No Pertanyaan Jawaban
Jenis surfaktan kan ada ionik dan non Kami memilih surfaktan nonionik karena
ionik, jenis surfaktan apa yg dipilih untuk menghindari pengaruh muatan yang
pada kelompok mbak lizia dan mengapa bisa merusak stabilitas sistem mikroemulsi.
anda memilih surfaktan tsb Saat penambahan surfaktan non ionik,
tegangan antarmuka mula-mula akan turun
dengan cepat hingga mencapai titik tertentu
1
dimana tengangan antarmuka tidak akan
berkurang lagi meskipun dilakukan
penambahan surfaktan. Titik tertentu disebut
juga critical micelle concentration (cmc).
Dipilih surfaktan tween 80 karena tidak
bersifat toksik dan tidak menimbulkan iritasi.
kenapa kelompok kalian menggunakan digunakan 2 pengawet yaitu nipagin dan
2 pengawet nipagin dan nipasol, nipasol karena mikroemulsi terdiri dari fase
tersebut? Kenapa tidak 1 saja? minyak dan air, maka penggunaan nipagin
sebagai pengawet pada fase air dan nipasol
sebagai pengawet pada fase minyak. Selain
2
itu efektifitas dari pengawet dapat berkurang
dengan adanya tween 80 karena terbentuknya
misel, sehingga untuk mengatasi hal tersebut
yaitu dengan mengkombinasikan 2
macam pengawet atau lebih.
Kenapa dipilih VCO sebagai fase VCO merupakan minyak kelapa murni yang
minyak didalam formulasi tersebut ? diolah dalam suhu rendah tanpa melalui
pemanasan sehingga kandungan yang penting
tetap dapat dipertahankan. Asam lemak
utama dalam VCO adalah asam laurat yaitu
suatu asam lemak jenuh berantai sedang yang
memiliki efek melemahkan bagi
mikroorganisme patogen seperti bakteri,
3 khamir dan jamur. VCO merupakan minyak
stabil, minyak ini tidak mudah rusak dengan
adanya panas serta tahan terhadap cahaya dan
udara. Dibandingkan dengan minyak nabati
lainnya, minyak kelapa memiliki kandungan
asam lemak yang paling tinggi, minyak ini
tidak mudah tengik karena kandungan asam
lemak jenuhnya tinggi sehingga proses
oksidasi.
4 adakah faktor lain yg mempengaruhi hal yang dapat mempengaruhi viskositas
viskositas selain adanya agen sepert agen suhu dan penyimpanan. Dimana
pengental ? pada saat penyimpanan ada 3 temperatur yg
berbeda berubah pada setiap kali
pengamatan, hal ini dapat meningkat karna
struktur mikroemulsi menjadi lebih padat
selama penyimpanan sehingga butiran sulit
untuk bergerak karna ruang sempit antara
pertikel Sementara itu viskositas menurun
dipengaruhi oleh kenaikan suhu, dimana suhu
tinggi dpt mengurangi viskositas
apa parameter keberhasilan untuk Dari beberapa jurnal yang saya baca untuk
penetapan viskositas? parameter viskositas sendiri tidak ada yang
menyatakan spesifik viskositas dengan nilai
uji viskometer dengn nilai sekian Cp. Karena
sediaan emulsi ada yang oral ada yang krim
sehingga untuk parameter viskositasnya
sesuai sediaan emulsi yang akan dibuat, dari
5
jurnal saya baca rata-rata viskositas emulsi
untuk sediaan krim diharapkan memiliki nilai
2000 Cp - 4000 Cp. Sedangkan untuk
rheologi sediaan lebih ke non newton dan
aliran thiksotropi. Sehingga konsistensinya
lebih lama kembali dari bentuk semulanya
setelah dicampur.
kenapa kelompok kalian lebih memilih Jadi obat ketoconazole adalah obat yang
untuk membuat sediaan mikroemulsi praktis tidak larut didalam air. Kelarutan
dibandingkan dengan sediaan emulsi sendiri memegang peranan penting dalam
secara konvensional? formulasi sediaan farmasi. Nah salah satu
cara yang dilakukan oleh industri farmasi
untuk meningkatkan kelarutan obat adalah
dengan membuat sediaan mikroemulsi.
