Anda di halaman 1dari 74

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Disusun oleh :

Adinda agil putri aji ( P27824420131)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

TAHUN 2020

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

PERAWATAN PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH.................................................... 1

PEMERIKSAAN LABORATORIUM........................................................................ 4

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT...................................... 10

ASUHAN PADA PASIEN PRA DAN PASCA BEDAH PADA KASUS KEBIDANAN...... 29

PERAWATAN OPERATIF................................................................................... 38

PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP......................................................................

45

CARA PEMBERIAN OBAT PARENTAL................................................................. 50

ELIMINASI....................................................................................................... 56

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN................................................................ 63


i

PERAWATAN PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH

(DINA ISFENTIANI, S.Kep.Ns., M.Ked.)

A. Pengertian

Perawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun sakit
untuk menggunakan kekuatan,keinginan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari ,sembuh dari
penyakit / meninggal dunia dengan tenang . (Virginia Henderson 1978)

B. Pra Bedah/ Pre Bedah

Pra bedah/pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan


pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di
meja bedah. Beberapa hal yang dikaji dalam tahap pra operasi adalah
pengetahuan tentang persiapan pembedahan, pengalaman masa lalu dan
kesiapan psikologis supaya tindakan pembedahan berjalan dengan lancar.

 Pelaksanaan

Saat melakukan tindakan pembedahan ada pelaksanaan yang harus


diperhatikan yaitu :

1. Persiapan Penunjang
2. Pemberian Pendidikan Kesehatan Prabedah
3. Persiapan Fisik
4. Persiapan Mental/Psikis
5. Persiapan Diet
6. Pencegahan Cedera dan Latihan pra operasi

 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Tahap Pra Bedah :

1. Pegetahuan tentang persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis.


1
2. Pemberian inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan
keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Perasaan cemas pasien berhubungan dengan ancaman
4. terhadap kematian.
5. Perasaan takut pasien berhubungan dengan dampak
6. dari tindakan pembedahan anestesi.
7. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau
menurunnya nutrisi
8. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan defisit penginderaan/motor

C. Post Operasi / Pasca Bedah

Postoperasi atau pascabedah merupakan masa setelah dilakukannya


pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tujuan perawatan pasca bedah
dilakukan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan
mucul pada tahap ini.

 Pelaksanaan
1. Pengkajian tingkat kesadaran
2. Pengkajian suhu tubuh, frekuensi jantung/ nadi, respirasi dan tekanan
darah
3. Mempertahankan jalan nafas, ventilasi/oksigenasi,sirkulasi darah,
kenyamanan dan mencegah resiko injury
4. Observasi keadaan umum ,vomitus dan drainase
5. Balance cairan
6. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri
7. Mempertahankan aktivitas, sirkulasi,eliminasi,keseimbangan cairan dan
elektrolit
8. Mobilisasi dini, nafas dalam dan juga batuk efektif seperti yang
dilakukan pada latihan pra bedah
2
9. Mengurangi kecemasan
10.Rehabilitasi
11.Discharge Planning

 Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
luka pembedahan.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
sebagai dampak anestesi.
3. Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak anestesi.
4. Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
3

Pemeriksaan Laboratorium

A. Pengertian

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur


pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien dalam
bentuk darah, sputum (dahak), urine (air kencing/air seni), kerokan kulit, dan
cairan tubuh lainnya dengan tujuan untuk menentukan diagnosis atau
membantu menegakkan diagnosis penyakit.

B. Tujuan

1. Menyaring penyakit
2. Menegakkan/menyingkirkan diagnosis
3. Memastikan diagnosis
4. Menyingkirkan diagnosis diferensial
5. Menentukan etiologi (penyebab)
6. Menentukan berat penyakit
7. Menentukan tahapan penyakit
8. Seleksi calon donor darah
9. Menentukan rawat inap
10.Menentukan terapi
11.Memonitor terapi
12.Mengikuti perjalanan penyakit
13.Memulangkan pasien rawat inap
14.Memprediksi prognosis penyakit
15.Kedokteran kehakiman
16.Surveilans penyakit
17.Status kesehatan umum
4

C. FAKTOR
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil
laboratorium yaitu :
 Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.
 Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan (analisa) sample.
 Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.

D. Bahan Pemeriksaan

1. Darah
2. Urin / air kencing
3. Faeces
4. Sputum / dahak
5. Cairan tubuh
6. Darah
7. Urin / air kencing
8. Faeces
9. Sputum / dahak
10.Cairan tubuh

E. Kelompok Pemeriksaan

1. Hematologi
2. Kimia klinik
3. Urinalisis
4. Imunologi
5. Mikrobiologi klinik
6. Parasitologi klinik

F. Jenis Pemeriksaan
5
1. Manual
2. Semiotomatik
3. Otomatik

G. Syarat Pemeriksaan

1. Teliti
2. Tepat
3. Sensitif
4. Spesifik
5. Cepat
6. Tidak sulit
7. Tidak mahal
8. Pasien >< orang normal

H. Prosedur Pemeriksaan

1. SOP
2. Pemantapan mutu :
 Intralab
 Interlab
 Ekstralab

I. Tahap Pemeriksaan

1. Tahap praanalitik :
- Formulir permintaan pemeriksaan :
 Nama
 Umur
 Tanggal lahir
6
 Jenis kelamin
 Tanggal
 Jam
 Bangsal/poli
 Alamat & telp
 No. rekam medik
 No. register
 Nomor Lab
 Dokter pengirim
 Diagnosis/ket. Klinik
 Jenis pemeriksaan
 Rutin/cito

- Persiapan pasien/orang:
Persiapan pasien :
 Puasa 2 jam post prandial
 urin 24 jam
 sputum pagi hari
 faktor2 yang mempengaruhi hasil pemeriksaan :
diet, obat-obatan, merokok, alkohol, olah raga, postur, ketinggian,
demam, trauma, variasi sirkadian time, umur, ras, jenis kelamin,
kehamilan.

