Mu`alajat Amradh
Al-Qulub, Mengobati penyakit Hati tarjamah Ihya``Ulum Ad-Din, 10
Sidharta, Moralitas Profesi Hukum, Suatu Tawaran
(Bandung: Karisma, 2000), hlm. 31.
Kerangka Berfikir, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm. 1
8
MF Rahman Hakim, Etika dan Pergulatan Manusia,
(Surabaya: Visipres, 2010), hlm. 12.
11
M. Abul Quasem dan Kamil, Etika Al-Ghazali: Etika
9
Ahmad Hasan, Pengantar Etika, (Bandung: Mutiara Ilmu, Majemuk di dalam Islam, terj. J. Mahyudin, (Bandung: Pustaka,
2011), hlm. 2-3. Bandung, 1988), hlm. 82.
Konvregensi keduanya (akal dan wahyu) akan profesi atau lembaga-lembaga yang mendapatkan
memberikan kekuatan bagi yang mempelajari amanat dari negara untuk mengawal kinerja para
dan mengimplementasikannya. Etika merupakan penyelenggaranya, menjadikan kode etik sebagai
panduan bersikap dan berperilaku yang aturan main atau pedoman berucap, bersikap, dan
bersumber dari akal dan wahyu. Baik, benar, jujur, berperilakunya.
dan bertanggungjawab misalnya, adalah nilai Keberhasilan atau kegagalan penyelenggara
kemuliaan yang bisa membuat hidup manusia pesta demokrasi secara umum terletak pada
menjadi mulia (bermartabat) dalam bemasyarakat kapabilitas penyelenggaranya dalam melakukan
dan bernegara.. penataan. Keberhasilan tidak semata diukur
Konstruksi nalar etika itu menjadi logis dari tingkat kuantitas keterlibatan rakyat dalam
diakui dan dilaksanakan. Hal ini setidaknya dapat bepartisipasi, tetapi juga dalam implementasi
mengunakan tolok ukur dari banyaknya tugas kode etiknya, sehingga baru layak dikategorikan
yang diemban oleh etika sebagaimana berikut: sebagai penyeleggara yang berhasil jika kode etik
a) Untuk mempersoalkan norma yang dijadikan pijakannya.
dianggap berlaku. Diselidikinya apakah Penyelenggaraan pesta demokrasi itu
dasar suatu norma itu dan apakah dasar mengusung hak berpolitik atau kedaulatan rakyat.
itu membenarkan ketaatan yang dituntut Setiap penyelenggara diikat oleh kode etik supaya
oleh norma itu terhadap norma yang demokrasi tidak sampai ternoda. Dari kode etik
dapat berlaku ini, demokrasi bisa diidealisasikan terwujud.
b) Etika mengajukan pertanyaan tentang Setiap penyelenggara dituntut mewujudkan
legitimasinya, artinya norma yang aturan main yang benar. Setiap kecenderungan
tidak dapat mempertahankan diri dari pola berperilaku yang mendestruksi demokrasi
pertanyaan kritis dengan sendirinya bisa dicegah ketika kode etik diberikan otoritas
akan kehilangan haknya (maknanya) mengawalnya.
c) Etika mempersolakan pula hak setiap
lembaga seperti orangtua, sekolah, B.3 Pengawasan Berlandaskan Etika
negara dan agama untuk memberikan
Setiap aktifitas politik, apalagi yang
perintah atau larangan yang harus ditaati
menentukan kelangsungan hidup berbangsa dan
d) Etika dapat mengantarkan manusia,
bernegara seperti pesta demokrasi atau pencarian
pada sifat kritis dan rasional
calon pemimpin lokal hingga nasional, adalah
e) Etika memberikan bekal (modal) kepada
aktifitas yang tidak boleh dibiarkan dicederai oleh
manusia untuk mengambil sikap yang
tangan-tangan kotor (the dirty hands), karena kalau
rasional terhadap semua norma yang
sampai cedera atau ternoda, maka produk pesta
berlaku di masyarakat
demokrasinya akan cedera pula.
f ) Etika menjadi alat pemikiran yang
Kimiawan kenamaan dan pemenang nobel
rasional dan bertanggung jawab bagi
perdamaian Albert Esntein pernah menyatakan,
seorang ahli dan bagi siapa saja yang
bahwa dunia menjadi tidak aman dan jauh dari
tidak mau diombang ambingkan oleh
mendamaikan bukan disebabkan ulah para pelaku
norma-norma yang ada.12
kriminalitas, melainkan akibat sikap kita yang
Begitu fundamentalnya tugas etika dalam
membiarkan kejahatan terus terjadi.13
relasinya dengan kehidupan bermasyarakat dan
Pernyataan Enstein itu menunjukkan,
bernegara, maka pantas jika organisasi-oraganisasi
13
Sulistyono Syakur, Kriminalitas Mutakhir, (Jakarta: Gugus
12
Chamim Mutohar, Op.Cit, hlm. 9. Ilmu, 2014), hlm. 3.
bahwa setiap elemen bangsa tidak boleh memilih kesepakatan eksklusif yang berpola simbiosis
sikap diam atau tidak peduli terhadap realitas mutaalisme.
yang terjadi di tengah kehidupan bermasyarakat Pola simbiosis mutalisme akhirnya
dan bernegara. Apa yang sedang diselenggarakan mendapatkan tempat aman atau mapan dalam
oleh masyarakat atau negara, harus aktif dibaca bingkai pembenaran pola-pola kotor yang
oleh subyek sosial, sehingga benar-benar dapat dianggap normal, sehingga secara bertahap
dipahaminya sebagai realitas kepentingannya.. menjadi ujaran seperti politik itu ”siapa yang
Dalam ranah itu, masing-masing diri kuat, dialah yang menang”, ”politik itu hanyalah
setiap subyek sosial harus selalu melihat atau kepentingan pragmatis”, ”politik itu tidak ada
mengawasi kekanan atau kekiri atau pada obyek- kawan atau lawan sejati”, ”kawan sejati politik itu
obyek tertentu yang layak dan rasional dalam adalah kepentingan”, dan lain sebagainya.
obyek ini terdapat hal-hal buruk atau berbagai Dalam ranah itu, madzhab yang paling
bentuk perwujudan dari praktik berbentuk sering dijadikan sebagai pijakan atau kblat
penyalahgunaan kode etik dalam tingkat yang adalah permisifisme (serba menghalalkan segala
ringan maupun pemberatan. cara) yang didoktrinkan Nicollo Machiavelli
Banyak praktik atau aksi politik (political yang berbunyi “het doel heiling de middelen” atau
action) diselenggarakan oleh para penyelengara apapun bisa dilakukan asalkan kepentingan
pesta demokrasi yang tidak menghormati norma- terwujud.14 Artinya dalam aliran ini digariskan,
norma etis. Mereka yang seharusnya menjunjung bahwa siapapun yang terlibat dalam pergulatan
tinggi atau menjaga tegakknya kode etik secara politik, segala cara bisa dilakukan, sehingga
jujur, transparan, dan isiqamah atau konsisten, yang paling utama adalah kepentingan atau
justru tidak sedikit yang lebih memilih terjerumus tujuannya. Mengorbankan siapapun dan apapun
dalam perbuatan menyimpang. Penyimpangan dianggapnya sebagai hal yang normal, asalkan
etika dijadikannya sebagai opsi ”memperjual- segala kepentingan, khususnya yang berurusan
belikan” demokrasi.. dengan kekuasaan bisa tercapai.
Praktik pelanggaran kode etik itu tidak bisa Akibat berkiblat pada kepentingan
ditoleransi, apalagi dibiarkan terus menerus terjadi, (tujuan) itu, kode etik tidak dijadikan sebagai
karena bisa mengakibatkan terbentuknya kultur panduan menata organisasi, khususnya negara.
busuk (cultural of decay) dalam penyelenggaraan Kode etik dalam sisi ini hanya ditempatkan
pesta demokrasi. Komunitas penyelanggara sebagai penghalang yang membuat ambisi atau
pesta demokrasi bisa saja dipraduga bersalah kepentingan gagal terwujud, sehingga seseorang
oleh rakyat sebatas sebagai pemain-pemain yang atau sekelompok orang yang terjun dalam dunia
dikendalikan oleh subyek tertentu, yang karena politik atau perebutan kekuasan, haruslah berani
sudah mengambil opsi sebagai pemain, mereka dan tega “menghanguskan “ atau mendegradasi
nekad mencari segala sesuatu yang bersifat kode etik.
mengutungkan diri dan kelompoknya, dan bukan Kalau penyelenggara pemilu terjangkit
menguntungkan rakyat. . penyakit sepert itu, maka bisa dipastikan, bahwa
Dalam ranah itu, kalangan penyelenggara segala aktifitas yang semestinya mendukung
pesta demokrasi juga bisa ”dihakimi” oleh publik terwujudnya demokratisasi atau hak-hak
sebagai sekumpulan orang yang identik dengan berpolitik (political rights) tidak bisa terwujud.
”pebisnis” atau ”pedagang” yang menjadikan Mereka (penyelenggara pesta demokrasi) terfokus
kode etik sekedar aksesoris, sementara yang menguras pikiran dan tenaganya hanya untuk
dikejar atau dipenuhinya adalah kesepakatan- 14
MF. Rahman Hakim, Op.Cit, hlm. 21.
mencari atau memenuhi segala kepentingan yang secara resmi disediakan oleh Negara
pragmatis dan materialistiknya. maupun kalangan relawan, tetapi seiring dengan
Penyakit pelanggaran kode etik yang ditemukannya banyak pelanggaran kode etik
bisa menyerang kalangan penyelenggara pesta yang dilakukan kalangan penyelenggara pesta
demokrasi itulah yang secara tidak langsung demokrasi, maka kinerja pengawasan menjadi
pernah diingatkan oleh filosof kenamaan dipertanyakan.
Aristoteles, yang menyebut, bahwa “semakin Selain itu, pelanggaran kode etik yang
tinggi penghargaan manusia terhadap kekayaan, dilakukan oleh penyelenggara pesta demokrasi
maka semakin rendahlah penghargaan manusia dapat dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran
terhadap nilai-nilai kebenaran, kemanusiaan, terhadap hak asasi manusia (HAM). Adapun
kejujuran, dan kesusilaan”. hak yang dilanggarnya adalah hak menunjukkan
Berdasarkan ancaman itu, logis jika keikutsertaannya dalam pesta demokrasi yang
dilakukan pengawasan terhadap kinerja para benar-benar demokratis, bukan dinodai oleh
penyelenggara pemilu. Pengawasan yang praktik-praktik tidak terpuji yang membuat
dilakukan harus benar-benar serius. Tahapan apa haknya tidak lagi bersifat sakral. Hal inilah yang
saja yang dilalui atau dimana peran dimainkan oleh Mahfud MD diingatkan, bahwa muncul
oleh penyelenggara pesta demokrasi, harus kesan kalau upaya memperjuangkan HAM tidak
selalu diikuti dengan pengawasan. Ketika disertai oleh upaya memenuhi kewajiban asasi
pengawasan bisa dijalankan secara maksimal, manusia. Upaya memperjuangkan HAM menjadi
maka demokrasi atau kedaulatan rakyat akan timpang dengan hanya meminta perhatian
lebih mudah ditegakkan, karena masing-masing pada hak asasi seseorang tanpa melaksanakan
penyelenggara pesta demokrasi akan lebih serius, kewajiban asasinya.15 Kewajiban asasi inilah
bersih, dan bertanggungjawab terhadap peran yang harus dilaksanakan oleh setiap pengawas
yang dilakukannya. penyelenggaraan pesta demokrasi supaya hak
Selama ini, pengawasan terhadap berpolitik rakyat tetap terlindungi.
penyelenggaraan pesta demokrasi memang sudah Frans Magnis Suseno juga mengingatkan,
tanpak dilakukan, tetapi publik menuntut terus bahwa mendiskurskan HAM berarti
dilakukan penguatan pengawasan terhadap kinerja membicarakan dimensi kehidupan manusia. HAM
penyelenggara pesta demokrasi. Indikasi yang ada bukan karena diberikan oleh masyarakat dan
digunakan, bahwa akibat masih belum kuatnya kebaikan dari negara, melainkan berdasarkan
pengawasan, maka terjadi banyak pelanggaran martabatnya sebagai manusia.16 Mempunyai hak
kode etik yang dilakukan penyelenggara pemilu. pilih merupakan hak yang secara konstitusional
Pengawasan ini dapat berpengaruh dalam diberikan oleh negara, namun menjatuhkan
membentuk setiap subyek menjadi lebih kuat pilihan pada siapa merupakan hak yang berelasi
kepribadinnya dalam melakukan pengawasan. dengan keyakinan atau kebebasannya sebagai
Logika a contrario lainnya memberikan manusia yang bermartabat dalam konstruksi
indikasi, akibat pengawasan yang masih lemah, negara berdasarkan atas hukum.
sehingga secara tidak langsung menjadi akar Berdasarkan atas hak itu, beberapa konsep
kriminogen yang melahirkan banyak kecurangan negara hukum juga menempatkan hak asasi
atau praktik-praktik pelanggaran kode etik. Suatu sebagai karakternya, diantaranya perlindungan
pelanggaran bisa terjadi karena adanya kondisi dan penegakan hak asasi manusia itu sendiri dalam
buruk yang memberikan peluang (kesempatan). 15
Mahfud MD, Membangun politik hukum, menegakkan
Selama sudah banyak pengawasan baik konstitusi, (Jakarta : Pustaka LP3ES, 2006), hlm. 181-182.
16
Franz Magnis Suseno, Op.Cit, ,hlm.121
pembentukan suatu negara hukum (rechtstaat).17 bagaimana manusia dapat menolong manusia
maka etika yang digunakan untuk mengawal atau atau melindungi makhluk Tuhan lainnya di dalam
menguatkan pengawasan dalam penyelenggaraan kebutuhannya yang riil (empirik) yang secara
pesta demokrasi, dapatlah diinterpretasikan susila dapat dipertanggungjawabkan,18 maka ini
sebagai modalitas yang melindungi dan dapat diinterpretasikan bahwa jika etika dijadikan
menguatkan konstruksi kehidupan bernegara oleh setiap pengawas (baik yang dibentuk atau
hukum atau bangunan negara yang berlandaska direkrut oleh negara maupun relawan yang
demokrasi konstitusional. peduli demokrasi) atas penyelenggaraan pesta
Ketika penguatan pengawasan itu dilakukan demokrasi, maka kesejatiannya, demokrasi dapat
oleh siapapun yang menjadi pengawas dalam dikawal dengan benar, sehingga tetap dalam
setiap tahapan pesta demokrasi, maka dampak sakralitasnya sebagai wujud kedaulatan rakyat
positipnya bukan hanya berhubungan dengan yang sesungguhnya.
proteksi terhadap marwah penyelenggaraan Dengan kata lain, demokrasi yang berusaha
pesta demokrasi, tetapi juga pada kepentingan diwujudkan melalui penyelenggaraan pesta
asasi rakyat dalam menjunjung tinggi hak demokrasi merupakan “jati diri” kedaulatan
berdemokratisasinya dalam pengimplementasian rakyat, sehingga supaya rakyat tidak sampai
opsi atau kebebasan berpolitik. Sebagai kehilangan jati dirinya, setiap subyek sosial,
komparasi, masih mudahnya subyek politik atau politik, hukum atau pihak-pihak lainnya yang
struktural terjerumus dalam penyalahgunaan merasa menempatkan demokrasi sebagai
kekuasaan (abuse of power) adalah akibat lemahnya kekuatan sakralitas hidup bernegara dan
pengawasan. Kelemahan pengawasan ini bermasyarakat, haruslah melakukan pengawasan,
berkaitan dengan tidak dijalankannya etika saat yang pengawasan ini berbasis etika luhur.
menjalankan pengawasan. Etika pengawasan ini dapat menunjukkan
Penguatan pengawasan seperti itu jelas kebermaknaannya jika oleh setiap pengawas
menempatkan etika sebagai modal privilitas digunakan mengontrol dan mengevaluasi serta
yang harus digunakan oleh setiap pengawas mempertanggungjawabkan setiap aktfitasnya.
penyelenggaraan pesta demokrasi. Dari etika
ini, perannya sebagai pengawas tetap berada C. PENUTUP
dalam kontrol yang benar seperti tidak liar, tidak
Pesta demokrasi merupakan salah satu
mengikuti “pesan sponsor” yang salah dari pihak
praktik kenegaraan berbasis kedaulatan rakyat,
tertentu, tidak menciptakan kekacauan (chaos),
yang implementasinya tidak pernah ada yang
tidak menciptakan rekayasa politik (political
benar-benar bersih tanpa diwarnai oleh berbagai
engineering) yang berpola memutarbalikkan hukum
bentuk pelanggaran. Penyelenggara pesta
dan kebenaran, dan lain sebagainya yang bersifat
demokrasi seperti pemilihan kepala daerah secara
pembangkangan norma. Jika penguatan demikian
langsung (pilkada) atau pemilu Presiden dan
dapat diwujudkan, maka bukanlah kemustahilan
legislatif yang terlibat dalam pelanggaran kode
untuk mewujudkan demokrasi konstitusional
etik, tidaklah sulit ditemukan.
dalam bentuk penyelenggaraan pesta demokrasi.
Dalam beberapa aktifitas sosialisasi
Jika menggunakan logika, bahwa etika itu
pencerdasan pesta demokrasi, mereka itu
bertujuan atau berorientasi memberitahukan
17
Carl J. Frederich, Contitutional Government and Democracy
sebenarnya sudah diberi pemahaman tentang
: Theory and Practice in Europe and America, dalam Mahfud MD, urgensinya kode etik sebagai penyelenggara
Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia: Studi tentang Interaksi Politik
dan Anggaran Kehidupan Ketatanegaraan, (Jakarta: Rineka Cipta , 18
Wahyudi Kumorotomo, Etika Adminsitrasi Negara,
2003), hlm. 27 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 23
pesta demokrasi, tetapi mereka tetap saja Anggaran Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta:
melakukan pelanggaran. Dari pesta demokrasi Rineka Cipta .
ke pesta demokrasi, ada saja penyelenggara yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etik. _________, 2006, Membangun politik hukum,
Praktik demikian ini tidak boleh dibiarkan terus menegakkan konstitusi, Jakarta : Pustaka LP3ES.
berjalan, karena dapat mengakibatkan hancurnya
marwah negara demokrasi konstitusional ini. MF Rahman Hakim, 2010, Etika dan Pergulatan
Berdasarkan kondisi tersebut, pengawasan Manusia, Surabaya: Visipres,
terhadap penyelenggara pemilu atau pilkada harus
gencar dilaksanakan. Setiap subyek atau elemen O. Notohamidjojo, 1975, Demi Keadilan dan
sosial yang melakukan pengawasan ini juga wajib Kemanusiaan: Beberapa Bab dari Filsafat Hukum,
memahami kode etik atau memprogresifitaskan Jakarta: BPK Gunung Mulia.
dan menguatkan kapasitas pemahaman mengenai
urgensinya etika dalam mengimplementasikan Sidharta, 2006, Moralitas Profesi Hukum, Suatu Tawaran
pengawasan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Kerangka Berfikir, Bandung: Refika Aditama.
kebenaran, kejujuran, obyektifitas, dan keadilan.
Sudikno Mertokusumo, 1984, Bunga Rampai Ilmu
Hukum, Jakarta: Liberty.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyono Syakur, 2014, Kriminalitas Mutakhir, Jakarta:
Buku Gugus Ilmu.
Ahmad Hasan, 2011, Pengantar Etika, Bandung: Wahyudi Kumorotomo, 2009, Etika Adminsitrasi
Mutiara Ilmu. Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muh. Risnain
Dosen Fakultas Hukum Universitas Mataram
ABSTRAK/ABSTRACT
P endekatan penegakkan Kode Etik Penyelenggara Pemilu melalui DKPP ternyata tidak mampu
menghilangkan terjadinya pelanggaran etik. Padahal kode etik yang disepakati bersama antara KPU,
Bawaslu dan DKPP sejatinya menjadi rujukan tingkah laku penyelenggara pemilu, maka pendekatan
pencegahan menjadi pendekatan yang melengkapi kekurangan pendekatan sekarang ini. Model pendekatan
pencegahan yang tepat adalah pendekatan preventive ethics abuse approach. Pendekatan ini dapat dilakukan
dengan mengambil kebijakan , memperbaiki proses rekrutmen penyelenggara pemilu, penggalangan
program pencegahan dan penambagan tugas Pencegahan kepada DKPP.
T he enforcement of etchics code of general election office cer through Council of Honorary of election officer (DKPP)
Could not diminish abuse of ethics. Recently Code of ethics as reference of attitude and behavior of was formulated by
KPU, BAWASLU and DKPP, that need new approach for completing existing approach. The new model approach are
preventinve ethics abuse approacah. This approach could be done through revision and reformulating recruitment process of
officer election, preventing program and additional preventinve tasks for DKPP.
kemudian diangkat menjadi bagian dari peraturan Begitu juga etika ,norma etika yang telah dibentuk
perundang-undangan supaya memiliki kekuatan tidak dapat bekerja efektif untuk menegakkan
hukum mengikat menjadi norma hukum. Bukti dan memaksanya tanpa ada lembaga dibentuk
lain menunjukkan bahwa norma etika kemudian untuk menegakkannya. Pada konteks demikian
menjadi bagian dari peraturan perundang- keberadaan lembaga DKPP misalnya sebagai
undangan karena peraturan bersama tersebut lembaga untuk menegakkan etika penyelenggara
dimuat dalam tambahan lembaran negara9. pemilu11.
Disamping itu Pasal 2 peraturan bersama Hukum dan etika normatif yang baik serta
KPU, Bawaslu, dan DKPP tersebut menetapkan penegakkan hukum yang baik menurut Lawrence
Landasan Etika dan Perilaku dari kode etik adalah W Friedman tidak cukup untuk mencapai sistem
norma hukum yang menjadi bagian dari peraturan hukum dan etika yang baik, maka yang tidak kalah
perundang-undangan yaitu : 1). Pancasila pentingnya adalah terbangunnya budaya hukum
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik yang baik dalam masyarakat.Budaya hukum inilah
Indonesia Tahun 1945, 2). Ketetapan Majelis yang kemudian menjamin bahwa masyarakat
Permusyawaratan Rakyat dan Undang-Undang, akan mendapatkan nilai kemanfaatan hukum dan
3). sumpah/janji jabatan sebagai Penyelenggara etika. Maka untuk mencapai penegakkan etika
Pemilu; dan 4). asas Penyelenggara Pemilu. yang baik maka salah satu faktor kuncinya adalah
Pasal 2 ayat (2) Perturan bersama terbangunnya budaya hukum dan sikap etis yang
menentukan bahwa Kode Etik bersifat mengikat baik diantara subyek etika.
serta wajib dipatuhi oleh anggota KPU, anggota Namun di saat yang sama kode etik
KPU Provinsi atau KIP Aceh, anggota KPU penyelenggara pemilu tidak mampu mencegah
Kabupaten/Kota atau KIP Kabupaten/Kota, terjadinya pelanggaran kode etik, sehingga
PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN serta menjadi pertanyaan pada titik mana kelemahan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/ ketiga subsistem tersebut bermasalah ? apakah
Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu pada norma etika yang dikeluarkan DKPP,
Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri. Bawaslu dan KPU ? Struktur kelembagaan
disamping itu Kode Etik tersebut berlaku bagi Penegak Kode etik (DKPP) ? atau Budaya
jajaran sekretariat penyelenggara Pemilu dengan Penaatan Etika penyelenggara pemilu yang harus
penegakannya dilakukan sesuai dengan peraturan ditingkatkan ?
perundang-undangan yang berlaku terkait Berdasarkan data yang dirilis DKPP pada
penegakan disiplin dan kode etik kepegawaian10. tahun 2016 teridentifikasi modus pelanggaran
Mengantisipasi potensi pelanggaran kode etik dilakukan dengan 15 modus. Dari
hukum tersebut maka hukum maupun etika 109 pelanggaran kode etik modus pelanggaran
membuat mekanisme dan lembaga untuk yang paling banyak adalah kelalaian atau
menegakkan hukum dan etika tersebut. Hukum ketidakcermatan pada proses Pemilu (26) perkara.
kemudian membentuk lembaga penegak hukum Modus pelanggaran keberpihakan penyelenggara
berupa institusi hukum dan penegak hukum pemilu Jumlahnya mencapai 25 perkara. Modus
mulai dari kepolisian, kejaksaan,dan pengadilan. ketidakmandirian (impartiality) adalah keterlibatan
9
Maria Farida S, Ilmu Perundang-undangan : Jenis, Fungsi penyelenggara Pemilu dalam partai politik.
dan Materi Muatan,Yogyakarta, Kanisius, 2007, hlm.2. Pelanggaran hukum berjumlah (17) perkara ,
10
Bagir Manan, Hakim dan Prospek Hukum, dalam Sinta
Dewi, et al, (ed), 2012, Perkembangan Hukum di Indonesia : Tinjauan dan perlakuan tidak adil baik terhadap peserta
Retrospeksi dan Prospektif, Kumpulan Tulisan Dalam Rangka 70 Tahun
Prof.DR. Mieke Komar, SH.,MCL, Kerjasa PT.Remaja Risdakarya
dengan Bagian Hukum Internasional FH UNPAD, Bandung, hlm. 11
Ahmad Mujahidin,2006, Peradilan Satu Atap di Indonesia ,
146-147. Refika Aditama, Bandung, hlm.53.
1 Manipulasi Suara 5
2 Penyuapan 0
6 Penyalahgunaan Kekuasaan 7
Sumber: Buku Laporan DKPP, Tahun 2016
7 Konflik Kepentingan 4
pencegahan pelanggaran etika (preventive etchics karena itu perlu perubahan sistem rekrutmen
abuse aprroach). Sebuah pendekatan baru dalam PPK , PPS , KPP dan Panwascam oleh pihak yang
pencegahan terjadinya ppelanggaran etika yang lebih independen dan tidak memiliki kepentingan.
akan menjadi ultimum remedium dalam menjalankan Sistem assessment dengan melibatkan panitia
kode etik penyelenggara pemilu. Model ini seleksi independen harus juga diterapkan dalam
kemudian sebagai pendekatan utama yang akan pemilihan PPK, PPS dan KPPS, dan Panwascam.
didampingi oleh model pengadilan etika oleh Dengan mekanisme baru yang ditawarkan
DKPP sebagaimana yang ada saat ini. ini menurut penulis setidak-tidaknya dapat
Penyusunan model preventive etchics abuse meminimalisir terjadinya ketidakberpihakan
aprroach dalam pencegahan pelanggaran etika penyelenggara pemilu.
penyelenggara pemilu didasarkan atau disesuaikan
dengan modus pelanggaran kode etik yang kerap B.2.2 Penggalangan Program Pencegahan
terjadi sebagaimana disampaikan di atas. Untuk
Keberadaan DKPP dan Kode Etik
mendukung model preventive etchics abuse approach di
Penyelenggara Pemilu dihajatkan untuk
atas penulis menyusun beberapa faktor yang akan
mengadili penyelenggara pemilu yang melakukan
mendukung model pencegahan :
pelanggaran kode etik. DKPP dan Kode Etik
bekerja setelah terjadinya pelanggaran oleh
B.2.1 Pembenahan Rekrutmen
penyelenggara pemilu. Pendekatan lebih banyak
Penyelenggara Pemilu
pada pendekatan represif, tetapi tidak mampu
Undang-undang penyelenggara pemilu menekan terjadinya pelanggaran etik. Oleh
mengamanatkan perekrutan penyelenggara karenanya perlu pemikiran untuk menjadikan
pemilu pada tingkat KPU, Bawaslu, KPU pencegahan bagian dari sistem pelaksanaan etika.
Provinsi dan KPU Kab/kota, begitu juga Sebagaimana norma hukum,
Bawaslu, Banwaslu Provinsi dan Panwaslu Kab/ norma etika sebenarnya dapat dilakukan
kotadilakukan melalui mekanisme seleksi yang pencegahan untuk terjadinya pelanggaran
transparan dan akuntabel melalui serangkaian etika. Mekanismenya dengan melakukan
assessment dan fit and proper test. Tujuannya adalah penyadaran kepada penyelenggara pemilu untuk
akan terjaring dan terpilih penyelenggara pemilu mengetahui,memahami dan melaksanakan kode
memiliki kapasitas, kapabilitas dan integritas etik. Oleh karena itu perlu usaha-usaha ekstra
sebagai penyelenggara pemilu yang professional untuk membangun kesadaran dan komitmen
dan menjamin Netralitas dan Ketidakberpihakan. penyelenggara pemilu akan kode etik.