Mikroemulsi sendiri merupakan dispersi
yang terdiri dari fase air, fase minyak,
surfaktan dan kosurfaktan. Dengan adanya
6 surfaktan dan kosurfaktan dapat menurunkan
tegangan permukaan sehingga lebih stabil
secara termodinamikanya. Kelebihan
mikroemulsi dibandingkan dengan emulsi
konvensional adalah sistem yang stabil
secara termodinamika dan
transparan,meningkatkan kelarutan senyawa
lipofilik, meningkatkan bioavailabilitas dan
memiliki kemampuan berpenetrasi yang baik.
Pada penggunaan secara topikal mikroemulsi
lebih mudah untuk menembus kulit
Dimanakah ruang produksi pada Ruang produksi pada sediaan mikroemulsi
sediaan mikroemulsi? adalah pada Grey area. Area ini disebut juga
area kelas D. Ruangan ataupun area yang
masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi
produk non steril, ruang pengemasan primer,
ruang timbang, laboratorium mikrobiologi
7
(ruang preparasi, ruang uji potensi dan
inkubasi), ruang sampling di gudang. Setiap
karyawan yang masuk ke area ini wajib
mengenakan gowning (pakaian dan sepatu
grey). Antara black area dan grey area
dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock.
Bagaimana cara pegujian diameter Pengukuran diameter globul dilakukan
globulnya (jelaskan secara jelas dan dengan alat particle size analyzer yang
singkat). Dan berapa diameter yang baik memiliki range pengukuran 0,6 nm- 7 mikron
sehingga lulus uji? untuk dinyatakan lulus uji. Data yang didapat
yaitu beruva distribusi ukuran. Sediaan
8
mikroemulsi sendiri dilarutkan terlebih dulu
dengan aquadest. Sediaan mikroemulsi
sendiri adalah dispersi yang mempunyai
ukuran yang sangat kecil sekitar 5nm- 200nm
sehingga akan terlihat transparan
Pada formulasi dituliskan ada Penambahan kosurfaktan pada mikroemulsi
penambahan ko surfaktan. Kenapa pada bertujuan untuk menurunkan tegangan antar
pembuatan mikroemulsi perlu muka fase minyak dan air. Penambahan
ditambahkan ko surfaktan? Dan kenapa kosuraktan berperan dalam pembentukan
yg dipilih adalah sorbitol droplet mikroemulsi, sehingga meningkatkan
solubilisasi gugus non polar. Kosurfaktan
yang digunakan adalah sorbitol. Sorbitol
sangat mudah larut dalam air sehingga akan
berpartisi kedalam fase air dan sebagian lagi
akan masuk ke bagian polar dari tween 80
sehingga dengan adanya sorbitol akan
membantu menurunkan tegangan antarmuka
air-minyak menjadi lebih rendah sehingga
9
akan menghasilkan mikroemulsi
dikatakan ko surfaktan berperan dalam Ada, ukuran droplet mikroemulsi yaitu
pembentukan droplet emulsi. Apakah diantara 20-200 nm (Okyar et al., 2012; Dizaj
ada ukurannya sehingga suatu sediaan SM, 2013). Faktor yang mempengaruhi
tsb dapat dikatakan sebagai mikro suatu mikroemulsi tidak memenuhi
emulsi? Jika suatu mikroemulsi tidak persyaratan ukuran droplet yaitu
memenuhi persyaratan ukuran droplet, kemungkinan terdapat misel yang terbentuk
faktor apa yang mempengaruhi hal dari surfaktan dan berada dalam mikroemulsi
tersebut? yang ukurannya lebih besar dari droplet
mikroemulsi. Ukuran misel yaitu antara 5-
5000 nm (Agoes G, 2012) sehingga yang
pada pengukuran droplet yang terukur adalah
droplet mikroemulsi dan misel surfaktan.
pada PH berapa sediaan kalian Kulit mempunyai rentang pH 4,5-6,5. Jika
dinyatakan layak untuk dipasarkan di pH terlalu asam atau basa maka akan
masyarakat? merusak mantel asam kulit sebagai pelindung
10 pertama kulit, sedangkan apabila terlalu basa
dapat menyebabkan kulit kering. Oleh karena
itu pH sediaan mikroemulsi harus berada
pada rentang 4,5-6,5.