- Persiapan petugas
 Kewaspadaan universal : Pemakaian APD.
 Hal-hal berkaitan jenis pemeriksaan : spesimen, cara pengambilan,
penampung, labeling, transportasi
- Pengambilan bahan specimen :
 Alat : jarum, lanset, lidi kapas, sendok
 Penampung : tabung vakum, pot urin, tabung faeces, spuit,
media transport
 Antikoagulan : EDTA, sitrat, heparin
7
 Pengawet : formaldehida, asam borat
 Waktu, lokasi, volume spesimen
 Teknik pengambilan
- Identitas bahan
 Pemberian identitas spesimen : Barcode, label, stiker, nama,
umur/tanggal lahir, no. rekam medik/register, no. lab, tanggal
- Pengelolaan bahan
- Penyimpanan spesimen : Suhu kamar, refrigerator, freezer.
- Pengiriman spesimen : Kotak, cool box, media transport.

2. Tahap analitik
 Persiapan :

Alat, bahan, alat penunjang, bahan habis pakai, ATK

Kontrol pemeriksaan

 Jangka waktu pemeriksaan


 SOP

3. Tahap pasca analitik

 Pencatatan pada log book


 Pengetikan pada lembar hasil
 Cross check hasil pemeriksaan
 Paraf/tanda tangan pemeriksa
 Pengemasan hasil pemeriksaan
 Pencatatan pada buku ekspedisi
 Pemberian kepada pasien/dokter

8
J. Ruangan
1. IGD / EMERGENCY
2. ICU
3. Kamar Bedah

K. Peralatan yang digunakan :


1. Tabung vakum
2. Holder Tabung Vakum
3. Jarum tabung Vakum
4. Pengambilan darah Vena
5. Pot urin
6. Penampung Urin 24 jam
7. Pot Faeces

9
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

A. Fungsi Cairan Tubuh

1. Pembentuk struktur tubuh.


2. Sarana transportasi.
3. Metabolisme sel.
4. Pelarut elektrolit & non elektrolit.
5. Memelihara suhu
 Proporsi

- Bayi : 75% BB
- Dewasa : 70% (Pria) BB
60% ( Wanita) BB
- Usila : 55% BB

50-70% dari berat badan terdiri dari cairan yang bersumber dari air yang
diminum bersama makanan dan metabolism. Porsi cairan tubuh orang
dewasa mencapai 70kg, pada anak 7-12bln mencapai 800ml ,pada anak
usia 1-3Th sekitar 1,3Liter, dan untuk 4-8th mencapa 1,7 liter.

Eksresi cairan dalam tubuh melalui urin,keringat,paru-paru dan feses.Rata


kehilangan cairan/harinya :

- Kulit/paru

(insensible water loss) : 800 - 1200 cc

- Urine : 1500 cc
- Feces : 100 – 1200 cc
B. Pengaturan Cairan Tubuh

10
Pengaturan cairan tubuh terdapat melalui keseimbangan (output dan
input) yang diatur hipotalamus melalui osmoreseptor.

Dehidrasi adalah saat tubuh krkurangan cairan yang ditandai dengan gejala
lesu,tek darah rendah,nadi halus cepat,urin rendah,akral dingin,mukosa
kering,turgor rendah .Cara pengobatannya bisa dengan pemberian cairan
oral/parental. Etiologi kekurangan cairan :

 Melalui sal cerna


1. Muntah
2. Bocor/ Diare
3. perdarahan
 Melalui sal kencing
1. Pemakaian diuretik
2. Penyakit ginjal
3. diabetes
 Melalui kulit
1. Luka bakar
2. Keringat ↑↑
 Perpindahan keruang dalam badan
1. Peritonitis
2. Pankreatitis

C. Rumus untuk menghitung defisit elektrolit :

 Defisit Klorida (mEq total) = (Cl serum yang diinginkan (mEq/liter)-Cl


serum yang diukur)x 0,45xBB(kg)
 Defisit Natrium (mEq total) = (Na serum yang diinginkan –Na serum
sekarang )x0,6xBB (kg)
 Defisit Kalium (mEq total)= (K serum yang diinginkan (mEq/liter)-K
serum yang diukur)x0,25xBB(kg)
11
D. Sistem Skor

SIGN & SIMP SKOR

o Muntah 1
o
o Vok cholerica 2
o Apatis 1
o Somnolen/sopor/koma 2
o T.D.S ≤ 90 1
≤ 60 2
o Nadi ≥ 120 mm/Hg 1
o Nafas Kusmaul dalam 1
o Turgor ↓ 1
o Facies Cholerica 2
o Ekstremitas dingin 1
o Jari tangan keriput 1
o Sianosis 2
o Umur > 50 tahun -1
o Umur > 60 tahun -2

 5% dari BB : Ringan Defisit cairan = skor /15x BB(KG)X100


 8 % dari BB : Sedang
 10 % dari BB : Berat

Cara pemberian cairan yaitu dengan Cairan diguyur sampai nadi terisi
penuh dan TDs > 100 mmHg, sisanya diberikan 2 jam berikutnya.

