Disusun oleh :
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM........................................................................ 4
ASUHAN PADA PASIEN PRA DAN PASCA BEDAH PADA KASUS KEBIDANAN...... 29
PERAWATAN OPERATIF................................................................................... 38
45
ELIMINASI....................................................................................................... 56
A. Pengertian
Perawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun sakit
untuk menggunakan kekuatan,keinginan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari ,sembuh dari
penyakit / meninggal dunia dengan tenang . (Virginia Henderson 1978)
Pelaksanaan
1. Persiapan Penunjang
2. Pemberian Pendidikan Kesehatan Prabedah
3. Persiapan Fisik
4. Persiapan Mental/Psikis
5. Persiapan Diet
6. Pencegahan Cedera dan Latihan pra operasi
Pelaksanaan
1. Pengkajian tingkat kesadaran
2. Pengkajian suhu tubuh, frekuensi jantung/ nadi, respirasi dan tekanan
darah
3. Mempertahankan jalan nafas, ventilasi/oksigenasi,sirkulasi darah,
kenyamanan dan mencegah resiko injury
4. Observasi keadaan umum ,vomitus dan drainase
5. Balance cairan
6. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri
7. Mempertahankan aktivitas, sirkulasi,eliminasi,keseimbangan cairan dan
elektrolit
8. Mobilisasi dini, nafas dalam dan juga batuk efektif seperti yang
dilakukan pada latihan pra bedah
2
9. Mengurangi kecemasan
10.Rehabilitasi
11.Discharge Planning
Pemeriksaan Laboratorium
A. Pengertian
B. Tujuan
1. Menyaring penyakit
2. Menegakkan/menyingkirkan diagnosis
3. Memastikan diagnosis
4. Menyingkirkan diagnosis diferensial
5. Menentukan etiologi (penyebab)
6. Menentukan berat penyakit
7. Menentukan tahapan penyakit
8. Seleksi calon donor darah
9. Menentukan rawat inap
10.Menentukan terapi
11.Memonitor terapi
12.Mengikuti perjalanan penyakit
13.Memulangkan pasien rawat inap
14.Memprediksi prognosis penyakit
15.Kedokteran kehakiman
16.Surveilans penyakit
17.Status kesehatan umum
4
C. FAKTOR
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil
laboratorium yaitu :
Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.
Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan (analisa) sample.
Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.
D. Bahan Pemeriksaan
1. Darah
2. Urin / air kencing
3. Faeces
4. Sputum / dahak
5. Cairan tubuh
6. Darah
7. Urin / air kencing
8. Faeces
9. Sputum / dahak
10.Cairan tubuh
E. Kelompok Pemeriksaan
1. Hematologi
2. Kimia klinik
3. Urinalisis
4. Imunologi
5. Mikrobiologi klinik
6. Parasitologi klinik
F. Jenis Pemeriksaan
5
1. Manual
2. Semiotomatik
3. Otomatik
G. Syarat Pemeriksaan
1. Teliti
2. Tepat
3. Sensitif
4. Spesifik
5. Cepat
6. Tidak sulit
7. Tidak mahal
8. Pasien >< orang normal
H. Prosedur Pemeriksaan
1. SOP
2. Pemantapan mutu :
Intralab
Interlab
Ekstralab
I. Tahap Pemeriksaan
1. Tahap praanalitik :
- Formulir permintaan pemeriksaan :
Nama
Umur
Tanggal lahir
6
Jenis kelamin
Tanggal
Jam
Bangsal/poli
Alamat & telp
No. rekam medik
No. register
Nomor Lab
Dokter pengirim
Diagnosis/ket. Klinik
Jenis pemeriksaan
Rutin/cito
- Persiapan pasien/orang:
Persiapan pasien :
Puasa 2 jam post prandial
urin 24 jam
sputum pagi hari
faktor2 yang mempengaruhi hasil pemeriksaan :
diet, obat-obatan, merokok, alkohol, olah raga, postur, ketinggian,
demam, trauma, variasi sirkadian time, umur, ras, jenis kelamin,
kehamilan.
