Anda di halaman 1dari 16

F22B

MIKROKAPSUL
KELOMPOK 4
PENGERTIAN
MIKROKAPSUL
Mikroenkapsulasi adalah teknologi untuk
menyalut/ melapisi suatu zat inti dengan
suatu lapisan dinding polimer sehingga
menjadi partikel- partikel berukuran mikro.
Bahan inti dapat berupa padatan, cair, dan
gas.
Mikroenkapsulasi juga adalah teknologi
penyalutan secara langsung terhadap bahan
aktif dalam bentuk partikel yang halus dari zat
padatan, cairan, dan bahan-bahan gas dalam
kapsul kecil yang melepaskan zat aktif
tersebut secara terkontrol.
KEUNTUNGAN

Dapat melindungi bahan aktif dan mencegah


01 penurunan aktivitas sehingga meningkatkan stabilitas .

02 Dapat menutupi rasa dan bau aromatik.

Meningkatkan stabilitas sehingga melindungi senyawa


03 yang penting pada ekstrak
.

04 Dapat meningkatkan bioavabilitas.


KERUGIAN

Tidak ada proses mikroenkapsulasi tunggal yang dapat


01 diterapkan pada semua calon bahan inti produk.

02 Proses penyalutan terkadang tidak sempurna.

Kadang-kadang terjadi penggumpalan mikrokapsul.


03

04 Biaya yang relatif mahal.


01
Pelindungan bahan inti yang sensitif atau
tidak stabil dari pengaruh lingkungan
TUJUAN
MIKROKAPSUL
sebelum digunakan.

Meningkatan waktu simpan dengan


02 mencegah reaksi degradasi (oksidasi,
dehidrasi).

03 Mengatur pelepasan bahan inti.

04 Mengurangi bahaya dari bahan inti yang


toksik..
KOMPONEN MIKROKASUL

Bahan inti

Bahan inti adalah bahan spesifik yang akan disalut, dapat berupa
zat padat, cair, maupun gas. Inti zat padat dapat berupa
campuran dari bagian-bagian yang aktif, stabilisator, pengencer,
pengisi, dan penghambat atau pemacu pelepasan. Inti zat cair
dapat terdiri dari senyawa polar atau nonpolar sebagai bahan aktif
atau sebagai media bagi bahan aktif dalam bentuk larutan,
suspensi, atau emulsi. Mikrokapsul dapat mengandung bahan inti
sampai 99% dihitung terhadap berat mikrokapsul.
KOMPONEN MIKROKASUL

Bahan penyalut

Bahan penyalut adalah bahan yang digunakan untuk melapisi bahan inti.
Bahan penyalut harus mampu memberikan suatu lapisan tipis yang
kohesif dengan bahan inti, dapat bercampur secara kimia dan tidak
bereaksi dengan bahan inti, dan dapat memberikan sifat penyalutan yang
diinginkan seperti kekuatan, fleksibilitas, impermeabilitas, sifat-sifat optik,
dan stabilitas. Bahan penyalut yang digunakan dapat berupa karbohidrat,
protein, dan polimer sintetik. Jumlah polimer penyalut dapat bervariasi dari
1 hingga 70% dari berat mikrokapsul, biasanya antara 3 hingga 30%
dengan ketebalan 0,1 hingga 60 nm
KOMPONEN MIKROKASUL

Pelarut

Pelarut adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan penyalut


dan mendispersikan bahan inti. Pelarut yang digunakan tidak atau hanya
sedikit melarutkan bahan inti, tapi dapat melarutkan bahan penyalut.
Pelarut yang digunakan bisa pelarut tunggal atau pelarut campuran.
kelemahan memecahkan campur, karena perbedaan Kecepatan pelarutan
akan mengakibatkan penggumpalan. Untuk itu dipakai pelarut campur
azeotrop yaitu campuran pelarut dengan komposisi dan titik didih
tetap,dimana selama penguapan komposisi tidak larut berubah.
Bentuk Mikrokapsul
o Continuous core/shell
mikrokapsul berbentuk lingkaran
dimana zat inti berupa suatu
bagian utuh yang langsung
dilapisi shell nya.

o Multinuclear mikrokapsul
bentuk mikrokapsul tidak
Skema 2 tipe mikrokapsul. beraturan, zat aktif terpecah &
lapisan shell melapisi masing-
masingnya & membentuk
kesatuan utuh.
Metode Pembuatan
Ada banyak metode enkapsulasi yang
dapat digunakan untuk membuat
mikrokapsul. Metode pembuatan
mikrokapsul yang paling sering
diterapkan dalam bidang farmasi antara
lain suspensi udara, pemisahan fase
koaservasi, semprot kering dan
pembekuan, penyalutan dalam panci,
proses multi lubang sentrifugal, serta
metode penguapan pelarut.
Contoh Pembuatan Mikrokapsul
Minyak Jeruk Nipis