 Kebutuhan Cairan :

12
Dewasa  :  50 cc/Kg BB/24 jam

Anak      :  10 Kg I   ---  100cc/Kg BB/24 jam

                   10 Kg II ---  50cc /Kg BB/24 jam

                   selebihnya ---  20cc /Kg BB/24 jam

 Kebutuhan Natrium (Na+)

3-5 mEq/Kg BB/24 jam


RL memiliki kandungan Na+ sebesar 130 meq/L  
(1 flash = 65 mEq)

Ns memiliki kandungan Na+ sebesar 154 mEq/L 


(1 flash = 77 mEq)
                 * 1L(liter) = 1.000 cc, 1Flash = 500 cc

 MENGHITUNG TETESAN INFUS

(O) Tetesan/ Menit

         faktor tetes       Otsuka --- 1cc   = 15 tetes

         faktor tetes    Terumo --- 1 cc =  20 tetes

(Kebutuhan cairan x faktor tetes)  = Jumlah tetesan/menit

_________________________

         (jumlah jam x 60 menit)

 CONTOH KASUS
Berikan cairan maintenance pada klien laki-laki usia 25 tahun dengna berat
badan 50 Kg
13
o Kebutuhan cairan
                  = 50cc/Kg BB/24 Jam
                  = 50cc x 50 /24 jam
                  = 2.500 cc / 24 jam  
(Jadi kebutuhan cairan klien adalah 2.500 cc dalam sehari/24 jam)

o Kebutuhan Natrium
= 3-5 mEq/Kg BB/24 jam

= 3-5 mEq x 50 / 24 jam

= 150-250 mEq / 24 jam

(Jadi kebutuhan Natrium klien berada antara rentang 150-250 mEq dalam
24 jam)

o MENGHITUNG TETESAN

Tetes/menit

(Kebutuhan cairan x Faktor tetes)/ (Jumlah jam x 60 menit) = jumlah


tetesan/menit

Infus set Otsuka (2.500 x 15/(24x60)= 37.500/1440 = 26 tetes/menit             

Infus set Terumo    (2.500 x 20)/(24x60)  = 50.000/1440 = 35 tetes/menit

o Odema
Patogenesis
 ↑ tekanan darah hidrostatik kapiler
1. Payah jantung
2. Sirosis hati
3. Obstruksi vena lokal

14
 ↓ tekanan koloid osmotik plasma ( alb↓ )
1. Sind. Nefrotik
2. Sirosis hepatis
3. Malnutrisi
 Permeabilitas kapiler ↑
1. Trauma
2. Radang
3. Luka bakar
4. Alergi
 ↑ tekanan koloid osmotik interstitial : Sumbatan sal limfe
o GANGGUAN ELEKTROLIT
Elektrolit penting menjaga proses kehidupan di tubuh. Gangguan
elektrolit diantaranya adalah gangguan metabolism dan gangguan
potensial listrik jaringan dan bisa mengakibatkan mati mendadak .

o K+ dalam makanan
 Sayuran
Kentang, buncis 500 mgr
Kacang 5000 mgr

15
 Buah
Pisang 800 mgr
Jeruk 1200 mgr

 Daging
Sapi atau ayam 600 mgr

o Fungsi Kalium
 Kation utama dalam sel
 Repolarisasi membran
 Neuro-autonomik
 Respons Neuromuscular terhadap rangsang
 Deposisi Glycogen & Metabolism protein
 Pengeluaran hormon pancreas
 Penentu pH intracellular

o GANGGUAN KESEIMBANGAN K+
K+ : kation terbesar di sel (150 - 160mEq/L)
di luar sel 3,5 – 5,5 mEq/L

Fungsi utama : menjaga potensial listrik membran sel

Gejala gangguan K : sangat tergantung kecepatan perubahan K di dlm


& luar sel

Keseimbangan K diatur oleh :


1. Distribusi K+ di dlm & luar sel
 Insulin : K+ ekstra sel intrasel shg sewaktu DM cenderung
hiperkalemi

16
 Asidosis : H+ luar sel ↑ H+ masuk dlm sel. Untuk menjaga
keseimbangan listrik, K+ keluar sel hiperkalemi
 Alkalosis : kebalikannya

2. Ekskresi K+ oleh ginjal (di eks di tubuli)


 Aldosteron : eks K+ ↑ sdgkan Na retensi
 Diuretik osmosis : eks K+ ↑
 Asidosis : eks K+ ↓
 PGK , eksresi menurun

o HIPERKALEMIA
Etiologi :
1. Intake ↑
 pisang, jeruk
 pemberian K i v
 hemolisis yang hebat
 Tdk akan terjadi hiperkalemi bila ginjal berfungsi dengan baik

2. Perpindahan kalium ke ekstra sel


 Asidosis
 intoksikasi digitalis
 Deff insulin
 Ketoasidosis

3. Eksresi ↓
 Gagal ginjal
 diuretik hemat K
 Insuf adrenal

17
4. Pseudohiperkalemia
Leukositosis hebat ( > 100.000 / mm3 ) → wkt darah diambil → K
keluar sel

5. Obat-obat
ACE I, ARB, NSAID, aldosteron antagonis

o Diagnosis
Manifestasi Klinik
 Otot Skelet : Paralysis/Flaccid Paralysis arrest Pernafasan Ileus
 DYS-RYTHMIA : TACHYCARDIA,FIBRILLASI VENTRIKULER,SINUS
BRADYCARDIA, SINUS ARREST,RYTHME IDIO-VENTRICULAR
LAMBAT

o Pengobatan

Treatment of Hyperkalemia

18
1 Antagonism of membrane action
A. Calcium
B. Hypertonic Na solution (if hyponatremic)
2. Increased K+ entry into cells
A. Glucose and Insulin
B. NaHCO3
C. β2-adrenergic agonist
D. Hypertonic Na+ solution ( if hyponatremic)
3. Removal of the excess K+
A. Diuretics
B. Cation exchange resin
C. Hemodialysis or peritoneal dialysis
o HIPOKALEMI
Etiologi :
1. Tanpa defisit K total tubuh
 Alkalosis /basa
 Sekresi insulin yang menetap
2. Dengan defisit K total tubuh
 Intake ↓, anoreksia /menolak makan
 Hilang → sal cerna: GE, muntah
ginjal : hiperaldosteron,loop diuretic