- Persiapan petugas
Kewaspadaan universal : Pemakaian APD.
Hal-hal berkaitan jenis pemeriksaan : spesimen, cara pengambilan,
penampung, labeling, transportasi
- Pengambilan bahan specimen :
Alat : jarum, lanset, lidi kapas, sendok
Penampung : tabung vakum, pot urin, tabung faeces, spuit,
media transport
Antikoagulan : EDTA, sitrat, heparin
7
Pengawet : formaldehida, asam borat
Waktu, lokasi, volume spesimen
Teknik pengambilan
- Identitas bahan
Pemberian identitas spesimen : Barcode, label, stiker, nama,
umur/tanggal lahir, no. rekam medik/register, no. lab, tanggal
- Pengelolaan bahan
- Penyimpanan spesimen : Suhu kamar, refrigerator, freezer.
- Pengiriman spesimen : Kotak, cool box, media transport.
2. Tahap analitik
Persiapan :
Kontrol pemeriksaan
8
J. Ruangan
1. IGD / EMERGENCY
2. ICU
3. Kamar Bedah
9
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
- Bayi : 75% BB
- Dewasa : 70% (Pria) BB
60% ( Wanita) BB
- Usila : 55% BB
50-70% dari berat badan terdiri dari cairan yang bersumber dari air yang
diminum bersama makanan dan metabolism. Porsi cairan tubuh orang
dewasa mencapai 70kg, pada anak 7-12bln mencapai 800ml ,pada anak
usia 1-3Th sekitar 1,3Liter, dan untuk 4-8th mencapa 1,7 liter.
- Kulit/paru
- Urine : 1500 cc
- Feces : 100 – 1200 cc
B. Pengaturan Cairan Tubuh
10
Pengaturan cairan tubuh terdapat melalui keseimbangan (output dan
input) yang diatur hipotalamus melalui osmoreseptor.
Dehidrasi adalah saat tubuh krkurangan cairan yang ditandai dengan gejala
lesu,tek darah rendah,nadi halus cepat,urin rendah,akral dingin,mukosa
kering,turgor rendah .Cara pengobatannya bisa dengan pemberian cairan
oral/parental. Etiologi kekurangan cairan :
o Muntah 1
o
o Vok cholerica 2
o Apatis 1
o Somnolen/sopor/koma 2
o T.D.S ≤ 90 1
≤ 60 2
o Nadi ≥ 120 mm/Hg 1
o Nafas Kusmaul dalam 1
o Turgor ↓ 1
o Facies Cholerica 2
o Ekstremitas dingin 1
o Jari tangan keriput 1
o Sianosis 2
o Umur > 50 tahun -1
o Umur > 60 tahun -2
Cara pemberian cairan yaitu dengan Cairan diguyur sampai nadi terisi
penuh dan TDs > 100 mmHg, sisanya diberikan 2 jam berikutnya.
Kebutuhan Cairan :
12
Dewasa : 50 cc/Kg BB/24 jam
_________________________
CONTOH KASUS
Berikan cairan maintenance pada klien laki-laki usia 25 tahun dengna berat
badan 50 Kg
13
o Kebutuhan cairan
= 50cc/Kg BB/24 Jam
= 50cc x 50 /24 jam
= 2.500 cc / 24 jam
(Jadi kebutuhan cairan klien adalah 2.500 cc dalam sehari/24 jam)
o Kebutuhan Natrium
= 3-5 mEq/Kg BB/24 jam
(Jadi kebutuhan Natrium klien berada antara rentang 150-250 mEq dalam
24 jam)
o MENGHITUNG TETESAN
Tetes/menit
o Odema
Patogenesis
↑ tekanan darah hidrostatik kapiler
1. Payah jantung
2. Sirosis hati
3. Obstruksi vena lokal
14
↓ tekanan koloid osmotik plasma ( alb↓ )
1. Sind. Nefrotik
2. Sirosis hepatis
3. Malnutrisi
Permeabilitas kapiler ↑
1. Trauma
2. Radang
3. Luka bakar
4. Alergi
↑ tekanan koloid osmotik interstitial : Sumbatan sal limfe
o GANGGUAN ELEKTROLIT
Elektrolit penting menjaga proses kehidupan di tubuh. Gangguan
elektrolit diantaranya adalah gangguan metabolism dan gangguan
potensial listrik jaringan dan bisa mengakibatkan mati mendadak .