Walaupun dalam proses pengisian jabatan Penyadaran dan ketaatan pada etik harus
komisioner besar kemungkinan untuk diintervensi dibangun dari dalam sikap dan jiwa penyelenggara
secara politik oleh kekuatan-kekuatan politik pemilu, tidak hanya mengharapkan tekanan
tertentu. dari luar. Maka untuk membangun kesadaran
Namun perekrutan penyelenggara pemilu maka perlu pemahaman dan internalisasi
dibawahnya seperti PPK, PPS dan KPPS, dan kode etika dalam sikap tindak penyelenggara
Panwascam lebih longgar dan diragukan jaminan pemilu. Kesadaran itu hanya dapat dicapai jika
Netralitas dan Ketidakberpihakan. Hal ini terlihat penyelenggara pemilu memahami secara baik
dari data DKPP tahun 2015 banyaknya anggota kode etik14.
PPK (40 teradu) orang dan KPPS yang (100 14
A.V Dicey, An Introduction to the study of law of the
teradu) yang diadukan oleh peserta pemilu. Oleh constitution, 10th end, London , 1973, hlm.202.
ABSTRAK/ABSTRACT
P emilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 adalah salah satu
peristiwa politik yang menarik untuk diteliti, karena dalam prosesnya terdapat beberapa konflik yang
menyertai dan berdampak sistemik dalam proses Pilkada. Penelitian ini membahas mengenai modus
kelalaian kerja dalam proses pemilu yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu dalam menangani kasus
dualisme dukungan pada Pilkada Provisi Kalimantan Tengah tahun 2015. Pertanyaan penelitian dalam
penelitian ini adalah bagaimana KPU dan Bawaslu Provinsi Kalimantan Tengah menangani dualisme
dukungan dalam Pilkada Tahun 2015 hingga menyebabkan kelalaian kerja. Adapun temuan dalam
penelitian ini ialah dalam menangani dualisme dukungan yang diberikan PPP kepada dua pasangan calon
yakni pasangan Ujang-Jawawi dan Sugianto-Habib Said, KPU dan Bawaslu Provinsi Kalimantan Tengah
telah melakukan verifikasi faktual kepada DPP PPP faksi Djan Faridz namun kelalaian mereka adalah
mengabaikan keterangan Djan Faridz dan Dimyati sebagai hasil dari verifikasi faktual tersebut.
T he local election of the Governor and Vice Governor of Central Kalimantan Province in 2015 is one of the most
interesting political events to be studied, because in the process there are some conflicts and systemic impacts in the
electoral process. This study discusses the mode of sloppy work of electoral process by election organizers in handling cases
of dualism support in the Central Kalimantan Provincial Election 2015. Research question in this research is how KPU
and Bawaslu Central Kalimantan Province handle dualism support in elections in 2015 and cause sloppy work. The
findings of this research are to handle dualism of support given by PPP to two candidate pairs namely Ujang-Jawawi and
Sugianto-Habib Said, KPU and Bawaslu of Central Kalimantan Province have done factual verification to DPP PPP
of Djan Faridz faction but they ignore information of Djan Faridz and Dimyati as a result of the factual verification.
yang berkenan dengan akhlak. Selain itu, etika juga kesalahan dalam proses Pemilu.
diartikan sebagai nilai mengenai benar dan salah C. METODE PENELITIAN
yang dianut dalam kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat Metode penelitian yang digunakan dalam
dikatakan bahwa etika pemilu adalah nilai atau penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
asas yang digunakan dalam pemilu. Etika pemilu tipe studi kasus. Penggunaan tipe studi kasus
berkaitan erat dengan keadilan pemilu. merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif
International Institute for Democracy and Electoral yang meliputi unit tertentu, memberi gambaran
Assistance (IDEA) mengonsepkan keadilan pemilu mendalam, dalam konteks kehidupan nyata.
didesain untuk beberapa hal, antara lain5, pertama Sumber informasi yang didapat dari penelitian ini
menjamin bahwa setiap tindakan, prosedur, dan adalah berupa wawancara mendalam dan dengan
keputusan terkait dengan proses pemilu sesuai studi pustaka. Tipe penelitian ini menggunakan
dengan kerangka hukum. Kedua, melindungi atau tipe penelitian diskriptif. Tipe penelitian diskriptif
memulihkan hak pilih serta memungkinkan warga digunakan karena dapat mengambarkan fenomena
negara yang meyakini bahwa hak pilih mereka kelalaian kerja yang dilakukan oleh penyelenggara
telah dilanggar untuk mengajukan pengaduan, pemilu dalam menangani dualisme dukungan
mengikuti persidangan serta menerima putusan dalam pencalonan gubernur dan wakil gubernur
pengadilan. Konsep keadilan pemilu diharapkan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015.
mampu untuk menghindarkan terjadinya konflik
politik akibat ketidakadilan pemilu. D. ANALISIS
Salah satu akibat tidak tercapainya D.1 Terjadinya Dualisme Dukungan dalam
keadilan pemilu adalah adanya pelanggaran Pilkada Kalimantan Tengah tahun
etika penyelenggara pemilu. Secara spesifik, Nur 2015
Hidayat Sardini mengungkapkan bentuk-bentuk
dari modus pelanggaran kode etik penyelenggara Proses pencalonan Gubernur dan Wakil
Pemilu yang terdiri dari 14 (empat belas) bentuk, Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah dimulai
yaitu:6 vote manupulation, Bribery of Officials, Un- dengan proses pendaftaran calon Gubernur dan
Equal Treatment, Infringements of the right to vote, wakil Gubernur, yang dilaksanakan pada tanggal
Vote and Duty Secrecy, Abuse of Power, Conflict of 26-28 Juli 2015. Adapun Proses pendaftaran
Interest, Sloppy Work of Election Process, Intimidation ketiga pasangan calon Gubernur dan Wakil
and Violence, Broken or Breaking of the Laws, Absence Gubernur ke KPU Provinsi Kalimantan Tengah
of Effective Legal Remedies, The Fraud of Voting Day, tahun 2015 adalah sebagai berikut, pada tanggal
Destroying Neutrality, Impartiality, and Independent, 27 Juli 2015, pasangan Ujang Iskandar – Jawawi
Internal Conflict. Dalam menganalisis penelitian mendaftarkan diri ke KPU Provinsi Kalimantan
ini, selain menggunakan konsep keadilan pemilu, Tengah, dengan diusung oleh empat partai yakni
juga menggunakan konsep salah satu modus Partai Nasdem, PKPI, Partai Hanura, dan PPP
pelanggaran etika pemilu yakni Sloppy Work of dengan jumlah kursi dukungan sebanyak 10
Election Process merupakan modus pelanggaran (sepuluh) kursi. Kemudian, masih pada tanggal
kode etik ini disebabkan ketidakcermatan yang sama, pasangan Willy Midel Yoseph – Drs.
atau ketidaktepatan atau ketidakteraturan atau HM. Wahyudi K Anwar juga mendaftarkan diri
sebagai pasangan Calon Gubernur dan Wakil
5
IDEA, Keadilan Pemilu : Ringkasan Buku Acuan International
IDEA, Jakarta: Indonesia Printer, 2010,hlm 3. Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah, dengan
6
http://dkpp.go.id/index.php?a=detilberita&id=2253, didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia
diakses pada 25 Juni 2018 pukul 13.25 WIB.
Perjuangan (PDI P), dengan jumlah dukungan pasangan ini tidak mendapatkan dukungan.
11 (sebelas) kursi. Sedangkan, pada hari terakhir Terkait penolakan terhadap dukungan PPP,
pendaftaran, pasangan Sugianto Sabran– Habib KPU Provinsi Kalimantan Tengah berpendapat
Said Ismail, juga mendaftarkan diri sebagai bahwa dukungan tersebut tidak sah karena hanya
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi mengantongi dukungan dari satu pihak atau satu
Kalimantan Tengah dengan dukungan partai kepengurusan, yakni kepengurusan Djan Faridz.
PAN, Partai Gerindra, PKB, Partai Golkar, Partai Selain itu, KPU Provinsi Kalimantan
Demokrat, dan PPP, dengan dukungan 27 kursi.7 Tengah juga berpegang pada PKPU No 9 Tahun
Namun, dukungan Partai Golkar dan 2015 pasal 6 yang menyatakan bahwa “Partai
PPP atas pencalonan pasangan Sugianto-Habib Politik atau Gabungan Partai Politik yang telah
Said ini kemudian ditolak oleh KPU Provinsi mendaftarkan pasangan calon kepada KPU
Kalimantan Tengah. Hal tersebut karena tidak Provinsi/KIP Aceh Kabupaten Kota tidak
sesuai dengan PKPU No 12 tahun 2015 pasal dapat menarik pendaftaran sejak pendaftaran”.
42 a yang berbunyi: “ Masing-masing partai Dengan demikian, dukungan kepada Sugianto-
politik yang mempunyai dua kepengurusan Habib Said Ismail dari Partai Golkar dan PPP
di tingkat pusat menyerahkan keputusan ditolak oleh KPU Provinsi Kalimantan Tengah,
persetujuan pasangan calon kepada pengurus karena selain hanya mengantongi dukungan dari
partai politik di tingkat provinsi”. Berdasarkan satu kepengurusan, dukungan dari PPP juga
pasal tersebut, KPU Provinsi Kalimantan dianggap tidak sah karena PPP sebelumnya telah
Tengah menolak dukungan Partai Golkar dan mendukung pasangan Ujang-Jawawi. Dengan
PPP kepada calon Sugianto – Habib Said, karena demikian, pasangan Sugianto-Habib Said hanya
pada dukungan Partai Golkar hanya terdapat diusung oleh empat partai yakni Partai Gerindra,
dukungan dari kepengurusan Aburizal Bakrie, Partai Demokrat, PAN, dan PKB, dengan
sedangkan pada kepengurusan Agung Laksono, dukungan kursi sebanyak 19 kursi.
7
Wawancara pribadi dengan Ahmad Asy’ari Ketua KPU
Provinsi Kalimantan Tengah, 13 April 2018.
Tabel 1.1 Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur
Provinsi Kalimantan Tengah
Dianulirnya dukungan PPP kepengurusan Berbagai protes dan kritik disampaikan oleh
Djan Faridz kepada pasangan Sugianto-Habib tim Sugianto-Habib Said, yang tidak terima atas
Said kemudian menjadi problematika baru dalam penetapan KPU Provinsi Kalimantan Tengah,
proses pencalonan Pemilihan Calon Gubernur tentang dukungan PPP kepada pasangan Ujang
dan Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah. – Jawawi. Pasangan tersebut menyatakan bahwa
dukungan PPP terhadap pasangan Ujang-Jawawi
7
Wawancara pribadi dengan Ahmad Asy’ari Ketua KPU adalah inkonstitusional, karena pada praktiknya
Provinsi Kalimantan Tengah, 13 April 2018.
PPP kepengurusan Djan Faridz memberikan Habib Said Ismail yang mendaftar pada 28 Juli
dukungannya kepada pasangan Sugianto-Habib 2015.8
Said, bukan kepada Ujang-Jawawi. Pelaksanaan verifikasi terkait dukungan
ganda yang dilakukan oleh DPP PPP kepengusan
D.2 Proses Penetapan Pasangan Calon Djan Faridz dilaksanakan pada tanggal 20
Agustus 2015 di kantor DPP PPP, DKI Jakarta.
Penetapan pasangan calon dalam Pilkada
Hadir dalam verifikasi tersebut lima komisioner
serentak tahun 2015 dilaksanakan pada tanggal
KPU Provinsi Kalimantan Tengah dan tiga
24 Agustus 2015. Hal tersebut dilakukan setelah
anggota Bawaslu Provinsi Kalimantan Tengah.
melalui serangkaian proses dalam pendaftaran,
Dalam verifikasi tersebut, menurut Ahmad
seperti verifikasi berkas, tes kesehatan, dan lain-
Asy’ari, baik Djan Faridz yang merupakan ketua
lain. Begitupula dalam proses penetapan pasangan
umum maupun Dimyati Natakusumah yang
calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi
merupakan sekretaris jenderal DPP PPP secara
Kalimantan Tengah tahun 2015. KPU Provinsi
lisan dan tertulis menyatakan bahwa model B.1
Kalimantan Tengah telah melakukan berbagai
KWK Partai politik atas nama Calon Gubernur
proses verifikasi dalam menetapkan pasangan
Ujang Iskandar-Jawawi adalah palsu. Secara resmi
calon sesuai ketentuan yang berlaku. Salah satu
kepengurusan ini menyatakan hanya mendukung
verifikasi yang dilakukan oleh KPU Provinsi
pasangan calon Sugianto-Habib Said Ismail.
Kalimantan Tengah tahun 2015 ialah verifikasi
Berikut hasil verifikasi faktual yang dilakukan
dukungan DPP PPP kepengurusan Djan Faridz
oleh KPU dan Bawaslu Provinsi Kalimantan
yang menerbitkan Model B.1-KWK Partai politik
Tengah kepada DPP PPP Kepengurusan Djan
kepada dua pasangan calon yakni pasangan Ujang
Faridz, terkait dualisme dukungan:
Iskandar - Jawawi yang mendaftar tanggal 27 Juli
2015 serta pasangan calon Sugianto Sabran dan 8
ibid
Tabel 1.2 Hasil Verifikasi dan Konfirmasi KPU dan Bawaslu Provinsi Kalimantan Tengah
ke DPP PPP Djan Faridz
8
ibid
Setelah melakukan proses verifikasi dan disepakati bahwa pasangan Willy M. Yoseph -
konsultasi, KPU Provinsi Kalimantan Tengah M. Wahyudi K. Anwar dan Pasangan Sugianto
melaksanakan pleno terkait penetapan pasangan Sabran - Habib H. Said Ismail memenuhi syarat
calon. Dalam pleno tersebut, terjadi perbedaan sebagai peserta pemilihan Gubernur dan Wakil
pendapat diantara para komisioner KPU Provinsi Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah tahun
Kalimantan Tengah. Sebagaimana diatur dalam 2015. Namun, untuk pasangan calon Ujang
Undang-undang, apabila terjadi perbedaan Iskandar- Jawawi terjadi perbedaan pendapat
pendapat, maka dalam rapat tersebut dilakukan di internal KPU Provinsi Kalimantan Tengah.
voting. Perbedaan pendapat tersebut berdasarkan hasil
verifikasi, konsultasi dan pengalaman terhadap
“Sesuai dengan jadwal tahapan, tanggal 24 perkara yang pernah ada. Dua komisioner KPU
Agustus 2015 kami melaksanakan rapat Provinsi Kalimantan Tengah berpendapat bahwa
pleno penetapan Pasangan calon Gubernur pasangan calon Ujang Iskandar - Jawawi Tidak
dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Memenuhi Syarat (TMS) dengan dasar hasil
tahun 2015. Dalam rapat pleno tersebut verifikasil lisan dan tulisan dari Djan Faridz dan
terjadi perbedaan pendapat anggota KPU Dimyati Natakusumah selaku Ketua Umum
Kalimantan Tengah dalam menyikapi dan Sekjen DPP PPP yang menyatakan bahwa
hasil verifikasi, klarifikasi dan konfirmasi mereka tidak pernah menandatangani dukungan
terkait model B.1-KWK Parpol atas nama kepada pasangan Ujang-Jawawi. Dengan kata
Paslon Ujang Iskandar dan Jawawi yang lain bahwa dukungan B1 KWK partai politik
berimplikasi pada Memenuhi Syarat atau PPP untuk pasangan Ujang- Jawawi adalah
Tidak Memenuhi Syarat Paslon bersangkutan palsu. Jika dukungan PPP kepengurusan Djan
sebagai peserta pemilihan Gubernur dan Faridz dianggap palsu, maka hal tersebut dapat
Wakil Gubenur Kalimantan Tengah.”9 menggugurkan pasangan Ujang-Jawawi dalam
pencalonan. Hal tersebut karena berdasarkan
Berdasarkan hasil rapat pleno tersebut, PKPU Nomor 9 tahun 2015, syarat jumlah
9
Ibid
minimal kursi untuk peserta pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah tersebut kemudian menuai kontroversi terutama
sebanyak 9 (Sembilan) kursi dari 45 kursi anggota pada pihak tim pemenangan Sugianto-Habib Said
DPRD Provinsi Kalimantan Tengah.10 Ismail.
Tiga komisioner KPU Kalimantan Tengah Tim pemenangan pasangan Sugianto –
lainnya menyatakan bahwa pasangan Ujang Habib Said Ismail tersebut menyatakan bahwa
Iskandar- Jawawi memenuhi syarat. Alasannya, dukungan PPP terhadap pasangan Ujang-Jawawi
untuk memastikan kepastian/keabsahan palsu tidak sah. Hal tersebut dikarenakan dukungan
tidaknya tanda tangan Ketua Umum DPP PPP PPP kepengurusan Djan Faridz diberikan kepada
Djan Faridz dan Dimyati Natakusumah pada pasangan Sugianto-Habib Said, bukan kepada
model B.1-KWK Partai politik tidak cukup Ujang-Jawawi. Tim pemenangan Sugianto-
hanya dengan pengakuan yang bersangkutan, Habib Said kemudian melaporkan penetapan
tetapi harus melalui hasil pemeriksaan Ujang-Jawawi sebagai peserta Pilkada Provinsi
kepolisian. Namun, ketika Ketua Umum DPP Kalimantan Tengah kepada Bawaslu Provinsi
PPP Djan Farizd diminta melaporkan ke Polisi, Kalimantan Tengah. Menurut tim Sugianto-
yang bersangkutan tidak melakukannya dan Habib, penetapan Ujang-Jawawi sebagai calon
mengatakan akan memaafkan jika Ujang Iskandar Gubernur dan Wakil Gubernur adalah cacat
datang dan meminta maaf dan cium tangan. hukum, karena selain terjadi dualisme dukungan,
“Dengan perbedaan pendapat sebagimana dukungan yang diberikan oleh DPP PPP
diuraikan di atas, akhirnya putusan rapat pleno kepengurusan Djan Faridz adalah palsu.
penetapan Paslon peserta Pemilihan Gubenrur Dalam pokok aduannya, tim Sugianto
dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah sesuai Sabran – Habib Said Ismail menyatakan bahwa
ketentuan Undang-Undang nomor 15 tahun penetapan pasangan calon Ujang Iskandar
2011 dilakukan secara voting dengan skor 2 (dua) – Jawawi dianggap menyalahi aturan dan
tidak memenuhi syarat dan 3 (tiga) memenuhi syarat, bertentangan dengan aturan hukum yang
sehingga Paslon Ujang Iskandar dan Jawawi berlaku. Selain itu, pihak Sugianto Sabran-Habib
memenuhi syarat sebagai peserta pemilihan Said Ismail juga menjelaskan bahwa pihak KPU
Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Provinsi Kalimantan Tengah telah bertindak tidak
Tengah tahun 2015.” (Wawancara Ahmad Asy’ari, cermat dan tidak netral karena telah menerima
13 April 2018). pendaftaran pasangan Ujang Iskandar - Jawawi
meskipun telah diketahui bahwa formulir
D.3 Pro Kontra Keputusan KPU B1 KWK partai politik yang digunakan oleh
Kalimantan Tengah terkait Penetapan pasangan calon Ujang Iskandar – Jawawi adalah
Pasangan Calon palsu karena berbentuk scanning.11
Menanggapi aduan tersebut, KPU
Setelah melalui proses pleno penetapan
Provinsi Kalimantan Tengah menyatakan bahwa
pasangan calon pada tanggal 24 agustus 2015,
KPU Provinsi Kalimantan Tengah menerima
KPU Provinsi Kalimantan Tengah kemudian
pendaftaran pasangan calon Ujang Iskandar-
menetapkan tiga pasangan calon dalam Pemilihan
Jawawi, karena selain menyerahkan Surat
Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
Keputusan DPP PPP kepengurusan Djan Faridz
Kalimantan Tengah tahun 2015, yakni Sugianto
Nomor 416/KPT/DPP/VII/2015 tertanggal
Sabran – Habib Said Ismail, Willy M. Yoseph
7 Juli 2015, pasangan Ujang Iskandar – Jawawi
- M. Wahyudi K. Anwar dan Ujang Iskandar
juga telah menyerahkan surat pernyataan tanggal
– Jawawi. Namun, penetapan pasangan calon
10
Ibid, wawancara Ahmad Asyari 11
Sengketa Bawaslu : 01/PS/BWSL.KALTENG.21.00/08/2015.
8 Juli 2015 yang secara formal menyatakan telah dilakukan begitu saja. Berdasarkan Peraturan
memutuskan pasangan calon wakil gubernur yang Kapolri Nomor 10 tahun 2009 pasal 80 ayat 1
akan mendampinginya adalah Jawawi. Selain itu, menyebutkan mengenai tata cara dan persyaratan
pasangan calon Ujang Iskandar – Jawawi juga telah pengujian dokumen secara laboratorium forensik
menyerahkan surat dukungan berupa formulir B1 menjelaskan, harus ada laporan polisi. Ahmad
KWK parpol dari kedua kepengurusan dan pada Asy’ari menjelaskan bahwa ketika mengetahui
saat pendaftaran juga dihadiri oleh perwakilan bahwa proses uji forensik tidak dapat dilakukan
sah DPW PPP baik kepengurusan Djan Faridz di Polda Kalimantan Tengah, KPU Provinsi
maupun kepengurusan Romahurmuziy. Lebih Kalimantan Tengah menghubungi Mabes Polri
lanjut, KPU Provinsi Kalimantan Tengah juga khususnya Badan Reserse Kriminal cq. Pusat
menyatakan bahwa Surat Keputusan yang Laboratorium Forensik, dengan menyampaikan
dikeluarkan oleh DPP PPP kepengurusan Djan surat nomor : 225/KPU-Prov-020/X/2015
Faridz tentang persetujuan pencalonan Ujang tanggal 5 Oktober 2015. Namun, upaya tersebut
Iskandar telah memiliki kekuatan hukum tetap ternyata tidak berhasil. Mabes Polri melalui Kepala
dan dapat diterima secara hukum. Hal tersebut Pusat Laboratoriam Forensik mengirimkan surat
karena berdasarkan keterangan Djan Faridz dan nomor:R/1628 /PLF /X /2015 /Bareskrim
Dimyati Natakusumah bahwa pihak DPP PPP tanggal 12 Oktober 2015 menjelaskan antara
tidak pernah mencabut surat tersebut. lain: Laboratorium Forensik bekerja untuk
Setelah melalui berbagai proses persidangan, kepentingan peradilan, maka perkaranya harus
Bawaslu Kalimantan Tengah mengeluarkan dilaporkan terlebih dahulu kepada satuan
keputusan Sengketa yang diadukan oleh tim Polisi stempat untuk selanjutnya dimintakan
pasangan calon Sugianto-Habib dengan Nomor pemeriksaan secara laboratories kriminalistik :
Register : 01/PS/BWSL.Kalteng.21.00/08/2015 Puslabfor dan Labfor cabang tidak dapat langsung
dengan amar putusan sebagai berikut, pertama menerima permohonan pemeriksaan dari instansi
mengabulkan permohonan pemohon untuk lain kecuali melalui Penyidik.12 Dengan demikian,
sebagian. Kedua meminta kepada KPU Provinsi upaya KPU Provinsi Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah untuk melakukan verifikasi dalam menindaklanjuti putusan Bawaslu yang
dan penelitian ulang melalui pengujian forensik memerintahkan untuk melakukan verifikasi dan
terhadap Model B.1-KWK Parpol pasangan calon penelitian ulang melalui pengujian forensik tidak
Ujang Iskandar – Jawawi ke pihak berwenang dapat terpenuhi karena tidak dapat dilakukan/
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan difasilitasi oleh institusi kepolisian yang
yang berlaku, dan meminta kepada KPU Provinsi berwenang.
Kalimantan Tengah untuk melakukan perbaikan
keputusan KPU Provinsi Kalimantan Tengah D.4 Sanksi Etik Akibat Kelalaian Tugas
nomor 30/Kpts/KPU-Prov-020/2015 tanggal (Sloppy Work)
24 Agustus 2015 tentang Penetapan pasangan
Selain mengajukan gugatan ke sidang
calon Gubernur dan Wakil Gubernur sebagai
sengketa Bawaslu Provinsi Kalimantan Tengah,
peserta pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
tim kuasa hukum pasangan calon Sugianto-Habib
Kalimantan Tengah tahun 2015, untuk pasangan
Said Ismail juga melaporkan ketua dan anggota
calon Ujang Iskandar-Jawawi yang didasari hasil
KPU Provinsi Kalimantan Tengah ke Dewan
uji forensik terhadap model B.1-KWK Parpol
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
pasangan calon tersebut.
Dalam pokok aduannya, tim kuasa hukum
Namun, uji forensik tidak dapat 12
Sepmiwawalma, Sidang DKPP 5 November 2015.
pasangan calon Sugianto – Habib Said Ismail Tengah menolak dukungan PPP kepada pasangan
menyatakan bahwa para Teradu (Ketua dan Sugianto-Habib Said Ismail telah sesuai dengan
anggota KPU Provinsi Kalimantan Tengah) tidak perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan,
mempertimbangkan secara hukum adanya mal terkait penetapan pasangan calon Ujang
administrasi dalam proses pendaftaran dan proses Iskandar – Jawawi menurut Sepmi telah sesuai
penelitian administrasi saat penetapan pasangan perundangan yang berlaku, karena pasangan
calon, terutama terhadap pasangan calon Ujang calon Ujang Iskandar – Jawawi didukung oleh
Iskandar –Jawawi yang menggunakan formulir PPP dari dua kepengurusan yang sah.
B1 KWK Parpol dengan tanda tangan palsu, Sidang berikutnya digelar pada 5
serta menggunakan Surat Keputusan dukungan November 2015, dalam sidang ini selain dihadiri
yang hanya mencantumkan nama Ujang Iskandar oleh komisioner KPU Provinsi Kalimantan
sebagai Calon Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah, juga dihadiri oleh Bawaslu Provinsi
Tengah, tanpa ada nama Jawawi sebagai calon KalimantanTengah, Ketua DPP PPP Djan
wakil gubernur. Faridz dan Dimyati serta pasangan calon Ujang
Lebih lanjut, tim kuasa hukum Sugianto- Iskandar-Jawawi. Dalam sidang tersebut, Ketua
Habib Said Ismail juga mendalilkan bahwa ketua dan anggota KPU Provinsi Kalimantan Tengah
dan anggota KPU Provinsi Kalimantan Tengah menjelaskan mengenai kronologis pendaftaran
telah bertindak tidak netral dengan meloloskan hingga penetapan pasangan calon. Menurut
pasangan Ujang Iskandar – Jawawi sebagai para Teradu dalam hal penerimaan pendaftaran
pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pasangan calon, Komisioner KPU Provinsi
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015, yang Kalimantan Tengah tidak bekerja sendiri, namun
menurut mereka jelas-jelas tidak memenuhi dibantu dengan kelompok kerja (Pokja) yang
syarat. KPU Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari berbagai instansi seperti kepolisian,
juga didalilkan telah bertindak arogan dengan dinas pendidikan dan lain-lain. Sehingga dalam
mengabaikan hasil verifikasi dan klarifikasi faktual meneliti kelengkapan berkas tersebut, yang
yang dilakukan oleh Bawaslu dan KPU Provinsi melakukan penelitian tersebut adalah Pokja.
Kalimantan Tengah ke Ketua dan Sekjen DPP Selain itu, para Teradu juga menjelaskan mengenai
PPP kepengurusan Djan Faridz.13 alasan penetapan pasangan calon Ujang Iskandar-
Sidang pemeriksaan dugaan pelanggaran Jawawi yang menurut mereka telah memenuhi
kode etik terhadap KPU Provinsi Kalimantan syarat.