Gejala Klinis :
1. Jantung
 Aritmia (detak jantung cepat)
 EKG : T datar, gel U, QT lebar
 Hipotensi : ↓ resistensi perifer
2. Sal cerna : ileus paralitik (kelumpuhan usus)
3. Ginjal
 Osmolalitas urin ↓
 pH urin ↑
19
4. Endokrin :
 sekresi aldosteron ↓  eksresi K ↓
 Gangguan toleransi glukosa ok sekresi insulin terhambat

Gangguan Keseimbangan Na+


Na + : ion utama
luar sel (145 mEq / L)
dalam sel (10 mEq / L)
Menjaga osmolalitas cairan ekstra sel

o HIPERNATREMIA
Pada hiperNa, cairan intrasel → ekstrasel → sel dehidrasi → ADH ↑
(kompetensi tubuh) → haus → intake ↑

ETIOLOGI
1. Kehilangan cairan
 Insensible loss : demam, luka bakar
 Melalui ginjal : diuretik, diabetes insipidus
2. Intake ↑
 Pemberian NaCl hipertonis / Na bicarbonat
 Hiperaldosteron & sindroma cushing

GEJALA KLINIS
Terutama neurologis o/k dehidrasi sel otak
 Twiching (kedutan)
 Lethargi (penurunan Kesadaran)
 Kejang
 Koma
 Kelemahan otot

20
TERAPI
Pada keadaan akut harus segera dikoreksi
Hipernatremi > 24 jam koreksi hati-hati dan perlahan, o/k koreksi
yang cepat & progresif → odem akut sel otak → kematian
Dapat dikoreksi dengan cairan oral/ parenteral (dextrosan 5 % )

RUMUS Defisit Cairan :


0,6 (♂) / 0,5 (♀) X BB X Na Plasma/140-1

o HIPONATREMI
Etiologi :
1. Deplesi volume sirkulasi efektif
 Akan terjadi ↑ ADH → haus → minum ↑ → retensi cairan →
hipo Na
 Mis, infeksi Neurologi (meningitis, ensefalitis) Paru

2. Loop diuretik
 Mis, furosemid, etakpinikasid
 Disamping deplesi vol, diuretik menghambat reabsorpsi Na di
tubuli

3. GGK dengan LFG yang sangat rendah


4. Diare & muntah yang hebat

GEJALA KLINIS

Gejala ok odema sel otak, yang timbul bila hipoosmolalitas dalam


plasma terjadi dengan cepat

Pada kadar Na 120 – 125 : nosea-vomit

21
110 – 120 : letargi-sefalgia

< 110 : kejang-koma

TERAPI

Tujuan : pertahankan Na > 120 mEq / L

Kehilangan Na = 0,6 X BB X (140 – Na plasma)

Hiponatremi yang disertai hipokalemi (mis,GE) → koreksi kalium saja


telah langsung mengoreksi Na

Lar NaCl 3 % (~ 513 mEq/L) diberikan bila ada gejala odema serebri

Bila gejala odema serebri hilang → cukup berikan NaCl isotonis

22
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Struktur dan sifat air Air merupakan pelarut yang universal. Molekul air
terdiri dari 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen.

A. Istilah

1. VAT ( Volume Air Tubuh)


 VAT pada anak sekitar 75% dari TTL,
 Pada janin hampir mendekati 90 %.
 VAT meliputi :
a. CES
b. CIS
c. CTS

2. CES ( Cairan Ekstraseluler) terdiri dari :

1. Plasma.

2. Cairan Interstisial dlm jaringan dan limpa.

3. Cairan pada tendon dan kartilago.

CES pada anak sekitar = 20- 25 %.

CES = 0,239BB + 0,325.

3.CIS ( Cairan Intra seluler )

o CIS dihitung VAT dikurangi Volume CES.


o Diperkirakan jumlahnya sekitar 30 – 40 % dari BB.

4. CTS ( Cairan Transseluler )


 Terdiri dari sekresi gastrontestinal dan liquor serebrospinalis, ciran
intra okuler, pleural, sinovial dan peritonial.
 Termasuk juga proses sekresi dan absorbsi usus halus.
23
 Jumlah sekitar = 1 – 3 % dari BB.
B. PENGATURAN CAIRAN TUBUH
1. Masukan Air :
Adanya masukan melalui oral, yang dikarenakan adanya rasa haus,
juga peran dari pada ginjal.
2. Absorbsi Air :
Adanya proses difusi pasif,
Proses osmotik ikut berperanan adalah natrium
3. Eksresi Air :
Pengeluaran cairan melalui : kulit, paru, ginjal dan saluran cerna.
4. Kehilangan cairan normal:
a. Iwl = Insensible water loss :
Pengeluaran melalui keringat dan urine. Sekitar 45 ml/100kal
(kulit=30ml/100kal, Ekspirasi=15%/100kal).
b. Produksi Urine : sekitar 50ml/100kal.
c. Melalui Tinja : 5 ml/100kal.
5. Kehilangan cairan abnormal :
a. Adanya penyakit, suhu yang tinggi/ dingin berlebihan,
b. Gangguan gastro intestinal, kelainan fungsi ginjal,
c. Udem yang hebat.

C. MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN PADA ANAK


A. Perlu diketahui :
1. Berat Badan Anak.
2. Patokan Kebutuhan cairan /hari.
3. Patokan Kebutuahn cairan /kilogram BB.
4. Kehilangan cairan normal:
a. Iwl = Insensible water loss :
Pengeluaran melalui keringat dan urine.
Sekitar 45 ml/100kal ( kulit=30ml/100kal,
Ekspirasi=15%/100kal).

24
b. Produksi Urine : sekitar 50 ml/100kal.
c. Melalui Tinja : 5 ml/100kal.
5. Kehilangan cairan abnormal :
a. Adanya penyakit, suhu yang tinggi/ dingin berlebihan,
b. Gangguan gastro intestinal, kelainan fungsi ginjal,
c. Udem yang hebat.

KEBUTUHAN CAIRAN PADA BAYI

KEBUTUHAN CAIRAN PD ANAK NORMAL/ 24 jam dan / kg bb

25
 CAIRAN TUBUH PADA BAYI – ANAK
o Saat Lahir : 78%
o 0-1 bln : 75%
o 1-12bln : 70%
o 1-12thn : 65%
o 12+ thn : 60%

D. Bila dimasukan kedalam tubuh melalui infus :


1. Perlu diketahui type infus set:
a. Mikro drip atau
b. Makro drip.
2.Perlu diketahui advis ,Dokter :
a. Target waktu pemberian atau
b. Jumlah tetesan.

o Penghitungan tetesan infus :

1. Menggunakan Mikro drip : 1 CC = 60 tetes.


2. Menggunakan Makro drip : 1 CC = 20 tetes.
3. Target waktu diberikan : 1 flabot ( 500 cc ) = .... jam

o Macam cairan infus :


1. Cairan Isotonik.
2. Cairan Hypertonik.
3. Cairan Hypotonik

E. Pemberian nutrisi Pd Bayi dan Anak


o Nutrisi :
adalah suatu zat gizi dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh tubuh
o Zat Gizi meliputi :

26
1. Karbohydrat
2. Lemak
3. Protein.
4. Vitamin.
5. Mineral.
6. Air.
o Jenis Jenis Nutrisi

- Makanan Cair :
1. ASI
2. PASI
3. Susu cair
- Makanan Lunak :
1. Bubur Saring
2. Bubur Susu, Bubur Nasi.
3. Tim, Nasi Tim.
- Makanan Padat :
1. Nasi, Sayur. Lauk
2. Camilan

o Tahap Tahap Pemberian


- Pemberian Makanan Cair :
Masa Bayi s.d Umur 6 Bln makanan cair ( ASI Eklusif )
- Pemberian Makanan Lunak :
Masa Anak s.d. Umur 1 th makan cair variasi makanan lunak.
- Pemberian Makanan Padat :
Masa Anak diatas umur 1 th makanan padat variasi makanan
lunak.
Diatas umur 2 th dikenalkan makanan Indonesia.

o Masalah Masalah Dlm Pemberian Nutrisi


27
 Mal Absorbsi
 Sulit Makan
 Kesibukan Orang Tua
 Era Globalisasi

F. Pemecahan Masalah
 Asuh : Pemenuan nutrisi, pakaian, kenyamanan
 Asah : Pendidikan, pelatihan, stimuli dalam perkembangan
 Asih : Pemberian kasih sayang, perlindungan.

G. CARA SEDERHANA PENGHITUNGAN PEMAKAIAN KALORI


DIKAITKAN DENGAN BERAT BADAN
H.

28
ASUHAN PADA PASIEN PRA DAN PASCA BEDAH
PADA KASUS KEBIDANAN

A. Pengertian

Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan,


dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah.

Pasca bedah merupakan  masa setelah dilakukan  pembedahan yang


dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan  dan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya.

B. JENIS – JENIS PEMBEDAHAN

Berdasarkan lokasi yaitu :


 Bedah toraks kardiovaskuler
 Bedah neurologi
 Bedah orthopedi
 Bedah kepala
 Bedah kandungan
 Dan bedah lain lainnya

Berdasarkan tujuan yaitu :

 Pembedahan diagnosis, ditujukan untuk menentukan sebab


terjadinya gejala penyakit seperti biopsi, eksplorasi, dan laparotomi.
 Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari
penyakit, misalnya pembedahan apendektomi.
 Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas,
menyambung daerah yang terpisah.
 Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa
menyembuhkan penyakit.

29
 Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam
tubuh seperti rhinoplasti.
C. ANESTESI SEBELUM PEMBEDAHAN

Anastesi sebelum pembedahan adalah penghilangan kesadaran sementara


sehingga menyebabkan hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk
penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan pembedahan.

 JENIS – JENIS ANESTESI


a) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak
dengan menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan
hilangnya rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya adalah
dengan inhalasi dan intravena.

b) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan


sadar untuk meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau
serabut saraf sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga dapat
menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut.
Metode umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf,
memblok regional intravena  dengan torniquet, blok daerah spinal,
dan melalui epidural.

c) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf


pada daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam
keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah infiltrasi atau topikal.

d) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi


pasif secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada
saran atau perintah serta untuk mengurangi  kesadaran sehingga
perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan adalah hipnotis.

30
e) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan
nyeri dengan merangsang keluarnya endofrin tanpa menghilangkan
kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau
penggunaan elektrode pada permukaan kulit

D. Asuhan Dan Persiapan Pasien Preoperasi (Pra Bedah)

 Pemberian pendidikan kesehatan prabedah.

Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan


mengenai berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi
tersebut diantaranya tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum
bedah, alat-alat khusus yang di perlukan, pengiriman ke kamar bedah,
ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.

 Persiapan diet

Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun,


8 jam sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan
makan. Sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi,
sebab makanan dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.

 Persiapan kulit

Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari


mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun
heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai dengan jenis pembedahan.
Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.

 Latihan napas dan latihan batuk

Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan


pengembangan paru-paru. Pernapasan yang dianjurkan adalah
pernapasan diafragma, dengan cara berikut :

31
- Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan
toraks.
- Tempatkan tangan diatas perut.
- Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
- Tahan napas 3 detik.
- Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
- Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga
tiga kali setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
- Istirahat.

 Latihan kaki

Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis.


Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot. Latihan
memompa otot dapat dilakukan dengan mengontraksi otot betis dan
paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh kali.
Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan membengkokkan lutut kaki
rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur,
mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi
hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan
menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat
tidur, lalu istirahat, dan ulangi hingga lima kali.

 Latihan mobilitas

Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah


dekubitus, merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri.
Melalui latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat di
tempat tidur, seperti menggunakan penghalang  agar bsa memutar
badan, melatih duduk di sisi tempat tidur, atau dengan menggeser

32
pasiem ke sisi tempat tidur. Melatih duduk diawali dengan tidur fowler,
kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.