o K+ dalam makanan
Sayuran
Kentang, buncis 500 mgr
Kacang 5000 mgr
15
Buah
Pisang 800 mgr
Jeruk 1200 mgr
Daging
Sapi atau ayam 600 mgr
o Fungsi Kalium
Kation utama dalam sel
Repolarisasi membran
Neuro-autonomik
Respons Neuromuscular terhadap rangsang
Deposisi Glycogen & Metabolism protein
Pengeluaran hormon pancreas
Penentu pH intracellular
o GANGGUAN KESEIMBANGAN K+
K+ : kation terbesar di sel (150 - 160mEq/L)
di luar sel 3,5 – 5,5 mEq/L
16
Asidosis : H+ luar sel ↑ H+ masuk dlm sel. Untuk menjaga
keseimbangan listrik, K+ keluar sel hiperkalemi
Alkalosis : kebalikannya
o HIPERKALEMIA
Etiologi :
1. Intake ↑
pisang, jeruk
pemberian K i v
hemolisis yang hebat
Tdk akan terjadi hiperkalemi bila ginjal berfungsi dengan baik
3. Eksresi ↓
Gagal ginjal
diuretik hemat K
Insuf adrenal
17
4. Pseudohiperkalemia
Leukositosis hebat ( > 100.000 / mm3 ) → wkt darah diambil → K
keluar sel
5. Obat-obat
ACE I, ARB, NSAID, aldosteron antagonis
o Diagnosis
Manifestasi Klinik
Otot Skelet : Paralysis/Flaccid Paralysis arrest Pernafasan Ileus
DYS-RYTHMIA : TACHYCARDIA,FIBRILLASI VENTRIKULER,SINUS
BRADYCARDIA, SINUS ARREST,RYTHME IDIO-VENTRICULAR
LAMBAT
o Pengobatan
Treatment of Hyperkalemia
18
1 Antagonism of membrane action
A. Calcium
B. Hypertonic Na solution (if hyponatremic)
2. Increased K+ entry into cells
A. Glucose and Insulin
B. NaHCO3
C. β2-adrenergic agonist
D. Hypertonic Na+ solution ( if hyponatremic)
3. Removal of the excess K+
A. Diuretics
B. Cation exchange resin
C. Hemodialysis or peritoneal dialysis
o HIPOKALEMI
Etiologi :
1. Tanpa defisit K total tubuh
Alkalosis /basa
Sekresi insulin yang menetap
2. Dengan defisit K total tubuh
Intake ↓, anoreksia /menolak makan
Hilang → sal cerna: GE, muntah
ginjal : hiperaldosteron,loop diuretic
Gejala Klinis :
1. Jantung
Aritmia (detak jantung cepat)
EKG : T datar, gel U, QT lebar
Hipotensi : ↓ resistensi perifer
2. Sal cerna : ileus paralitik (kelumpuhan usus)
3. Ginjal
Osmolalitas urin ↓
pH urin ↑
19
4. Endokrin :
sekresi aldosteron ↓ eksresi K ↓
Gangguan toleransi glukosa ok sekresi insulin terhambat
o HIPERNATREMIA
Pada hiperNa, cairan intrasel → ekstrasel → sel dehidrasi → ADH ↑
(kompetensi tubuh) → haus → intake ↑
ETIOLOGI
1. Kehilangan cairan
Insensible loss : demam, luka bakar
Melalui ginjal : diuretik, diabetes insipidus
2. Intake ↑
Pemberian NaCl hipertonis / Na bicarbonat
Hiperaldosteron & sindroma cushing
GEJALA KLINIS
Terutama neurologis o/k dehidrasi sel otak
Twiching (kedutan)
Lethargi (penurunan Kesadaran)
Kejang
Koma
Kelemahan otot
20
TERAPI
Pada keadaan akut harus segera dikoreksi
Hipernatremi > 24 jam koreksi hati-hati dan perlahan, o/k koreksi
yang cepat & progresif → odem akut sel otak → kematian
Dapat dikoreksi dengan cairan oral/ parenteral (dextrosan 5 % )
o HIPONATREMI
Etiologi :
1. Deplesi volume sirkulasi efektif
Akan terjadi ↑ ADH → haus → minum ↑ → retensi cairan →
hipo Na
Mis, infeksi Neurologi (meningitis, ensefalitis) Paru
2. Loop diuretik
Mis, furosemid, etakpinikasid
Disamping deplesi vol, diuretik menghambat reabsorpsi Na di
tubuli
GEJALA KLINIS
21
110 – 120 : letargi-sefalgia
TERAPI
Lar NaCl 3 % (~ 513 mEq/L) diberikan bila ada gejala odema serebri
22
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Struktur dan sifat air Air merupakan pelarut yang universal. Molekul air
terdiri dari 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen.
