Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PLEBOTOMI

DOKUMENTASI BAHAN PEMERIKSAAN

DISUSUN OLEH :
TRI HARTATI
NIM : 20144320114

D-IV ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “
Dokumentasi Bahan Pemeriksaan” kiranya makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat di harapakan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi perbaikan penyusunan karya tulis ilmiah
kami selanjutnya, Semoga makalah ini bisa memberi manfaat bagi kita
semua.

Pontianak, 18 Mei 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Dokumentasi dan Persiapan Pemeriksaan Pasien .............................................3
2.2 Prosedur Pengambilan, Penanganan / Pengolahan Spesimen dan
Pengiriman Spesimen .......................................................................................4

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................................9
3.2 Saran ..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat seseorang terserang suatu penyakit, tubuh akan menunjukkan
beberapa gejala klinis. Gejala klinis ini dapat menuntun dokter untuk
menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh pasien. Namun, gejala
klinis saja tidak cukup untuk menentukan doagnosa penyakit karena
seringkali penderita mempunyai gejala klinis yang sama tetapi menderita
penyakit yang berbeda. Sehingga peran laboratorium sangat penting dalam
menegakkan diagnose penyakit karena hasil pemeriksaan laboratorium
bersifat pasti. Laboratorium juga berperan dalam mengontrol kesehatan
masyarakat, mengetahui derajat kesehatan masyarakat dan menganalisis
efektifitas terapi yang telah dijalankan oleh pasien. Karena itu, keakuratan
hasil pemeriksaan laboratorium merupakan hal yang harus
dipertanggungjawabkan. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
yang akurat, spesimen harus ditangani dengan tepat. Mulai dari identifikasi
pasien, teknik pengambilan spesimen, penanganan/pengolahan spesimen dan
pengiriman spesimen. Identifikasi pasien dilakukan agar spesimen yang
diambil tidak tertukar. Dalam melakukan pengambilan dan penanganan
spesimen harus memperhatikan parameter pemeriksaan. Pengiriman spesimen
dilakukan apabila laboratorium yang melakukan pengambilan spesimen tidak
dapat melakukan pemeriksaan tertentu sehingga harus dirujuk ke
laboratorium yang lebih besar. Dalam pengiriman spesimen harus dilakukan
dengan baik mulai dari suhu, penambahan pengawet, penggunaan media
transport yang sesuai, packaging, dll.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara identifikasi dan persiapan pemeriksaan pasien?
2. Bagaimana cara pengambilan spesimen, penanganan/pengolahan dan
pengiriman spesimen yang benar?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Sebagai bahan referensi
2. Agar pembaca dapat mengetahui tentang dokumentasi bahan pemeriksaan
yang meliputi identifikasi pasien, cara pengambilan spesimen, penanganan
dan pengiriman spesimen.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Pembaca memahami dengan baik tentang dokumentasi bahan pemeriksaan
yang meliputi identifikasi pasien, cara pengambilan spesimen, penanganan
dan pengiriman spesimen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dokumentasi dan Persiapan Pemeriksaan Pasien


Pada phlebotomy dokumentasi sangat penting, dokumentasi pada
phlebotomy berhubungan dengan pengisian formulir laboratorium, dimana
formulir harus terisi informasi secara lengkap, yang meliputi :
 Cara permintaan pemeriksaan laboratorium melalui tertulis/via telepon
harus jelas.
 Kelengkapan identitas pasien meliputi nama, umur / tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat, nomor rekam medis harus diidentifikasi dengan benar
dan tepat.
 Kelengkapan identitas pengirim meliputi nama, asal ruangan.
 Informasi khususyang meliputi pasien sedang dalam kondisi puasa atau
tidak, keterangan klinis/diagnosis, obat
 Jenis pemeriksaan, dugunakan untuk tentukan tipe tabung
 Sampel harus menunjukan keterangan tanggal dan jam pengambilan,
jenis sampel, lokasi tubuh yang diambil, teknik pengambilan
(vena/kapiler), jenis transportasi, jam pemrosesan, jam penyimpanan
 Nama flebotomis
 Keterangan saat tindakan flebotomi, adanya kesulitan atau tidak
 Pelabelan pada tabung : kecocokan dengan identitas pasien

Persiapan pemeriksaan
Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di lapangan perlu :
 Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen termasuk
investigasi, keperluan untuk ijin import jika ada transport ke luar negeri.
 Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa spesimen agar yakin
bahwa pengiriman akan diterima sesuai dengan alat transportasinya.