 Konsultasi dengan dokter obstetric-ginekologi dan dokter anestesi

Konsultasi dalam rangka persiapan tindakan operasi, meliputi


informed choice dan informed consent. Informed Consent sebagai
wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum,
maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib
untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya
apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala
resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan
informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani
(informed choice).

 Pramedikasi

Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan.


Sebagai persiapan atau bagian dari anestesi. Pramedikasi dapat
diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan, misalnya relaksan,
antiemetik, analgesik dll. Tugas bidan adalah memberikan medikasi
kepada klien sesuai petunjuk/resep.

 Perawatan kandung kemih dan usus

Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah setelah puasa dan


imobilisasi, oleh karena itu lebih baik bila dilakukan pengosongan usus
sebelum operasi. Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang untuk
mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi.

33
 Mengidentifikasi dan melepas prosthesis

Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan, dll
harus dilepas sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas
seandainya akan diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas
dan tertelan. Pasien mengenakan gelang identitas, terutama pada ibu yang
diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan juga gelang identitas untuk bayi.

 Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang
operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap
pasien sebelum operasi antara lain :
1. Status kesehatan fisik secara umum
2. Status nutrisi
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Kebersihan lambung dan kolon
5. Pencukuran daerah operasi
6. Personal Hygine
7. Pengosongan kandung kemih

 Pencegahan cedera

Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan


sebelum pelaksanaan bedah adalah:

1. Cek identitas pasien.


2. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya
cincin, gelang, dan lain-lain.
3. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
4. Lepaskan kontak lensa.
5. Lepaskan protesis.
34
6. Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar.
7. Anjurkan pasien untukmengosongkan kandung kemih.
8. Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi
tromboflebitis.

E. Asuhan Dan Persiapan Pasien Postroperasi (Pasca Bedah)

 Setelah tindakan pembedahan (pascabedah), beberapa hal yang


perlu dikaji diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan
napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan
elektrolit,  kardivaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya,
serta alat-alat yang digunakan dalam pembedahan.

 Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan


mencegah masalah yang kemungkinan muncul pada tahap ini.
Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama
perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan  postoperasi  sama pentingnya
dengan prosedur pembedahan itu sendiri.

F. Faktor yang Berpengaruh Postoperasi


 Mempertahankan jalan nafas dengan mengatur posisi, memasang suction
dan pemasangan mayo tube .
 Mempertahankan ventilasi/oksigenasi Ventilasi dan oksigenasi dapat
dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik
atau nasal kanul.
 Mempertahakan sirkulasi darah Mempertahankan sirkulasi darah dapat
dilakukan dengan pemberian cairan plasma ekspander.

35
 Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase Keadaan umum
dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti
kesadaran dan sebagainya.

 Balance cairan harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output


cairan klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan,
seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru
menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi
eleminasi pasien.

 Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury. Pasien post


anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko
besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan
pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan
intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medis terkait
dengan agen pemblok nyerinya. 

G. Tindakan
 Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat
dilakukan manajemen  luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya,
pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi
perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. Kemudian
memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan
vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan
integritas dinding kapiler.
 Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik
napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik
dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui

36
hidung dan menggunakan diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara
perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
 Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus
meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk memperlancar vena.
 Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan
cairan sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta
mempertahankan nutrisi yang cukup.
 Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output,
serta mencegah terjadinya retensi urine.
 Mobilisasi dini , nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk
mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan
lendir. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot
sebelum ambulatori.
 Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara  terapeutik.
 Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
 Discharge Planning. Merencanakan  kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post
operasi.
o Ada 2 macam discharge planning :
o Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang
diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)
o Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih
detail.

 Pengkajian tingkat kesadaran. Pada pasien yang mengalami anastesi


general, perlu dikaji tingkat kesadaran secara intensif sebelum dipindahkan
ke ruang perawatan. Kesadaran pasien akan kembali pulih tergantung pada
jenis anastesi dan kondisi umum pasien
37

PERAWATAN OPERATIF

A. PENDAHULUAN
Perawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan
yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap
berikutnya.

B. PERSIAPAN

a. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN:

1. Persiapan Fisik
2. Status Nutrisi
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Kebersihan lambung dan kolon
5. Pencukuran daerah operasi
6. Personal Hygine
7. Pengosongan kandung kemih
8. Latihan Pra Operasi

Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien
yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan
mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan.

Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :

1. Usia
2. Nutrisi
3. Penyakit kronis
38

4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin


5. Merokok
6. Alkohol dan obat-obatan

b. PERSIAPAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks,


abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan
(computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine),
BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop),
EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi),
dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin,
angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein
total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida),
CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada
sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
5. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula
darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya
dilakukan dengan puasa 10 jam.

c. PEMERIKSAAN STATUS ANESTESI

Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk


keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi

39
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist).
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.

d. INFORMED CONSENT

Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap


pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan
menjalani.
Tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan
tindakan medis (pembedahan dan anestesi).

e. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.

f. OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI


Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan
obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien
mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

C. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan

40
3. Intervensi dan Implementasi
4. Evaluasi

D. Asuhan Keperawatan INTRA OPERATIF


 Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif

Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :

1. Anggota steril
2. Ahli bedah utama / operator
3. Asisten ahli bedah.
4. Scrub Nurse / Perawat Instrumen
5. Anggota tim yang tidak steril

 Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi

a. Pengaturan Posisi
1. Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan
keadaan psikologis pasien.
2. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien
adalah :
- Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
- Umur dan ukuran tubuh pasien.
- Tipe anaesthesia yang digunakan.
- Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
3. Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
- Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
- Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
- Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang

41
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk
menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
- Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
- Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan
dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya thrombus.
- Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
- Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
- Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan
- Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah
secara bersamaan
- Pengkajian sosial
4. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
5. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
6. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
7. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah
secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
8. Pengkajian psikososial

Sebelum dilakukan operasi ada perasaantakut,cemas dan emosi pada


pasien. Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat
tidurnya dipasang pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering
diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan
persendian.

Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah
sesuai dengan program dokter.

Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan

42
tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan
bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.

 Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room

Petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :

1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien
dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional
posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.

Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi


krisis

- Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg
atau > dari 90 mmHg.

- HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit

- Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.

- Meningkatnya kegelisahan pasien

E. Data Objektif
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.
43
F. Pengkajian Psikososial

Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari


prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga
tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah,
dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.

G . Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

a. Diagnosa Umum
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari
anaesthesi.
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
 Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
 Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-
obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
b. Diagnosa Tambahan
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
 Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan
kurang gerak.
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan.
 Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan
elektrolit.
 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
 Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

44
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP

A. DARAH
Terdapat 55% plasma darah yang terdiri dari protein,air,waste product dan
terdapat sel yang terdiri dari 45% komponen darah yang terdiri dari sel
darah merah,sel darah putih dan platelet .

B. Menghitung darah lengkap


 Penilaian dasar komponen sel darah
1. memonitor kesehatan umum/ pemeriksaan rutin
2. menunjang diagnosa suatu penyakit
3. melihat respon tubuh terhadap suatu penyakit/ infeksi
4. melihat kemajuan/ respon terapi pasien yang menderita
5. penyakit infeksi.
 JENIS PEMERIKSAAN
1. Hemogram dan differential count leukosit
2. Hemogram:
3. Hitung sel darah merah
4. Hitung sel darah putih
5. Hitung platelet
 RELEVANSI
1. Jaundice
2. Lymphadenopathy
3. Perdarahan, memar
4. Fatigue, weight loss
5. Ulser di (mukosa) mulut

C. SEL DARAH MERAH


1. Mengangkut oksigen dari paru-paru →
2. seluruh sel-sel tubuh
3. Mengangkut karbon dioksida dari sel-sel tubuh → paru-paru → eksresi
4. Membutuhkan vitamin B12, asam folat dan zat besi → metabolisme
45
 HITUNG SEL DARAH MERAH

1. menentukan jumlah sel darah merah persentimeter kubik (cm3)


darah
2. Penghitungan Hb (Haemoglobin) dan Hct (Haematocrit)

Dewasa SI Unit

Pria 4.6 – 6.2 x 1012/L

Wanita 4.2 – 5.4 x 1012/L

 HEMOGLOBIN
1. Heme & globin
2. Protein kompleks →pengangkut-oksigen dalam darah
Dewasa SI Unit
Pria 13.5 – 18.0 g/ dL
Wanita 12.0 – 16.0 g/ dL
 HEMATOKRIT
1. Memisahkan darah”
2. Mengukur persentase kandungan sel darah merah dalam darah
seseorang
Dewasa SI Unit
Pria 40% – 54%
Wanita 38% – 47%
 HEMATOKRIT
1. Memisahkan darah”
2. Mengukur persentase kandungan sel darah merah dalam darah
seseorang.
D. SEL DARAH PUTIH
Pemeriksaan bisa dilakukan secara total atau per tipe sel darah putih →
akurasi , Tipe sel darah putih :
 Fagosit :
46
Basofil

1. Eosinofil
2. Neutrofil
o Bands
o Segmented
3. Monosit
4. Immuno sit
5. Limfosit :
o T cells
o B cells
o Natural killer cells

E. Sel Darah Putih


Tipe sel darah putih :
Granulosit : Basofil,Eosinofil,Neutrofil
Bands
Segmented
Agranulosit : Lymphocyte,Monocyte

Dewasa SI Unit
Pria (4.0 – 6.2) × 10³/µL
Wanita (4.2 – 6.4) × 10³/µL

o BASOFIL
o EOSINOFIL
o NEUTROFIL
o LYMPHOCYTE
o MONOCYTE

F. PLATELET
o Trombosit
47
o Sel terkecil yang ditemukan di darah
o Berperan pada proses pembekuan darah→
coagulation factor
o Platelet menyumbat endothelium yang rusak (plug) → clotting factors
membentuk fibrin strands → untuk mempertahankan sumbatan
platelet
o Hitung platelet menunjukkan jumlah circulating plates
o Platelet count: 140.000 – 450.000/ mm3
o Mean platelet volume: 7,5 – 11,5 fL
o Distribution width: 10% – 17,9%
o Hitung platelet ≠ menunjukkan fungsi secara adekuat
o Pemeriksaan fungsi indikatif → BLEEDING TIME
o Waktu normal proses → (3-5) menit

G. HEMOSTASIS
o Jaringan tubuh mengalami cedera → berdarah → memicu rangkaian
aktivitas faktor pembekuan darah → 3 jalur: Intrinsik, Ekstrinsik dan
Umum → pembentukan bekuan darah

o Kelainan koagulasi (pembekuan) darah → Tes PT (Prothrombin Time)


aPTT (Partial Thromboplastin Time)

H. PT (PROTHROMBIN TIME)
Mengevaluasi factor VII, V, X, prothrombin dan fibrinogen
→ menghitung waktu yang diperlukan plasma darah untuk membeku
setelah penambahan Calcium Chloride

Waktu Normal: 11-15 detik

I. aPTT (activated PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME)


o Mengevaluasi kelainan perdarahan
o Memonitor pasien yang mengkonsumsi obat anticlotting, mis:
48
o heparin → menghambat factor X dan thrombin mengaktivasi anti
thrombin
o Menghitung waktu yang diperlukan plasma darah untuk membeku
setelah penambahan Kaolin (hydrated alumunium silicate) dan
cephalin

Waktu Normal: 35 detik


 Pemeriksaan darah lengkap bukan merupakan test diagnostic yang definitif.
Berdasarkan hasil lab yang didapat, nilai yang tidak termasuk
 “Normal” dapat membutuhkan atau tidak membutuhkan follow-up.
 Mungkin diperlukan hasil tes laboratorium lainnya untuk mendukung hasil
pemeriksaan darahlengkap yang dilakukan

49
CARA PEMBERIAN OBAT PARENTERAL

A. Definisi
Pemberian obat parenteral/injeksi merupakan pemberian obat yang
dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau
pembuluh darah dengan menggunakan spuit.