A. Istilah
1. Plasma.
24
b. Produksi Urine : sekitar 50 ml/100kal.
c. Melalui Tinja : 5 ml/100kal.
5. Kehilangan cairan abnormal :
a. Adanya penyakit, suhu yang tinggi/ dingin berlebihan,
b. Gangguan gastro intestinal, kelainan fungsi ginjal,
c. Udem yang hebat.
25
CAIRAN TUBUH PADA BAYI – ANAK
o Saat Lahir : 78%
o 0-1 bln : 75%
o 1-12bln : 70%
o 1-12thn : 65%
o 12+ thn : 60%
26
1. Karbohydrat
2. Lemak
3. Protein.
4. Vitamin.
5. Mineral.
6. Air.
o Jenis Jenis Nutrisi
- Makanan Cair :
1. ASI
2. PASI
3. Susu cair
- Makanan Lunak :
1. Bubur Saring
2. Bubur Susu, Bubur Nasi.
3. Tim, Nasi Tim.
- Makanan Padat :
1. Nasi, Sayur. Lauk
2. Camilan
F. Pemecahan Masalah
Asuh : Pemenuan nutrisi, pakaian, kenyamanan
Asah : Pendidikan, pelatihan, stimuli dalam perkembangan
Asih : Pemberian kasih sayang, perlindungan.
28
ASUHAN PADA PASIEN PRA DAN PASCA BEDAH
PADA KASUS KEBIDANAN
A. Pengertian
29
Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam
tubuh seperti rhinoplasti.
C. ANESTESI SEBELUM PEMBEDAHAN
30
e) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan
nyeri dengan merangsang keluarnya endofrin tanpa menghilangkan
kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau
penggunaan elektrode pada permukaan kulit
Persiapan diet
Persiapan kulit
31
- Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan
toraks.
- Tempatkan tangan diatas perut.
- Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
- Tahan napas 3 detik.
- Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
- Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga
tiga kali setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
- Istirahat.
Latihan kaki
Latihan mobilitas
32
pasiem ke sisi tempat tidur. Melatih duduk diawali dengan tidur fowler,
kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
Pramedikasi
33
Mengidentifikasi dan melepas prosthesis
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan, dll
harus dilepas sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas
seandainya akan diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas
dan tertelan. Pasien mengenakan gelang identitas, terutama pada ibu yang
diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan juga gelang identitas untuk bayi.
Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang
operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap
pasien sebelum operasi antara lain :
1. Status kesehatan fisik secara umum
2. Status nutrisi
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Kebersihan lambung dan kolon
5. Pencukuran daerah operasi
6. Personal Hygine
7. Pengosongan kandung kemih
Pencegahan cedera
35
Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase Keadaan umum
dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti
kesadaran dan sebagainya.
G. Tindakan
Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat
dilakukan manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya,
pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi
perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. Kemudian
memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan
vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan
integritas dinding kapiler.
Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik
napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik
dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui
36
hidung dan menggunakan diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara
perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus
meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk memperlancar vena.
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan
cairan sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta
mempertahankan nutrisi yang cukup.
Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output,
serta mencegah terjadinya retensi urine.
Mobilisasi dini , nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk
mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan
lendir. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot
sebelum ambulatori.
Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik.
Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post
operasi.
o Ada 2 macam discharge planning :
o Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang
diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
o Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih
detail.
PERAWATAN OPERATIF
A. PENDAHULUAN
Perawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan
yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap
berikutnya.
B. PERSIAPAN
1. Persiapan Fisik
2. Status Nutrisi
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Kebersihan lambung dan kolon
5. Pencukuran daerah operasi
6. Personal Hygine
7. Pengosongan kandung kemih
8. Latihan Pra Operasi
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien
yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan
mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan.
1. Usia
2. Nutrisi
3. Penyakit kronis
38
b. PERSIAPAN PENUNJANG
39
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist).
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
d. INFORMED CONSENT
e. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
C. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
40
3. Intervensi dan Implementasi
4. Evaluasi
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
1. Anggota steril
2. Ahli bedah utama / operator
3. Asisten ahli bedah.
4. Scrub Nurse / Perawat Instrumen
5. Anggota tim yang tidak steril
a. Pengaturan Posisi
1. Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan
keadaan psikologis pasien.
2. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien
adalah :
- Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
- Umur dan ukuran tubuh pasien.
- Tipe anaesthesia yang digunakan.
- Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
3. Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
- Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
- Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
- Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
41
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk
menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
- Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
- Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan
dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya thrombus.
- Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
- Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
- Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan
- Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah
secara bersamaan
- Pengkajian sosial
4. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
5. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
6. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
7. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah
secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
8. Pengkajian psikososial
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah
sesuai dengan program dokter.
42
tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan
bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien
dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional
posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
- Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg
atau > dari 90 mmHg.
E. Data Objektif
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.
43
F. Pengkajian Psikososial
a. Diagnosa Umum
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari
anaesthesi.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-
obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
b. Diagnosa Tambahan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan
kurang gerak.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan.
Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan
elektrolit.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.
44
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
A. DARAH
Terdapat 55% plasma darah yang terdiri dari protein,air,waste product dan
terdapat sel yang terdiri dari 45% komponen darah yang terdiri dari sel
darah merah,sel darah putih dan platelet .
Dewasa SI Unit
HEMOGLOBIN
1. Heme & globin
2. Protein kompleks →pengangkut-oksigen dalam darah
Dewasa SI Unit
Pria 13.5 – 18.0 g/ dL
Wanita 12.0 – 16.0 g/ dL
HEMATOKRIT
1. Memisahkan darah”
2. Mengukur persentase kandungan sel darah merah dalam darah
seseorang
Dewasa SI Unit
Pria 40% – 54%
Wanita 38% – 47%
HEMATOKRIT
1. Memisahkan darah”
2. Mengukur persentase kandungan sel darah merah dalam darah
seseorang.
D. SEL DARAH PUTIH
Pemeriksaan bisa dilakukan secara total atau per tipe sel darah putih →
akurasi , Tipe sel darah putih :
Fagosit :
46
Basofil
1. Eosinofil
2. Neutrofil
o Bands
o Segmented
3. Monosit
4. Immuno sit
5. Limfosit :
o T cells
o B cells
o Natural killer cells
Dewasa SI Unit
Pria (4.0 – 6.2) × 10³/µL
Wanita (4.2 – 6.4) × 10³/µL
o BASOFIL
o EOSINOFIL
o NEUTROFIL
o LYMPHOCYTE
o MONOCYTE
F. PLATELET
o Trombosit
47
o Sel terkecil yang ditemukan di darah
o Berperan pada proses pembekuan darah→
coagulation factor
o Platelet menyumbat endothelium yang rusak (plug) → clotting factors
membentuk fibrin strands → untuk mempertahankan sumbatan
platelet
o Hitung platelet menunjukkan jumlah circulating plates
o Platelet count: 140.000 – 450.000/ mm3
o Mean platelet volume: 7,5 – 11,5 fL
o Distribution width: 10% – 17,9%
o Hitung platelet ≠ menunjukkan fungsi secara adekuat
o Pemeriksaan fungsi indikatif → BLEEDING TIME
o Waktu normal proses → (3-5) menit
G. HEMOSTASIS
o Jaringan tubuh mengalami cedera → berdarah → memicu rangkaian
aktivitas faktor pembekuan darah → 3 jalur: Intrinsik, Ekstrinsik dan
Umum → pembentukan bekuan darah
H. PT (PROTHROMBIN TIME)
Mengevaluasi factor VII, V, X, prothrombin dan fibrinogen
→ menghitung waktu yang diperlukan plasma darah untuk membeku
setelah penambahan Calcium Chloride
49
CARA PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
A. Definisi
Pemberian obat parenteral/injeksi merupakan pemberian obat yang
dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau
pembuluh darah dengan menggunakan spuit.
