Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN PEMAHAMAN BACAAN DAN MENULIS KAK FAUZAN AL-RASYID

(dibuat oleh @wtfngambis, dikutip dari @diiivay dan kak @fauzanalrasyid)

I. KONJUNGSI BAG. 1
a. Kutipan dalam berita ditulis dengan bahwa.
• Penyanyi Iwan mengumumkan jika konsernya akan diselenggarakan besok (salah).
• Rudi mengatakan bahwa anjingnya bukan hewan biasa (benar).
• Pengamat ponsel menilai bahwa PSBB menganggu bisnisnya (benar).

b. Jika digunakan untuk menandakan syarat.


• Jika tidak hujan, Yusuf akan mencuci motornya nanti siang (benar).

Berarti, dari kalimat tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa pencucian motor Yusuf bersifat
kondisional atau tergantung pada kondisi yang ada.

c. Bahwa digunakan untuk menyatakan penjelasan.


• Mumtaz mengatakan bahwa ia akan pergi ke Rawa Belong besok.
(subjek) (predikat) (konj.) (objek)

Bahwa menghubungkan predikat dengan objek klausa.

• Ayah menyatakan bahwa ia akan membelikan hadiah untukku jika nilai semesterku meningkat.
(sub.) (predikat) (konj.) (objek) (konj.)

Fungsi bahwa tidak bisa digantikan oleh jika. Dalam kalimat, jika dapat menjadi konjungsi di
dalam bagian kalimat yang telah dijelaskan oleh bahwa.

Apabila bahwa diganti dengan jika, kalimat tersebut akan menggantung makna dan
intonasinya.

Di media, kata bahwa bisa dihilangkan atau diganti dengan koma ( , ).

• Menteri Keuangan Republik Indonesia menyatakan, utang pemerintah tergolong aman.

Kata jika tidak bisa dilenyapkan seperti bahwa. Apabila konjungsi tersebut dihilangkan, dua klausa
tidak bisa dihubungkan menjadi satu kalimat.

• Klausa 1: hutan digunduli.


• Klausa 2: banjir bandang datang.

Dua klausa tersebut tidak akan menjadi kohesif tanpa dihubungkan dengan jika.

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 1


d. Penggunaan tetapi.
…, tetapi …
• Ghadis memang pintar, tetapi perilakunya pelik.

e. Penggunaan namun.
Namun, …
• Ghadis memang pintar. Namun, perilakunya pelik.

f. Contoh-contoh konjungsi antarkalimat.


Namun, …

Akan tetapi, …

Meski begitu, …

Dengan demikian, …

Walau begitu, …

Walau demikian, …

g. Konjungsi intrakalimat setara/koordinatif (dan, atau, tetapi, sedangkan).


Konjungsi koordinatif menghubungkan bagian kalimat yang tingkatnya setara.

Konjungsi koordinatif tidak dapat diletakkan di awal kalimat.

• A dan B.
• A, B, dan C.
• A atau B
• A, B, atau C
• …, tetapi ...
• …, sedangkan …

h. Konjungsi intrakalimat bertingkat/subordinatif (sejak, jika, dengan, sehingga).


Konjungsi subordinatif menghubungkan bagian kalimat bertingkat.

Konjungsi subordinatif dapat diletakkan di awal kalimat (kecuali sehingga).

• Saya makan jika lapar.


• Jika lapar, saya makan.
• Ia melatih anak-anaknya dengan sabar.
• Dengan sabar, ia melatih anak-anaknya.

i. Konjungsi intrakalimat berpasangan/korelatif (tidak …, tetapi dan bukan …,melainkan).


• Aku bukan anak SMP, melainkan anak SMA.
• Arya tidak sombong, tetapi pemalu.

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 2


j. Konjungsi antarkalimat (namun, oleh sebab itu, dengan demikian).
Konjungsi antarkalimat menghubungkan dua kalimat dan berada pada awal kalimat dan
dipisahkan dengan bagian lain pada kalimat.

• Saya tidak setuju. Namun, saya tidak dapat melarang.