Tengah tersebut dilaksanakan sebanyak dua Meskipun telah melakukan verifikasi
kali. Sidang pertama dilaksanakan pada tanggal faktual ke DPP PPP dan bertemu langsung
29 Oktober 2015. Dalam sidang pemeriksaan dengan Ketua dan Sekjen DPP PPP yakni Djan
pertama tersebut, pihak KPU Provinsi Kalimantan Faridz dan Dimyati Natakusumah yang dalam
Tengah hanya dihadiri oleh Sepmiwawalma. Hal klarifikasinya menyebutkan bahwa pihaknya tidak
tersebut dikarenakan empat komisioner yang lain pernah memberikan dukungan berupa B1 KWK
sedang melakukan penetapan rekapitulasi Daftar Partai politik kepada pasangan Ujang Iskandar-
Pemilih Tetap (DPT) di Kalimantan Tengah. Jawawi, KPU Provinsi Kalimantan Tengah
Dalam keterangannya di persidangan, Sepmi tetap beranggapan bahwa dukungan DPP PPP
menjelaskan bahwa apa yang telah dilakukan oleh kepengurusan Djan Faridz kepada pasangan
KPU Provinsi Kalimantan Tengah telah sesuai Ujang-Jawawi lah yang dianggap sah.
prosedur. Keputusan KPU Provinsi Kalimantan Berdasarkan keterangan para pihak
dalam persidangan serta bukti dokumen yang
13 Putusan DKPP No 56/DKPP-PKE-IV/2015.
disampaikan para pihak, pada 18 November kan berarti bagian manajemen yang buruk
2015 Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu dalam internal KPU Provinsi Kaliamntan
(DKPP) membacakan putusannya dalam sidang Tengah, seharusnya putusan diterima atau
pembacaan putusan. Dalam putusannya, DKPP tidaknya pasangan calon itu adalah peran
berkesimpulan bahwa para Teradu (Ketua dan komisioner sebagai decision maker.”15
anggota KPU Provinsi Kalimantan Tengah)
Sementara itu, Dewan Kehormatan
telah melakukan tafsir sendiri terhadap dokumen
Penyelenggara Pemilu (DKPP) dalam amar
yang dikeluarkan oleh DPP PPP kepengurusan
putusannya juga menyatakan bahwa pihak Bawaslu
Djan Faridz. Menurut DKPP, terkait pernyataan
Provinsi Kalimantan Tengah juga memiliki andil
dokumen palsu yang disertai dengan tanda tangan
dalam problematika kisruh penetapan pasangan
palsu, pihak yang berwenang menyatakan bahwa
calon yang terjadi. Pihak Bawaslu sebagai
dokumen tersebut tidak pernah ditandatangani,
penyelenggara pemilu yang bertugas melakukan
maka dokumen tersebut tidak dapat ditafsir lain.14
pengawasan proses pemilu seharusnya dapat
Berdasarkan hasil verifikasi dan klarifikasi yang
bersifat profesional. Sebagaimana diketahu,
dilakukan oleh para Teradu dan pihak Terkait,
Ketua dan anggota Bawaslu Provinsi Kalimantan
yang menyatakan bahwa baik ketua maupun
Tengah telah melakukan verifikasi dan klarifikasi
sekjen DPP PPP kepengurusan Djan Faridz
faktual terkait persoalan formulir B1 KWK
tidak pernah menanda tangani formulir B1
kepada DPP PPP kepengurusan Djan Faridz.
KWK kepada pasangan Ujang Iskandar – Jawawi,
Hasil dari klarifikasi tersebut, baik Djan
seharusnya sudah dapat dijadikan bukti bagi KPU
Faridz maupun Dimyati Natakusumah sama-
Provinsi Kalimanta Tengah untuk mengoreksi
sama mengakui bahwa pihaknya tidak pernah
putusannya. Berdasarkan hal tersebut, DKPP
memberikan dukungan berupa tanda tangan B1
berpendapat bahwa tindakan para Teradu dalam
KWK partai politik ke pihak manapun selain
menerima pendaftaran pasangan calon Ujang
pasangan Sugianto-Habib Said Ismail. Namun,
Iskandar-Jawawi tidak sesuai prosedur.
menurut DKPP Bawaslu justru mengabaikan
Lebih lanjut, dalam amar putusannya
fakta tersebut, bahkan putusan sengketa Bawaslu
DKPP mendalilkan bahwa para Teradu
yang memerintahkan KPU Provinsi Kalimantan
berlindung dibalik kelompok kerja pencalonan
Tengah untuk melakukan uji forensik adalah
sebagai pihak yang menerima dan memeriksa
kekeliruan bagi Bawaslu. Hal tersebut karena
berkas pencalonan. Padahal dalam hal tersebut
setiap persoalan Pemilu yang dibawa ke ranah
Pokja hanya bersifat membantu sedangkan tugas
hukum harus dan satu-satunya adalah melalui
utama dalam memeriksa berkas pencalonan
pintu Bawaslu, bukan lembaga lain.16 Akibat
adalah para Teradu. Seluruh tanggung jawab
tindakan Bawaslu tersebut, DKPP berpendapat
atas kinerja Pokja sepenuhnya berada pada
bahwa Bawaslu Provinsi Kalimantan Tengah
komisioner KPU Provinsi Kalimantan Tengah
berkontribusi dalam tertundanya pencapaian
sebagai penyelenggara pemilu.
kebenaran.
“Dalam Pilkada Kalimantan Tengah, Berdasarkan uraian amar putusan di atas,
terdapat partai politik yang mengusung adapun sanksi yang diterima oleh para Teradu
paslon yang berbeda, yang seharusnya KPU adalah berupa pemberhentian sementara kepada
Provinsi Kalimantan Tengah melakukan tiga komisioner KPU Provinsi Kalimantan
verifikasi secara cermat, namun sekretariat Tengah dan peringatan kepada dua komisioner
dan Pokja yang melakukan penelitian. Itu Wawancara pribadi dengan Ida Budhiati anggota DKPP, 18
15
Februari 2018.
14
Ibid 16
Op.Cit, putusan DKPP
KPU Provinsi Kalimantan Tengah lainnya. warga negara adalah salah satu yang dijadikan
Pemberhentian sementara tersebut berlaku alasan oleh beberapa penyelenggara pemilu
hingga keputusan tentang pasangan calon yang dalam menyikapi dualisme dukungan yang terjadi
mengakibatkan penjatuhan sanksi pelanggaran dalam Pilkada.
kode etik ini dikoreksi oleh KPU RI. Selain itu, Dalam menghadapi kasus dualisme
DKPP juga memberikan sanksi peringatan keras dukungan dan konflik internal partai politik, para
kepada ketua dan anggota Bawaslu Provinsi penyelenggara pemilu hendaknya bersikap netral,
Kalimantan Tengah akibat kelalaiannya dalam hati-hati dan tidak memasuki ranah internal
menjalankan fungsi pengawasan. partai politik. Hal yang dilakukan oleh KPU dan
Bawaslu Provinsi Kalimantan Tengah dalam
D.5 Dampak Kelalaian dalam Bekerja bagi mengkonfirmasi kebenaran dukungan terkait
Penyelenggara Pemilu dualisme dukungan secara teknis sudah tepat.
Namun, keputusan mereka yang mengabaikan
Kata “kelalaian” kerapkali dikaitkan dengan
hasil verifikasi faktual yang kemudian menjadi
sebuah kesalahan yang tidak disengaja. Artinya
polemik dan berdampak bagi kelangsungan
kadar kesalahan ini tidak separah pelanggaran-
proses demokrasi di Kalimantan Tengah. Adapun
pelanggaran yang dilakukan secara disengaja,
dampak akibat kelalaian kerja tersebut antara lain
seperti penyuapan, penyalahgunaan kekuasaan,
menurunnya kepercayaan publik kepada institusi
memihak kepada salah satu pasangan calon
penyelenggara pemilu. Pasca putusan DKPP
serta pelanggaran-pelanggaran berat lainnya.
terkait pemberhentian sementara tiga komisioner
Namun, pelanggaran “kelalaian dalam bekerja”
KPU Provinsi Kalimantan Tengah, kepercayaan
dapat berdampak fatal bagi proses berdemokrasi
publik terhadap penyelenggara pemilu di
di Indonesia. Para penyelenggara pemilu yang
Kalimantan Tengah cenderung menurun. Hal
telah dibekali oleh berbagai keahlian dalam
tersebut dapat terlihat dari berbagai media lokal
memanage Pemilu seharusnya dapat bekerja secara
maupun nasional yang menyudutkan kinerja
profesional.
KPU Provinsi Kalimantan Tengah. KPU
Upaya menyelamatkan hak konstitusional
Provinsi Kalimantan Tengah dituduh berpihak
warga negara dalam dipilih dan memilih
kepada salah satu pasangan calon. Bahkan
merupakan kewajiban bagi penyelenggara
terdapat beberapa pihak yang mengancam
pemilu. Namun, perlu dicatat hak konstitusional
akan menduduki KPU di seluruh kabupaten/
yang harus ditegakkan adalah yang sesuai dengan
kota di Kalimantan Tengah dan meminta untuk
aturan yang berlaku. Dalam kasus dualisme
pembubaran KPU.
dukungan yang diberikan oleh PPP dalam Pilkada
Adanya ketidakpercayaan publik terhadap
Kalimantan Tengah tahun 2015 berkorelasi
penyelenggara pemilu adalah preseden buruk bagi
dengan hak warga negara untuk dipilih dalam
demokrasi. Penyelenggara pemilu merupakan
sebuah pemilu. Jika, KPU Provinsi Kalimantan
lembaga otonom yang bertugas mengelola
Tengah menolak dukungan PPP kepengurusan
dan melaksanakan proses pemilu dan pilkada
Djan Faridz kepada pasangan calon Ujang
di Indonesia. Jika penyelenggara pemilu tidak
Iskandar-Jawawi, maka pasangan tersebut tidak
dipercaya oleh publik, maka hasil dari pemilu
memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai
sebagai output atas kinerja penyelenggara pemilu
pasangan calon gubernur dan wakil gubernur
akan lebih tidak dipercaya dan tidak diterima
dalam Pilkada Kalimantan Tengah tahun 2015.
oleh publik. Akibatnya, proses demokrasi akan
Semangat untuk melindungi hak konstitusional
terhambat dan tidak jarang akan terjadi berbagai
Hamidulloh Ibda
Kaprodi PGMI STAINU Temanggung
ABSTRAK/ABSTRACT
P elanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah 2018 sangat rendah.
Belum ada laporan atau persidangan diputuskan Dewan Kehormatan Kode Etik Penyelenggara
Pemilu terhadap dugaan yang ada sampai pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Jateng 2018 terpilih
ditetapkan menang. Dua dugaan pelanggaran kode etik pada KPU Jateng dalam Pemilihan Kepala Daerah
Jateng 2018, yaitu keterlambatan pemasangan alat peraga kampanye, dan lelang iklan media massa. Dua
dugaan pelanggaran ini tidak termasuk ketagori pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu karena
tidak ada putusan resmi Dewan Kehormatan Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Ada dua strategi dapat
mencegah pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu di tingkat lokal, yaitu strategi preventif dan
represif.
V iolations of the code of conduct of the Central Java Regional Head Election Organizers 2018 are very low. No
report or trial has been decided by the Honorary Board of Ethics Code of the General Election Organizer against
the allegations that exist until the candidate pair of Central Java Governor-Vice Governor 2018 are determined to win.
Two alleged violations of the code of ethics in the Central Java election commission in the Central Java Regional Head
Election 2018, namely the delay of installation of campaign props, and the auction of mass media advertising. These two
alleged violations do not include the category of violation of the code of conduct of the election organizer because there is no
official decision of the Honorary Board of the Electoral Organizing Code of Conduct. There are two strategies to prevent
violations of the code of conduct of electoral organizers at the local level, namely preventive and repressive strategies.
Januari 2018. Putusan itu diregistrasi dengan dan 115 kabupaten yang akan menyelenggarakan
Perkara Nomor 23/DKPP-PKE-VII/2018, Pilkada di 2018. Beberapa provinsi di antaranya
menjatuhkan Putusan atas dugaan pelanggaran Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.8
Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum.5 Hajat Pilkada Jateng, dan beberapa Pilkada
Kasus pelanggaran lain, dilaporkan di sejumlah daerah sangat rendah dugaan modus
ke DKPP pada Pilkada Kudus dan Pilkada pelanggaran kode etik penyelenggara Pilkada. Ada
Kabupetan Tegal 2018. Kasus Pilkada Kudus tujuh kabupaten/kota di Jateng yang menggelar
tidak terkait pelanggaran kode etik penyelenggara Pilkada. Selain Provinsi Jateng, ada 7 daerah yang
Pilkada, sementara Pilkada Tegal tidak ada proses mengikuti Pilkada, mulai Kabupaten Banyumas,
lanjutan dari DKPP karena tidak memenuhi Karanganyar, Kudus, Magelang, Temanggung,
prosedur. Kabupaten Tegal, dan Kota Tegal.
Pengaduan terkait pelaksanaan Pilkada Penyelenggara Pemilu netral, profesional
Serentak 2018 yang masuk ke DKPP sampai 332 dan berintegritas sangat memiliki pengaruh
laporan. Dari 332 pengaduan setelah diverifikasi, terhadap berlangsungnya proses Pemilu
DKPP menyatakan 162 perkara saja yang dapat berkualitas dan fair.9 Semua itu akan sukses ketika
disidangkan. Dari 162 perkara, yang sudah penyelenggara Pemilu memegang teguh kode
diputus 120. Sampai awal Juli 2018, DKPP masih etik. Tanpa ada penyelenggara Pemilu bersih,
memproses 42 perkara. jujur, profesional, dan bersih dari pelanggaran
Dari total perkara yang diproses, aduan kode etik, dipastikan Pilkada terjadi banyak
paling banyak berasal dari Papua 20 perkara, pelanggaran dari penyelenggaranya sendiri.
Sumatera Utara 14 perkara, Sumatera Selatan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
12, Sulawesi Tenggara 11, Jawa Barat 9, Sulawesi tentang Penyelenggara Pemilu menyebutkan
Selatan 8, dan di Jawa Timur 7 perkara. Aduan paling kode etik penyelenggara Pemilu merupakan satu
banyak berkaitan konflik internal penyelenggara kesatuan norma moral, etis dan filosofis yang
pemilu. Dari 162 perkara merefleksi 132 perkara merupakan pedoman perilaku bagi penyelenggara
tipologi pengaduannya berkaitan problem konflik Pemilu yang diwajibkan, dilarang, patut atau
internal, yaitu antarkomisioner/antarkomisoner tidak patut dilakukan dalam semua tindakan
dengan sekretariat.6 dan ucapannya. Sumpah dan/atau Janji sebelum
Dalam skala nasional, DKPP menjatuhkan menjalankan tugas sebagai penyelenggara
sanksi peringatan kepada 13 orang penyelenggara Pemilu menjadi bagian dari kode etik. Kode etik
Pemilu. Adapun 16 penyelenggara pemilu penyelenggara Pemilu dituangkan dalam bentuk
yang tidak terbukti melanggar kode etik peraturan bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP.
dan direhabilitasi nama baiknya.7 Dari total Hal ini karena kode etik disusun berdasarkan
penyelenggara itu di dalamnya tidak ada kesadaran internal para penyelenggara Pemilu
pelanggaran kode etik penyelenggara Pilkada yang mengikatkan diri secara sukarela. Kode etik
Jateng. penyelenggara Pemilu berisi ketentuan umum,
Sesuai ketetapan tahapan Pilkada serentak landasan dan prinsip dasar etika dan perilaku,
2018 oleh KPU RI, pencoblosan terlaksana 27 pelaksanaan prinsip dasar etika dan perilaku,
Juni 2018. Ada 171 daerah yang mengikuti Pilkada sanksi, ketentuan peradilan, dan ketentuan
2018. Dari 171 daerah itu, ada 17 provinsi, 39 kota, penutup.
5
Salinan Putusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Dari keenam itu, yang terpenting prinsip
Pemilu, Nomor: 23/DKPP-PKE-VII/2018 diunduh dari laman : www.
dkpp.go.id, Hal.1 8
Detik.com, 20 April 2017.
6
Kompas.com, 3 Juli 2018. 9
Jimly Asshiddiqie, “Dasar Konstitusional Peradilan Etik,”
7
Tribunnews.com, 24 Mei 2018. Jurnal Etika & Pemilu, Edisi 1 tahun 2015, hal 101- 106.
dasar etika dan perilaku, pelaksanaan prinsip dengan masalah yang dikaji.12
dasar etika dan perilaku, dan ketentuan tentang Penelitian ini diperdalam dengan pendekatan
sanksi. Kode etik penyelenggara Pemilu bertujuan analisis deskriptif sesuai dengan data didapatkan
menjaga kemandirian, integritas, dan kredibilitas tentang solusi terhadap modus pelanggaran
anggota penyelenggara pemilihan umum di kode etik penyelenggara Pilkada Jateng 2018
semua tingkatan dengan berpedoman kepada dengan sejumlah strategi pencegahan. Mulai dari
keduabelas asas ditentukan undang-undang.10 sebelum, saat atau sesudah pelaksanaan Pilkada.
Dalam Pilkada Jateng 2018, ada dua Fokus penulisan karya tulis ini lebih menekankan
dugaan pelanggaran penyelenggara Pemilu yang pencegahan terhadap modus pelanggaran kode
dialamatkan kepada KPU Jateng. Dua temuan etik penyelenggara Pilkada di tingkat provinsi
sudah diberitakan media lokal dan nasional. Jateng.
Pertama, keterlambatan pemasangan Alat Peraga Analisis deskriptif merupakan statistik
Kampanye (APK) yang diduga ada modus yang digunakan menganalisis data dengan cara
korupsi. Kedua, terlambatnya lelang iklan media mendeskripsikan atau menggambarkan data.13
massa untuk sosialisasi Pilkada Jateng 2018. Pendekatan analisis tersebut berkaitan kajian-
Dua dugaan ini kurun waktunya sebelum kajian literatur tentang modus pelanggaran
27 Juni 2018 pada pelaksanaan Pilkada. Sampai kode etik penyelenggara, dinamika, lalu strategi
tahapan penghitungan suara dan penetapan pencegahan terhadap modus pelanggaran kode
pasangan terpilih, belum ada laporan resmi dan etik penyelenggara Pilkada Jateng.
putusan dari DKPP. Akan tetapi, keterlambatan Tujuan penelitian ini memberikan gagasan,
tersebut menjadi catatan tersendiri dalam ide dan wacana terhadap upaya edukasi kepada
penelitian ini. Apakah termasuk dari pelanggaran masyarakat yang berkaitan dengan strategi
Pilkada, atau modus pelanggaran kode etik pencegahan terhadap modus pelanggaran kode
penyelenggara Pilkada Jateng 2018 sesuai teori, etik penyelenggara Pilkada. Sumbangsih karya
data, dan putusan resmi dari DKPP. tulis ini merancang blueprint tentang strategi
pencegahan terhadap modus pelanggaran
B. METODE kode etik penyelenggara Pemilu di tingkat
lokal khususnya Jateng. Tujuan lain, memberi
Penelitian dalam karya tulis ilmiah ini pengertian kepada masyarakat termasuk parpol,
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif media massa agar turut mengawal dan memutus
dengan metode library research (studi pustaka). mata rantai potensi pelanggaran kode etik
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penyelenggara Pilkada.
penelitian mendeskripsikan data apa adanya
dan menjelaskan data atau kejadian dengan
C. HASIL ANALISIS
kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif11.
Sedangkan studi kepustakaan merupakan teknik C.1 Modus Pelanggaran Kode Etik
pengumpulan data dengan mengadakan studi Penyelenggara Pemilu
penelaahan buku-buku, literatur-literatur, catatan-
Secara konseptual, modus pelanggaran
catatan, dan laporan-laporan yang berhubungan
kode etik penyelenggara Pemilu terbagi atas
10
Arry Dharmawan Trissatya Putra, “Pentingnya Etika dan beberapa variabel. Pertama, manipulasi suara (vote
Moral Penyelenggara Pemilu dalam Mencegah Korupsi di Lingkungan
Penyelenggara Pemilu di Indonesia,” Jurnal Etika & Pemilu, Vol. 2, 12
M Nazir, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta,
Nomor 4, Desember 2016, hal 29-30. 2003, hal 27.
11
Lexy J Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, 13
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Edisi 1). Alfabeta,
Bandung, 2004, hal 6. Bandung, 2004, hal 169.
laporan yang diterima DKPP selama pelaksanaan bagi penyelenggara Pemilu berupa kewajiban atau
Pileg dan Pilpres 2014 menunjukan pelanggaran larangan, tindakan dan/atau ucapan yang patut
kode etik Pemilu dengan modus-modusnya lebih atau tidak patut dilakukan penyelenggara Pemilu
banyak pada KPU di semua jenjang. Proses dengan modus-modus yang mereka lakukan.
demokrasi di negara kita jika masih banyak
pelanggaran, maka belum bisa sesuai harapan dari C.2 Dinamika Pelanggaran Kode Etik
praktik dan transformasi nilai-nilai demokrasi. 19 pada Pilkada Jateng 2018
Kode etik menjadi tidak ada gunanya sama
Dari jenis modus pelanggaran kode etik
sekali, jika sekadar dibentuk, tapi tidak digunakan
penyelenggara Pemilu, bisa dipetakan dinamika
sebagai rambu-rambu yang memprevensi
pelanggaran kode etik pada Pemilu dan Pilkada
terjadinya dunia politik sebagai “rimba” ganas,
Jateng tahun 2018. Sebelum terlaksana Pemilu
culas, dan brutal peserta pemilu. Kode etik
2019, pelanggaran kode etik Pemilu di Jateng bisa
peserta pemilu ini menjadi rambu-rambu yang
dilihat dari data tahun 2014 dan sebelumnya.
membuat persaingan dalam pesta demokrasi bisa
Penyelenggara Pemilu pascapelaksanaan
berjalan secara fair dan sehat.20
Pilpres 2014, DKPP menerima 21 pengaduan.
Berdasarkan penjelasan Jimly Asshiddiqie
Dari 21 pengaduan itu, 7 (33,33%) pengaduan
(2015), Basrofi dan Sudikun (2003), Peraturan
dinyatakan dismiss, dan terdapat 14 (66,66%)
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan
perkara disidangkan. Sedangkan modus-modus
Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu
2017 tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu
yang dilakukan KPU/Bawaslu di semua jenjang
(2017), Wiwik Afifah (2014), Safriadi (2016), dan
diproses DKPP.21
Abdul Wahid (2016), dapat disimpulkan ke dalam
Dalam Rapat Koordinasi Teknis Persiapan
beberapa hal. Pertama, modus pelanggaran
Sidang Kode Etik Penyelenggara Pemilu, 7 Maret
kode etik penyelenggara Pemilu merupakan
2018, berdasarkan data DKPP per 22 Februari
tindakan berupa manipulasi suara, penyuapan,
2018, Provinsi Papua menempati ranking
perlakuan tidak sama pada peserta Pemilu dan
tertinggi dan belum bergeser.22 Sementara Jateng
pemangku kepentingan lain, pelanggaran hak
sendiri sangat rendah pelanggarannya, baik dari
pilih, pelanggaran pada kerahasiaan hak pilih,
aspek pelenggaran Pilkada maupun pelanggaran
penyalahgunaan wewenang, dan benturan
yang dilakukan penyelenggara Pilkada.
kepentingan.
Sejak tahun 2012 hingga 18 April 2018, ada
Kedua, modus pelanggaran kode etik
1003 perkara dinyatakan laik sidang DKPP. Ada
penyelenggara Pemilu dilakukan lembaga
967 perkara disidang, dan diputus perkaranya.
penyelenggara Pemilu yang terdiri atas KPU,
Sisanya, 36 perkara masih proses sidang. Adapun
Bawaslu, DKPP sebagai satu kesatuan fungsi
jumlah total teradu yang telah diputus per 18
penyelenggaraan Pemilu. Ketiga, yang dimaksud
April 2018 sebanyak 3831 orang.
pelanggaran kode etik penyelengara Pemilu
DKPP menemukan modus pelanggaran
merupakan penyimpangan yang dilakukan
kode etik penyelenggara Pemilu atas perkara
penyelenggara Pemilu pada kesatuan asas moral,
diputus. Modus-modus pelanggaran kode etik itu,
etika, dan filosofi yang menjadi pedoman perilaku
meliputi penyuapan (bribery of officials), pelanggaran
Safriadi, “Belajar dari Pileg dan Pilpres 2014 untuk Menata hukum (break a law), perlakuan tidak adil (unequal
19
treatment), ketidakcermatan (sloppy work of eletion dan Koordinator Monitoring Aparat Penegak
process), acuh/abai terhadap kesalahan (absence of Hukum KP2KKN Jateng. Pasalnya, langkah itu
fault remedies), manipulasi suara (vote manipulation), diduga merupakan modus untuk korupsi.
dan benturan kepentingan (conflict of interest). Langkah KPU memepetkan waktu lelang
Berdasarkan data aduan/atau pengaduan itu diduga modus korupsi. Jarak waktu lelang
yang diterima DKPP, selama tahun 2017 hingga dengan pelaksanaan pemasangan iklan di media
2018, Papua peringkat pertama dengan aduan massa yang hanya 10 hari itu dinilai tidak realistis.
41 perkara, disusul Sumatera Barat 31 perkara. Pelelangan dilakukan tanggal 31 Mei 2018,
Peringkat ketiga wilayah Jawa Timur dan Jawa padahal tanggal 10-23 Juni 2018 harus sudah
Barat masing-masing 21 pengaduan. Keempat, dipasang.26
Sumatera Selatan dengan total aduan 17 perkara. Akibat dugaan pelanggaran kode etik itu,
Kelima Sulawesi Tenggara dengan total 13 KPU Jateng didemo ratusan mahasiswa dari Ikatan
perkara.23 Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Mereka
DKPP mencatat, 76 pelanggaran Pemilu berunjuk rasa di kantor KPU Jateng pada Selasa
terjadi sejak awal Januari 2018 hingga 22 Februari 10 April 2018 dengan memprotes keterlambatan
2018. Sampai 22 Februari (2018) sudah 76 perkara pemasangan APK Pilgub Jateng 2018 yang
dan melibatkaan 163 orang penyelenggara. Dari dinilai menguntungkan petahana. Mahasiswa saat
total 76 perkara, sebanyak 61,2 persen tercatat demo membawa sejumlah spanduk dan poster
sebagai perkara pelanggaran kode etik.24 bertuliskan “Menuntut Profesionalisme KPU Jateng”,
Pada Pilkada Jateng 2018, ada beberapa “Telat 1,5 Bulan Adakan Baliho Cagub-Cawagub
temuan modus pelanggaran kode etik Jateng”, dan “Berikan Solusi Keterlambatan Pengadaan
penyelenggara Pilkada yang diduga dilakukan APK”.27
KPU. Modus pelanggaran kode etik yang Sebelumnya, tim kampanye pasangan
dilakukan KPU Jateng ini bisa tergolong pada calon Gubernur-Wakil Gubernur Jateng nomor
aspek pelanggaran hukum dan ketidakcermatan. urut dua, Sudirman Said-Ida Fauziyah melakukan
Divisi Pencegahan dan Hubungan gugatan ke KPU Jateng. Alasannya, pemasangan
Antarlembaga Bawaslu Jateng mencatat, selama APK Pilgub Jateng 2018 molor.28
2013-2017 Bawaslu Jateng menangani 1.543 Pada Selasa, 10 April 2018, KPU Jateng
dugaan pelanggaran di Pilkada Jateng 2013, didemo mahasiswa terkait ketidaknetralan dan
Pemilihan legislatif dan Presiden 2014, Pilkada profesionalisme. Puluhan mahasiswa Kota
Serentak 2015 dan 2017. Pelanggarannya terbagi Semarang menilai KPU Jateng tidak netral dan
dalam pelanggaran administrasi, pelanggaran kurang profesional terkait dengan gagalnya lelang
pidana Pemilu dan pelanggaran kode etik.25 Data APK Pilgub 2018 yang menyebabkan belum
ini berkembang hingga Pilkada Jateng 2018. terpasangnya baliho pasangan calon di Jateng.
Untuk dugaan pelanggaran kode etik KPU Jateng dinilai ceroboh karena menjadi
penyelenggara Pilkada Jateng 2018, ada sejumlah penyebab kegagalan lelang APK. Padahal, fungsi
temuan. Pertama, dugaan korupsi dana APK oleh APK menjadi salah satu media pengenalan
KPU Jateng. Lelang iklan kampanye dan sosialisasi pasangan calon. Terlebih, anggaran sudah
Pilgub 2018 mepet dengan waktu pelaksanaan disediakan, dan menggunakan uang negara. Saat
pemasangan iklan di media massa mendapat demo, mahasiswa dari IMMS, KAMMI, dan
sorotan dari LSM Andalan Jeli Tangguh (AJT) HMI itu mendesak KPU segera memperbaiki
23 Dkpp.go.id, 30 Mei 2018. 26
Jatengpos.co.id, 11 Juni 2018.
24
Era.id, 26 Februari 2018. 27
Jatengpos.co.id, 11 Juni 2018.
25
Radioidola.com, 19 September 2017. 28
Merdeka.com, 5 April 2018.
Dkpp.go.id (7 Maret 2018), Dkpp.go.id (30 Mei resmi dan putusan dari DKPP sampai kurun
2018), Era.id (26 Februari 2018), Radioidola. waktu penetapan pasangan Calon Gubernur-
com (19 September 2017), Jatengpos.co.id (11 Wakil Gubernur Jateng 2018 terpilih.
Juni 2018), Merdeka.com (5 April 2018), Tempo.
co (11 April 2018), Detik.com (27 April 2018), C.3 Strategi Pencegahan Pelanggaran
Jatengpos.co.id (9 Juni 2018), DKPP.go.id (29 Juni Kode Etik
2018), dapat disimpulkan potensi pelanggaran
Strategi pencegahan pelanggaran kode etik
kode etik penyelenggara Pilkada Jateng 2018
penyelanggara Pemilu ini bukan langkah pendek
sangat rendah.
sehari, dua hari, seminggu, sebulan, namun
Modus pelanggaran kode etik KPU Jateng
harus tahunan. Langkah yang harus dilakukan
ada dua variabel. Pertama, molornya lelang APK
bisa tindakan preventif mendasar bukan sekadar
sehingga dianggap menguntungkan pasangan
permukaan yang bisa diterapkan di Provinsi
calon petahana. Modus ini termasuk kategori
Jateng bahkan di tingkat nasional.
pelanggaran hukum dan ketidakcermatan.
