Belajar dari siklus dan sejarah pergerakan harga suatu saham, maka
seorang analis mencoba menggunakan metoda analisa dari chart atau
gambar pergerakan di masa lalu untuk memprediksi trend atau
pergerakan harga kedepan.
Yang perlu diingat adalah tidak ada metoda analisa teknikal yang
memiliki akurasi 100 persen, apalagi di jaman now, bid dan offer palsu
sangat mudah dibuat, hanya dengan satu kali klik, tak jarang bid tebal-
tebal yang membentuk benteng kokoh atau kita namakan support, bisa
hilang begitu saja, demikian pula offer yang tebal-tebal yang kita
namakan resistance bisa hilang begitu saja hanya dengan satu kali klik.
Sangat penting disadari, sehebat apapun ilmu analisis teknikal yang kita
kuasai, tetap mengandung resiko, oleh sebab kita berhadapan dengan
psikologis market, dan otak manusia yang sifatnya tidak linear.
Resiko atau risk adalah besarnya potensi kerugian yang akan didapat
apabila prediksi pergerakan harga tidak sesuai dengan hasil analisa kita.
Adanya reward yang bisa didapat dari analisis teknikal inilah membuat
saya mencoba berbagi beberapa kesepakatan yang ada pada analisis
teknikal.
Kunci belajar analisis teknikal, adalah belajar kesepakatan pola-pola,
yang di masa lalu, seringkali sesuai dengan rambu-rambu, namun tak
jarang beberapa diantaranya meleset.
TRADING PLAN
Dalam membuat trading plan, ada banyak metoda dan indikator yang
bisa digunakan, metoda yang paling umum digunakan adalah menemukan
harga terendah, dan harga tertinggi yang disepakati oleh market.
Sehingga jika diibaratkan sebuah rumah, level support adalah lantai dan
resistance adalah atapnya.
Adapun penawaran jual 100 orang di harga 54 (100 x 100 lot = 10 ribu
lot), 300 orang diharga 55 ( 300 x 100 lot = 30 ribu lot ), 1000 orang di
harga 56 ( 1000 x 100 lot = 100 ribu lot), 1 orang di harga 57 ( 100 lot).
permintaan beli penawaran jual
jumlah lot harga jumlah lot harga
10000 lot 53 10000 lot 54
30000 lot 52 30000 lot 55
20000 lot 51 100000 lot 56
100000 lot 50 100 lot 57
Berdasarkan data antrian permintaan beli dan jual, maka antara pembeli
dan penjual, belumlah terjadi kesepakatan, harga akan terbentuk ketika
permintaan dan penawaran mencapai kata sepakat.
Jumlah permintaan beli terbanyak ada pada harga 50 sebanyak 100 ribu
lot inilah yang dinamakan support.
Banyaknya lot membuat suatu harga akan bertahan lama hingga lot yang
tersedia habis terserap, namun secara psikologis tentunya masing-
masing menginginkan best price (harga terbaik), pembeli menginginkan
harga semurah-murahnya, penjual menginginkan harga setinggi-
tingginya, oleh karena itu ketika harga support tersentuh, lot pembelian
yang tersedia di harga support sangat banyak, sehingga yang antri beli
di support terutama yang paling terakhir seringkali tidak dapat barang,
bagi trader yang tidak sabar tak jarang ada yang memutuskan beli di
atas support, sehingga memberikan permintaan pembelian lebih tinggi
diatas harga support, bahkan tak jarang langsung beli harga penawaran
terendah tanpa antri (istilah kerennya hajar kanan /HAKA),inilah yang
menyebabkan harga seringkali mantul ketika menyentuh support.
Support akan tertembus ketika supply penawaran bertambah banyak,
adapun demand permintaan barang semakin sedikit, sehingga yang
tadinya menawarkan harga tinggi, mulai menurunkan harganya supaya
terserap pasar, dan hargapun turun.
Cara kedua, tertembus oleh sebab pembatalan sepihak, bid dan offer
yang tiba-tiba hilang atau manipulasi yang sengaja dibuat untuk
mencapai target harga yang diinginkan.
Tak jarang pada posisi panic sell atau panic buy, posisi support dan
resistance ini bagaikan dinding kaca yang rapuh, yang mudah sekali
retak, sehingga menyentuh titik-titik support dan resistance baru.
Sebelum kita mengenal support dan resistance dalam bentuk chart, atau
grafik, bagaimana cara menentukan garis support dan resistance yang
benar, ada baiknya kita ke online trading, untuk melihat bid dan offer
pada suatu saham, agar tahu darimana sumber yang membentuk dan
melukis chart itu berasal.