• Oleh sebab itu, …
• Dengan demikian, …

II. IMBUHAN BAG. 1


a. Imbuhan “ter-“ dan “ber-“.
Jika imbuhan “ter-“ dan “ber-“ bertemu dengan kata yang suku kata pertamanya mengandung
unsur “er”, huruf “R” pada imbuhan harus meluluh/melebur.

• Cer – min, ditulis menjadi becermin atau tecermin.


• Ter – bang, ditulis menjadi beterbangan.
• Ker – lap, ditulis menjadi bekerlapan.
• Ker – ja, ditulis menjadi bekerja.
• Cer – na, ditulis menjadi tecerna.
• Der – ma, ditulis menjadi bederma.

Sementara,

• Me – rah
• Ce – ri – ta
• Ce – ra – mah
• Ke – ri – ngat
• Je – ra – wat
• Ce – rai

Kata-kata diatas tidak mengandung unsur “er” pada suku kata pertama. Huruf “R” ada

di suku kata kedua. Jadi “R” tidak melebur.

b. Penggunaan “Di” atau “Di-“?


“Di” sebagai kata depan.

“Di” sebagai kata depan harus dipisahkan antara kata depan dengan kata berikutnya. Umumnya, kata
depan diikuti oleh keterangan tempat atau waktu. Contoh:

• di rumah (keterangan tempat),


• di masa (keterangan waktu),
• di zaman (keterangan waktu),

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 3


• di samping (keterangan tempat),
• di sana (keterangan tempat),
• di kala (keterangan waktu).

Keterangan tempat tidak hanya menjelaskan tentang tempat yang “terlihat”, tetapi juga
tempat yang abstrak. Contoh:

• di sanubari,
• di hati,
• di angan-angan,
• di penglihatan.

“Di-“ sebagai imbuhan.

“Di-“ sebagai imbuhan harus serangkai antara imbuhan dengan kata dasarnya dimana kata
dasarnya merupakan kata kerja (verba).

• dibaca (baca).
• dilarang (larang).
• dijual (jual).
• diambil (ambil).
• dicuci (cuci).

Untuk menentukan kapan menggunakan “DI” atau “Di-“, kita dapat uji dengan cara
menambahkan “me-“ di awal kata dasar yang dimaksud. Apabila kata tersebut menjadi rancu, maka
yang digunakan adalah “Di”.

c. Hukum KTSP
Aturan 1: kata dasar berawalan huruf K, T, S, dan P yang diikuti huruf vokal akan meluluh ketika
bertemu dengan awalan “me-“ atau “pe-“.
“me-“ atau “pe-“ + K, T, S, P + huruf vokal = “meng-“ / ”peng-“, “mem-“ / “pem-“, “meny-“ / “peny-“

“men-“ / “pen-“

• pengurangan (kurang)
pe – k – vokal
• menulis (tulis)
pe – t – vokal
• menyuarakan (suara)
me – s – vokal
• memopulerkan (populer)
me – p – vokal

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 4


Aturan 2: kata dasar yang berawalan huruf P yang diikuti huruf konsonan tetap akan luluh jika
mendapat awalan “pe-“.

“pe-“ + p + huruf konsonan = “pem-“

• pemrosesan (proses)
pe – p – konsonan
• pemroduksi (produksi)
pe – p – konsonan

Jika imbuhan “me-“ bertemu dengan kata dasar yang berawalan huruf P yang diikuti huruf
konsonan, maka huruf tidak akan luluh.

“me-“ + p + huruf konsonan = TIDAK LULUH

• memprogram (program)
me – p – konsonan

PENGECUALIAN ATURAN KTSP:


• mempunyai (punya),
alasannya adalah karena kebiasaan.
• mengkaji (kaji),
alasannya adalah karena mengaji mempunyai arti yang lain.

d. “me – kan” atau “ me – i”?


me – ... – kan + (apa) + (siapa)

me – … – I + (siapa) + (apa)

• Saya mengajarkan matematika kepada siswa SD.


Saya mengajari siswa SD matematika.

• Ibu membekalkan nasi uduk untuk Abhi.


Ibu membekali Abhi nasi uduk.

• Pak Zai menuliskan surat peringatan kepada Allan.


Pak Zai menulisi Allan surat peringatan.

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 5


Dua pola lain penggunaan “me – kan” dan “ me – i”:

me – ... – kan + objek bergerak + objek diam

me – … – I + objek diam + objek bergerak

• Massa melemparkan kerikil kepada para polisi.


• Massa melempari para polisi dengan kerikil.

Subjek diam + me – ... – kan


Subjek bergerak + me – … – I
• Dia menjauhkan ayam goreng basi itu.
Dia diam, ayam goreng basi pindah tempat.

• Dia menjauhi ayam goreng basi itu.


Dia pindah tempat, ayam goreng basi diam.

Tidak semua kata konfiks “me – kan” pasti punya pasangan “ me – i”. Ada juga yang punya, tetapi
berbeda makna.

• memasukkan – memasuki (beda makna).


• mengatakan – mengatai (beda makna).
• memukulkan – memukuli (beda makna).
• menempatkan – menempati (beda makna).

• memutuskan (ada), memutusi (tidak ada).


• memusuhkan (tidak ada), memusuhi (ada).
• menjuarakan (tidak ada), menjuarai (ada).
• Menaklukkan (ada), menakluki (tidak ada).

e. Penulisan imbuhan pada kata bersuku kata tunggal.


“me-“ atau “pe-“ + kata dengan satu suku kata = “menge-“ atau “penge-“

• mengebom (bom).
• mengecor (tik).
• mengesahkan (sah).
• mengelas (las).

• pengebom (bom).
• pengecor (cor).
• pengesahan (sah).
• pengelas (las).

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 6


III. TATA BAHASA BAG. 1
Kata yang didahului Arti yang ditandai
Posisi/keberadaan Tujuan/arah
Tempat di ke
diantaranya, dihatiku. ke sana, ke Jakarta.

Bukan Tempat pada kepada


(orang, waktu, konsep) pada saya, pada hari kepadamu, kepada
Minggu, pada Ibu.
kesempatan.

*secara sederhana

Ketika sedang membahas tentang tempat riil (nyata, bisa dilihat) dan hanya menunjukkan posisi.
Gunakan “di”.

a. Konsep tempat.
Konsep tempat berarti ruang (bidang, rumah, dsb.) yang tersedia untuk melakukan sesuatu
atau dipakai untuk meletakkan sesuatu.

“di” tidak dipakai jika diikuti kata benda abstrak (niskala/tak berwujud)

• di pertandingan itu (salah) – pada/dalam pertandingan itu (benar).


• di pikirannya (salah) – pada/dalam pikirannya (benar).
• di kesempatan ini (salah) – pada/dalam kesempatan ini (benar).

“di” tidak digunakan jika keterangan tempat didahului angka atau menunjukkan kuantitas.

• di sebuah kapal (salah) – pada sebuah kapal (benar).


• di dua kamar (salah) – pada dua kamar (benar).
• di banyak pulau (salah) – pada banyak pulau (benar).

“di” tidak digunakan jika diikuti keterangan tempat yang tidak aktual/sebenarnya.

• di wajahmu, kulihat bintang (salah) – pada wajahmu, kulihat bintang (benar).


• sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi (salah) – sisa makanan yang tertinggal pada
sela-sela gigi (benar).

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 7


b. Preposisi pada.
Preposisi pada dapat digunakan sebagai penanda hubungan waktu.

• Di tahun, di masa, dan di abad SALAH. Yang benar adalah pada tahun, pada masa, dan
pada abad.

Pada digunakan di:

depan kata ganti,

• pada aku
• pada dia

depan nama perkerabatan,

• pada Ibu
• pada Ayah

depan nama diri.

• pada Alesha
• pada Shakira

depan nama waktu,

• pada hari Minggu


• pada pagi buta

depan nama jabatan,

• pada direktur
• pada gubernur.

Gunakan “dalam” atau “di dalam” di depan kata yang menyatakan karangan, tulisan, buku,
koran, atau majalah.

• dimuat dalam koran


• dimuat di dalam kamus

Preposisi “pada” berubah menjadi “kepada” jika tekanannya mengenai arah.

• Shakira melapor kepada polisi (benar).


Shakira melapor pada polisi (salah).
• Shakira melapor ke kantor polisi (benar).
Shakira melapor ke polisi (salah).
• Kue ini saya berikan kepada Ibu (benar).
Kue ini saya berikan ke Ibu (salah).
Kue ini saya berikan pada Ibu (salah).

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 8


Beberapa contoh lain dari kejadian ini adalah:

• Tolong titipkan sepedaku pada Bagong.


Keterangan merupakan posisi, tetapi bukan tempat.
• Pada masa lalu, kita berjuang melawan penjajah.
Keterangan waktu.
• Asian Games 2018 digelar pada dua tempat.
Keterangan waktu didahului angka.
• Miami Heat kalah pada pertandingan semalam.
Tempat abstrak
• Anda bisa membayar kepada kasir.
Keterangan menyatakan arah, bukan lokasi. (kasir adalah profesi).

c. Prinsip subjek dan predikat.


Dalam sebuah kalimat, minimal harus mengandung subjek (s) dan predikat (p).

Terawan menanggapi COVID-19 dengan sepele.

(subjek) (predikat) (objek) (keterangan)

d. Partikel
Partikel adalah kata yang terkait dengan kata lain.

“-lah” harus ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

• Menurutnya, buruh dan petanilah yang butuh dipersenjatai.


• Hanya Tuhanlah yang dapat mengampuni manusia.

“-kah” harus ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

• Mampukah Joni mengambil gitarnya dan memainkan sebuah lagu.


• Siapkah kau untuk jatuh cinta lagi?
• Di manakah akal sehatnya?

“pun” harus ditulis secara terpisah dengan kata yang mendahuluinya.

• Apa pun rencanamu, aku setuju.


• Di mana pun ia berada, ia tidak akan bebas.
• Baskara belum menyanyi sekali pun.

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 9


Namun, terdapat 11 pun yang ditulis serangkai.

• 2A: adapun, ataupun.


• 2B: bagaimanapun, biarpun.
• 2K: kalaupun, kendatipun.
• 2M: maupun, meskipun.
• 2S: sekalipun, sungguhpun.
• 1W: walaupun.

“per” harus ditulis secara terpisah dengan kata yang mendahuluinya.


Bedakan “per” sebagai partikel dan sebagai kata depan (preposisi).

Sebagai partikel, per mempunyai arti: demi, tiap, mulai.

• Fathur menghubungi Hakim per telepon.


• Kageyama memukul bola dengan kecepatan 95 kilometer per jam.

Sebagai preposisi, per mempunyai arti: bagi, dengan.

• dua persepuluh.
• tiga dua-pertiga.

Antar- ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

• antarteman,
• antarnegara,
• antarumat.

Ekstra- ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

• ekstrakurikuler,
• ekstravaganza,
• ekstraposisi.

Maha- ditulis serangkai kecuali dengan kata yang berimbuhan

• mahakuasa,
• mahasiswa.

• maha penyayang,
• maha pengasih,
• maha mengetahui,
• maha Esa (pengecualian).

Non- ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

• nonstop,
• nonformal,
• nonpartai.

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 10


Pasca- ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

• pascasarjana,
• pascabanjir,
• pascakrisis.

Pra- ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

• prasejarah,
• prakerja.

Sub- ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

• subbab,
• subsektor.

Serba- ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

• serbasalah,
• serbaada.

Kombinasi dengan kata hubung.

Hal ini terjadi ketika kata yang mengikutinya diawali huruf kapital.

• anti – Amerika,
• pasca – Perang Dunia ke-II,
• pra – Revolusi 1917,
• non – Islam.

IV. KALIMAT PASIF BAG. 1


a. Ciri-ciri kalimat pasif

• Subjek sebagai penderita.


• Predikat berimbuhan “di-“, “ter-“, atau “ter – kan”.
• Predikat berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata kerja yang
kehilangan awalan).

b. Jenis-jenis kalimat transitif

• Kalimat pasif transitif


(memiliki objek)

Bu Lay menggoreng bakwan (kalimat aktif).


(subjek) (predikat) (objek)

Bakwan digoreng Bu Lay (kalimat pasif).


(subjek) (predikat)(objek)

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 11


• Kalimat pasif intransitive.
(tidak memiliki objek)

Emas digadaikan ke toko perhiasan.


(subj.)(predikat) (keterangan)

c. Predikat persona.
• Ayah membaca koran (kalimat aktif).
Koran dibaca Ayah (kalimat pasif).
• Aku membaca novel (kalimat aktif)
Novel kubaca (kalimat pasif).

Ketika ditulis sebagai kalimat aktif, akan terdapat kata ganti orang (saya, aku, dia, kamu, kau, anda,
kami, kita, kalian, mereka).

Objek + kata ganti orang (pronomina) + verba tanpa awalan.

Contoh:

• Buku itu sedang mereka kembalikan.


• Perjanjian ini harus anda setujui.
• Motormu sudah ku beli.

d. Imbuhan “ter-“.
• Pesan ini terbawa ke persekutuanmu.
• Tempat ibadah terbakar lagi.
• Ia tak terbutakan dunia akhirat.

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 12


V. KALIMAT EFEKTIF BAG. 1
a. Paralelisme.
Paralelisme memberikan dua atau lebih bagian dari seluruh kalimat bentuk yang sama sehingga
membentuk pola tertentu.

Verba, verba, dan verba.


Adjektiva, adjektiva, dan adjektiva.
Nomina, nomina, dan nomina.

(verba adalah kata kerja, adjektiva adalah kata sifat, dan nomina adalah kata benda).

Contoh:
• Mereka dilarang mengobrol (v), menyontek (v), dan tidur (v).
• Mumtaz merupakan lelaki yang tampan (a), pintar (a), dan rajin menabung (a).
• Theodorus menghibur diri dengan membaca buku (n), novel (n), dan komik (n).

b. Kata sifat tidak dapat disambung dengan kata ganti apa pun.

pintarmu, malasku, cantikmu (salah)


ubahlah menjadi
kepintaranmu, kemalasanku, cantikmu (benar)
.

VI. SUBJEK DAN PREDIKAT BAG. 1 (harus dimiliki oleh kalimat efektif)
a. Subjek.
Subjek adalah jawaban dari pertanyaan tentang siapa/apa pelaku predikat dalam kalimat.

• Ibu berbelanja ke pasar.


Siapa yang berbelanja ke pasar? Ibu.
• Keanekaragaman membuat Indonesia unik?
Apa yang membuat Indonesia unik? Keanekaragaman.
b. Verba transitif.
I. Verba transitif butuh objek.
II. Bisa diubah ke bentuk pasif.
III. Menggunakan imbuhan.
• “me-“, “memper-“, “memper – kan”, “me – I”, “memper – I”, “me – kan”
IV. Bisa didahului adverbia seperti:
• telah, sudah, sedang, akan, hampir, segera, dll.
V. Bisa diperluas dengan menambahkan “dengan + kata sifat”.
• Jerinx menyapu halaman dengan telaten.

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 13


Terdapat tiga macam verba transitif yaitu:
Ekstratransitif, verba transitif yang hanya diikuti satu objek.
• Edam memasak telur di dapur.

Dwitransitif, verba transitif yang diikuti objek dan pelengkap (kata yang tidak bisa menjadi
subjek ketika kalimat diubah kalimat pasif).
• Mas Rocky membelikan Kak Jun baju batik.

Semitransitif, verba transitif yang bisa tidak diikuti objek.


• Hakim sedang membaca.
• Hakim sedang membaca pantun.

c. Verba intransitive
I. Verba transitif tidak membutuhkan objek.
II. Tidak bisa diubah ke bentuk pasif.
III. Menggunakan imbuhan.
• “ber-“, “ter-“, “ber – an”
Contoh:
• Fadhlan berdansa di Gunung Pancar.
• Apis terpesona oleh kecantikannya.
• Sage berlarian di pelataran masjid.
Catatan
• Beberapa kata kerja bisa berimbuhan “me-“ (menari, mengeong, meraung,
menggonggong).
• Kata kerja berimbuham “me-“ yang boleh digunakan untuk klausa ini adalah kata kerja
yang tidak dapat dibubuhi unsur objek.

selesai. selamat belajar teman-teman semoga berguna hehe <3. bismillah google drivenya bisa gue
update terus yah hehe.

sumber: twitter.com/fauzanalrasyid, twitter.com/diiivay 14

Anda mungkin juga menyukai