3
 Perhatikan peraturan penerbangan domestic perihal Biosafety.
 Bahwa pengiriman (transport langsung jika mungkin) ditangani oleh
perjalanan langsung, hindari kedatangan diakhir pekan bila mungkin,
hindari perubahan dalam transport jika mungkin.
 Siapkan dokumen yang perlu seperti syarat pengiriman, termasuk ijin
bila diperlukan, berita acara, dan dokumen pengiriman.
 Beritahukan kepada penerima spesimen di laboratorium perkiraan waktu
kedatangan spesimen.

Sebelum mengirim spesimen harus ada :


 Perjanjian atau persetujuan yang telah dibuat antara pengirim, pembawa
dan penerima spesimen termasuk format permintaan pemeriksaan
maupun laporan hasil pemeriksaan yang akan digunakan.
 Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa siap untuk menerima
spesimen.
 Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas laboratorium harus
diberitahukan agar siap menerima spesimen.

2.2 Prosedur Pengambilan, Penanganan / Pengolahan Spesimen dan Pengiriman


Spesimen
1. Spesimen Darah :
Untuk pemeriksaan bakteri, darah disuntikkan ke dalam botol-botol
kultur yang berisi transport media (oxgall) dengan segera (sebelum
membeku) dan dikirim ke laboratorium tanpa didinginkan atau dibekukan.
Untuk isolasi virus, darah di sentrifugasi untuk mendapatkan serum
(minimal 1,5 cc), dikirim dalam suhu dingin (2-80C), untuk beberapa jam
(dalam cool box dengan dry ice) atau dalam nitrogen liquid tank (-200C).

2. Spesimen dari Luka, Jaringan, Abses, Aspirat dan Drainage :


Spesimen jaringan atau cairan diambil dari lokasi infeksi/bengkak.
Jaringan harus disimpan dalam wadah yang steril bermulut lebar dan

4
bertutup ulir dan segera dikirim ke laboratorium. Agar jaringan tidak
kering dapat ditambahkan cairan isotonic (NaCl fisiologis).
Untuk pemeriksaan mikrobiologi, direkomendasikan pengambilan
spesimen sebanyak mungkin dan ditanam ke dalam media sebelum 2 jam.
Jika diperlukan isolasi anaerob, cairan diambil dengan alat suntik,
kemudian jarum ditusukan ke dalam karet atau sumbat untuk mencegah
masuknya udara. Sampel yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam
anaerobic jar dan masukkan gaspak anaerob ke dalamnya. Disarankan
kultur anaerob dilakukan di tempat pengambilan sampel dan sampel
dibawa ke laboratorium sudah di dalam anaerobic jar.
Untuk pemeriksaan virus, maka swab lesi dimasukkan ke dalam wadah
yang sudah berisi virus transport medium (VTM) steril, kemudian dikirim
segera ke laboratorium virology dengan menggunakan cool box berisi
coolpack atau dry ice.

3. Spesimen Tinja :
Untuk pemeriksaan bakteri
Diambil dengan teknik rectal swab menggunakan kapas lidi steril.
Kapas lidi harus melalui sphincter anal, dan secara hati-hati diputar, ditarik
mundur dan segera dimasukkan ke dalam media transport Carry-Blair.
Segera diproses karena beberapa bakteri seperti Shigella dan
Campylobacter sp. tidak dapat bertahan hidup dengan adanya perubahan
pH dan penurunan temperature. (Campylobacter hanya dapat bertahan
hidup 2 jam dan bakteri yang lain 12 jam atau lebih). Air alkali pepton
direkomendasikan sebagai media pengayaan dan transport (6-8 jam) untuk
V.cholerae.

Untuk pemeriksaan parasit


Spesimen tinja (2-3 gr) dimasukkan ke dalam pot kering yang
bersih, diamati dalam keadaan segar untuk menentukan konsistensi (padat,

5
encer/berair, berdarah atau mucoid) dan adanya leukosit PMN sebagai
tanda peradangan.
Spesimen tinja dapat diawetkan dalam MIF (merthiolate iodine formalin) atau
larutan formalin 10% untuk pemeriksaan parasit. Untuk pemeriksaan
amoeba harus denga tinja segar. Tambahkan lugol yodium ke atas sediaan
basah untuk membedakan sel darah putih dan kista parasit.
Kista akan menangkap yodium dan muncul warna coklat terang, objek lain
akan tampak bersih.
Sebagai alternative:
 Gunakan MIF (merthiolate iodine formalin) untuk mengkonfirmasikan
adanya leukosit pada tinja, G.lamblia dan E.histolytica.
 Gunakan pewarna Ziehl-Neelsen untuk mendeteksi Cryptosporidium
yang tahan asam setelah difiksasi dengan methanol.