B. Tujuan
Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan
cara yang lain
Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras)
Memberikan zat imunologi
-Keuntungan:
1. Bisa diberikan pada klien yang tak sadar/ tak kooperatif
2. Bisa diberikan bila obat tidak dapat diabsorpsi melalui gastrointestinal
3. Obat dapat diabsorpsi lebih cepat
-Kerugian:
1. Klien terutama anak merasa takut/ cemas
2. Menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit
3. Dapat menyebabkan infeksi, perlu teknik steril.
50
biasannya digunakkan untuk tes tuberkulin atau tes alergi
terhadap obat tertentu dan untuk pemberian vaksinasi.
1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
4. Kondisi atau penyakit klien
5. Pasien yang benar
6. Obat yang benar
7. Dosis yang benar
8. Cara atau rute pemberian obat yang benar
9. Waktu yang benar
Prosedur Kerja IC
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan
panjang terbuka dan keatasan
4. Pasang perlak/pengalas dibawah bagian yang akan disuntik
5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan
aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang
lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan.
7. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
8. Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas
dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
9. Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
10.Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
11.Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal
dan jenis obat.
51
Subcutan
Merupakan pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam jaringan subcutan dibawah kulit dengan menggunakan spuit
1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
4. Kondisi atau penyakit klien
5. Pasien yang benar
6. Obat yang benar
7. Dosis yang benar
8. Cara atau rute pemberian obat yang benar
9. Waktu yang benar
Prosedur Kerja SC
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan
panjang terbuka dan keatasan
4. Pasang perlak/pengalas dibawah bagian yang akan disuntik
5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan
aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang
lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan.
7. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
8. Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas
dengan sudut 45 derajat di permukaan kulit.
9. Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
10.Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
52
11.Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal
dan jenis obat.
Intra muscular
Merupakan pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam
jaringan otot dengan menggunakan spuit.[
Prosedur Kerja IM
1. cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya.
Setelah itu letakkan dalam bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan
lokasi penyuntikan).
5. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
injeksi.
6. Lakukan penyuntikan :
7. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien
untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.
Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring,
tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang
[akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
53
Pada daerah dorsogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk
tengkurap dengan lutut di putar kea rah dalam atau miring
dengan lutut bagian atas dan diletakkan di depan tungkai bawah.
8. Pada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan cara,
anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan
atas fleksi.
9. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus (90 derajat).
10.Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah
yang tertarik dalam spuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk
secara perlahan-lahan hingga habis.
11.Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambuil di masase daerah
penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah di
gunakan letakkan dalam bengkok.
12.Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
13.Cuci tangan
Intra vena
54
Prosedur Kerja IV
1. cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan
pakaian pada daerah penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke
ataskan.
4. Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan.
Apabila obat dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan
aquades steril.
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan
injeksi.
6. Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol.
8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas
daerah yang akan dilakukakn pemberian obat atau minta bantuan
untuk membendung daerah yang akan dilakukan penyuntikan dan
lakukan penekanan.
9. Ambil spuit yang berisi obat.
10.Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah, sejajar dengan pembuluh darah.