Tambahan Bu Malinda :
1. Tidak ada persyaratan spesifik dalam Compendia mengenai viskositas, karena viskositas
itu tergantung dari bahan yang digunakan. Jadi, polimer yang kita gunakan itu akan
mempengaruhi viskositas dan rheologi dari sediaan yang dihasilkan
2. Fungsi dari ko-surfaktan ko-surfaktan itu perannya mengisi celah kosong antara
struktur-struktur surfaktan (berbeda-beda), kebanyakan surfaktan yang cabangnya tidak
terlalu banyak/rapat, misalnya 1 rantai tunggal polimer, ketika berinteraksi di permukaan
sebagai surface active agent maka akan berinteraksi antar muka antara minyak dan air dan
membentuk struktur yang kurang rapat karena tidak memiliki banyak gugus/rantai
samping sehingga strukturnya akan lebih banyak celahnya maka celah itu akan diisi oleh
ko-surfaktan sehingga strukturnya akan lebih rapat dengan demikian dapat melingkupi
droplet/globul minyak maupun air dengan lebih (secara) menyeluruh. Jika banyak celah
maka akan berpotensi terjadi ketidakstabilan misalnya dropletnya rusak, terjadi koalesen,
agregasi antar droplet, flokulasi, dan memicu ketidakstabilan lainnya. Jadi fungsi ko-
surfaktan adalah membuat struktur surfaktan itu lebih rapat sehingga mampu melapisi
globul dengan lebih menyeluruh (rapat) stabilitas dalam sistem emulsi dapat
ditingkatkan adanya ko-surfaktan
3. Ketokonazol larut dalam etanol dan pelarut organaik lain, tetapi dalam preformulasi tidak
disebutkan larut dalam minyak. Sedangkan dalam siste emulsinya, ketokonazol masuk
fase dalam dengan minyak. Apakah ketokonazol akan larut di VCO? Karena belum tentu
bahan yang larut dalam pelarut organik pasti akan larut dalam minyak. Ada beberapa
bahan yang sifatnya hidrofob, tetapi saat dilarutkan dalam minyak tidak larut juga, sifat
hidrofob tapi tidak lipofilik. Dasarnya apa melarutkan ketokonazol dalam VCO? Apakah
ada studi kelarutan terlebih dahulu, atau ada data uji koefisien partisinya?
Jawab: Menurut Patel et al (2013), ketoconazol dapat larut didalam VCO dan terdistribusi
efektif pada sediaan topikal antifungi.
6. Pemilihan cara pengujian tipe emulsi menggunakan cara pengenceran, kenapa memilih
cara tersebut? Karena cara ini memiliki bias cukup besar
Jawab: Metode pengenceran. Metode ini berdasarkan atas adanya kenyataan bahwa fase
luar emulsi dapat diencerkan. Emulsi ditambahkan sedikit air dan setelah pengocokan
atau pengadukan akan diperoleh kembali emulsi yang homogen, hal in menunjukka
bahwa emulsi yang diuji berjenis M/A dan sebaliknya, jika emulsi dicampur dengan
minyak maka emulsi tetsebut akan pecah. Hal tersebut akan memberikan hasil sebaliknya
pada jenis A/M. Metode pengenceran juga dapat dilakukan sebagai berikut: jika 1 tetes
emulsi dicampurkan ke dalam air dan segara terdistribusi (kadang-kadang wadahnya
dikocok perlahan), maka sampel adalah emulsi M/A. 1 tetes emulsi A/M akan tetap
berada pada permukaan air (Voigt, 1995).
Kommuru, T. R., Gurley, B., Khan, M.A., Reddy, I.K. 2001. Self-emulsifying Drug Delivery
Systems (SEDDS) of Coenzyme Q10: Formulation Development and
Bioavailability Assessment. Int. J. Pharm. 212: 233-246.
Patel ,H.C., Parmar, G., Seth, A.k., Patel, J.D., and Patel , S.R., 2013, Formulation and
Evaluation of O/W Nanoemulsion of Ketoconazole, Department of Pharmacy,
Sumandeep Vidyapeeth, Piparia
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V. Yogyakarta: Gadjah Mada
Universiti Press.