Untuk pemeriksaan virus


Terutama virus polio, spesimen tinja (8 gram) dimasukkan ke
dalam wadah pot yang bersih, transparan dan kering, dengan sendok
tertempel pada tutup dan bertutup ulir di luar, segera dikirim ke
Laboratorium Rujukan Nasional Polio dalam cool box (2-80C) atau
sebelum dikirim disimpan sementara dalam temperature (2-80C).
pengiriman harus sampai ke laboratorium tidak boleh lebih dari 3 hari.

4. CSF (Cerebrospinal Fluid)


Organisme-organisme penyebab radang selaput otak harus dikenali
dengan cepat untuk menyelamatkan pasien (hasil pengecatan Gram atau
tahan asam dapat sangat bermanfaat).
Untuk biakan dan analisa biokimia, spesimen harus dikumpulkan
di dalam beberapa tabung steril dan ditangani secara aseptic.
Untuk pemeriksaan Mikrobiologi volume CSF harus cukup,
terutama jika dicurigai TB atau fungal sebagai penyebab radang selaput
otak. Jika spesimen dikumpulkan dalam dua tabung atau lebih secara

6
berurutan, tabung pertama jangan digunakan untuk analisa mikrobiologi,
tetapi jika spesimen hanya satu tabung maka pemeriksaan mikrobiologi
dilakukan yang pertama. Tabung dibuka di laboratorium secara aseptic dan
selanjutnya spesimen diambil untuk pemeriksaan kimia, serologi dan
sitologi.
Biakan cairan otak harus dilaksanakan segera karena organism-
organisme di dalam CSF bersifat mudah mati dan jumlahnya sangat
sedikit.
Sebagai media transport dan media pertumbuhan cairan otak,
direkomendasikan Trans-Isolate medium (TIM). Untuk isolasi virus,
sebagian dari CSF diambil secara aseptic dan dikirim dalam keadaan beku
dengan dry ice, sedangkan untuk pemeriksaan antibody (JE-IgM
antibody), CSF dapat dikirim dengan cool box (2-80C).

5. Spesimen Saluran Pernapasan


Spesimen dari saluran pernapasan bagian atas (pharyng dan
nasopharyngeal) serta dahak harus disimpan dalam tempat yang steril,
tertutup dan diolah dengan segera.
Untuk mendeteksi tuberculosis, selalu dianjurkan spesimen pagi
hari dan pengambilan spesimen dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sewaktu,
pagi dan sewaktu.
Hasil pemeriksaan dari saluran pernapasan harus diinterpretasikan
secara hati-hati karena adanya flora normal dan sering terjadinya infeksi
nosokomial.
Untuk pemeriksaan virologist (flu burung, campak, dll) spesimen
swab nasopharyng atau swab pharyng harus dimasukkan dalam wadah
yang berisi VTM steril. Dikirim ke laboratorium dalam keadaan dingin
(coolbox, 2-80C).

7
6. Biakan Apus Tenggorok
Penyebab radang tenggorok paling umum adalah S. pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridian.
Pengambilan spesimen dapat menggunakan kapas-Dacron, kapas lidi yang
dibasahi kalsium alginate. Bahan diambil dengan cara mengapus daerah
tonsil dan faring posterior jangan menyentuh lidah dan uvula. Spesimen
harus segera ditanam, jangan dibiarkan lebih dari 4 jam.
Pemilihan media berdasarkan penyakit yang dicurigai. Media diinkubasi
secara aerob dengan penambahan 5%-10% CO2

7. Spesimen urine
Untuk pemeriksaan virologist (campak) spesimen urine diambil
sebanyak 50 ml pada saat pasien panas atau timbul rash. Urine ditampung
dalam wadah yang steril, kering dan bersih, tutup berulir keluar, langsung
dikirim ke laboratorium dalam waktu 24-48 jam.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat maka
petugas laboratorium harus melakukan prosedur dokumentasi bahan
pemeriksaan yang benar. Dokumentasi bahan pemeriksaan meliputi
identifikasi pasien, cara pengambilan spesimen, penanganan dan pengiriman
spesimen.

3.2 Saran
Agar tercipta pelayanan laboratorium yang melayani masyarakat
dengan baik, harus tersedia sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu,
para petugas laboratorium harus memiliki kompetensi dan perilaku
professional sehingga dapat bekerja dengan baik dan benar agar memperoleh
hasil yang akurat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Drg M. Akila, Martha, dkk. 2009. Pedoman Nasional Pmeriksaan Laboratorium


Mendukung Sistim Kewaspadaan Dini dan Respons. DEPKES

http://lindalestariayu.blogspot.com/2015/01/makalah-flebotomi.html

https://id.scribd.com/doc/99863544/MAKALAH-FLEBOTOMI

10

Anda mungkin juga menyukai