11.Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung
dan langsung semprotkan hingga habis.
12.Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan
dan lakukan masase pada daerah penusukan dengan kapas alcohol,
spuit yang telah digunakan di masukkan ke dalam bengkok.
13.Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14.Cuci tangan.
55
Eliminasi
A. Pengertian
Memberikan huknah rendah yaitu memasukkan cairan hangat
kedalam Colon decenden dgn menggunakan Kanula recti melalui
anus.
B. Tujuan
1. Merangsang peristaltik usus
2. Mengosongkan usus u/ persiapan operasi
C. Indikasi
o Pasien Obstipasi (sembelit)
o Pasien yang akan dioperasi
o Persiapan tindakan diagnostik
o Pasien Melena
D. PERSIAPAN
E. Pasien
Beri penjelasan tentang hal – hal yang akan dilakukan.
PELAKSANAAN :
1. Sampiran dipasang
2. Alas bokong & perlak dipasang
3. Pasang selimut mandi
4. Pakaian bawah di buka, atur posisi tidur miring ke kiri ( posisi
SIM ).
5. Irigator diisi dgn cairan hangat sesuai suhu badan.
56
G. MEMASANG KATETER
PENGERTIAN :
Mengeluarkan urine dari kandung kemih
dgn menggunakan kateter steril
. TUJUAN :
1. Mengosongkan kandung kemih.
2. Mengambil air kemih steril u/ bahan
pemeriksaan.
3. Mengukur sisa urine di dalam kandung
kemih.
DILAKUKAN PADA :
1. Pasien Retensio urine
2. Persiapan tindakan operasi
3. Pasien yg akan melahirkan ,dll
PERSIAPAN
ALAT :
1. Kateter steril ukuran sesuai kebutuhan
2. Kapas savlon / air masak dalm tempatnya.
3. Kain kasa steril
4. Duk lubang steril / duk steril
5. Korentang steril
6. Spuit 10 cc / 20 cc steril + aquades
7. Pelumas ( jelly)
8. Perlak & alas bokong
9. Sarung tangan steril
58
10.Pinset anatomi steril
11.Botol steri jika perlu.
12.2 buah bak bengkok
13.Urine bag
14. Plester
15. senter / lampu
Pasien :
1. Beri penjelasan
2. Posisi Dorsal Recumbent
Pada pria
1. Cara no 1 – 8 sama dgn pemasangan pada wanita.
2. Memegang penis dgn tangan kiri (beri kain kasa steril)
3. Menarik preputium sedikit kepangkal kmd membersihkan dg kapas
anti septik.
4. Mengambil kateter, ujungnya diberi pelicin.
5. Memasukkan kateter perlahan- lahan ke dalam uretrha 17 – 22 cm
pada pada orang dewasa, penis diarahkan ke atas.
60
6. Penyelesaian selanjutnya sama dgn pada pasien wanita.
Kondom kateter
Alat drainase urine eksternal yang mudah untuk digunakan dan aman
untuk mengalirkan urine pada klien pria.
Tujuan :
3. Urine tampung
Persiapan pasien :
o pasien diberi penjelasan hal2 yang akan dilakukan
o Pasien diatur posisinya Dorsal Recumbent
Persiapan alat :
o Selaput kondom karet
o Strip elastik/ pelekat
o Kantung penampung urine dengan selang drainase
o Sarung tangan , handuk, waslap
o Gunting
o Dll
Pelaksanaan
Cuci tangan
Tutup tirai
Pakai sarung tangan
61
Posisikan klien telentang, bersihkan penis dengan air sabun
dan keringkan
Siapkan drainase kantong urine menggantung di tempat tidur
Pasangkan kondom dengan perlahan kebatang penis dan
sisakan ujung kondom 2 – 5 cm dari sambungan slang
Hubungkan slang yang ada di kondom dengan drainase
Lakukan pemberesan
62
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
63
• 14 - 18 tahun : 16 - 18x/menit
• Dewasa : 12 - 20x/menit
• Lansia ( >65 th ) : Jumlah RR meningkat bertahap
Transportasi dipengaruhi:
64
D. Kapasitas Paru-paru
1. Kapasitas paru-paru : kemampuan paru menampung udara pernapasan
(volume udara).