Jika memegang teguh kode etik, anggota
Kedua, pada pelelangan APK untuk
KPU Jateng dipastikan tidak akan melanggar
sosialisasi Pilkada Jateng dan iklan kampanye
kode etik penyelenggara Pilkada. Sebab, maksud
media massa yang waktunya molor. Dari data di
kode etik penyelenggara pemilu untuk menjaga
atas, jatah penerima lelang hanya sekitar 40 persen
kemandirian, integritas, akuntabilitas, dan
dari yang semestinya. Anggaran yang awalnya
kredibilitas penyelenggara pemilu. Tujuan kode
untuk 13 media, akan tetapi hanya untuk 5 media
etik tersebut, memastikan terselenggaranya
yang lolos lelang. Anggaran iklan kampaye dan
pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia,
sosialisasi Pilkada Jateng 2018 untuk media cetak
jujur, dan adil.33
total Rp 1,4miliar.
Banyak langkah yang bisa ditempuh untuk
Dikarenakan pada Pilkada Jateng hanya
mengembalikan kredibilitas dan penguatan KPU
2 pasangan calon, anggaran digunakan media
Jateng selaku penyelenggara Pilkada dan memutus
cetak Rp 700 juta. Anggaran sebesar itu untuk 13
mata rantai pelanggaran kode etik. Ada beberapa
media cetak. Penayangannya selama 14 hari, mulai
strategi pencegahan untuk mengembalikan dan
tanggal 10-23 Juni 2018. Modus pelanggaran
menguatkan KPU. Pertama, posisi, fungsi, tugas
ini terindikasi adanya korupsi dana lelang APK
dan wewenang, serta pengorganisasian KPU dan
dan iklan media massa. Kedekatan (nepotisme)
pengawas Pemilu perlu diatur lewat regulasi.
perusahaan media massa dengan KPU memicu
Kedua, pengaturan tentang penyelenggara
indikasi pelanggaran kode etik tersebut. Modus
Pemilu. Ketiga, penataan kembali kelembagaan
ini termasuk kategori pelanggaran hukum dan
KPU/KPUD dan pengawas Pemilu.34 Keempat,
ketidakcermatan.
menjunjung etika penyelenggara Pemilu. Secara
Dari data di atas dalam skala nasional
individual atau kelembagaan, penyelenggara
maupun wilayah Jawa, KPU dan Bawaslu Jateng
Pemilu harus menghindari pelanggaran Pemilu
bisa diindikasikan bersih dengan indikator
seperti kelalaian, kecerbohan, kekurangan sumber
sedikitnya pelanggaran kode etik yang sudah
daya, kelelahan atau ketidakmampuan.35
diputuskan DKPP. Sementara dua dugaan
33
Ramlan Surbakti, dkk, Penanganan Pelanggaran Pemilu,
pelanggaran kode etik pada Pilkada Jateng 2018 Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta, 2011, Hal. 19.
ini berupa kegagalan lelang APK kampanye Didik Supriyanto, Menjaga Independensi Penyelenggara
34
Ada strategi pencegahan lain untuk adanya pelanggaran kode etik penyelenggara
memutus embrio lahirnya pelanggaran kode Pemilu yang dilakukan anggota KPU atau jajaran
etik penyelenggara Pemilu, khususnya Pilkada dibawahnya. Caranya, lewat tertulis kepada KPU
di tingkat lokal. IDEA (2002) merumuskan dengan menyebutkan nama dan alamat secara
beberapa masalah penting pada saat pembentukan jelas, dan dibuktikan dengan foto copy KTP.38
lembaga penyelenggara Pemilu. Mulai dari Seringnya mengabaikan etika dalam
struktur, wewenang dan tanggung jawab harus perebutan kekuasaan melalui cara yang kurang
sesuai regulasi, komposisi dan kualifikasi, terpuji, menjadikan cara tersebut kurang tepat
masa jabatan, pembiyaan, tugas dan fungsi dan kadaluwarsa. Cara tersebut digunakan hanya
lembaga penyelenggara Pemilu, independen dan untuk mengejar tujuan yang bersifat jangka
ketidakperpihakan, efisiensi dan keefektifan. pendek dan kurang memperhatikan bagaimana
Kesembilan, profesionalisme.36 kekuasaan itu digunakan dengan seharusnya.39
Ada dua strategi mencegah munculnya Etika politik menjadi faktor penting dalam
modus pelanggaran kode etik penyelenggara mewujudkan pemilukada berintegritas karena
Pilkada yang bisa diterapkan di Jateng. Pertama, memiliki misi kepada siapa saja untuk bersikap
strategi pengawasan preventif. Strategi ini jujur, amanah, sportif, objektif dalam menilai
berupa rangkaian upaya mencegah setiap dinamika dan proses demokrasi.40
pihak penyelenggara Pemilu jangan sampai Dari penjelasan Ramlan Surbakti,
terjadi pelanggaran. Caranya melalui sosialisasi dkk (2011), Didik Supriyanto (2007), Arry
pengertian pelanggaran kode etik, jenis Dharmawan Trissatya Putra (2016), IDEA
pelanggaran baik administrasi maupun kode etik (2002), Nur Hidayat Sardini (2013), Masykuri
penyelenggara Pemilu sampai pada tindak pidana (2009), Usisa Rohman (2016), dan Eko Budiono
Pemilu serta kewenangan penyelenggara Pemilu. (2016) di atas, dapat disimpulkan ada dua strategi
Kedua, strategi pengawasan represif. Ranah pencegahan terhadap modus pelanggaran kode
ini adalah penindakan yang harus tegas, tanpa etik penyelenggara Pilkada Jateng yang bisa
pandang bulu dan objektif.37 diterapkan sebelum, saat, dan sesudah Pilkada.
Jika dianalisis, dugaan terhadap modus Secara konseptual, tidak dapat
pelanggaran kode etik penyelenggara Pilkada dikategorikan sebagai pelanggaran kode etik
Jateng ada pada lelang APK dan iklan di media penyelenggara Pemilu, namun masuk kategori
massa. Artinya, kondisi pelelang dan pihak modus pelanggaran kode etik, yaitu pelanggaran
media massa, termasuk parpol dan tim paslon hukum dan ketidakcermatan. Dua dugaan
yang menggugat berperan mengawasi celah pelanggaran itu pada lelang APK dan iklan media
pelanggaran yang akan dilakukan KPU. Dalam massa yang diduga ada unsur KKN di dalamnya
lelang, KPU tidak boleh sewenang-wenang antara KPU, pihak pelelang APK dan perusahaan
terhadap “kekuasaannya”. Maka etika dalam media massa.
kekuasaan KPU harus diutamakan. Jika ditarik ke kasus lokal Jateng, maka
Peran serta masyarakat memberikan langkah pencegahan di atas bisa dilakukan dengan
informasi pelanggaran kode etik yang dilakukan beberapa pendekatan. Pertama, posisi, fungsi,
penyelenggara pemilu dapat dilakukan dengan tugas dan wewenang, serta pengorganisasian
cara membuat pengaduan dan/atau laporan 38
Masykuri, “Pelanggaran Kode Etik Pemilu dan Solusinya,”
Opini Radar Tegal, Selasa 12 Mei 2009, Hal. 2
36
Didik Supriyanto, Menjaga Independensi Penyelenggara
39
Usisa Rohman, “Etika Politik dan Kekuasaan”, Jurnal
Pemilu, hal 26-29. ETIKA & PEMILU, Vol. 2, Nomor 3, Oktober 2016, Hal. 39.
37
Nur Hidayat Sardini, Menuju Pengawasan Pemilu Efektif.
40
Eko Budiono, “Penegakan Etika Politik untuk Mewujudkan
Diadit Media, Jakarta, 2013, hal 7-8. Pemilukada Berintegritas,” Jurnal ETIKA & PEMILU, Vol. 2, Nomor 3,
Oktober 2016, Hal. 49.
KPU Jateng harus ditaati sesuai regulasi. yang dirugikan, parpol, atau tim kampanye, maka
Jangan sampai ada pelanggaran hukum berupa kasus ini menjadi berhenti.
memepetkan lelang APK dan iklan media
massa. Kedua, etika penyelenggara Pemilu harus C.4 Menuju Pilkada Jateng yang
ditegakkan. KPU Jateng yang diindikasikan Demokratis dan Ideal
melakukan praktik korupsi dan nepotisme dengan
Freedom House (2006) merumuskan
beberapa perusahaan media massa atas iklan dana
empat indeks pokok demokrasi. Pertama, sistem
kampanye di media harus dikawal semua elemen.
pemilihan jujur dan adil. Kedua, pemerintahan
Langkah strategisnya, bisa dilakukan
terbuka, akuntabel dan responsif. Ketiga,
dengan beberapa hal. Pertama, pengawasan
promosi dan perlindungan HAM berkelanjutan,
terhadap proses lelang, baik APK maupun iklan
terutama hak-hak sipil dan politik. Keempat,
media massa. Pengawasan itu berupa pemantauan
masyarakat sipil maupun lembaga-lembaga
pengumuman sampai tahap finalisasi lelang.
politik merefleksikan adanya masyarakat percaya
Meskipun KPU Jateng sudah didemo, namun
diri.41 Demokrasi ideal bisa berjalan ketika ada
karena tidak dikawal dari awal, maka terjadi
sinergitas antara penyelenggara, parpol, kandidat/
proses lelang yang molor.
calon, ormas/LSM, dan masyarakat.42
Kedua, parpol, perusahaan media massa,
Institute for Democracy and Electoral
dan tim kampanye ke depan harus aktif mengawal
Assistance (IDEA) merumuskan sejumlah
modus pelanggaran kode etik penyelanggara
standar internasional yang bisa menjadi tolok
Pilkada Jateng. Saat melelang proyek dari KPU,
ukur demokratis tidaknya Pemilu. Ada 15 aspek
pelelang APK dan perusahaan media massa harus
Pemilu demokratis. Meliputi: a) penyusunan
benar-benar objektif, fair, dan tidak karena unsur
kerangka hukum; b) pemilihan sistem Pemilu;
nepotisme.
c) penetapan daerah pemilihan; d) hak memilih
Ketiga, masyarakat umum harus berani
dan dipilih; e) pendaftaran pemilih dan daftar
melaporkan dugaan pelanggaran kode etik
pemilih; f) akses kertas suara bagi partai politik
penyelenggara Pilkada khususnya di Jateng.
dan kandidat; g) kampanye Pemilu demokratis;
Apalagi, akses media siber dan media sosial
h) akses ke media dan kebebasan berekspresi;
sangat luas, sehingga mempermudah pelaporan
i) pembiayaan dan pengeluaran; j) pemungutan
dengan cara menyebut secara jelas kode etik
suara; k) penghitungan dan rekapitulasi suara;
penyelenggara pemilu yang dilanggar, hari,
l) peranan wakil partai dan kandidat; m)
tanggal, nama dan jabatan yang diduga melanggar
pemantauan Pemilu; n) kepatuhan terhadap
kode etik, serta bukti-bukti tertulis lainnya yang
hukum; o) penegakan peraturan Pemilu; dan p)
mendukung tentang terjadinya pelanggaran kode
lembaga penyelenggara Pemilu.43
etik penyelenggara Pilkada Jateng.
Dari semua prasyarat Pemilu demokratis
Keempat, DKPP dalam hal ini harus tegas
di atas menghendaki penyelenggaraan Pemilu
dalam menindak modus dugaan pelanggaran kode
baik dan dapat dijalankan semua orang untuk
etik pada KPU Jateng. DKPP memiliki kekuatan
terlibat secara sukarela dan bukan paksaan.
besar untuk menindak pelanggaran kode etik atau
Terselenggaranya Pemilu sebagaimana indikator
setidaknya menindaklanjuti dugaan pelanggaran
kode etik. Namun, dalam kasus ini kareka tidak Didik Supriyanto, Menjaga Independensi Penyelenggara
41
Pemilu, hal 1.
ada laporan formal ke DKPP sampai tahap 42
Hamidulloh Ibda, Demokrasi Setengah Hati, Kalam
Nusantara, Depok, 2013, hal iv.
penetapan pasangan Gubernur-Wakil Gubernur 43
IDEA, Standar-standar Iternasional Pemilihan Umum:
2018 terpilih, baik dari perusahaan media massa Pedoman Peninjauan Kembali Kerangka Hukum Pemilu. IDEA, Jakarta,
2002, hal 39-47.
Pemilu demokratis hanya mungkin apabila dikuatkan. Undang-Undang Dasar 1945 dalam
kredibilitas penyelenggara Pemilu (KPU- pasal 22 E ayat (5) bahwa pemilihan umum
pengawas Pemilu) terjamin.44 diselenggarakan suatu komisi pemilihan umum
Robert A Dahl memberikan ukuran- bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Hal ini
ukuran yang harus dipenuhi agar suatu Pemilu diperkuat UU Nomor 15 tahun 2011 tentang
memenuhi prinsip-prinsip demokrasi. Pertama, Penyelenggara Pemilu dan UU Nomor 10 Tahun
inclusiveness, artinya setiap orang dewasa harus 2016 Perubahan Kedua dari UU Nomor 1 Tahun
diikutkan Pemilu. Kedua, equal vote, setiap suara 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
mempunyai hak dan nilai sama. Ketiga, effective Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
participation, setiap orang mempunyai kebebasan 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
mengekpresikan pilihannya. Keempat, enlightened Walikota Menjadi Undang-Undang.48
understanding, dalam rangka mengekspresikan Setiap Pemilu melibatkan PPK, PPS, dan
pilihan politiknya secara akurat, setiap orang KPPS, sebagai penyelenggara pemilu setingkat
mempunyai pemahaman dan kemampuan kuat di bawah KPU. Mereka bertugas sesuai dengan
memutuskan pilihannya. Kelima, final control wilayah administrasinya. Peran mereka sangat vital
of agenda, Pemilu dianggap demokratis ketika dan turut serta menentukan kualitas demokrasi
terdapat ruang mengontrol/mengawasi Pemilu.45 Tidak sedikit pula para petugas di tingkat ad hoc
RH Tailor, berpendapat Pemilu demokratis ini yang menjadi sasaran pengaduan ke DKPP.
memerlukan sejumlah persyaratan. Pertama, Mereka diadukan terkait penyalahgunaan
pengakuan hak pilih universal. Kedua, keleluasaan wewenang, keberpihakan terhadap peserta pemilu
membentuk tempat penampungan bagi pluralitas bahkan kecurangan.49
aspirasi masyarakat pemilih. Ketiga, mekanisme Dari penjelasan Freedom House (2006)
rekrutmen politik calon-calon wakil rakyat (Didik Supriyanto, 2007), Hamidulloh Ibda
yang terbuka. Keempat, kebebasan pemilih (2013), IDEA (2002), Robert A Dahl (1979), RH
mendiskusikan dan menentukan pilihannya. Taylor (1996), Happy Hayati Helmy (2016), dan
Kelima, keleluasaan peserta Pemilu berkompetisi Teten Jamaludin (2016) di atas, dapat disimpulkan
sehat. Keenam, penghitungan suara jujur. beberapa prasyarat terciptanya Pilkada Jateng
Ketujuh, netralitas birokrasi. Kedelapan, lembaga demokratis dan ideal. Pilkada Jateng akan
penyelenggara pemilihan independen.46 demokratis ketika sistem pemilihannya jujur dan
KPU merupakan penyelenggara Pemilu. adil, pemerintahannya terbuka, akuntabel dan
Lembaga ini tidak hanya bertugas menjalankan responsif.
Pemilu, tetapi harus mengatur, menjadwal, Ada 15 standar syarat Pilkada Jateng
merencanakan, menyiapkan dan melakukan agar benar-benar demokratis dan ideal. Mulai
segala sesuatunya agar Pemilu berhasil. Berbeda penyusunan kerangka hukum, pemilihan sistem
dengan PPK, PPS dan KPPS. Mereka terdiri atas Pemilu, penetapan daerah pemilihan, hak untuk
petugas-petugas lapangan.47 memilih dan dipilih, badan penyelenggara
Independensi penyelenggara Pemilu harus Pemilu, pendaftaran pemilih dan daftar
Didik Supriyanto, Menjaga Independensi Penyelenggara pemilih, akses kertas suara bagi partai politik
44
Basrofi dan Sudikun. 2003. Teori-teori Perlawanan dan Kepada 20 Penyelenggara Pemilu”. tribunnews.
Kekerasan Kolektif. Surabaya: Insan Cendekia. com, 24 Mei 2018.
Bawaslu. 2011. Kompilasi Peraturan Bawaslu tentang Masykuri, “Pelanggaran Kode Etik Pemilu dan
Pengawasan Pemilukada. Jakarta: Bawaslu. Solusinya,” Opini Radar Tegal, Selasa 12 Mei
2009.
Budiono, Eko, “Penegakan Etika Politik untuk
Mewujudkan Pemilukada Berintegritas,” Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif.
Jurnal ETIKA & PEMILU, Vol. 2, Nomor 3, Bandung: Rosdakarya.
Oktober 2016.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Dahl, Robert A. 1979. “Procedural Democracy,” P Indonesia.
Laslett and J Fishkin (ed), in Philosophy, Politics
Permana, Dian Ade. 2018. “Alat Kampanye Belum
and Society) Fifth Series. New Haven: Yale
Terpasang, Tim Sudirman-Ida Siap Gugat
University Press.
KPU”. merdeka.com, 5 April 2018.
Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Purbaya, Angling Adhitya. 2018. “KPU Akui Ada
Jakarta: Depdikbud.
Gagal Lelang APK Baliho Pilgub Jateg 2018”.
DKPP. 2018. “Call For Papers 2018 Jurnal Etika detik.com, 27 April 2018.
Pemilu”. dkpp.go.id, 30 Mei 2018.
Putra, Arry Dharmawan Trissatya. 2016. “Pentingnya
DP, Agatha Danastri. 2018. “Sejak Januari, Ada 76 Etika dan Moral Penyelenggara Pemilu
Pelanggaran Pilkada”. era.id, 26 Februari 2018. dalam Mencegah Korupsi di Lingkungan
Penyelenggara Pemilu Di Indonesia.” Jurnal
Helmy, Happy Hayati, “Independensi KPU dalam
Etika & Pemilu, Vol. 2, Nomor 4, Desember
Menyelenggarakan Pemilihan Umum,” Jurnal
2016.
ETIKA & PEMILU,Vol. 2, Nomor 3, Oktober
2016. Prasetia, Andhika. 2017. “Ini 171 Daerah yang Gelar
Pilkada Serentak 27 Juni 2018”. detik.com, 20
Ibda, Hamidulloh. 2013. Demokrasi Setengah Hati.
April 2017.
Depok: Kalam Nusantara.
Rahmawati, Fitria. 2018. “Mahasiswa Tuding KPU
IDEA. 2002. Standar-standar Iternasional Pemilihan
Jawa Tengah Tidak Netral”. tempo.co, 11 April
Umum: Pedoman Peninjauan Kembali Kerangka
2018.
Hukum Pemilu. Jakarta: IDEA.
Rohman, Usisa, “Etika Politik dan Kekuasaan”,
Jamaludin, Teten, “Problematika Penyelenggara
Jurnal ETIKA & PEMILU, Vol. 2, Nomor 3,
Pemilu Di Tingkat Ad Hoc,” Jurnal ETIKA &
Oktober 2016.
PEMILU, Vol. 2, Nomor 4, Desember 2016.
Safriadi. 2016. “Belajar dari Pileg dan Pilpres 2014
Jurnaliston, Reza. 2018. “DKPP Proses 162 Aduan
untuk Menata Pilpres 2019 yang Berintegritas
terkait Pilkada Serentak 2018”. Kompas.com,
dan Berkualitas”. Jurnal Etika & Pemilu, Vol. 2,
3 Juli 2018.
Nomor 4, Desember 2016.
Khotimah, Nur. 2018. “Rakor Sebagai Ceklis Kesiapan
Sardini, Nur Hidayat. 2014. Kepemimpinan Pengawasan
Formal Dan Substansi Persidangan”. dkpp.go.id,
Pemilu, Sebuah Sketsa. Depok: Rajawali Pers.
7 Maret 2018.
--------------------------. 2013. Menuju Pengawasan Pemilu
Lazuardi, Glery. 2018. “DKPP Jatuhkan Sanksi
Efektif. Jakarta: Diadit Media.
ABSTRAK/ ABSTRACT
P enelitian ini membahas mengenai modus pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh KPUD Kota
Tangerang terhadap pasangan calon Arief-Sachrudin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apa yang melatar belakangi KPUD tidak meloloskan pasangan Arief R Wismansyah-Sachrudin
dan kode etik apa yang dilanggar oleh KPUD. Kerangka teoritis dan konseptual yang digunakan adalah
teori elite Pareto dan Mosca, teori bossisme serta asas kode etik penyelenggara pemilu. Dalam penelitian
ini menggunakan metodologi kualitatif dengan metode pengumpulan data studi literatur. Temuan
penelitiannya adalah pasangan Arief-Sachrudin tidak lolos karena KPUD telah salah menafsirkan regulasi
sehingga keputusannya tidak memiliki kekuatan hukum dan sarat akan kepentingan. Selain itu, terdapat
peran elite Walikota (Wahidin Halim) yang memiliki peran besar dalam keputusan tersebut.
T his study discusses the mode of violation the ethical code conducted by KPUD Kota Tangerang against candidate
pair of Arief-Sachrudin. The purpose of this research is to know what background KPUD not pass Arief R
Wismansyah-Sachrudin pair and code of ethics what is violated by KPUD. The theoretical and conceptual frameworks used
are the elite theories of Pareto and Mosca, the theory of bossism and the principles of ethical code by electoral organizers.
In this study use qualitative methodology with data collection method of literature study. The research findings are that the
Arief-Sachrudin couple did not qualify because the KPUD has misinterpreted the regulation so that its decision has no
legal force and is full of interest. In addition, there is the role of elite (Wahidin Halim) who has a big role in the decision.
Etik adalah satu kesatuan landasan norma moral, maka dapat ditarik pertanyaan penelitian sebagai
etis dan filosofis yang menjadi pedoman bagi berikut: Apa yang melatarbelakangi KPUD Kota
perilaku penyelenggara Pilkada yang diwajibkan.6 Tangerang tidak meloloskan pasangan Arief
Kode Etik tersebut bersifat mengikat dan setiap R Wismansyah–Sachrudin sebagai kandidat
Penyelenggara Pilkada wajib mematuhinya, Walikota dan Wakil Walikota Tangerang 2013?
Penegakan pelanggaran Kode Etik dilaksanakan
oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu B. METODE PENELITIAN
(DKPP).7
Sengketa Pilkada yang terjadi di Kota Penelitian ini mengadopsi penelitian
Tangerang diawali dengan adanya pihak kualitatif. Metode utama penelitian ini adalah
penyelenggara Pilkada itu sendiri yakni KPUD menggunakan studi pustaka untuk memperoleh
yang menetapkan pasangan Arief R. Wismansyah- hasil yang obyektif. Data-data primer dalam
Sachrudin tidak lolos sebagai pasangan calon pada penelitian ini berasal dari hasil studi literatur
Pilkada. Alasan penetapan hal tersebut karena terhadap beberapa jurnal, makalah ilmiah, surat
Sachrudin tidak melampirkan surat pengunduran kabar dan lainnya sumber yang selanjutnya
diri sebagai Camat Pinang yang disetujui oleh dianalisis oleh peneliti. Sementara data-data
atasannya yaitu Wahidin Halim untuk maju sekunder lainnya, berasal dari sejumlah dokumen
menjadi Wakil Kepala Daerah. tertulis berupa hasil keputusan DKPP, baik yang
Hal tersebut dilakukan Wahidin Halim diperoleh melalui media cetak maupun media
tidak lain untuk memuluskan pencalonan online, dapat berupa foto, dan dokumen lainnya,
adiknya yaitu Abdul Syukur. Ini dapat dilihat yang di dalamnya memuat informasi yang
ketika Walikota Tangerang Wahidin Halim tidak berkaitan dengan tema penelitian.
mengeluarkan surat persetujuan pengunduran diri
kepada Sachrudin. Oleh sebab itu, sangat terlihat C. LANDASAN TEORITIS
kepentingan politis oleh elite yang memiliki C.1. Teori Elit
kewenangan didalamnya. Maka, keputusan
yang diambil KPUD dalam menetapkan tidak Teori elit klasik menjelaskan bahwa
lolosnya pasangan Arief-Sachrudin telah salah elit merupakan realitas yang ada dalam setiap
menafsirkan regulasi sehingga keputusan yang masyarakat. Menurut Pareto pengertian elit
adalah orang-orang yang berhasil, yang mampu
dikeluarkan tidak memiliki kekuatan hukum dan
menduduki jabatan tinggi dalam lapisan
keputusan tersebut sarat akan kepentingan. masyarakat. Masyarakat terdiri dari 2 kelas: (1)
Proses penyelesaian sengketa yang terjadi lapisan atas, yaitu elit, yang terbagi ke dalam elit
akhirnya dilaksanakan oleh DKPP, dengan yang memerintah (governing elite) dan elit yang
memberhentikan sementara KPUD Kota tidak memerintah (non-governing elite); (2) lapisan
Tangerang karena terbukti melanggar kode etik, yang lebih rendah, yaitu non-elit.8
menginstruksikan KPUD Banten mengambil alih Pendapat hampir sama dikemukakan oleh
tugas KPUD Kota Tangerang dan mengembalikan Gaetano Mosca, yang menjelaskan bahwa lapisan
hak konstitusional pasangan Arief-Sachrudin elit yang berkuasa atau disebut classe politica/
political elite. Elit politik ini merupakan kelompok
sebagai kandidat Pilkada Tangerang 2013.
terorganisir yang memiliki kewenangan politik.
Berdasarkan pernyataan yang telah dipaparkan, Kelas elit terdiri dari minoritas terorganisir
6
“Kode Etik Penyelenggara Pemilu”, diakses dari www.kpu-
yang akan memaksakan kehendaknya melalui
gunungkidulkab.go.id. pada 20 Juni 2018. 8
Vilfredo Pareto, The Mind and Society, 4 vols., Arthur
7
Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Livingstone, New York, Harcourt Brace, pertama kali terbit di Itali
Beracara Kode etik Penyelenggara Pemilihan Umum. tahun 1916, dalam Op.cit, h. 200.