Pembuatan mikrokapsul minyak jeruk nipis dilakukan dengan cara yang telah
dilakukan oleh Wang dkk. (2009) terdiri 2 tahap proses yaitu proses pembuatan
emulsi minyak jeruk nipis dalam air (O/W) dan proses pembentukan mikrokapsul
minyak jeruk nipis.
Pada tahap proses pembuatan larutan emulsi O/W, etil selulosa dilarutkan dalam
pelarut etilasetat dengan perbandingan tertentu dan diaduk menggunakan magnetic
stirrer hingga larut. Kemudian tambahkan sejumlah volume jeruk nipis dan aduk
kembali hingga bercampur homogen. Larutan ini dinamakan larutan fasa minyak.
Larutkan sejumlah polivinil alkohol (PVA) dalam pelarut air yang telah dijenuhkan
dengan etilasetat (10 %), kemudian tambahkan emulsifier Tween 80. Larutan ini
dinamakan larutan fasa air.
Contoh Pembuatan Mikrokapsul
Minyak Jeruk Nipis

Proses pembentukan mikrokapsul dilakukan dengan cara memasukkan


larutan emulsi O/W secara perlahan-lahan ke dalam air secara bertahap
sambil terus dilakukan pengadukan dengan menggunakan magnetic
stirrer dengan kecepatan konstan. Secara perlahan akan tampak deposit
mikrokapsul minyak jeruk nipis yang berwarna putih. Kemudian
dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring dan pencucian
terhadap mikrokapsul dengan menggunakan air.
Terhadap mikrokapsul hasil
percobaan
dilakukan pengamatan
morfologinya dengan
menggunakan scanning
electron microscope
(SEM). Sedikit sampel
mikrokapsul hasil percobaan
diletakkan di atas permukaan
sample holder yang
terbuat dari logam kuningan,
kemudian dilakukan
proses coating/ pelapisan
menggunakan logam Hasil pengukuran mikrokapsul minyak jeruk nipis
platina, maka sampel siap pada etil selulosa dalam perbesaran 65x.
diamati dengan
SEM.Proses pengamatan
dengan SEM dilakukan
pada 5kV dan perbesaran
dibawah 100 X.
Ratio fasa minyak terhadap fasa air merupakan variable yang sangat penting
dalam pembuatan mikrokapsul. Pada penelitian ini pembuatan mikrokapsul etil
selulosa dilakukan pada kecepatan pengadukan tetap yakni 600 rpm dan jumlah
emulsifier sebesar 1%, sedangkan ratiofasa minyak terhadap fasa air divariasikan
dari mulai 1;10; 1:15; 1:20; dan 1:25. Pada ratio o/w 1:10 kapasitas pengisian
kapsul (oil content) berkisar 40% kemudian meningkat hingga rasio fasa minyak
dan fasa air = 1 : 20, sedangkan pada rasio o/w 1:25 kapasitas pengisian kapsul
kembali turun, hal ini kemungkinan disebabkan pada kondisi ini ukuran butiran-
butiran minyak yang terbentuk dalam sistem emulsi akan semakin kecil sehingga
kandungan jumlah minyak dalam mikrokapsul akan semakin berkurang pula.
Sebaliknya apabila fasa minyak terlalu besar maka fasa minyak tersebut akan sulit
teremulsi dengan baik dalam fasa air, butir-butir minyak dalam sistem emulsi sulit
untuk menyebar dalam fasa air atau akan terjadi proses coalescence, yaitu
penyatuan kembali butir-butir minyak membentuk ukuran yang lebih besar lagi.
Pada percobaan ini ratio fasa minyak terhadap fasa air optimal yang terjadi adalah
pada ratio 1:20. Pada kondisi tersebut kapasitas pengisian kapsul (loading capacity)
adalah sebesar 45 %
Kesimpulan dari Cotoh Pembuatan Mikrokapsul Minyak Jeruk Nipis
Dari penelitian yang telah dilakukan
diperoleh beberapa kesimpulan bahwa
hasil karakterisasi minyak jeruk nipis
hasil destilasi dengan GC-MSD
menunjukkan bahwa komponen kimia
utamanya adalah 1- limonen. Serapan
maksimum minyak teramati pada 296
1
nm. Mikrokapsul minyak jeruk nipis
2
dengan kulit kapsul etil selulosa berhasil
1
disintesis dengan metode coacervation
3
4 pada kondisi rasio fase minyak terhadap
air (o/w) =1 : 20 dan rasio core/shell = 2 :
1,5. Mikrokapsul berukuran random
mulai dari 17,9-120,6 μm dengan
kandungan minyak rata-rata sebesar 45
%.
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai