Om Swastyastu,
Om Annobadrahkrtavoyantu Visvatah
Artinya :
Ia yang pikirannya tidak terusik di tengah-tengah kesedihan dan terbebas dari hasrat
keinginan di tengah-tengah kesenangan, yang nafsu, rasa takut, dan kemarahannya telah
lenyap, ia di sebut muni (orang bijak) yang teguh iman.
(Eka)
Keinginan atau nafsu itu memerlukan pemuasan, dan akan membawa malapetaka bagi
seseorang apabila keinginan-keinginan itu tidak dapat memuaskan dirinya. Pemuasan nafsu
mempunyai wilayah yang disebut wisaya. Wisaya juga merupakan objek keinginan atau
objek untuk pelampiasan nafsu. Jika segala nafsu atau keinginan itu di cegah, maka akan
terjadi keguncangan-keguncangan dalam diri seseorang. Cenderung timbul ketidakbaikan
apabila keinginan-keinginan itu bersikeras melawan pertimbangan akal sehat dan kegelapan
menyelubungi pikiran seseorang. Sebaliknya akan timbul hal-hal yang baik jika pemuasan-
pemuasan keinginan itu menuruti pertimbangan akal sehat (wiweka). Alat untuk memenuhi
segala keinginan atau nafsu adalah indriya. Indriya merupakan pintu gerbang alam pikiran
yang menghubungkan segala yang bersifat kejiwaan dengan dunia. Persentuhan indriya
dengan dunia menimbulkan berbagai interaksi, yang kemudian menjadi aspek-aspek
kehidupan manusia (Wahyuna)
Pikiran merupakan sumbernya indriya, ialah yang menggerakkan perbuatan yang baik
dan buruk. Pikiran seringkali mempengaruhi tingkat keimanan seseorang, karena pikiran
dapat terkontaminasi oleh segala bentuk kesenangan dan kesedihan, yang dapat
menenggelamkan kehidupan seseorang dalam keduniawian. Menurut Svami Vivekananda,
mengendalikan pikiran itu sangat sulit, ibarat memasukkan kera kedalam karung. Bagaimana
gejolak dan ributnya kera-kera itu di dalam karung, deikianlah digambarkan pikiran yang
hendak dikendalikan itu. Karena pikiran itu harus dilatih, dikendalikan, diarahkan ke hal-hal
yang bersifat baik dan suci. Orang yang berhasil mengendalikan pikirannya akan dapat
merasakan kebahagiaan, baik sekarang ataupun nanti. Perbuatan yang nampaknya baik, kata-
kata yang halus, tidak ada gunanya apabila di dalam hatinya jahat. Lebih buruk orang yang
jahat hatinya daripada orang yang kasar kata-katanya. Karena itulah manusia harus memiliki
Manacika Parisudha yaitu pikiran yang baik dan suci (Widha Erpani)
Dalam ajaran yoga, alam pikiran disebut citta, yang merupakan hasil pertama dari
prakerti. Dalam Yoga Ada lima macam keadaan pikiran yang ditentukan oleh intensitas
sattwam, rajas, dan tamas , antara lain :
Dalam Yoga Sutra Patanjali I.1 disebutkan “Yogascitta Vritti Niroddhah” artinya Yoga
adalah pengendalian gelombang-gelombang pikiran. Ajaran Yoga menuntun seseorang tahap
demi tahap untuk mengendalikan pikiran dan dirinya sehingga dapat mencapai ketenangan
guna sampai pada Tuhan. Cara untuk mengendalikan diri dalam Yoga disebut dengan “
Astangga Yoga” yang terdiri dari : (Eli Puspita)
1. Yama, artinya pengendalian diri yang harus dilakukan setiap orang dalam usaha
untuk meningkatkan kualitas hidup
2. Nyama, artinya pengendalian diri dalam aspek mental.
3. Asanas, artinya mengatur sikap duduk dan disiplin untuk menenangkan pikiran
4. Prana, artinya pengendalian nafas
5. Pratyahara, yaitu mengontrol dan mengendalikan semua indriya sehingga dapat
melihat sinar-sinar suci.
6. Dharana, artinya mengikat pikiran pada suatu objek, agar supaya ia menetap dan
tidak goyah.
7. Dhyana, artinya pikiran yang terlatih dan tetap terpusat pada suatu objek di dalam
atau diluar diri dan kemudian mengalir arus kekuatan yang tak terpecah-pecah.
8. Samadhi, artinya luluhnya pikiran dengan atma (Titi Rahayuni)
Demikian yang dapat kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Semoga
dengan belajar mengendalikan pikiran, kita dapat dijauhakan dari segala rasa keterpurukan,
utamanya dalam menghadapi virus corona covid-19. Apabila ada hal – hal yang kurang
berkenan mohon dimaafkan, “Tan Hana Wwang Swasty Hayu Nulus” tidak ada manusia
yang sempurna. (Trisna Agustini)