”manipulasi maupun kekerasan”, khususnya kekerasan terhadap lawan politik. Dalam teorinya,
dalam demokrasi.9 Sidel menyebut bahwa bosisme lokal adalah
Berdasarkan pendapat Pareto dan Mosca pemimpin struktural dalam negara. Selain itu,
maka karekteristik yang membedakan elit adalah baik bos lokal maupun orang kuat lokal menjalin
kecakapan untuk memimpin dan menjalankan
kerjasama dengan birokrasi dan politisi, serta
kontrol politik, sekali kelas yang memerintah
membentuk politik dinasti.
tersebut kehilangan kecakapannya dan orang-
orang di luar kelasnya menunjukkan kecapakan
yang lebih, maka terdapat segala kemungkinan D. HASIL PENELITIAN
bahwa kelas yang berkuasa akan dijatuhkan dan
diganti oleh kelas penguasa yang baru (sirkulasi D.1 Netralitas KPUD dan Tidak Lolosnya
elit). Pasangan Arief-Sachrudin
dari jabatannya kepada atasannya yaitu Walikota Kota Tangerang sehingga KPUD tidak netral
(Wahidin Halim), akan tetapi tidak ada tanggapan dalam mengambil keputusannya. Intervensi
dari Wahidin Halim mengenai surat pengunduran dilakukan karena adik kandung Wahidin Halim
diri tersebut.15 Sedangkan berdasarkan UU No. mencalonkan diri dan melihat pasangan Arief-
12 Tahun 2008 dan Peraturan KPU Nomor 13 Sachrudin merupakan kandidat terkuat.
Tahun 2010, kewajiban seorang PNS kepada Padahal sudah sangat jelas di dalam Undang-
KPUD ketika akan mencalonkan diri pada Undang, salah satu tugas Kepala Daerah adalah
Pilkada/Pilbub/Pilgub hanya membuat dan melaksanakan kehidupan demokrasi, menaati
melampirkan surat pernyataan pengunduran dan menegakkan seluruh peraturan perundang-
diri dari jabatannya tanpa harus meminta tanda undangan. Tidak hanya itu, Kepala Daerah
tangan dan stempel dinas. dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Keputusan yang dikeluarkan oleh KPUD dilarang membuat keputusan yang secara khusus
Kota Tangerang itu sangat jelas menyimpang memberikan keuntungan bagi (dirinya, keluarga
dan tidak berdasar, karena memang di dalam golongan tertentu) dan merugikan kepentingan
Undang-Undang (UU) tidak diatur mengenai umum.
surat pengunduran diri harus mendapat tanda Tarik ulur syarat pencalonan tersebut
tangan dari atasan. Dalam UU hanya mengatakan pada dasarnya bukanlah tidak memiliki alasan.
melampirkan surat pengunduran diri saja kepada Salah satu faktornya adalah karena pasangan
atasan dan dilampirkan pada saat pendaftaran. calon Arief-Sachrudin merupakan lawan terberat
Keputusan KPUD Kota Tangerang yang tidak dan memiliki peluang yang sangat besar untuk
meloloskan pasangan Arief- Sachrudin adalah memenangkan Pilkada. Ini menjadi hal yang tidak
keputusan yang sarat akan kepentingan. diinginkan oleh Wahidin, sebab adik kandungnya
Dari aturan BKN yang menjadi acuan, yakni Abdul Syukur mencalonkan menjadi
dapat terlihat bahwa KPUD telah keliru Walikota.16 Alasan lainnya adalah Wahidin Halim
menggunakannya sebagai aturan bakal calon menganggap Sachrudin kacang lupa kulitnya.
terlebih ketika adanya berita acara yang Sachrudin sebagai Camat kesayangan dan yang
menyatakan adanya penambahan syarat dibesarkan oleh Wahidin sudah seharusnya tidak
administratif yang berarti memberatkan syarat mencalonkan diri agar Abdul Syukur berjalan
bakal calon. Selain itu, aturan yang digunakan lancar dan meraih kemenangan.”17
KPUD juga sangat terlihat adanya keterlibatan Menempatkan kerabat dan kroni
Walikota saat itu yakni Wahidin Halim, karena sebagai pejabat atau mengisi pos-pos penting
bakal calon harus mendapat izin pengunduran di daerah, menurut Sidel menjadi satu upaya
diri yang harus ditandangani oleh Walikota. mempertahankan dominasi ekonomi dan politik
Ada kemungkinan empat orang Komisioner yang disebut sebagai bosisme lokal. Bossisme
KPUD Kota Tangerang tidak netral dalam lokal ini memiliki wujud seperti Gurbenur,
melakukan verifikasi dan menetapkan pasangan Walikota, anggota legislatif dan anggota senat
calon. Hal ini karena KPUD Kota Tangerang yang menjadi broker.18 Hal ini dapat dilihat ketika
menggunakan APBD dalam menyelenggarakan Wahidin Halim mencoba mendudukan adik
Pilkada, sehingga perlu membangun hubungan kandungnya untuk turt serta dalam pertarungan
baik dengan Walikota agar dana yang dibutuhkan pencalonan Walikota. Menurut Migdal orang
dapat terpenuhi. Kumungkinan besar Wahidin kuat lokal melakukan berbagai strategi untuk
Halim melakukan intervensi kepada KPUD 16
Ibid
15
Permana, “Sengketa Pemilihan Walikota dan Wakil 17
Ibid
Walikota Tangerang 2013.” 18
Sidel, Philippine in Town, h. 952.
dapat bertahan hidup, memperluas dan dilarang, patut atau tidak patut dilakukan dalam
mempertahankan kekuasaan dengan membentuk semua tindakan dan ucapan.23 Kode Etik tersebut
segitiga akomodasi bersama aparat birokrasi bersifat mengikat dan setiap Penyelenggara Pilkada
negara dan politisi di tingkat lokal.19 wajib mematuhinya, Penegakan pelanggaran
Selain menarik-ulur syarat pencalonan Kode Etik dilaksanakan oleh DKPP.24
pasangan Arief-Sachrudin, Wahidin Halim juga Namun, nilai-nilai tersebut belum dapat
yang saat itu menjabat sebagai Walikota sempat diterapkan pada penyelenggara Pemilihan Kepala
menghentikan kerjasama JAMKESDA dengan Daerah Kota Tangerang. Sumber permasalahan
empat Rumah Sakit Sari Asih milik Arief dengan yang terjadi pada tahap pencalonan Pilkada
alasan paling banyak menyerap anggaran dan Tangerang 2013 hingga menyebabkan terjadinya
memiliki hutang terbanyak. Padahal empat Rumah sengketa adalah penyelenggara Pilkada itu
Sakit ini memiliki ruang dan kamar terbanyak sendiri yaitu KPUD Kota Tangerang. Hal itu
untuk melayani masyarakat yang mempergunakan karena KPUD tidak netral dalam menjalankan
akses kesehatan gratis.20 tugasnya dan lemahnya pemahaman KPUD Kota
Melihat fakta-fakta yang telah dipaparkan Tangerang terhadap regulasi.
membuktikan bahwa baik KPUD Kota Tangerang D.2 Proses Penyelesain Sengketa Pilkada
mengenai syarat administratif yang tidak netral Tangerang 2013
maupun juga Wahidin Halim yang mencoba Suksesnya penyelenggaraan Pemilihan
memanfaatkan kekuasaannya merupakan sebuah Kepala Daerah tidak hanya ditentukan dari
pelanggaran kode etik dalam penyelenggaraan terlaksananya pemungutan suara dan terpilihnya
Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini sesuai dengan Kepala Daerah, tetapi juga dilihat dari penyelesaian
apa yang dikatakan Pareto dan Mosca bahwa sengketa yang terjadi.25 Dalam hal tersebut,
elit memiliki kecakapan untuk memimpin dan sedemikian besarnya harapan dalam mewujudkan
menjalankan kontrol politik.21 Kelas elit terdiri Pilkada berlangsung dengan baik, maka terdapat
dari minoritas terorganisir yang akan memaksakan beberapa lembaga untuk mendukung, mengawasi
kehendaknya melalui ”manipulasi maupun dan memastikan Pilkada berjalan dengan baik
kekerasan”, khususnya dalam demokrasi. yakni Panwaslu, KPU, DKPP, PTUN, dan
Asas dan kode etik penyelenggara Pemilihan Mahkamah Konstitusi. Masing-masing bentuk
Kepala Daerah seharusnya berpedoman pada pelanggaran dan permasalahan hukum memiliki
asas: mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, mekanisme penyelesaian dengan kelembagaan
tertib, kepentingan umum, keterbukaan, yang berbeda-beda diselesaikan oleh lembaga-
proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, lembaga tersebut sesuai dengan tahapannya.26
efisiensi, efektivitas.22 Sedangkan untuk menjaga Sengketa yang terjadi pada tahap
kemandirian, integritas, dan kredibilitas anggota pencalonan Pilkada Kota Tangerang tahun 2013
penyelenggara Pemilu/Pilkada, ada Kode dapat dikatakan sebagai sengketa administrasi,
Etik Penyelenggara Pemilu. Kode Etik adalah dikatakan karena karena perselisihan yang terjadi
satu kesatuan landasan norma moral, etis dan akibat dikeluarkannya keputusan atau tindakan
filosofis yang menjadi pedoman bagi perilaku yang dilakukan oleh penyelenggara Pilkada
penyelenggara Pemilu/Pilkada yang diwajibkan, 23
KPUD Kab. Gunung Kidul, “Kode Etik Penyelenggara
Pemilu”, diakses pada 25 Juli 2018 dari www.kpu-gunungkidulkab.
19
Migdal, State in Society, h. 88-93. go.id.
20
Diakses pada 24 Juli 2018 24
Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman
dari http://news.okezone.com/read/2013/08/26/501/855748/ Beracara Kode etik Penyelenggara Pemilihan Umum.
wahidin-halim-tuding-rs-sari-asih-dijadikan-alat-politik. 25
Ramlan Surbakti, dkk, Penanganan Sengketa Pemilu,
21
Pareto, The Mind and Society, h. 200 (Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011), h. 2.
22
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 26
Junaidi, Mahkamah Konstitusi, h. 88
dianggap merugikan bakal calon. Untuk itu, ada Pilkada Tangerang 2013.29
beberapa lembaga yang memiliki kewenangan Berdasarkan laporan yang disampaikan
untuk menyelesaikan sengketa ini, di antaranya oleh pasangan Arief-Sachrudin kepada DKPP,
adalah Panwaslu dan PTUN. Apabila KPUD DKPP kemudian menggelar sidang pelanggaran
melakukan pelanggaran kode etik maka ada kode etik KPUD Kota Tangerang pada tanggal
DKPP lembaga yang khusus menegakkan 5 Agustus 2013. Dalam sidang tersebut, DKPP
pelanggaran kode etik penyelenggara pemilihan memeriksa bukti-bukti, meminta kesaksian dari
umum. para pengadu yaitu Pasangan Arief-Sachrudin,
Sehari setelah pasangan Arief-Sachrudin teradu yaitu komisioner KPUD Kota Tangerang,
dinyatakan tidak lolos administrasi akhirnya pihak terkait yaitu Panwaslu Kota Tangerang dan
pasangan ini melaporkan KPUD Kota keterangan dari Anggota KPU RI.
Tangerang atas pelanggaran kode etik kepada Menimbang bahwa KPUD Kota
DKPP. Pasangan Arief-Sachrudin mengajukan Tangerang beralasan tidak lolosnya pasangan
pengaduan kepada DKPP pada tanggal 29 Juli Arief-Sachrudin karena tidak adanya surat izin
2013 dengan akta pengaduan Np.152/I-P/L-18.27 mencalonkan diri Sachrudin yang menjabat
Dalam pengaduan tersebut pada intinya pasangan sebagai Camat Pinang dari atasannya berdasarkan
Arief-Sachrudin tidak terima dengan keputusan PP No. 6 dan Peraturan Kepala BKN No 10 Tahun
KPU Kota Tangerang No.67/KPTS/KPU- 2005. Padahal seharusnya KPUD berpedoman
KOTA TNG/015.436421/VIII/2013 yang tidak pada PKPU karena mereka merupakan anggota
meloloskan mereka sebagai kandidat pada Pilkada KPU. Didalam PKPU No. 09 Tahun 2012 tidak
2013 karena tidak adanya surat persetujuan mewajibkan bakal pasangan calon yang berasal
pengunduran diri Sachrudin sebagai Camat dari unsur PNS untuk diberhentikan dari jabatan
Pinang dari Wahidin Halim selaku atasannya. negeri tetapi cukup dengan melampirkan surat
Padahal dalam PKPU No. 09 Tahun 2012 hanya pengunduran diri dari jabatan negeri bagi bakal
disebutkan menyerahkan surat pengunduran diri pasangan calon yang bersangkutan.
bagi PNS sesuai format BB11 -KWK.KPU partai Setelah melihat dan memperhatikan
politik. Jadi jelas bahwa keputusan tersebut tidak kesaksian para pengadu, KPUD, Panwaslu
berdasar dan KPUD telah melanggar kode etik dan keterangan Anggota KPU RI, DKPP
penyelenggara.28 menyimpulkan bahwa keputusan KPUD yang
Berdasarkan fakta tersebut pasangan tidak meloloskan pasangan Arief-Sachrudin
Arief-Sachrudin mengajukan beberapa tuntutan didasarkan pada penggunaan peraturan dan dasar
kepada DKPP yang tiga di antaranya : Pertama, hukum yang tidak kuat. DKPP Kemudian pada
menuntut DKPP untuk menjatuhkan sanksi atas sidang lanjutan yang dipimpin Hakim Ketua Jimly
pelanggaran Kode etik KPUD Kota Tangerang Asshidiqi pada 6 Agustus 2013 mengabulkan
berupa pemberhentian secara tetap. Kedua, seluruh gugatan.30
membatalkan atau menyatakan tidak mempunyai Pertama, DKPP menjatuhkan sanksi
kekuatan hukum keputusan KPU Kota Tangerang pemberhentian sementara kepada Komisioner
Nomor 67/Kpts/KPU-Kota Tng/015.436421/ KPUD Kota Tangerang. Kedua, Memerintahkan
VIII/2013. Ketiga, menyatakan pasangan Arief- kepada KPUD Banten untuk mengambil
Sachrudin memenuhi syarat dan dikembalikan alih pelaksanaan tahapan Pilkada Tangerang
hak konstitusinalnya sebagai pasangan calon pada 2013. Ketiga, Memerintahkan KPUD banten
27
Permana, “Sengketa Pemilihan Walikota dan Wakil untuk memulihkan dan mengembalikan hak
Walikota Tangerang 2013.” 29
Ibid
28
Putusan DKPP Nomor 83/DKPP-PKE-II/2013. 30
Ibid
selalu menyisahkan banyak permasalahan ke DKPP terkait pelanggaran kode etik KPUD
dari setiap pelaksanaannya. Permasalahan dan Kota Tangerang dan keputusan KPUD Kota
pelanggaran yang terjadi tidak jarang menjadi Tangerang yang telah melanggar hukum dan
sebuah sengketa, baik sengketa administrasi merugikan kedua pasangan calon tersebut.
maupun sengketa hasil pemilihan. Hal ini juga Tuntutan yang mereka lakukan pada intinya
berkaitan dengan pelanggaraan kode etik yang hampir sama, yaitu menuntut DKPP untuk
dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan Kepala menonaktifkan KPUD Kota Tangerang,
Daerah itu sendiri yakni KPUD. membatalkan keputusan KPUD Kota Tangerang
Pada pelaksanaan Pemilihan Walikota yang tidak meloloskan kedua pasangan tersebut,
dan Wakil Walikota Tangerang Tahun 2013 dan mengembalikan hak konstitusional kedua
juga terjadi sebuah sengketa yang melibatkan pasangan calon tersebut sebagai pasangan calon
banyak pihak, mulai dari peserta, penyelenggara, Pilkada Tangerang 2013.
dan Walikota Tangerang. Setelah menganalisa Akan tetapi proses penyelesaian sengketa
dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat administrasi Pilkada Tangerang 2013 tidak
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Latar berhasil, hal tersebut karena keputusan DKPP
belakang sengketa yang terjadi pada Pilkada dianggap telah melebihi kewenangannya yang
Tangerang 2013 disebabkan oleh keputusan sebatas pada penegak pelanggaran Kode Etik.
KPUD Kota Tangerang yang tidak meloloskan Hal inilah yang kemudian menyebabkan sengketa
Pasangan Arief R Wismansyah-Sachrudin sebagai yang terjadi berlanjut dan harus berakhir di
pasangan calon Pilkada 2013. Hal ini terjadi akibat Mahkamah Konstitusi. Sehingga dapat dikatakan
KPUD Kota Tangerang karena tidak adanya bahwa pelaksanaan Pilkada Tangerang 2013 cacat
surat izin pengunduran diri Sachrudin yang hukum.
menjabat sebagai camat Pinang dari atasannya
yaitu Wahidin Halim. F. SARAN
Kedua, Peran Wahidin Halim sebagai
Walikota Tangerang dalam sengketa administrasi Permasalahan dan pelanggaran yang
Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota terjadi pada setiap pelaksanaan Pemilihan Kepala
Tangerang 2013 sangat besar. Seperti yang kita Daerah selain disebabkan oleh faktor individunya
ketahui bahwa adik kanding Wahidin Halim yaitu juga disebabkan oleh tidak jelas dan tumpang
Abdul Syukur bersama Hilmi Fuad mencalonkan tindihnya regulasi serta sanksi yang tidak tegas.
diri pada Pilkada Tangerang 2013. Salah satu Maka, penulis memberikan beberapa saran agar
cara yang dilakukan oleh Wahidin Halim adalah permasalahan dan pelanggaran yang terjadi dapat
dengan tidak memberikan izin kepada Sachrudin diminimalisir. Pertama, Pemerintah dan KPU
untuk mencalonkan diri sebagai Wakil Walikota membuat regulasi yang jelas, baku dan tidak
mendampingi Arief R Wishmansyah. Usaha lain tumpang tindih sehingga dapat meminimalisir
yang dilakukan Wahidin Halim untuk membantu permasalahan dan tidak ada lagi kasus salah
adiknya mengalahkan pasangan Arief-Sachrudin menafsirkan regulasi. Kedua, memberikan sanksi
adalah dengan memutus kontrak Jamkesda pidana bagi setiap pelanggaran yang terajdi, lebih
dengan 4 rumah sakit milik Arief. khusunya untuk penyelenggara Pemilihan Kepala
Ketiga, penyelesaian sengketa yang Daerah dan Kepala Daerah yang tidak netral,
disebabkan atas keputusan KPUD yang tidak serta partai politik yang melakukan perpindahan
meloloskan pasangan Arief-Sachrudin dilakukan dukungan. Sehingga proses Pemilihan tidak
oleh DKPP. Pasangan Arief-Sachrudin melapor terganggu dan berjalan demokratis. Ketiga, semua
rapat Pleno yang dilaksanakan oleh KPUD Pemilu. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan
dilakukan secara terbuka untuk menghindari Tata Pemerintahan.
keputusan yang dikeluarkan tidak obyektif.
Keempat¸ selama ini ada 3 lembaga yang Yulianto dan Veri Junaidi. 2009. Pelanggaran Pemilu
berwenang menyelesaikan permasalahan atau 2009 dan Tata cara Penyelesaiannya. Jakarta:
sengketa, yaitu PTUN, DKPP, dan MK. Sehingga Konsorsium Reformasi Hukum Nasional.
perlu dibentuk lembaga peradilan yang khusus
menangani sengketa Pemilihan Kepala Daerah
agar prosesnya berjalan cepat dan tidak tumpang Sumber Lainnya
tindih.
Sidel, John T. 1997. Philippine in Town, Distric and
Province : Bossism in Cavite and Cebu, dalam
Journal of Asian Studies, Volume 56 Nomor 4.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Sopian Hadi Permana, “Sengketa Pmeilihan Walikota
dan Wakil Walikota Tangerang 2013: Masalah
Hanafie, Haniah dan Suryani. 2011. Politik Indonesia.
dan Penyelesaian,” (Jakarta: Skripsi UIN JKT,
Jakarta:LEMLIT-UIN Jakarta.
2013).
Jerry Indrawan
Dosen Program Studi Ilmu Politik UPN “Veteran” Jakarta
ABSTRAK/ABSTRACT
S ejak Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) berdiri, kemudian diamanatkan sebagai
lembaga penegak etika penyelenggara pemilu tahun 2012, telah terjadi pelanggaran kode etik yang
jumlahnya cukup signifikan yang dilakukan penyelenggara pemilu. Sekalipun sudah ditangani, sayangnya
efektifitas putusan DKPP tersebut terlihat belum terlalu maksimal. Hal ini karena keluarnya Putusan
Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 31/PPU-XI/2013 Tentang Sifat Final dan Mengikat Putusan
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. MK kemudian memaknai pasal 112 ayat 12 Undang-Undang
No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, bahwa DKPP tidak lagi memiliki kekuatan final dan
mengikat. Tulisan ini membahas permasalahan pro dan kontra terkait putusan MK tersebut dan kaitannya
dengan efektivitas penanganan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu.
S ince the Honorary Board of General Election (DKPP) was established, then mandated as a code of conduct enforcement
agency for the election administrator in 2012, there has been a significant number of codes of conduct violations
committed by the election administrator. Unfortunately, the effectiveness of the DKPP verdict looks not too maximal. This
is due to the issuance of Constitutional Court (MK) Verdict Number 31/PPU-XI/2013 concerning Final Properties
and Binding Decisions of the Honorary Board of General Election. MK interpreted Article 112 paragraph 12 of Law
no. 15 of 2011 on Election Administrator, that DKPP no longer has the final and binding strength. This paper discuss
the pros and cons issues related to the decision of the MK and its relation to the effectiveness of handling violations of code
of conduct by election administrator.
standar etis. Dengan demikian, seorang pejabat Tafsiran tersebut mengundang pro
harus senantiasa menjadikan tingkat kepercayaan dan kontra, karena beberapa pihak memiliki
itu dan menjalankan fungsinya sesuai dengan tafsirannya masing-masing. Muncul penolakan
nilai-nilai,prinsip, dan standar etika. dari mantan Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie, yang
Etika profesi harus dipandang sebagai menegaskan bahwa keputusan institusinya dalam
sebuah sikap hidup berupa kesediaan untuk perkara pelanggaran kode etik penyelenggara
memberikan pelayanan profesional di bidangnya, pemilu, bersifat final dan mengikat, serta tidak
terhadap masyarakat dengan keterlibatan penuh dapat digugat.4 Selain itu, dari pihak yang
dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka menerima sanksi, tentunya setuju dengan Putusan
melaksanakan tugas-tugasnya. Karenanya, sifat MK tersebut, karena putusan itu memberikan
tanpa pamrih harus menjadi ciri khas, kemudian kesempatan upaya banding ke Peradilan Tata
mendahulukan kepentingan pencari keadilan Usaha Negara (PTUN). Tulisan ini akan
mengacu pada nilai-nilai luhur, serta pelayanan membahas permasalah tersebut.
yang profesional.3
Oleh karena itulah diperlukan rumusan B. METODE
kode etik yang mengikat bagi setiap penyelenggara
negara, dalam hal ini penyelenggara pemilu Tulisan ini berbentuk esai kualitatif yang
tentunya. Kode etik bertujuan untuk memastikan menggunakan metode penalaran logis (logical
terciptanya penyelenggara pemilu yang reasoning) yang biasa digunakan dalam tulisan-
independent, berintegritas dan kredibel, sehingga tulisan ilmiah. Data untuk tulisan ini dikumpulkan
pemilu bisa terselenggara secara langsung, umum, melalui kajian pustaka tentang bagaimana ada
bebas, rahasia, jujur dan adil. Di dalam kode permasalahan terkait putusan DKPP, di mana
etik termaktub serangkaian pedoman perilaku satu tafsiran mengatakan bersifat final mengikat,
penyelenggara pemilu, KPU, pengawas pemilu, namun ada yang berpendapat bahwa kesempatan
serta aparat sekretariat KPU dan Panwaslu, di untuk banding ke PTUN masih terbuka. Melalui
semua tingkatan dalam menjalankan tugas dan cara berpikir deduktif dan konseptual, penulis
kewajibannya. melakukan kajian terhadap peraturan perundang-
Berdasarkan data dari DKPP menunjukkan undangan yang terkait dengan DKPP dan PTUN.
bahwa sejak berdiri tahun 2012, telah terjadi
pelanggaran kode etik yang jumlahnya cukup C. HASIL ANALISIS
signifikan. DKPP telah mengambil putusan Pembentukan DKPP dilakukan melalui
terhadap pelanggaran itu. Sayangnya, efektifitas Undang-undang nomor 15 tahun 2011 tentang
putusan DKPP tersebut terlihat belum terlalu Penyelenggara Pemilu, yang sekarang sudah
maksimal. Hal ini karena, pasca keluarnya dilebur menjadi Undang-Undang No. 7
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 31/ tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Status
PPU-XI/2013 Tentang Sifat Final dan Mengikat kelembagaan DKPP didesain menjadi lembaga
Putusan Dewan Kehormatan Penyelenggara yang bersifat tetap, bukan ad hoc, dan bersifat
Pemilu (DKPP). MK kemudian memaknai pasal independen. Pembentukan DKPP dimaksudkan
112 ayat 12 undang-undang penyelenggara pemilu untuk memeriksa dan memutuskan pengaduan
yang lama (Undang-Undang No. 15 tahun 2011) dan/atau laporan adanya dugaan pelanggaran
dengan tafsiran tidak lagi memiliki kekuatan final kode etik yang dilakukan oleh penyelanggara
dan mengikat. 4
Suara Pembaruan. Jimly: Keputusan DKPP Final Dan
3
Ridwan Halim, Sendi-Sendi Etika Umum dalam Praktik Mengikat. Diunduh pada 12 Juni 2018, dari http://sp.beritasatu.com/
Hukum. Universitas Atma Jaya, Jakarta, 2012, hal 25. home/jimly-keputusan-dkpp-final-dan-mengikat/88237
pemilu yaitu anggota KPU, anggota KPU 112 ayat 12 undang-undang pemilu yang lama,
Provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota, yaitu Undang-Undang No. 15 tahun 2011 tentang
anggota PPK, anggota PPS, anggota PPLN, Penyelenggara Pemilihan Umum, jo Undang-
anggota KPPS, anggota KPPSLN, anggota Undang No. 7 tahun 2017. UU No. 7 ini sendiri
Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi dan anggota merupakan penggabungan dan penyederhanaan
Panwaslu Kabupaten/Kota, anggota Panwaslu dari 3 undang-undang sebelumnya, yaitu
Kecamatan, anggota Pengawas Pemilu Lapangan, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
dan anggota Pengawas Pemilu Luar Negeri. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden,
Dapat dikatakan bahwa DKPP secara Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
kelembagaan merupakan mahkamah etik tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, dan
penyelenggara pemilu yang bersifat tetap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
yang bertujuan untuk menegakan kode etik Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
penyelenggara pemilu, bukan penegakan hukum. Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Undang-undang ini memberikan kewenangan Perwakilan Rakyat Daerah.7
yang luas kepada DKPP bukan saja sebagai Setiap penyelenggaraan pemilu seringkali
pengadilan etik, tetapi juga kewenangan untuk muncul persoalan atau pelanggaran pemilu.
menyusun dan menetapkan kode etik yang Persoalan-persoalan tersebut muncul karena
menjadi pedoman perilaku bagi penyelenggara ketidak puasan terhadap penyelenggara pemilu,
pemilu agar mandiri, berintegritas dan kredibilitas sehingga menimbulkan pelanggaran-pelanggaran
(ethics legislate authority). Untuk menjalankan etik yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu.
fungsinya sebagai pengadilan etik Pasal 111 Beberapa modus pelanggaran kode etik yang
ayat (3) Undang-undang Nomor 15 tahun 2011 dilakukan penyelenggara pemilu, antara lain
tentang Penyelenggara Pemilu, sebelum direvisi adalah penyuapan (bribery of officials), perlakuan
menjadi Undang-Undang No. 7 tahun 2017 tidak adil (unequal treatment), ketidakcermatan
tentang Pemilihan Umum, memberikan tugas (sloppy work of election process), acuh atau abai
dan kewenangan kepada DKPP layaknya sebuah terhadap kesalahan (absence of fault remedies),
pengadilan.5 manipulasi suara (vote manipulation), dan benturan
Sejak kehadirannya tahun 2012 yang lalu, kepentingan (conflict of interest).
DKPP sudah memberikan sanksi, baik ringan, Secara singkat, kinerja DKPP dalam
sedang, sampai berat (pemberhentian) kepada menangani pelanggaran kode etik penyelenggara
para pelanggar kode etik pemilu. bahkan, sejak pemilu selama enam tahun, sejak tahun 2012
2012 DKPP sudah memberhentikan lebih dari hingga kini, adalah: 1.047 perkara, 3.982 orang
400 komisioner, di mana mayoritas merupakan teradu yang di putus, 2.145 orang penyelenggara
komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) pemilu tidak terbukti bersalah, dan 1.650
di tingkat kabupaten/kota.6 Fakta ini diperkuat orang penyelenggara pemilu terbukti bersalah.8
dengan kewenangan putusan DKPP, yaitu Selanjutnya, berdasarkan data atau aduan yang
bersifat final dan mengikat, sesuai dengan pasal diterima oleh DKPP selama tahun 2017 hingga
5
Bagir Manan, Hakim dan Prospek Hukum, dalam Sinta 2018, Papua menduduki peringkat pertama
Dewi, et al, (ed), Perkembangan Hukum di Indonesia : Tinjauan
Retrospeksi dan Prospektif, Kumpulan Tulisan Dalam Rangka 70 Tahun dengan jumlah aduan sebanyak 41 perkara,
Prof.DR. 7
Afan Muharram. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Mieke Komar, SH.,MCL. PT.Remaja Risdakarya & Bagian 2017 Tentang Pemilihan Umum. Diunduh pada 12 Juni 2018,
Hukum Internasional FH UNPAD, Bandung, 2012, hal 146-147. dari https://www.afanmuharram.com/single-post/2017/08/23/
6
Rumah pemilu. Ketua DKPP: Kami Telah Undang-Undang-Nomor-7-Tahun-2017-Tentang-Pemilihan-Umum
Berhentikan Lebih dari 400 Komisioner. Diunduh 8
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Republik
pada 12 Juni 2018, dari http://rumahpemilu.org/id/ Indonesia. HUT Ke - Enam DKPP (12 Juni 2012 - 2018). Diunduh pada
ketua-dkpp-kami-telah-berhentikan-lebih-dari-400-komisioner/ 12 Juni 2018, dari http://dkpp.go.id/index.php?a=detilberita&id=2917
mendapat putusan DKPP, maka dapat dilakukan D. Keputusan Tata Usaha Negara yang
gugatan ke PTUN. Ini disebabkan putusan dikeluarkan berdasarkan ketentuan
Presiden, KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/ Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Kota, dan Bawaslu yang didasari putusan DKPP atau Kitab Undang-undang Hukum
menjadi putusan dari pejabat TUN yang bersifat Acara Pidana atau peraturan perundang-
kongkrit, individual dan final yang merupakan undangan lain yang bersifat hukum
obyek gugatan peradilan TUN. Peradilan TUN pidana.
memiliki kewenangan untuk memeriksa atau E. Keputusan Tata Usaha Negara yang
menilai kembali putusan DKPP yang menjadi dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan
dasar pembuatan keputusan pejabat TUN.12 badan peradilan berdasarkan ketentuan
Fakta hukum ini membuat banyak dari peraturan perundang-undangan yang
penyelenggara pemilu yang diberhentikan DKPP berlaku.
untuk kemudian menggugat ke PTUN. Putusan F. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai
MK tersebut menjadi celah hukum bagi mereka. tata usaha Angkatan Bersenjata Republik
Hingga saat ini, sudah banyak gugatan ke PTUN Indonesia.
yang dilakukan oleh para penyelenggara Pemilu G. Keputusan Panitia Pemilihan, baik di
yang diberhentikan DKPP. Tidak jarang pula pusat maupun di daerah, mengenai hasil
gugatan tersebut dikabulkan oleh PTUN sampai pemilihan umum.13
tingkat kasasi. Dikabulkannya gugatan ke PTUN Sesuai aturan undang-undang tersebut,
menjadi masalah tersendiri baik terhadap sifat PTUN tidak seharusnya memiliki kewenangan
putusan DKPP dan bagi penyelenggara pemilu. mengadili masalah-masalah yang terkait pemilihan
Keputusan DKPP akhirnya pun menjadi tidak umum. Akan tetapi, yang terjadi adalah para pihak
jelas sifat final dan mengikatnya. penyelenggara pemilu yang dipecat DKPP ramai-
Kewenangan PTUN menguji keputusan ramai mengajukan banding ke DKPP, seperti
etika pun dipertanyakan. Menurut Undang- yang terjadi pada Ketua Komisi Independen
Undang No. 9 tahun 2004 tentang Peradilan Tata Pemilihan (KIP) Aceh Kabupaten Simeuleu,
Usaha Negara (PTUN), jo Undang-Undang No. Nagur, dan Kabupaten Sabang, Tris Kurniawan,
51 tahun 2009, kewenangan PTUN adalah untuk serta Komisioner Komisi Pemilihan Umum
memeriksa dan memutus sengketa Tata Usaha (KPU) Medan, Rahmat Kartolo Simanjuntak.