2. Volume udara pernapasan pada setiap orang berbeda-beda, tergantun
ukuran paru, kekuatan bernapas, dan cara bernapas.
3. Alat untuk mengetes kapasitas paru-paru: spirometer yaitu mencatat
volume udara yang masuk dan keluar dari paru.
4. Umumnya volume paru-paru orang dewasa berkisar antara 5-6 liter.
65
GUNA OKSIGEN
Sumber oksigen
66
o Nasal canule
- Jika 1 lt/mnt, konsentrasi oksigen ± 22-24%.
- Jika 2 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 24-28%
- Jika 3 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 28-32%
- Jika 4 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 32-36%.
- Jika 5 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 36-40%.
- Jika 6 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 40-44%
o Masker oksigen
- Jika 6 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 40%.
- Jika 6-7 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 50%
- Jika 7-8 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 60%
Pengkajian
- Keluhan utama :
1. dyspnea (sesak nafas),
2. kadang-kadang nyeri dada,
3. batuk dan banyak sputum.
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat Penyakit dahulu
- Status kesehatan
- Exercise: peningkatan exercise/activitas peningkatan HR dan
RR
- Emosi : takut, cemas, marah meningkatnya rangsangan
terhadap simpatis NS peningkatan HR dan RR
- Environment
1. panas pemb darah perifer dilatasi penguapan meningkat
resistensi menurun peningkatan CO untuk mempertahankan
BP kebut Oksigen meningkat peningkatan HR, RR
2. Dingin pembuluh darah perifer konstriksi BP meningkat
3. Altitude : dataran tinggi, PO2 menurun peningkatan HR dan
RR
67
Perubahan pola nafas
Tachipnea : frek pernafasan cepat,
1. Dewasa : frek 24x/menit atau lebih
2. Balita : frek 40-50x/menit atau lebih
3. Bayi neonatus : frek 50x/mnt atau lebih
68
E. PEMBERIAN O2 DENGAN NASAL CANULE (nasal prongs)
- Keuntungan :
1. Non invasif (tidak melukai klien)
2. Mudah dipasang
3. Penggunaan lebih enak
4. Tidak terlalu membatasi gerak
5. Pemeriksaan pada muka tidak terganggu
- Flow rate oksigen maks : 4 – 6 lt / menit.
- Peningkatan kcepatan menyebabkan :
1. distensi lambung,
2. Sakit kepala ---- masuk ke sinus frontalis
3. mukosa hidung kering bisa berakibat perdarahan hidung.
69
H. Bahaya Pemberian Oksigen
1. Iritasi mukosa-- terjadi oleh karena O2 tidak di lembabkan
2. Infeksi : bila alat yang digunakan tercemar oleh micro organisme.
3. Nyeri sub sternal. Disebabkan oleh iritasi sal nafas yang lebih jauh ok
oksigen tidak dilembabkan & flow yang cepat, oksigen diberikan lebih 8
jam.
4. Depresi pernafasan. Dapat terjadi bila diberikan pada klien paru kronik.
5. Keracunan oksigen. Terjadi bila pemberian oksigen konsentrasi tinggi
F1O2 > 60 % dalam waktu lama
70
10. Tuberculosis (TBC) : penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang seluruh organ
tubuh manusia, namun yang paling sering diserang adalah paru-paru
(maka secara umum sering disebut sebagai penyakit paru-paru / TB Paru-
paru).
11.Pneumonia : penyakit infeksi atau peradangan paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit.
12. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) : Infeksi pada sal nafas atau bawah
yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
13.Rinitis : radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal virus
influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap
perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir meningkat.
14.Kanker Paru-Paru : merupakan salah satu yang paling berbahaya. Sel-sel
kanker pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali
15.SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) : penyakit pernapasan karena
virus Coronavirus dari ordo Coronaviridae.
71