Negara, kecuali terhadap Keputusan Tata Usaha PTUN Medan bahkan memenangkan gugatan
Negara sebagaimana di maksud dalam Pasal 2 UU Rahmat Kartolo.
Peradilan Tata Usaha Negara, yang menyatakan Efek dari dikabulkannya gugatan atas
bahwa, yang tidak termasuk dalam pengertian hasil putusan DKPP itu, adalah di lapangan,
Keputusan Tata Usaha Negara menurut undang- banyak penyelenggara pemilu yang berada dalam
undang ini: posisi dilematis. Di satu sisi, penyelenggara
A. Keputusan Tata Usaha Negara yang pemilu sebagai atasan harus mematuhi putusan
merupakan perbuatan hukum perdata. DKPP untuk menerbitkan Surat Keputusan
B. Keputusan Tata Usaha Negara yang (SK) pemberhentian. Kalau tidak, mereka bisa
merupakan pengaturan yang bersifat dianggap melanggar etik. Tetapi di sisi lain, ada
umum. putusan pengadilan yang seharusnya diikuti.14
C. Keputusan Tata Usaha Negara yang
13
Gresnews. Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara.
masih memerlukan persetujuan. Diunduh pada 12 Juni 2018, dari http://www.gresnews.com/berita/
tips/113229-kewenangan-peradilan-tata-usaha-negara/
12
Ibid. 14
Syarwani, op cit.
Kondisi demikian, tentunya sangatlah menganggu undang penyelenggara pemilu yang lama jo UU jo
efektivitas penanganan modus pelanggaran kode Undang-Undang No. 7 tahun 2017, merupakan
etik penyelenggara pemilu. lex specialis bagi DKPP, dibandingkan Undang-
Penulis berpendapat bahwa DKPP Undang No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata
memang menjadi sole institution yang berwenang Usaha Negara, jo Undang-Undang No. 9 tahun
memberikan putusan final dan mengikat terkait 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang
pidana pemilu, yang dilakukan oleh aktor-aktor No. 5 tahun 1986 tentang PTUN, jo Undang-
yang ada di dalam ranah pemilihan umum. Undang No. 51 tahun 2009 tentang Perubahan
PTUN adalah lembaga peradilan yang ada di Kedua atas Undang-Undang No. 5 tahun 1986
ranah yudikatif dan tidak memiliki pertalian tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
langsung dengan pidana pemilu (dalam kasus ini Apalagi, obyek sengketa antara DKPP dan PTUN
pelanggaran kode etik pemilu), karena memang sangat berbeda. Seyogyanya, putusan DKPP
tidak ada aturan yang mengatur hal tersebut. tidak dapat diuji atau dibatalkan oleh PTUN.17
Menurut Wahyu Sasangko, apabila Ketentuan pasal 1 angka 9 UU PTUN
keputusan yang diambil oleh DKPP sebagai menyatakan, bahwa Keputusan Tata Usaha
majelis atau lembaga etik kemudian diuji oleh Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
PTUN atau bahkan dibatalkan. Situasi ini, mirip dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha
dengan konflik antara lembaga atau badan negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
arbitrase dan pengadilan. Meskipun obyek negara yang berdasarkan peraturan perundang-
sengketa berkenaan dengan hak-hak hukum (legal undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,
rights), namun antara arbitrase dan pengadilan individual dan final, yang menimbulkan akibat
memiliki perbedaan yang signifikan, baik pihak hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
yang memeriksa maupun proses beracaranya.15 Ketentuan ini memuat pengertian dan kriteria
Sengketa hukum yang sudah dipilih untuk tentang Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)
diselesaikan melalui forum arbitrase tidak dapat yang dapat menjadi obyek sengketa di PTUN.18
diuji atau bahkan dibatalkan oleh pengadilan. Kemudian, pasal 2 menyatakan: Tidak
Berdasarkan prinsip atau asas lex specialis termasuk dalam pengertian Keputusan Tata
derogat lege generali (UU yang bersifat khusus, Usaha Negara menurut Undang-Undang ini.
mengesampingkan UU yang bersifat umum). Ketentuan ini membatasi, bahwa tidak semua
Maka, Undang-Undang No. 30 tahun 1999 tentang KTUN masuk dalam kompetensi mengadili dari
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, PTUN, di antaranya yang relevan, dicantumkan
merupakan lex specialis yang mengesampingkan dalam pasal itu pada huruf e dan huruf g.
ketentuan UU Hukum Acara Perdata. Hal ini Ketentuan Pasal 2 huruf e menyatakan:
dipertegas dengan ketentuan pasal 3 undang- Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan
undang tersebut, yang menyatakan bahwa atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan
pengadilan negeri tidak berwenang untuk berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
mengadili sengketa para pihak yang telah terikat undangan yang berlaku.
dalam perjanjian arbitrase. Selanjutnya, menurut Penjelasan pasal ini, mengemukakan tiga
pasal 17 ayat 2, putusan dari arbiter atau para contoh, pada contoh yang ketiga diuraikan:
arbiter bersifat final dan mengikat.16 Keputusan pemecatan seorang notaris oleh
Dalam kaitan itu, ketentuan undang- menteri yang tugas dan tanggung jawabnya
15
Wahyu Sasangko, “Efektivitas Putusan DKPP” Jurnal Etika meliputi jabatan notaris, setelah menerima
& Pemilu, Volume 1, Mei 2015, hal 55. 17
Ibid, hal 55.
16
Ibid, hal 55. 18
Ibid, hal 55-56.
usul ketua pengadilan negeri atas dasar menyampaikan putusan. Kemudian, dalam ayat
kewenangannya menurut ketentuan undang- berikutnya, yaitu ayat 4, diatur tentang wewenang
undang peradilan umum. Contoh ini, secara DKPP: memanggil penyelenggara pemilu sebagai
analogi dapat diterapkan pada keputusan Teradu, Pelapor atau Pengadu, saksi-saksi dan/
pemberhentian anggota lembaga penyelenggara atau pihak lain yang terkait, serta memberikan
pemilu. Putusan DKPP yang ditindaklanjuti oleh sanksi.21
SK pemberhentian oleh lembaga penyelenggara Merujuk pada ketentuan pasal 111 ayat
pemilu mirip dengan pemberhentian notaris oleh 3 dan 4, dapat dikatakan bahwa DKPP adalah
majelis kehormatan notaris sebagai majelis etik lembaga pengadilan etik. Hal ini pun ditegaskan
yang ditindaklanjuti dengan SK Menteri Hukum oleh Jimly Asshiddiqie, sebagai mantan Ketua
dan Hak Asasi Manusia.19 DKPP, di mana ia mencanangkan lembaga ini
Ketentuan Pasal 2 huruf g Undang-Undang sebagai lembaga pengadilan etika bagi para
No. 9 tahun 2004, jo Undang-Undang No. 51 penyelenggara pemilu. Dengan demikian,
tahun 2009, menyatakan, keputusan KPU baik di kedudukan DKPP sebagai lembaga pengadilan
pusat maupun di daerah mengenai hasil pemilihan etika setara dengan lembaga atau badan peradilan
umum. Ketentuan ini apabila ditafsirkan secara a seperti badan arbitrase dan pengadilan. Hal
contrario, menunjukkan bahwa keputusan KPU ini meneguhkan argumentasi hukum bahwa
yang bukan mengenai hasil pemilu, masuk putusan DKPP tentang pemberhentian anggota
dalam kategori KTUN menurut UU PTUN. penyelenggara pemilu dan dikuatkan dengan
Namun, sebagaimana telah dikemukakan bahwa SK KPU atau Bawaslu, tidak dapat diperiksa
ketentuan pada huruf e di atas, dapat diterapkan oleh PTUN, karena berdasarkan Pasal 2 Huruf
pada keputusan KPU tentang pemberhentian e Undang-Undang PTUN, tidak masuk dalam
anggotanya. Dengan demikian, maka putusan kategori sebagai KTUN. Kedudukan hukum
DKPP sebagai lembaga pemeriksa kode etik (legal standing) DKPP sebagai lembaga pengadilan
tentang pemberhentian anggota lembaga etika, telah memiliki legalitas hukum dan moral
penyelenggara pemilu tidak termasuk dalam sekaligus.22
KTUN yang menjadi kompetensi mengadili dari Sebagai solusi, Hakim Agung MA untuk
PTUN.20 Kamar TUN, Irfan Fachruddin, menerangkan
DKPP berdasarkan ketentuan pasal 252 bahwa DKPP harus duduk bersama MA
Undang-Undang No. 8 tahun 2012, jo Undang- membahas secara lebih serius permasahalan ini.
Undang No. 7 tahun 2017, berkewenangan Kemudian, keputusan MA terhadap pelbagai
menyelesaikan pelanggaran kode etik masalah harus diputuskan melalui rapat antar
penyelenggara pemilu. DKPP menurut pasal 1 Kamar Hakim. Untuk masalah yang terjadi
angka 22 Undang-Undang No. 15 tahun 2011, terhadap banyaknya gugatan hasil putusan
jo Undang-Undang No. 7 tahun 2017, adalah DKPP, juga harus diputuskan dalam rapat itu.
lembaga yang bertugas menangani pelanggaran Menurut Irfan, sejauh ini memang belum pernah
kode etik penyelenggara pemilu dan merupakan ada rapat antar kamar hakim untuk membahas
satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu. masalah ini. Irfan mengakui, memang ada
Tugas DKPP menurut pasal 111 ayat 3 kelemahan dalam proses peradilan etik di DKPP
mencakup: (a) menerima pengaduan dan/atau ini. Dia membandingkan dengan proses sengketa
laporan; (b) melakukan penyelidikan, verifikasi, di lembaga lain yang selalu ada kanal bagi para
dan pemeriksaan; (c) menetapkan putusan; (d) pihak yang tidak puas untuk banding. Misalnya
19
Ibid, hal 56. 21
Ibid, hal 56-57.
20
Ibid, hal 56. 22
Ibid, hal 57.
di Bawaslu, juga ada kanal bagi yang tidak puas yudikatif) agar kekuasaan negara dan semua
dengan keputusannya melalui pengadilan umum. fungsi yang berkaitan tidak berada pada tangan
Putusan DKPP pun, sepengetahuannya, masih yang sama. Pemisahan kekuasaan kemudian
banyak yang lemah di pelbagai sisi. Itu pula yang berkembang menjadi pembagian kekuasaan yang
menjadi alasan kenapa banyak putusan PTUN lebih menekankan pada atmosfer check and balance
yang memenangkan penggugat.23 oleh setiap cabang-cabang kekuasaan.
Sebagai penutup, penulis ingin Indonesia jelas tidak menganut teori
mengingatkan kita semua bahwa Indonesia adalah pemisahan kekuasaan, tetapi pembagian
negara hukum (rechtsstaat). Hal yang mendasar kekuasaan. Hal ini tampak dalam UUD 1945
dari negara hukum adalah pelaksanaan kekuasaan bahwa presiden selain mempunyai kekuasaan
yang berlandaskan hukum. Pelaksanaan dari eksekutif, juga memiliki kekuasaan legislatif
kekuasaan yang berlandaskan hukum ini terlihat untuk membuat undang-undang dan menetapkan
belum terjadi secara optimal jika kita merujuk peraturan pemerintah (pouvoir reglementair).
pada kebingungan antara kewenangan DKPP Sistem pembagian kekuasaan yang ditetapkan
dan PTUN terkait pidana pemilu. dalam UUD 1945 menunjukkan upaya untuk
Bagi negara yang melandaskan praktik menjauhkan alat-alat kekuasaan di negeri ini
pemerintahannya berdasarkan hukum, pemerintah dari praktik-praktik tirani. Dengan semangat
harus menjamin terjadinya penegakan hukum, inilah harusnya kita tidak usah ribut menentukan
serta tujuan dari hukum itu sendiri pun terpenuhi. siapa yang berwenang memutuskan pelanggaran
Dalam penegakan hukum ada tiga unsur yang pemilu, karena semua lembaga semangatnya
harus selalu mendapat perhatian, yaitu keadilan, adalah keadilan hukum.
kemanfaatan atau hasil guna (doelmatigheid), dan Sekalipun begitu, kejelasan aturan hukum
kepastian hukum.24 Tujuan pokok dari hukum terkait masalah ini tetap menjadi saran utama
adalah ketertiban. Kepatuhan terhadap ketertiban penulis. Sayangnya, belum adanya kanal yang bisa
adalah syarat pokok untuk terciptanya masyarakat mengalirkan sebuah keputusan yang berkeadilan,
yang teratur. Tujuan hukum lainnya adalah kemanfaatan atau hasil guna, dan pasti (menurut
terciptanya keadilan. Untuk mencapai ketertiban, Mertokusumo dan Pitlo tadi). Hal ini membuat
pergaulan antarmanusia dalam masyarakat harus sulit bagi kita untuk memahami problematika
mencerminkan kepastian hukum.25 yang terjadi dari sisi legal. Akhirnya, solusi konkrit
Penulis berpikiran bahwa, legalitas hukum penulis terkait sengketa ini adalah pembuatan
dan moral ini adalah semangat sistem demokrasi aturan jelas oleh DPR terkait kewenangan DKPP,
yang kita anut. Indonesia jelas-jelas menganut di mana setiap hal yang timbul sebagai akibat
prinsip membagi tugas pemerintahan dalam permasalahan ke-pemilu-an, menjadi tanggung
bentuk trikotomi yang merupakan ajaran trias jawab lembaga-lembaga yang tupoksinya
politica Montesqueiu. Montesqueiu sendiri mengurusi pemilu (KPU, Bawaslu, dan DKPP),
melandaskan pemikirannya berdasarkan bukan lembaga lain yang berada di luar ranah
keadilan karena tidak setuju pada absolutisme tersebut. Semoga dengan kejelasan aturan, maka
raja di eranya. Kemudian ia mengemukakan lembaga-lembaga pemilu dapat lebih bekerja
teori pemisahan kekuasaan (eksekutif, legislatif, dengan baik, mengalirkan keadilan bagi setiap
stake holder pemilu di Indonesia.
Syarwani, op cit.
23
24
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-Bab tentang
Penemuan Hukum. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 1.
25
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan
Hukum dalam Pembangunan Nasional. Bina Cipta, Bandung, 1970, hal
2.
Free Topics: Exposing the result of study and research related to legal thought, politic and democracy, particularly in an
attempt to reorganize electoral system in Indonesia towards modern democratic state. A manuscript can be a dissertation,
thesis, or essay, and also independent research (scientific work).
Teten Jamaludin
Staf DKPP
ABSTRAK/ABSTRACT
P elaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung telah menjadi bagian dari masyarakat
Indonesia. Masyarakat bisa menentukan sendiri kepala daerahnya sesuai dengan aspirasinya. Pilkada
langsung memberikan kesempatan kepada putra daerah untuk mencalonkan dan dicalonkan. Kesempatan
tersebut sebagai hak konstitusional warga negara tanpa mengenal suku, ras, dan agama. Dan hasil lainnya
adalah, ada sejumlah daerah yang maju karena Pilkada langsung menghasilkan pemimpin daerah yang
inovatif dan kreatif dalam mengembangkan daerah-daerahnya. Namun sisi negatifnya, tidak sedikit
kepala daerah yang terjerat dengan kasus korupsi. Hal ini disebabkan oleh mahalnya ongkos politik untuk
meraih kepala daerah maupun wakil kepala daerah. Selain itu, biaya penyelenggaraan pelaksanaan Pilkada
juga sangat terlampau mahal. Secara sosial, pelaksanaan Pilkada rawan konflik horizontal terutama dari
para elit daerah dan pendukungnya.
T he implementation of direct local election have become important part of Indonesian society. This election is achievement
of the reform. The public can finally vote for their head of the region (the local leaders) based on their own aspiration.
The positive impact is to provide an opportunity for proposing their own people of the region to be candidate. This opportunity
as a constitutional right of citizen regardless of race, ethnicity, and religion. Other results that there are number of regions
are developed since this direct election able to produce several local leaders who are innovative and creative in developing their
regions. In contrary ,not few of the regional head are entangled with corruption cases. This is caused by the high cost of
politics to achieve the seat of that regional head and co-head of the region. In addition, the cost to run the local election
is also extremely expensive. Besides the local election socially triggers the horizontal conflict especially among the regional
elites and its supporters.
ditambah dengan APBD sebesar 339,3 miliar daerah yang mampu melakukan terobosan-
di tahun 2006, namun mampu meningkatan terobosan kebijakanlah yang dianggap berhasil
kesejahteraan penduduknya yang berjumlah dan sesuai untuk mencapai tujuan utama otonomi
262.058 jiwa. Hal ini tidak lepas dari kebijakan daerah. Tujuan otonomi daerah antara lain
kepala daerah yang pada waktu itu dijabat oleh I meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan
Gede Winasa. Ia mampu melakukan terobosan- publik, dan kesejahteraan rakyat. Selain itu,
terobosan seperti melakukan penghematan menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan
anggaran, dengan merampingkan jumlah sumber daya daerah, memberdayakan dan
dinasnya dan dialokasikan kepada pelayanan menciptakan ruang baik masyarakat untuk
umum terutama dalam bidang kesehatan dan berpartisipasi dalam proses pembangunan.7
program pendidikan dasar bagi usai sekolah secara Seorang kepala daerah sangat menentukan
gratis. Keberhasilan pendidikan gratis di daerah terhadap maju atau mundurnya sebuah daerah.
tersebut juga kemudian dicontoh oleh daerah- Majalah Tempo tahun 2008 merilis kepala
daerah lain. Jembrana juga dinilai berhasil dalam daerah-kepala daerah yang berhasil memimpin
pelayanan administratif dan manajemen instansi daerahnya. Mereka adalah8:
melalui program satu atap (one stop service) sebagai 1. Jusuf Serang Kasim, wali Kota Tarakan.
komitmennya dalam melakukan pelayanan prima Pria yang sebelumnya berprofesi
terhadap masyarakat.5 sebagai dokter ini menyulap Tarakan
Di daerah lain, keterbatasan sumber daya dari kota sampah menjadi ”Singapura
alam menimpa pada Kabupaten Lamongan. kecil” dalam waktu sepuluh tahun.
Akan tetapi hasil kerja keras Bupati H Masfuk, Sebelum era otonomi, Jusuf mengaku
Kabupaten Lamongan ini mampu menampilkan tak ubahnya seorang satpam yang hanya
wajah daerah yang baru. Kabupaten Lamongan melaksanakan perintah atasan.
yang dikenal dengan kota soto ini berhasil 2. Untung Sarono Wiyono Sukarno, bupati
mendapatkan lima kali penghargaan dalam ajang Sragen. Ia mampu melakukan terobosan
Otonomi Award 2007. Daerah ini juga berhasil dengan memanfaatkan teknologi
meraih Adipura Bangun Praja tahun 2007 7
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/08/01/
sebagai kota terbaik dalam mengelola lingkungan mqt8g8-meraih-berkah-otonomi-daerah.
h t t p s : / / d j u n a e d i r d .w o r d p r e s s . c o m / 2 0 0 8 / 1 2 / 2 6 /
perkotaan. Masfuk juga mampu menampilkan tokoh-2008-10-kepala-daerah-terbaik-versi-tempo/
8
Empat tahun kemudian, Majalah Tempo edisi Senin, 10
daerah yang maju pada bidang perdagangan, Desember 2012 kembali merilis kepala daerah-kepala daerah lain yang
industri pariwisata dan investasi tahun 2008 berpretasi. Mereka adalah Walikota Banjar Herman Sutrisno. Pemimpin
sebuah kabupaten di Jawa Barat ini tidak pernah membeli dukungan
dan mendapatkan perhargaan Regional Trade, rakyat. Walikota yang juga dokter ini cukup bekerja keras memperbaiki
tingkat kesehatan warga. Imbalan yang ia peroleh luar biasa: 94
Tourism, and Invesment (RTTI) Award tahun persen rakyat Banjar memenangkannya untuk periode kedua. Kedua,
2008. Ia berhasil mengembangkan industri Walikota Surabaya Tri Rismaharini, berani menolak pembangunan
jalan tol yang membelah Kota Surabaya. Risma berkukuh menaikkan
pariwisata di daerahnya. 6 tarif papan reklame besar yang selama ini dianggapnya merusak
keindahan kota, walaupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Keberhasilan di Kabupaten Jembrana dan mengancam mencopotnya. Ketiga, Yusuf Wally, bupati Keerom--sebuah
Kabupaten Lamongan sejalan dengan yang kabupaten di Papua yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini-
-berani meminta TNI mengurangi pasukan. Alasan Wally: ia tak ingin
dijelaskan oleh Siti Zuhro, peneliti LIPI. Dia penduduk daerah rawan konflik itu terus-menerus menderita trauma
lantaran “dikepung” pasukan dalam jumlah besar. Kepemimpinan
menerangkan, keberhasilan suatu daerah tidak kuat ditunjukkan Wally ketika ia membuat kemeriahan di kantornya
lepas dari peran kepala daerah. Seorang kepela pada 1 Desember lalu, bertepatan dengan peringatan kemerdekaan
Organisasi Papua Merdeka. Ia mendukung OPM? Tidak. Dia justru
berupaya mengalihkan perhatian rakyat Keerom agar tidak melulu
5
Ibid. Hal. 60-61 berpikir soal kemerdekaan OPM. Leadership kuat, keberanian dalam
6
Namun sayangnya, belakangan H Masfuk sandung kasus mengimplementasikan program, serta konsistensi, merupakan kunci
hukum. pelepasan tanah seluas 98 hektar yang menelan APBD sukses tujuh kepala daerah pilihan ini. Tapi pemilihan langsung tak
sebesar Rp 16 miliar. Selengkapnya bisa dilihat di selalu menghasilkan pemimpin dengan kualitas seperti pendahulunya.
063460207/ini-daftar-kepala-daerah-tersandung-kasus-korupsi.
Tabel 1.
Sejumlah Nama Kepala Daerah yang Tersandung Hukum
Nama
No Asal Status Perkara
Kepala Daerah
Gubernur korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanja
1 Syamsul Arifin Sumatera Terpidana Negara Kabupaten Langkat tahun 2000-
Utara 2007
Gubernur
Awang Faroek kasus divestasi saham PT Kaltim Prima
2. Kalimantan Tersangka
Ishak Coal.
Timur
korupsi pajak bumi dan bangunan serta bea
Agusrin Gubernur
3. Terpidana penerimaan hak atas tanah dan bangunan
Najamudin Bengkulu
Bengkulu tahun 2006-2007
kasus korupsi Dana Tak Terduga tahun
Gubernur
4. Thaib Armaiyn Tersangka 2004 dan APBD Provinsi Maluku Utara
Maluku Utara
tahun 2007
terdakwa kasus suap kepengurusan hak
guna usaha perkebunan kelapa sawit PT
5. Amran Batalipu Bupati Buol Terdakwa
Hardaya Inti Plantations atau PT Cipta
Cakra Murdaya 2011
Mochtar Walikota kasus suap dana Anggaran Pendapatan dan
6. Terpidana
Muhammad Bekasi Belanja Negara 2010
Wakil kasus penyelewengan dana belanja barang
7. Sunaryo Walikota Terpidana dan jasa senilai Rp 4,9 miliar dalam APBD
Cirebon Kota Cirebon 2004
kasus korupsi biaya pemungutan pajak bumi
Bupati
8. Eep Hidayat Terpidana dan bangunan senilai Rp 14 miliar tahun
Subang
2005-2008
kasus korupsi penggelapan dana rakyat
Bupati dalam APBD sebesar Rp119 miliar
9. Satono Lampung Terpidana dan menerima suap Rp 10,5 miliar dari
Timur pemilik Bank Perkreditan Rakyat, Tripanca
Setiadana, pada 2005.
Bupati
10. Fauzi Siin Terpidana kasus suap dana APBN 2008
Kerinci
John Manuel Walikota kasus korupsi proyek pembangunan Jalan
11. Tersangka
Manoppo Salatiga Lingkar Selatan Salatiga.
Pembahasan peraturan daerah yang
Gubernur berkaitan dengan pemberian suap terhadap
12. Rusli Zaenal Tersangka
Riau M. Faisal Aswan dan M. Dunir, anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Riau.
Sumber: Tempo.co, 9 Februari 2013
Di lihat dari tabel di atas, para kepala mendapatkan dukungan, ia harus membeli
daerah yang beperkara dengan hukum, bukan “perahu”. Semakin tinggi levelnya semakin
hanya di tingkat gubenur melainkan juga bupati besar pula jumlah “mahar” yang harus dibayar
dan walikota. Mereka yang bermasalah adalah oleh seorang bakal calon. Menteri Dalam
yang terpilih dari Pilkada langsung. Masalah- Negeri Gamawan Fauzi menilai, ada yang sangat
masalah lain yang kerap kali muncul pada Pilkada paradoks antara biaya yang Pilkada yang mahal
langsung adalah sebagai berikut: dengan tuntutan pemerintahan yang bersih dari
korupsi, kolusi dan nepotisme. Kata dia, untuk
B.2.1. Mahalnya Pelaksanaan Pilkada menjadi seorang gubernur dibutuhkan dana yang
sangat besar, sekitar Rp 100 milyar, sedangkan
Banyaknya kepala daerah yang tersandung
gaji gubernur hanya sebesar Rp 8,7 juta per bulan.
hukum ini memiliki garis linier dengan ongkos 12
Ada pun ongkos yang harus dikeluarkan oleh
biaya politik. Menurut Kepala Biro Humas Bank
calon untuk kepala daerah tingkat kabupaten-
Indonesia Difi A Johansyah, diperkirakan belanja
kota adalah Rp10-50 miliar.
untuk Pilkada 2010 mencapai Rp 4,2 trilyun
Setelah mendapatkan perahu, seorang calon
dari total 244 Pilkada yang diselenggarakan
kepala daerah harus merogoh kocek dalam-dalam.
selama tahun 2010. 10 Apa yang dirilis oleh Bank
Ia harus membiayai sosialisasi, biaya kampanye,
Indonesia itu hampir sejalan dengan kalkulasi
dan tim sukses dan tim pemenangan Pemilu,
oleh Komisi Pemilih Umum. Anggota KPU
dan yang paling mahal adalah biaya pemasangan
RI I Gusti Putu Artha, menerangkan, khusus
iklan baik di media cetak maupun elektronik.
untuk KPU dan Panwas, KPU kabupaten/kota
Tujuannya adalah agar bisa dikenal atau gampang
tahun 2010 menganggarkan sekitar Rp 7 miliar
oleh masyarakat luar. Dalam artikel Pilkada
sampai Rp 10 miliar. Sedangkan KPU provinsi
dan Pemekaran Daerah dalam Demokrasi Lokal di
menganggarkan sekitar Rp 50 miliar sampai Rp
Indonesia: Local Strongman dan Roving Bandits yang
70 miliar. Dari sisi Panwas, dana yang dibutuhkan
ditulis Leo Agustinino dan Muhammad Agus
sekitar Rp 3 miliar untuk tingkat kabupaten/
Yusuf, Fitriyah mengutip sebagai berikut13:
kota dan Rp 20 milyar untuk tingkat provinsi.
“Untuk membiayai itu semua (mendanai
KPU sebagai leading sector dalam pelaksanaan
pelbagai biaya aktiviti kempen, biaya
pemilihan umum menghitung biaya anggaran
menyewa pakar political marketing, biaya
pemilhan umum kepala daerah tahun 2010-2014
untuk membangun sarana fisik di kantung-
mencapai Rp 15 trilyun. Ada lima komponen
kantung undi, biaya image building dan
biaya Pilkada. Pertama, dilihat dari pengeluaran
image bubbling (pensuksesan diri calon)
KPU. Kedua, Panitia Pengawas Pemilu. Ketiga,
dan banyak lagi), banyak calon yang tidak
kepolisian. Keempat, calon kepala daerah. Dan
memiliki cukup dana. Maka dari itu,
terakhir, tim kampanye. 11
calon kepala daerah acap kali mencari
Salah seorang yang hendak mencalonkan
para pengusaha untuk bergabung sebagai
diri menjadi seorang kepala daerah tidak bisa
‘investor politik’. Sebagai imbalan investasi
secara cuma-cuma. Seorang calon kepala daerah
atas keikutsertaan mereka (sebagai pelabur/
dan wakil kepala daerah diusulkan oleh partai
investor politik) dalam menjayakan calon
politik dan gabungan partai politik. Untuk
dalam pilkada, maka para pengusaha
10
Dianto, Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung oleh 12
http://nasional.kompas.com/read/2010/07/24/03414390/
Rakyat dan DPRD: Studi Komparatif dalam Telaah Yuridis. Fakultas twitter.com
Hukum Universitas Mataram, 2013. 13
Fitriyah. 2014. Fenomena Politik Uang Dalam Pilkada. Hal. 1
11
http://nasional.kompas.com/read/2010/07/24/03414390/ diakses dari http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/
twitter.com view/4824
dijanjikan akan mendapat banyak hak pemilih yang menentukan pilihannya berdasarkan
istimewa (perlindungan ekonomi dan pertimbangan-pertimbangan jangka pendek,
politik).” seperti karena uang atau barang. Menurut Ketua
Bawaslu RI Muhammad kelompok ini disebut
Tingginya biaya politik dalam pelaksanaan “Golput” akronim dari Golongan Pencari Uang
Pemilihan Kepala Daerah ini sangat paradoks Tunai.15 Kelompok ini tidak hanya menerima
dengan prinsip tata pemerintahan yang baik uang dari salah satu pihak saja, akan tetapi dari
(good governance). Salah satu prinsip normatif yang pihak-pihak yang lain.
harus dipenuhi adalah efisiensi. Menurut Kacung Maraknya “Golput” sebagaimana
Marijan14, penyebab mahalnya biaya politik itu disebutkan di atas bisa jadi karena lemahnya
disebabkan oleh dua faktor. Pertama, desain regulasi dalam mengatur money politic. Undang-
pemilihan pejabat-pejabat publik didesain seperti Undang No. 10 tahun 2016 tentang memberikan
mekanisme pasar. Persaingan dibuat sangat sanksi tegas kepada calon yang melakukan money
terbuka. Akibatnya pola ini memiliki konsekuensi. politic berupa sanksi administrasi pembatalan.16
Para calon pejabat publik harus mengeluarkan Namun sayangnya, undang-undang tersebut
dana yang tidak sedikit untuk mendongkrak memiliki kelemahan, si penerima politik uang
perolehan suara. pun bisa kena sanksi yang sama dengan si
Memang biaya pilkada langsung bagi pemberi sehingga si penerima tidak akan berani
calon saat ini sudah ditekan. Sarana sosialisasi melaporkan karena khawatir ia pun kena sanksi.17
dibebankan pada negara (baca: difasilitasi oleh
KPU) sebagaimana diatur dalam PKPU No. 4 B.2.2. Konflik Hasil Pilkada
tahun 2017 tentang Kampanye. Dalam peraturan
Terjadinya perselisihan hasil Pilkada adalah
tersebut, ada empat hal yang difasilitasi oleh
hal yang wajar. Secara normatif, negara pun
KPU. Pertaima, debat publik atau debat terbukan
menyediakan institusi-institusi yang berwenang
antarpasangan calon. Kedua, penyebaran bahan
untuk menangani perselisihan tersebut khususnya
kampanye kepada umum. Ketiga, pemasangan alat
bagi para justice seeker (pencari keadilan).
peraga kampanye. Terakhir, iklan di media massa
Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan
cetak ataupun elektornik.
oleh calon yang bertarung dalam Pilkada, ini
Kedua, berkaitan dengan perilaku memilih.
berdampak terhadap kondisi psikologis calon.
Pilkada menghasilkan perilaku pemilih yang
Rerata mereka yang kalah dalam bertarung,
rasional. Akan tetapi, kelompok pemilih rasional
tidak siap dengan kekalahannya itu. Untuk itu,
itu dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
mereka akan menggunggat setiap hasil perolehan
pertama adalah pemilih yang rasional karena
suara yang telah ditetapkan oleh KPU. Meski
memilih berdasarkan program yang ditawarkan
sebelum pelaksanaan pemilu, para kandidat ini
oleh para calon kepala daerah. Kelompok ini terjadi
menandatangani siap menang dan siap kalah
pada orang-orang yang memiliki pendidikan, dan
akan tetapi dalam pelaksanaannya, para calon
pemahaman di samping itu secara ekonomi sudah
yang kalah akan menggugat ke tempat yang
mapan. Kelompok ini masuk dalam ketegori kelas
15
http://nasional.kompas.com/read/2014/02/11/1808582/
menengah ke atas. Sedangkan kelompok kedua, Ketua.Bawaslu.Ada.Golput.Golongan.Pencari.Uang.Tunai. Diakses
adalah pemilih rasional materil. Yaitu kelompok pada Selasa (8/11/2016) pukul 12.00 WIB.
16
UU No. 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
14
Kacung Marijan. 2010. Demokrasi Vs Efisiensi (Kompas. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun
com, Kamis 23 Desember 2010)..Diakses dari http://nasional.kompas. 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi
com/read/2010/12/23/03082518/demokrasi.vs.efisiensi, pada 7 Undang-Undang Pasal 7 ayat 2.
November 2016. 17
UU No. 10 Tahun 2016.... Pasal 187 A ayat 1 dan Ayat 2
memungkinkan gugatannya itu bisa diterima. Utara, dan Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam
Peluang pengaduan yang memungkinkan adalah kasus Pilkada Tuban, perbedaan angka yang
ke MA, Mahkamah Konstitusi, dan belakangan tipis menyebabkan massa yang calonnya kalah
ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu marah dan kemudian melakukan tindakan anarkis
(DKPP). seperti pembakaran gedung KPUD, kantor
Menurut Moch. Nurhasim, hasil Pilkada bupati, rumah bupati, dan hotel milik bupati.
dan berakhir gugatan kerap kali disebabkan oleh Konflik serupa juga terjadi di Sulawesi Selatan
perselisihan karena perbedaan yang tipis sehingga antara kedua kubu Sharul Yasin Limpo dan Amin
menyebabkan adanya ketidakpuasan pasangan Syam.18 Konflik ini mengarah pada konflik etnis
calon yang kalah bersaing. Disamping itu, massa Syahrul Yasin Limpo yang beretnis Makasar dan
yang gampang dikerahkan oleh para elit lokal Amin Syam beretnis Bugis.
yang bersaing. Contohnya adalah yang terjadi
pada pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Tuban, 18
Moch. Nurhasim. Konflik Dalam Pilkada Langsung: Studi
Tentang Penyebab dan Dampak Konflik. Volume 7, No.2 Tahun 2010.
Kabupaten Kaur Bengkulu, Provinsi Maluku Diakses dari http://ejournal.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/499
Tabel. 2
Konflik Pilkada Langsung
Hasil Pilkada
Lokasi & Perbedaan
Tahun Pasangan Calon Jumlah Angka/ Dampak
Persentase
Haeny Relawati
Rini Widyastuti
327.805
1 & Lilik
Kab. (51,75%)
Soeharjono 22.245
Tuban (Heli) suara
2006
Noor Nahar &
305.560
2 Go Tjong Ping
(48,25%)
(Nonstop)
Syaukani Saleh
Kab. Kaur 17.268
1 & Warman Perbedaan yang tipis menyebabkan
Bengkulu) (36,9%)
Suwardi 0,7%. Suara terjadinya perbedaan persepsi dari
Zulkifli Salam 16.968 calon yang kalah atas hasil Pilkada
2
& Sahian Sirad (36,2%)
18
Moch. Nurhasim. Konflik Dalam Pilkada Langsung: Studi
Tentang Penyebab dan Dampak Konflik. Volume 7, No.2 Tahun 2010.
Diakses dari http://ejournal.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/499
juga memberikan kepastian akan jaminan hak untuk melakukan verifikasi data pemilih.
pilih setiap warga negara. Putusan No.011- B.2.4. Netralitas Penyelenggara Pemilu
017/PUU-I/2003 menerangkan bahwa hak
Salah satu syarat negara yang demokratis
konstitusional warga negara untuk memilih dan
adalah keterjaminan dalam proses maupun hasil
dipilih adalah hak yang dijamin konstitusi, undang-
berdasarkan sistem yang demokratis. Masyarakat
undang, maupun konvensi internasional sehingga
atau para elit politik bersaing secara kompetitif
pembatasan penyimpangan dan penghapusan hak
serta mendapatkan kesempatan yang sama. Apabila
akan hak tersebut adalah pelenggaran terhadap
penyelenggara Pemilu itu berpihak, sama dengan
hak asasi manusia.
menciderai hasil Pemilu. Tindakan tersebut akan
Akan tetapi, dari pelaksanaan Pemilu ke
mengurangi legitimasi dari masyarakat. Untuk
Pemilu permasalahan daftar pemilih ini selalu
itu, penyelenggara Pemilu harus berintegritas.20
muncul. Masalah yang sering dijumpai adalah
Kualitas hasil Pilkada langsung berada di
tidak datanya calon pemilih, hal ini disebabkan
pundak penyelenggara Pemilu. Meski demikian,
oleh migrasi atau mobilisasi calon pemilih
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
(voters), pemilih ganda, orang yang tidak berhak
penyelenggara Pemilu tidak sedikit.
seperti anggota TNI, dan Polri masih terdaftar,
Beragam pelanggaran-pelanggaran yang
sebaliknya orang yang yang berhak didaftar malah
dilakukan oleh penyelenggara Pemilu. DKPP
tidak terdaftar. Uniknya lagi, ada orang yang
mengklasifikasi modus-modus pelanggaran yang
sudah meninggal akan tetapi terdaftar dalam
dilakukan oleh penyelenggara Pemilu. Yaitu,
daftar pemilih tetap. Masalah ini menjadi dampak
modus melalaikan tugas pokok dan fungsi dalam
terhadap ketidakakuratan jumlah dalam daftar
penyelenggaraan Pemilu, penggunaan jabatan
pemilih tetap (DPT).
dan kewenangan secara salah, penyuapan,
Ketidakakuratan daftar pemilih ini
proses seleksi calon penyelenggara Pemilu
disebabkan oleh sejumlah hal. Seperti temuan
di sejumlah jenjang, dan ketidakcermatan,
Hadar Nafis Gumay dkk dalam pelaksanaan
ketidakprofesionalan, integritas, dan kredibilitas
Pilkada di Sumatera Utara selama tahun 2005-
dalam penyelenggaraan Pemilu. Modus
2007, problematika yang kerap dijumpai soal
pelanggaran paling berat adalah keberpihakan
DPT adalah sebagai berikut19: Pertama, Waktu
atau netralitas, dan imparsialitas penyelenggara
yang diperlukan untuk melakukan pendaftaran
Pemilu.21
dirasa sangat terbatas. kedua, adanya sikap yang
Masalah netralitas penyelenggara Pemilu
apatis dari warga. Ketiga, adanya ketidakjelasan
kerap mewarnai pelaksanaan Pilkada langsung.
letak kewenangan serta tanggung jawab
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
dalam pendaftaran pemilih. Keempat, adanya
merilis bahwa sebanyak 75 persen anggota
unsur kesengajaan yang dilakukan oleh pihak-
KPU dan 24 persen anggota Panwas di daerah
pihak tertentu tertutama calon incumbent untuk
yang disidangkan di DKPP, disebabkan karena
mengacaukan daftar pemilih. Kelima, tidak
faktor netralitas.22 Begitu juga pada tahun 2014,
siapnya KPU daerah serta jajaran di bawahnya
dari sebanyak 244 penyelenggara Pemilu yang
untuk melakukan perbaikan data pemilih dengan
20
Integritas merupakan kesatuan dari tingkah laku moral
alasan terbatasnya jumlah personel dan anggaran dan sebagai kualitas dari sikap seseorang terhadap hukum dan etika.
Lihat Jimly Asshiddiqie, 2014. Menegakkan Kode Etik Penyelenggara
19
Farchan, Yusa, Partono, dan Hadar Nafis Gumay. Pemilu. Jakarta: Rajawali Pers, hal. 134.
Problematika Pilkada Langsung; Studi Kasus Pelaksanaan Pilkada 21
Modus-modus pelanggaran kode etik dapat dibaca di
Langsung Di Provinsi Sumatera Utara 2005-2007, Jurnal Renaissance, buku karya; Sardini, Nur Hidayat. 2015. Mekanisme Penyelesaian
Mei 2016, hal. 39. Diakses dari https://www.academia.edu/27432269/ Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Jakarta: LP2AB.
PROBLEMATIKA_PILKADA_LANGSUNG_STUDI_KASUS_PELAKSANAAN_ 22
DKPP. Outlook DKPP: Refleksi dan Proyeksi. Jakarta: 2013.
PILKADA_LANGSUNG_DI_PRO_SUMATERA_UTARA_2005-2007. Hal 28.
diperiksa karena diduga melanggara kode etik, Setiap kali pelaksanaan Pilkada, selalu ada
sebanyak 53 orang karena keberpihakan.23 yang berakhir dengan gugatatan. DKPP, dan
Hasil sidang pemeriksaan kode etik DKPP Mahkamah Konstitusi kerap dijadikan sasaran
terhadap penyelenggara Pemilu tahun 2015, ada bagi para pemburu kekuasaan, terlebih para calon
25 perkara terkait dengan pelanggaran karena yang kalah. Menurut Direktur Jenderal Otonomi
disebabkan keberpihakan dari total 109 perkara Daerah (Otda) Djohermansyah Johan, lebih dari
yang disidangkan di DKPP. Selama Pilkada 90 persen pelaksanaan Pilkada langsung berakhir
serentak tahun 2015, ada 24 penyelenggara di Mahkamah Konstitusi. Akibatnya, terjadi
Pemilu yang diberhentikan tetap dan empat peralihan konflik yang terjadi selama Pilkada
orang yang diberhentikan sementara. Tahun berpindah ke MK. 27 Praktik kecurangan dalam
2016 penyelenggara Pemilu yang diberhentikan penyelesaian sengketa Pilkada di MK tersebut
karena faktor keberpihakan sebanyak 13 antara lain upaya membeli suara hakim sampai
orang, sementara mereka yang diberikan sanksi menghasut para pendukung kandidat.28
peringatan sebanyak 35 orang.24 Pada tahun Untuk mengurangi gugatan sengketa
2017 mengalami penurunan. Penyelenggara Pilkada di Mahkamah Konstitusi, MK sendiri
Pemilu yang diberhentikan sebanyak enam orang, mengeluarkan Peraturan Mahkamah Konstitusi.
sementara yang diberhentikan dari jabatannya 3 Untuk provinsi yang jumlah penduduknya di
orang.25 bawah 2 juta, syarat selisih suara adalah 2 persen.
Untuk provinsi dengan jumlah penduduk 2 juta
B.2.5. Rawan Gugatan sampai 6 juta, selisih suara 1,5 persen dan 6 juta
sampai 12 juta selisihnya 1 persen serta di atas
Pelaksanaan Pilkada langsung rawan
12 juta selisihnya 0,5 persen. Sedangkan untuk
terhadap gugatan, meski gugatan merupakan
kabupaten/kota, jumlah penduduk di bawah 150
hak konstitusional warga negara dalam
ribu selisih suara yang bisa disengketakan adalah
mencari keadilan khususnya para calon peserta
2 persen, 150 ribu sampai 250 ribu 1,5 persen,
Pilkada. Negara menyediakan sistem kerangka
250 ribu sampai 500 ribu 1 persen dan diatas
hukum Pemilu baik bagi mereka yang merasa
500 ribu selisihnya 0,5 persen.29 Meski demikian,
dirugikan. Kerangka hukum Pemilu dirancang
gugatan di Mahkan Konstitusi tetap banyak.
untuk mewujudkan pelaksanaan Pemilu yang
Selama Pilkada serentak tahun 2015, sebanyak
berintegritas. Integritas Pemilu meliputi integritas
144 pasangan calon yang mengadukan ke MK. 30
proses/tahapan, integritas hasil-hasil Pemilu,
Selesai perkara sengketa di MK, belum
dan integritas penyelenggara Pemilu. Kerangka
tentu selesai masalah. Kandidat yang kalah
Hukum Pemilu, terdiri atas: 1)26. Pelanggaran
27
PHPU yang telah ditangani sejak tahun 2008, MK sudah
Administrasi Pemilu; 2). Pelanggaran Tindak menangani 732 perkara. Yang paling banyak adalah di tahun 2010
Pidana Pemilu; 3). Pelanggaran Kode Etik lebih dari 300 perkara. Sementara tahun 2014, MK sudah menangani
sebanyak 13 perkara.
Penyelenggara Pemilu; 4). Sengketa Administrasi 28
http://www.sayangi.com/2013/11/18/11033/news/lebih-90-
persen-pilkada-berakhir-di-mk, diakses pada Selasa, 21 Pebruari 2017,
Pemilu; 5). Sengketa Tata Usaha Negara Pemilu; pada pukul 19.20. Penyuapan sengkata Pilkada terjadi pada kasus
dan 6). Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Akil Muctar yang waktu itu sebagai ketua Mahkamah Konstitusi.
Akil diduga menerima suap dari peserta Pilkada Bupati Buton, tahun
(PHPU). 2013. Ia juga diduga menerima menerima suap dari perkara sengketa
Pilkada di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. http://nasional.news.
23
DKPP. 2014. Outlook 2015: Refleksi dan Proyeksi. Jakarta: viva.co.id/news/read/448996-kronologi-lengkap-penangkapan-akil-
DKPP, hal 39. mochtar.Diakses pada Rabu (22/2/2017) pukul 12.00 WIB.
24
DKPP. 2016. Outlook 2017: Refleksi dan Proyeksi. Jakarta: 29
h t t p : / / w w w. m a h k a m a h k o n s t i t u s i . g o . i d / i n d e x .
DKPP, hal 80. php?page=web.Berita&id=12045#.WK0gjPL-gy4
25
DKPP. 2017. Laporan Kinerja 2017. Jakarta: DKPP, hal 94 30
http://www.beritasatu.com/pilkada/335058-144-
26
Nur Hidayat Sardini, Rapat Koordinasi Evaluasi Sentra pasangan-calon-daftar-gugatan-ke-mk.html. diakses pada Selasa, 21
Gakumdu. Makalah, 27 Desember 2016 . Pebruari 2017, pada pukul 19.20.
bersaing di Pilkada yang masih belum puas akan membutuhkan dua abad untuk menciptakan
melanjutkan gugatannya ke Dewan Kehormatan sebuah sistem yang mapan. Pembenahan yang
Penyelenggara Pemilu. Yang menjadi sasarannya perlu dilakukan adalah pemberian edukasi kepada
adalah kode etik termasuk di dalamnya soal kinerja masyarakat sebagai pemegang kedaulatan penuh.
penyelenggara Pemilu. Selama Pilkada serentak Selain itu, partai politik pun perlu menyiapkan
tahun 2015, pengaduan dugaan pelanggaran kode kader-kader yang memang tidak hanya memiliki
etik penyelenggara Pemilu yang diterima DKPP integritas melainkan juga kapabilitas dalam
sebanyak 247 perkara.31 Tahun 2016 jumlah mengelola daerah.
pengaduan ke DKPP sebanyak175 perkara Ada setiap periodiknya, penulis melihat
terkait dengan Pilkada Serentak tahun 2015 dan ada upaya perbaikan-perbaikan yang dilakukan
sebanyak 61 perkara terkait Pilkada Serentak oleh pembuat regulasi Pemilu dan maupun yang
tahun 2017.32 Pengadu akan merasa senang dan dilakukan oleh penyelenggara Pemilu. Misalnya,
puas bila penyelenggara Pemilu diberhentikan pemberian sanksi administrasi Pemilu berupa
pada saat bersamaan mereka pun meminta pembatalan atau pendiskualifikasian terhadap
dalam petitum pengaduannya bisa mempengaruhi calon yang terbukti melakukan money politic. Upaya
tahapan Pilkada. Namun, majelis DKPP selalu lain dalam meminimalisir biaya kampanye, KPU
mengingatkan bahwa putusan DKPP tidak memfasilitasi alat peraga kampanye sebagaimana
mempengaruhi tahapan Pemilu. sudah diulas di atas. (*)
C. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Hasil Pilkada lansung memang menyimpan
problematik yang pelik. Namun kita pun bisa Asshiddiqie, Jimly. 2014. Menegakan Kode Etik
melihat manfaatnya. Pilkada langsung telah Penyelenggara Pemilu. Jakarta: Rajawali Pers.
menyumbang perkembangan positif terhadap Haris, Syamsudin. 2014. Masalah-Masalah Demokrasi
daerah-daerah. Ada sejumlah daerah yang maju Kebangsaan Era Reformasi. Jakarta: Yayasan
karena kreativitas dan inovatif dari pemimpin- Obor.
pemimpinannya. Daerah-daerah yang memiliki
pemimpin yang berkualitas menjadi harapan ----------------------. 2003. Desentralisasi dan Otonomi
atas keberlangsungan Pilkada langsung untuk ke Daerah: Desentralisasi, Demokratisasi dan
depannya. Pilkada langsung pun masih dianggap Akuntabilitas Pemerintahan Daerah. Jakarta: LIPI
cara pemilihan kepala daerah yang paling kerjasama PGRI, dan AIPI.
demokratis dibandingkan dengan pemilihan tidak Hoesin, Zainal Arifin & Rahman Yasin. 2015. Pemilihan
langsung. Siapa pun yang terpilih, itulah aspirasi Kepala Daerah Langsung: Penguatan Konsep dan
masyarakat. Penerapannya. Jakarta:LP2AB.
Ada pun problematik yang terjadi pada
Pilkada itu bagian dari proses pembelajaran. Koirudin. 2005. Menuju Partai Advokasi. Yogyakarta:
Pasalnya, sejak ditetapkan Pilkada langsung Pustaka Tokoh Bangsa.
pada Juni 2005, mau menginjak dua dasawarsa. Romli, Lili. dkk. Democrazy Pilkada. Jakarta: Yayasan
Hal tersebut masih membutuhkan waktu Obor Indonesia.
dan proses yang cukup panjang. Di Amerika
Pratama, Heroik M & Maharddhika. 2016, Prospek
Serikat pun sebagai negara kampiun demokrasi
31
DKPP. DKPP Outlook 2016: Refleksi dan Proyeksi. Jakarta: Pemerintahan Hasil Pilkada Serentak 2015,
DKPP, hal 47,95, dan 97.
32
DKPP. DKPP Outlook 2017: Refleksi dan Proyeksi. Jakarta: Jakarta: Yaysan Perludem.
DKPP, hal 50
Simanto, Ign (et.al). 2004. Pemilihan Presiden Secara Dianto. 2013. Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung 2004: Dokumentasi, Analisa dan Kritik. Langsung oleh Rakyat dan DPRD: Studi
Jakarta: Ristek. Komparatif dalam Telaah Yuridis. Fakultas
Hukum Universitas Mataram.
Zainuddin, Muhammad. 2015. Isu, Problematika,
dan Dinamika Perekonomian, dan Kebijakan Moch. Nurhasim. Konflik Dalam Pilkada Langsung:
Publik: Kumpulan Essay, Kajian dan Hasil Studi Tentang Penyebab dan Dampak Konflik.
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Volume 7, No.2 Tahun 2010. Diakses dari
Deepublish. http://ejournal.lipi.go.id/index.php/jpp/
article/view/499
Indonesia. 2013. Outlook DKPP: Refleksi dan
Proyeksi. Jakarta: DKPP
Jurnal
The pulpit Indonesian Big Dictionary is a small stage where sermons (speeches), also means a place to reborn the thoughts
and to express opinions (such as newspapers). The Pulpit Rubric will contain expert remarks, research reports and / or
reports of peogram as well as opinions / ideas about enforcement of the Code of ethics of election committee.
POTRET
PENEGAKKAN
KODE ETIK
PENYELENGGARA
PEMILU PILKADA
SERENTAK 2018
P
enyelenggaraan Pilkada Serentak melalui verifikasi formil dan materiel. Angka
2018 yang melibatkan 17 provinsi, tersebut menunjukkan banyak hal, diantaranya
115 kabupaten, dan 39 kota adalah bahwa ketidakpuasan atas kinerja
secara umum berjalan lancar. Kecuali Kabupaten penyelenggaraan Pilkada masih belum sepenuhnya
Paniai dan Kabupaten Nduga di Papua yang hilang dari wajah penyelenggaraan Pilkada
harus mengalami penundaan, penyelenggaraan di Indonesia. Beruntungnya, ketidakpuasan
Pilkada di daerah-daerah yang lain berjalan masyarakat terhadap penyelenggaraan Pilkada
sesuai jadwal dan tahapan. Namun, meskipun telah terkanalisasi melalui institusi demokrasi
pelaksanaan pemungutan dan penghitungan yang disepakati, salah satunya melalui DKPP.
suara sesuai jadwal yakni 27 Juni 2018, sejumlah Mimbar DKPP ini bermaksud menyajikan hasil
ketidakpuasan baik dari pemilih maupun penelitian tentang potret kinerja penegakkan
peserta Pilkada masih nampak di sejumlah titik Kode Etik Penyelenggara Pemilu sepanjang
perjalanan penyelenggaraan tahapan. Berbagai penyelenggaraan Pilkada Serentak Tahun 2018
kelemahan prosedur administratif dan ragam yang dilakukan DKPP.
laporan dugaan tindak pidana Pemilu banyak
diterima dan ditemukan jajaran pengawas
Pemilu. Mahkamah Konstitusi juga dibanjiri
gugatan hasil Pemilu dari berbagai daerah,
meski sebagian besarnya kemudian ditolak
T he implementation
Simultaneous Local
of the
Election
2018 involving 17 provinces, 115 regencies,
karena tidak memenuhi ketentuan persyaratan and 39 cities in general run smoothly. With
formil-administratif. Hal serupa terjadi dengan the exception of Paniai Regency and Nduga
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. Regency in Papua, which must be postponed,
Sampai tanggal 21 Agustus 2018 DKPP telah while the implementation of elections in other
memeriksa sebanyak 207 perkara yang terkait regions successfully held based on schedule and
dengan penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018. stages. However, although the vote collection
Jumlah tersebut merupakan laporan yang telah and vote counting scheduled for June 27th 2018,
a number of dissatisfaction both from voters 2017, terdapat fakta bahwa modus pelanggaran
and election participants still appeared on some yang paling dominan dilakukan para Teradu
stages of election implementation. Various pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu
weaknesses appeared include administrative sepanjang tahun 2017 adalah kelalaian dalam
procedures and various reports of alleged prosedur administrasi Pemilu, tidak menjalankan
election crimes were widely received and found rekomendasi pengawas Pemilu, dan perlakuan
by the election supervisors. The Constitutional tidak adil selama proses seleksi penyelenggara
Court was also flooded with lawsuit over the Pemilu, khususnya pada jajaran Badan Pengawas
results of the simultaneous local election from Pemilihan Umum.
various regions, although the majority were Merujuk data tersebut, penelitian ini
later rejected because they did not fulfill the berusaha melakukan analisa deskriptif sederhana
requirements of formal administrative. The mengenai modus pelanggaran kode etik
similar thing happened to DKPP. Per August penyelenggara Pemilu antara yang terjadi pada
21st 2018, DKPP has examined 207 cases penyelenggaraan Pemilu secara umum dengan
related to the implementation of the 2018 penyelenggaraan Pilkada serentak Tahun 2018.
Simultaneous Local Election. This number is a
report that has undergone through formal and B. PERUMUSAN MASALAH
material verification. The data shows many
• Modus pelanggaran apakah yang paling
things, some of them are the dissatisfaction
dominan dalam penyelenggaraan
with the performance of election committee
Pilkada Serentak 2018?
during the implementation of local elections.
• Tahapan Pemilu manakah yang
Fortunately, the public’s dissatisfaction with
paling rentan bagi terjadinya tindak
the implementation of the elections has been
pelanggaran kode etik oleh para
channeled through an democratic institution,
penyelenggara Pemilu?
one of which is through DKPP. This DKPP
forum intends to present the results of research
on the portrait of the enforcement performance C. KERANGKA TEORITIS
of the code of ethics of Election Committee C.1. Regulasi Tahapan Pilkada Serentak
during the implementation of Simultaneous 2018
Local election 2018 conducted by DKPP.
Ketentuan tentang tahapan Pilkada Serentak
2018 diatur dalam Peraturan KPU Nomor 1
A. LATAR BELAKANG Tahun 2017. Tahapan pemilihan dibagi menjadi 2
MASALAH (dua) yaitu persiapan dan penyelenggaraan.
Tahapan persiapan meliputi:
Penyelenggaraan Pilkada Serentak di a. perencanaan program dan anggaran;
Indonesia telah menjejak kali ketiga. Setiap b. penyusunan dan penandatanganan
Pilkada menempuh tahapan yang serupa yakni Naskah Perjanjian Hibah Daerah
tahapan persiapan dan tahapan penyelenggaraan. (NPHD);
Masing-masing tahapan menyimpan potensi c. penyusunan dan pengesahan peraturan
terjadinya tindak pelanggaran baik oleh peserta penyelenggaraan Pemilihan;
maupun penyelenggara Pilkada. d. sosialisasi kepada masyarakat dan
Berdasarkan Laporan Kinerja DKPP Tahun penyuluhan/bimbingan teknis kepada
adalah untuk menjaga integritas, kehormatan, Pemilu untuk berpedoman pada prinsip
kemandirian, dan kredibilitas penyelenggara berkepastian hukum, aksesibilitas, tertib, terbuka,
Pemilu. proporsional, profesional, efektif, efisien, dan
Untuk menjaga integritasnya, penyelenggara mendahulukan kepentingan umum.
Pemilu berkewajiban menerapkan prinsip jujur, Ketentuan tersebut mengandung makna
mandiri, adil, dan akuntabel. Penyelenggara bahwa dalam pelaksanaan tugasnya penyelenggara
Pemilu harus meluruskan niatnya semata-mata Pemilu harus menaati ketentuan peraturan
demi terselenggaranya Pemilu sesuai dengan perundang-undangan, menyediakan akses
ketentuan yang berlaku tanpa adanya kepentingan yang sama bagi setiap pemilih, memperhatikan
pribadi, kelompok, atau golongan. Penyelenggara keserasian dan keseimbangan, memberikan
Pemilu juga harus bebas dari campur tangan dan informasi seluas-luasnya kepada publik, menjaga
pengaruh siapapun yang mempunyai kepentingan keseimbangan antara kepentingan pribadi
atas perbuatan, tindakan, keputusan dan/atau dengan kepentingan masyarakat, mempunyai
putusan yang diambil. Selain itu, Penyelenggara pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan
Pemilu dituntut untuk bisa menempatkan segala relevan, melaksanakan tahapan sesuai jadwal yang
sesuatu sesuai hak dan kewajibannya, serta ditentukan, menggunakan sumberdaya secara
dapat dimintai pertanggungjawaban atas setiap tepat guna dan tepat sasaran, dan mendahulukan
keputusannya. kepentingan umum dengan cara yang aspiratif,
Untuk menjaga profesionalitasnya, akomodatif, dan selektif.
ketentuan kode etik dan pedoman perilaku
penyelenggara Pemilu mewajibkan penyelenggara C.3. Modus pelanggaran Pemilu
Nur Hidayat Sardini (2015) dalam bukunya berjudul “Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik
Penyelenggara Pemilu” telah membuat kategorisasi pelanggaran yang disebutnya sebagai modus-modus
pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu. Secara singkat, kategorisasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Modus-modus pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
No Kategorisasi Deskripsi
Mengurangi, menambahkan, atau memindahkan perolehan suara
dari satu peserta Pemilu ke peserta Pemilu lainnya, perbuatan
1. Vote Manipulation
mana menguntungkan dan/atau merugikan peserta Pemilu satu
dengan lainnya.
Pemberian sejumlah uang atau barang atau perjanjian khusus
Bribery of
kepada penyelenggara Pemilu dengan maksud memenuhi
2. Officials
kepentingan pemberinya atau untuk menguntungkan dan/atau
merugikan pihak lain dalam kepersertaan suatu Pemilu (candicacy).
Perlakuan yang tidak sama atau berat sebelah kepada peserta
3. Un-Equal Treatment
Pemilu dan pemangku kepentingan lain.
Infringements of the
4. Pelanggaran terhadap hak memilih warga negara dalam Pemilu.
right to vote
No Kategorisasi Deskripsi
Secara terbuka memberitahukan pilihan politiknya dan
5. Vote and Duty Secrecy menanyakan pilihan politiknya dalam Pemilu kepada orang atau
pemilih lain.
Memanfaatkan posisi jabatan dan pengaruh-pengaruhnya, baik
atas dasar kekeluargaan, kekerabatan, otoritas tradisional atau
6. Abuse of Power
pekerjaan, untuk mempengaruhi pemilih lain atau penyelenggara
Pemilu demi mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi.
7. Conflict of Interest Benturan kepentingan.
Sloppy Work of Election Ketidakcermatan atau ketidaktepatan atau ketidakteraturan atau
8.
Process kesalahan dalam proses Pemilu.
Melakukan tindakan kekerasan atau intimidasi secara fisik
9. Intimidation and Violence
maupun mental.
Broken or Breaking of the
10. Melakukan tindakan atau terlibat dalam pelanggaran hukum.
Laws
Kesalahan yang dapat ditoleransi secara manusiawi sejauh tidak
Absence of Effective
11. berakibat rusaknya integritas penyelenggaraan Pemilu, juga
Legal Remedies
hancurnya independensi dan kredibilitas penyelenggara Pemilu.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan penyelenggara Pemilu pada
12. The Fraud of Voting Day
hari pemungutan dan penghitungan suara.
Destroying Neutrality,
Bertindak netral dan tidak memihak terhadap partai politik
13. Impartiality, and
tertentu, calon, peserta pemilu, dan media massa tertentu
Independent
Penelitian ini akan menggunakan penyelenggara Pemilu. Dari 410 Teradu, 199 orang
kategorisasi yang dibuat Sardini tersebut untuk diantaranya disimpulkan tidak terbukti melakukan
melakukan pengelompokkan, membuat analisa, pelanggaran, sedangkan sisanya sebanyak 211
dan menarik kesimpulan atas data yang tersedia. orang terbukti melakukan pelanggaran dengan
kadar yang berbeda-beda. Dari jumlah 211
D. PEMBAHASAN Teradu yang terbukti melanggar, 167 orang
dikenai sanksi teguran tertulis atau peringatan, 12
DKPP mencatat sampai 21 Agustus 2018 orang dijatuhi sanksi pemberhentian sementara,
terdapat sebanyak 155 perkara yang terkait dengan sedangkan 20 orang lainnya diberhentikan secara
penyelenggaraan Pilkada. Dalam perkara tersebut, tetap dari jabatannya selaku penyelenggara
sebanyak 410 orang penyelenggara Pemilu telah Pemilu. Sementara itu, terdapat 8 (delapan)
diperiksa melalui mekanisme persidangan yang orang penyelenggara Pemilu yang dinilai tidak
bersifat terbuka untuk umum. menjalankan fungsi kepemimpinan organisasi
Hasil sidang pemeriksaan terhadap para yang efektif dalam kelembagaan penyelenggara
penyelenggara Pemilu dimaksud telah diputus Pemilu. Terhadap 8 orang itu DKPP memberikan
dan dibacakan. Hasilnya, lebih dari separuh sanksi pemberhentian dari jabatan ketua dalam
Teradu dinyatakan terbukti melanggar kode etik institusi penyelenggara Pemilu.
PDJ
PT
AMAR PUTUSAN
PS
TT
R
Jumlah
Berdasarkan data DKPP juga diketahui melakukan pelanggaran kode etik berupa
bahwa pokok pengaduan yang sempat diperiksa perlakuan yang tidak adil dalam proses Pilkada.
dan diputus oleh DKPP didominasi oleh dugaan Menyusul berikutnya adalah aduan mengenai
perlakuan tidak adil, kelalaian dalam proses adanya kelalaian penyelenggara Pemilu dalam
Pemilu, ketiadaan upaya hukum yang efektif, proses Pilkada (23,6%), ketiadaan upaya hukum
dan keterlibatan penyelenggara Pemilu di dalam yang efektif (10%), keterlibatan dalam konflik
konflik kepentingan dengan peserta Pemilu. kepentingan (7%), dan tuduhan keberpihakan
Dari 410 orang penyelenggara Pemilu jajaran KPU dan Bawaslu (4%) yang memicu
baik dari jajaran KPU maupun Bawaslu yang pemilih dan peserta Pemilu untuk mengadukan
diadukan ke DKPP, sebanyak 193 (47%) yang bersangkutan ke DKPP.
diantaranya disinyalir para Pengadu telah
Tabel 3
Proporsi Pelanggaran Kode Etik dalam Pilkada
Manipulasi Suara 0
Penyuapan 2
Perlakuan Tidak Adil 193
Pelanggaran Hak Pilih 0
Kerahasian Suara dan Tugas 0
Penyalahgunaan Kekuasaan 6
Konflik Kepentingan 30
Kelalaian Pada Proses Pemilu 97
Intimidasi & Kekerasan 2
Pelanggaran Hukum 8
Tidak Adanya Upaya Hukum Yang efektif 41
Penipuan Saat Pemungutan Suara 0
Pelanggaran Netralitas, Ketidakberpihakan… 16
Konflik Internal Institusi 3
Lain-lain 12
0 50 100 150 200 250
yang berhubungan dengan ketidakpuasan para yang terjadi di Kota Cirebon, keterlibatan
bakal Paslon jalur partai politik yang merasa penyelenggara Pemilu dalam konflik kepentingan
dirugikan oleh penyelenggara Pemilu. Umumnya, seperti yang diadukan oleh Pengadu dari
pokok aduan yang disampaikan terkait dengan Kabupaten Alor dan keterlibatan penyelenggara
keabsahan dukungan yang disertakan pada Pemilu dalam partai politik seperti yang terjadi di
saat mendaftar ke KPU, seperti yang dialami Kabupaten Padanglawas.
oleh para Pengadu dari Kabupaten Kapuas,
Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Jayawijaya, E. KESIMPULAN
dan Jayapura.
Pengaduan mengenai keterpenuhan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
administrasi syarat calon juga menjadi salah bahwa perlakuan yang tidak sama atau berat
satu pokok perkara yang diperiksa oleh DKPP sebelah kepada peserta Pemilu dan pemangku
sepanjang Pilkada 2018, diantaranya adalah yang kepentingan lain menjadi materi pengaduan
terkait dengan dokumen Laporan Penerimaan yang paling dominan sepanjang penyelenggaraan
dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) Pilkada Serentak Tahun 2018. Hal ini linear
seperti yang terjadi di Sinjai, ijazah bermasalah dengan fakta yang menunjukkan bahwa tahapan
seperti yang ramai diperdebatkan di Kabupaten pencalonan paling banyak menyumbang angka
Sumba Barat Daya dan Kota Gorontalo, status pengaduan. Artinya, ketidakadilan banyak
mantan narapidana seperti yang diributkan di dirasakan para Pengadu di DKPP pada saat
Kabupaten Garut, dan surat keterangan tidak berlangsungnya tahapan pencalonan, baik melalui
pailit seperti yang muncul di Kabupaten Sidrap. jalur perseorangan maupun jalur partai politik.
Pokok perkara lain yang tak kalah penting
adalah dugaan pelanggaran kode etik oleh
penyelenggara Pemilu terkait penyikapan atas
pengabaian ketentuan larangan mutasi pejabat DAFTAR PUSTAKA
oleh Paslon petahana sebagaimana yang diatur Sardini, Nur Hidayat. 2015. Mekanisme Penyelesaian
dalam ketentuan Pasal 71 Undang-Undang Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Jakarta:LP2AB
Gubernur, Bupati, dan Walikota seperti yang
terjadi di Kota Bangkulu, juga pemanfaatan Surbakti Ramlan, Didik Supriyanto, dan Topo
program pemerintah untuk kepentingan dan Santoso. 2011. Penanganan Pelanggaran Pemilu.
keuntungan Paslon Petahana seperti yang terjadi Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata
di Kota Makassar. Pemerintahan.
Selain itu, para penyelenggara Pilkada Jurdi, Fajlurrahman. 2018. Pengantar Hukum Pemilihan
Serentak Tahun 2018 juga dilaporkan ke DKPP Umum. Jakarta:Kencana.
terkait penyikapan atas sengketa hukum Pilkada
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang
yang dinilai para Pengadu tidak tepat. Pengaduan
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
semacam ini diterima DKPP dari beberapa
daerah, antara lain Kota Gorontalo, Kabupaten Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kode
Langkat, dan Kota Makassar. Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara
Pokok perkara lain yang diterima DKPP Pemilu
adalah dugaan pelanggaran prosedur tahapan
pemungutan dan penghitungan suara seperti
Demokrasi
Berkedaulatan Rakyat
Berdasarkan UUD 1945
The Democracy of People’s
Sovereignty Based
Harjono on the 1945 Constitution
Ketua Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu RI
D
emokrasi prosedural adalah demokrasi tanpa jiwa. Kita harus memiliki demokrasi yang bernyawa.
Pertanyaannya, sekarang di mana tingkat demokrasi itu berada sehingga dari pertanyaan tersebut
maka kemudian kita akan bisa mengisi jiwa itu. Kalau kita memiliki semangat kebangsaan,
maka yang harus diisikan adalah jiwa kebangsaan. Pada tataran praktik, demokrasi juga memiliki prinsip-
prinisip operasional seperti responsibility dan acceptability. Karena menyangkut nilai, responsibility berpautan
dengan aspek moral. Sementara itu, acceptability berhubungan dengan keterbukaan terhadap kelompok
manapun, terutama ketompok minoritas. Fareed Zakaria mencatat bahwa pengalaman demokrasi selama
beberapa dekade belakangan ini merupakan pengalaman di mana mayoritas telah-seringkali secara
diam-diam, kadang terang-terangan-menggerogoti prinsip pemisahan kekuasaan, meruntuhkan hak-hak
asasi manusia, dan mengorupsi tradisi toleransi serta keterbukaan yang sudah sejak lama ada. Hal itu,
menurutnya, yang terjadi di India. Penindasan terhadap kelompok minoritas di negeri itu semakin kerap
terjadi manakala Partai Bharatiya Janata memanggul tampuk Kekuasaan.
T
he procedural democracy is a soulless democracy. We must have an animate democracy. The question is, now
where is the level of democracy so that from that question we will be able to fill that soul. If we have the
spirit of nationality, then what must be filled is the national spirit. At the practical level, democracy also
has operational principles such as responsibility and acceptability. Because it involves the value of responsibility which is
related to moral aspects. Meanwhile, acceptability is related to openness to any group, especially minority groups. Fareed
Zakaria noted that the experience of democracy over the past few decades was an experience in which the majority had often
secretly, sometimes blatantly undermined the principle of separation of powers, undermined human rights, and corrupted
the traditions of tolerance and openness that had been exist since long time. According to him, it happened in India. the
suppression of minority groups in the country is increasingly common when the Bharatiya Janata Party carriying on the
power.
15 Petunjuk Pemilu
Demokrasi Modern
15 The Guideline of
Modern Democratic
Election
Ada 15 bab yang dibahas dalam buku ini. liberal dan demokrat partisan bahwa partisipasi
Bab pertama, “Values and Institutions”. Bab ini itu berharga. Namun, sebaliknya, mereka juga
mengkaji hubungan antara nilai-nilai dan institusi percaya bahwa integrasi ke dalam komunitas
dalam konteks pemilihan demokratis. Bab ini juga adalah kebutuhan dasar manusia dan bahwa
menunjukkan bahwa perdebatan tentang nilai dan hidup yang bermakna hanya ketika kita hidup
penempatan pemilu dalam demokrasi modern dan merasa hidup sebagai bagian dari komunitas
berasal dari masalah mendefinisikan demokrasi organik. Mereka juga percaya bahwa komunitas
itu sendiri. Analisa nilai-nilai yang tersirat dalam adalah kondisi yang diperlukan dalam sebuah
penggunaan istilah demokrasi menjadi penting kondisi otonom.
dalam memahami hubungan antara demokrasi Bab ketujuh adalah The Roles of Elections.
dan pemilu. Bab ini mengkaji peran pemilu dalam proses
Bab kedua adalah Early Voting and Elections. demokrasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan
Bab ini membahas sejarah pemungutan suara struktur alternatif untuk mempertimbangkan
di masa-masa awal dan pembahasan mengenai tentang harapan, dan standar evaluatif untuk
pemilihan umum. Dalam bab ini digambarkan pemilu yang diajukan oleh ahli-hali teori
fungsi dan prosedur pemilu dalam empat demokratis. Bab ini juga membahas tentang
pengaturan yang berbeda. Bab ini juga membahas elemen kesetaraan demokrasi dan menunjukkan
sejarah demokrasi di Eropa di masa-masa lampau. bahwa meskipun pemilu memainkan peran
Bab ketiga adalah Popular Sovereignity. Bab sentral dalam semua teori demokrasi, fungsi
ini membahas konsep kedaulatan rakyat dan khusus pemilu sangat bervariasi dari satu konsep
apa arti sebenarnya bagi rakyat dalam kaitannya demokrasi ke konsep demokrasi lainnya.
dengan demokrasi dan pemilu. Salah satu definisi Bab kedelapan, “The Description of Electoral
kedaulatan rakyat adalah mengambil keputusan Systems”. Bab ini menjelaskan berbagai jenis
sebagai tindakan fisik yang harus dilakukan oleh sistem pemilu dan mengkaji peran mereka dalam
rakyat sendiri. proses demokrasi. Bab ini mencoba menjawab
Bab keempat membahasa tentang Liberal pertanyaan tentang sistem pemilihan tertentu dan
Democracy. Bab ini mengkaji pandangan demokrasi menjawab argumen mengenai karakter demokrasi
liberal dalam demokrasi. Dalam pandangan dan pencapaian nilai-nilai demokrasi. Hal ini
ini, demokrasi dianggap sebagai metode politik menunjukkan bahwa konstruksi sistem pemilu
atau jenis pengaturan kelembagaan tertentu dapat berkontribusi untuk menentukan siapa yang
untuk mencapai keputusan politik, legislatif, menang tidak hanya dalam arti terbatas terpilih
dan administratif yang mampu menjadi tujuan tetapi dalam arti yang lebih umum menggunakan
itu sendiri terlepas dari keputusan apa yang pengaruh politik yang ditingkatkan bahkan dalam
dihasilkannya . sebuah oposisi.
Bab kelima adalah Participationist Democracy di Bab kesembilan adalah Representation : The
mana pada bab ini mengkaji pandangan mengenai Relation Between Seats and Votes. Bab ini mengkaji
partisipasi demokrasi. Dijelaskan bahwa tidak konsekuensi pengaturan pemilu, khususnya
seperti teori kedaulatan rakyat dan teori liberal, hubungan antara kursi dan suara. Ia membahas
ahli teori partisipasi berfokus pada konsekuensi proses distribusi suara yang diterjemahkan
dari proses di mana keputusan tercapai. ke dalam distribusi mandat di antara partai
Bab keenam yakni Communitarian Democracy. atau kandidat yang bersaing dan menganalisa
Bab ini mengkaji pandangan komunitarian konsekuensi formula pemilu seperti yang
tentang demokrasi. Para pendukung demokrat terungkap dalam praktik.
komunitarian setuju dengan kaum demokrat Bab kesepuluh, “Parties and Government”.
Bab ini mengkaji pengaruh sistem pemilihan pada masuk dalam dua kategori utama. Mereka adalah
partai politik dan pemerintah. Ia menganalisa persyaratan untuk diakui sebagai kandidat dan
pengaruh dari jenis sistem pemilihan pada jumlah pembatasan pada kegiatan kampanye kandidat
pihak, berbagai pilihan yang tersedia, kehadiran serta pendukungnya yang paling sering berkaitan
politik ekstrim atau ideologis, dan faksionalisme dengan pengumpulan dana dan pengeluaran uang
partai. Bab ini juga mengevaluasi sejauh politik.
mana orang dapat mengatakan bahwa suara Pada bab terakhir (kelima belas) yaitu
yang diberikan dalam pemilihan menentukan Democracy and Election. Bab ini merangkum
pemerintahan berikutnya dan bagaimana temuan-temuan kunci dari penelitian tentang
penentuan ini berbeda diantara sistem pemilu. hubungan antara pemilihan dan demokrasi.
Bab kesebelas yakni Districting: Apportionment Hasilnya terungkap bahwa ada dua kelas teori
and Gerrymanders, mengkaji dampak sistem demokrasi yang masing-masing mencakup
pemilihan pada pembagian politik. Temuan- sejumlah model alternatif demokrasi dan masing-
temuan tersebut mengungkapkan bahwa distrik masing tergantung pada asumsi terhadap karakter
wakil tunggal merupakan metode optimal elit dan struktur sosial. Bab ini menjelaskan bahwa
untuk mewakili masyarakat karena perwakilan sistem pemilihan terbaik atau paling demokratis
minoritas mudah diakomodasi. Namun, harus berdasarkan analisis nilai-nilai demokrasi,
pendekatan ini menimbulkan masalah dalam penyelenggaraannya dan konsekuensi lembaga
mendefinisikan komunitas yang akan diwakili dan pemilu.
mengidentifikasi anggota komunitas yang tidak Kelebihan daripada buku ini adalah
berdasarkan wilayah. mampu menyajikan informasi empiris mengenai
Bab kedua belas adalah The Nature of lembaga-lembaga pemilihan di lebih banyak
Electoral Choice. Bab ini mengkaji karakter pemilu negara dalam satu volume daripada yang pernah
dan isu-isu seputar kode etik dan regulasi pemilu. sebelumnya. Perlu dipahami bahwa demokrasi
Ia menganalisis karakter dari hak pilih yang dan pemilihan bukanlah satu-satunya hal terbaik
diberikan kepada pemilih dan mengevaluasi dalam sistem pemilu, karena Katz kadang-kadang
pemilihan yang akan diadakan dan bagaimana mengasumsikan beberapa pengetahuan dari
berbagai pemilihan harus saling terkait secara pihak pembaca. Kontribusi buku ini terletak pada
temporal. penyajiannya mengenai berbagai aspek sistem
Bab ketiga belas, “The Electorate”, pemilu, daripada hanya berfokus pada formula
membahas peran para pemilih dalam proses pemilu, dan dalam kaitannya dengan variasi
demokrasi. Bab ini memberikan ringkasan tentang kelembagaan demokrasi yang berbeda-beda.
evolusi franchise dalam pemilihan di berbagai Penulis adalah Richard S. Katz yang
negara, dengan fokus pada persyaratan untuk merupakan peneliti yang berfokus terutama
memilih di majelis rendah parlemen nasional. Ini pada isu-isu partai politik, sistem pemilihan di
menunjukkan bahwa sebagian besar kualifikasi negara-negara demokrasi , dan demokrasi itu
untuk pemungutan suara dapat dikelompokkan sendiri. Beberapa buku yang ditulisnya sudah
ke dalam kelompok berdasarkan keanggotaan sering dijadikan sumber kutipan dan referensi.
komunitas, yang berdasarkan pada kompetensi, Selain berpengalaman dalam penelitian, penulis
dan yang didasarkan pada otonomi. juga seorang pengajar yang masih aktif di John
Bab keempat belas, “Candidacy”, yang Hopskin University dan beberapa universitas
mengkaji dampak regulasi pencalonan pada di Amerika dan Eropa, ditambah jabatannya
sistem pemilu dan proses demokrasi. Dalam ini sebagai editor di beberapa jurnal-jurnal politik
menunjukkan bahwa kontrol terhadap kandidat terkemuka.
ARWANI
NENENG SOBIBATU ROHMAH
Staf DKPP
Lahir di Tangerang pada 7 Maret 1994.
Pendidikan S1 nya ia tempuh di Universitas Islam * Korespondensi: arwani.suratman@gmail.com
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Ilmu
Politik. Saat ini, ia tercatat sebagai mahasiswa
Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia. ARIF BUDIMAN
Karya ilmiah yang telah ia tuliskan adalah Local
Kepala Sub Bagian Persidangan DKPP
Bossism in Decentralization Era: Study Political Power
and Local Bossism in Bangkalan, Madura, Indonesia, * Korespondensi: rifandia_kafka@yahoo.co.id
dan Factor Analysis of Political Reorientation Islamic
Union (Syarikat Islam) to Khittah 1905 (The Year
2015-2017). TETEN JAMALUDIN
* Korespondensi: cosmogov.unpad@gmail. Staf DKPP
com
* Korespondensi: tetenhumasdkpp@gmail.
com
C 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 35, 37, 40, 41, 42, 43, 44,
code of conduct 40, 65, 66 45, 46, 47, 48, 49, 50, 52, 55, 60, 61, 63, 65, 67, 68,
code of ethics 9, 19, 40, 55 71, 72, 74, 88, 90
constitutional court 65 pemilu 1, 2, 3, 4, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
coruption 77 24, 25, 26, 27, 28, 29, 36, 37, 38, 42, 45, 48, 49, 50,
51, 55, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 78,
D 79, 85, 99, 104, 105, 109, 110, 111
democratic election 9 pencegahan 19, 20, 23, 24, 25, 26
direct local election 77 pengawasan 9, 16, 17, 18, 36, 37, 49, 50, 52
penyelenggara pemilu 1, 2, 3, 10, 15, 16, 18, 19, 20, 21,
E 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 36, 37, 38, 42, 48, 49,
election 9, 19, 27, 40, 51, 54, 55, 56, 65, 68, 77, 93, 109 50, 51, 55, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 74, 104
election administrator 65 Penyelenggara Pemilu 1, 1, 2, 9, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
election commission 40, 55 26, 27, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 48,
election of tangerang 55 49, 50, 51, 53, 54, 56, 57, 60, 65, 66, 67, 68, 69, 74,
election organizer 27, 40 86, 88, 89, 90, 91, 98, 103, 104
ethics 2, 9, 19, 21, 25, 40, 55, 66, 68 pesta demokrasi 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 45
etika 2, 3, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 23, Pilkada 3, 4, 5, 27, 28, 29, 31, 33, 36, 37, 38, 39, 41, 42,
24, 28, 29, 42, 43, 44, 45, 48, 49, 50, 52, 65, 66, 67, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 56, 57, 58,
69, 70, 72, 74, 88 59, 60, 61, 62, 63, 77, 78, 79, 82, 84, 85, 86, 87, 88,
expensive 77 89, 90, 91, 101
I Pilkada Jateng 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52
indirect local election 77 pilkada langsung 77, 85
pilkada tangerang 55
J pilkada tidak langsung 77
juridical 9 politics 5, 77
politik 5, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 24, 27,
K 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 44, 45, 49, 50, 51,
Kelalaian Kerja 27 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 66, 69, 77, 79, 80, 84,
kode etik 1, 2, 3, 5, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 85, 87, 88, 90, 99, 104, 105, 110, 111
22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 35, 37, 38, 40, 41, 42, 43, preventive strategy 40
44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 52, 55, 57, 60, 61, 63, 65, putusan 2, 3, 23, 25, 29, 33, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 43, 47,
67, 68, 71, 72, 74, 88, 89, 90, 104, 111 48, 52, 62, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 87,
korupsi 41, 43, 46, 48, 50, 77, 82, 83, 84 90
kpud 55 putusan mahkamah konstitusi 65
L S
local election 27, 77 sloppy 27, 46, 47, 68
strategi pencegahan 40, 43, 48, 49
M supervision 9
mahal 77, 84
mahkamah konstitusi 65 T
modus 19, 20, 22, 23, 24 the violation mode 40
modus pelanggaran 3, 20, 22, 23, 24, 29, 40, 41, 42, 43,
44, 45, 46, 47, 49, 50, 52, 55, 68, 71, 74, 88, 98 V
modus pelanggaran kode etik 20, 22, 24, 29, 40, 41, 42, verdict 65
43, 44, 45, 46, 47, 49, 50, 52, 55, 68, 71, 74, 88 Violation 55
P Y
Pelanggaran 5, 10, 21, 22, 23, 40, 43, 44, 45, 48, 49, 52, yuridis 9, 10, 11, 12, 25
53, 54, 55, 56, 64, 88, 89, 91, 98, 101
pelanggaran kode etik 1, 2, 3, 5, 9, 10, 11, 15, 16, 17, 20,
1. TULISAN UTAMA (MAIN ARTICLES), topic ditetapkan redaksi - berisi karya ilmiah atau hasil kajian atau penelitian.
Ditulis dengan jumlah 15-20 halaman, jenis font Corbel, spasi 1,5 spasi, ukuran huruf 12, kertas A4.
2. TULISAN BEBAS (GENERAL ARTICLE), satu karya ilmiah di luar topik utama. Ditulis dengan jumlah 10-15 halaman,
jenis font Corbel, spasi 1,5 spasi, ukuran huruf 12, kertas A4.