B. Tujuan
 Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan
cara yang lain
 Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
 Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras)
 Memberikan zat imunologi

C. Keuntungan & Kerugian

-Keuntungan:
1. Bisa diberikan pada klien yang tak sadar/ tak kooperatif
2. Bisa diberikan bila obat tidak dapat diabsorpsi melalui gastrointestinal
3. Obat dapat diabsorpsi lebih cepat

-Kerugian:
1. Klien terutama anak merasa takut/ cemas
2. Menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit
3. Dapat menyebabkan infeksi, perlu teknik steril.

D. Macam Pemberian Obat Secara Parenteral

 Intra Cutan (Intra Dermal)


Merupakan suntikan pada lapisan dermis atau di bawah
epidermis / permukaan kulit. injeksi ini di lakukan secara terbatas,
karena hanya sejumlah kecil obat yang dapat dimasukkan. cara ini

50
biasannya digunakkan untuk tes tuberkulin atau tes alergi
terhadap obat tertentu dan untuk pemberian vaksinasi.

Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan Pada Injeksi IC

1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
4. Kondisi atau penyakit klien
5. Pasien yang benar
6. Obat yang benar
7. Dosis yang benar
8. Cara atau rute pemberian obat yang benar
9. Waktu yang benar

Prosedur Kerja IC

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan
panjang terbuka dan keatasan
4. Pasang perlak/pengalas dibawah bagian yang akan disuntik
5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan
aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang
lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan.
7. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
8. Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas
dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
9. Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
10.Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
11.Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal
dan jenis obat.
51
 Subcutan
Merupakan pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam jaringan subcutan dibawah kulit dengan menggunakan spuit

Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan Pada Injeksi SC :

1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
4. Kondisi atau penyakit klien
5. Pasien yang benar
6. Obat yang benar
7. Dosis yang benar
8. Cara atau rute pemberian obat yang benar
9. Waktu yang benar

Prosedur Kerja SC
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan
panjang terbuka dan keatasan
4. Pasang perlak/pengalas dibawah bagian yang akan disuntik
5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan
aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang
lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan.
7. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
8. Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas
dengan sudut 45 derajat di permukaan kulit.
9. Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
10.Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.

52
11.Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal
dan jenis obat.

 Intra muscular
Merupakan pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam
jaringan otot dengan menggunakan spuit.[

Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan Pada Injeksi IM :


1. Tempat injeksi.
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4. Kondisi atau penyakit klien.
5. Obat yang tepat dan benar.
6. Dosis yang diberikan harus tepat.
7. Pasien yang tepat.
8. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.

Prosedur Kerja IM

1. cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya.
Setelah itu letakkan dalam bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan
lokasi penyuntikan).
5. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
injeksi.
6. Lakukan penyuntikan :
7. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien
untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.
Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring,
tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang
[akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
53
Pada daerah dorsogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk
tengkurap dengan lutut di putar kea rah dalam atau miring
dengan lutut bagian atas dan diletakkan di depan tungkai bawah.
8. Pada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan cara,
anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan
atas fleksi.
9. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus (90 derajat).
10.Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah
yang tertarik dalam spuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk
secara perlahan-lahan hingga habis.
11.Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambuil di masase daerah
penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah di
gunakan letakkan dalam bengkok.
12.Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
13.Cuci tangan

 Intra vena

Merupakan gambaran dari pemberian obat dengan cara memasukkan


obat kedalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.

Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan Pada Injeksi IV :

1. setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai


70 detik lamanya.
2. Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
3. Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
4. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
5. Kondisi atau penyakit klien.
6. Obat yang baik dan benar.
7. Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
8. Dosis yang diberikan harus tepat.
9. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi harus benar

54
Prosedur Kerja IV

1. cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan
pakaian pada daerah penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke
ataskan.
4. Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan.
Apabila obat dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan
aquades steril.
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan
injeksi.
6. Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol.
8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas
daerah yang akan dilakukakn pemberian obat atau minta bantuan
untuk membendung daerah yang akan dilakukan penyuntikan dan
lakukan penekanan.
9. Ambil spuit yang berisi obat.
10.Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah, sejajar dengan pembuluh darah.
11.Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung
dan langsung semprotkan hingga habis.
12.Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan
dan lakukan masase pada daerah penusukan dengan kapas alcohol,
spuit yang telah digunakan di masukkan ke dalam bengkok.
13.Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14.Cuci tangan.

55
Eliminasi
A. Pengertian
Memberikan huknah rendah yaitu memasukkan cairan hangat
kedalam Colon decenden dgn menggunakan Kanula recti melalui
anus.

B. Tujuan
1. Merangsang peristaltik usus
2. Mengosongkan usus u/ persiapan operasi

C. Indikasi
o Pasien Obstipasi (sembelit)
o Pasien yang akan dioperasi
o Persiapan tindakan diagnostik
o Pasien Melena

D. PERSIAPAN

ALAT : Selimut mandi,Alas bokong, sarung tangan,Irigator lengkap


dgn kanula,Cairan hangat ( air ),Bak bengkok, Pelicin (Vaselin, K
Jelly,Standar infus, Persiapan Buang Air Besar (Pispot,kapas cebok /
tissu, air cebok)

E. Pasien
Beri penjelasan tentang hal – hal yang akan dilakukan.
 PELAKSANAAN :
1. Sampiran dipasang
2. Alas bokong & perlak dipasang
3. Pasang selimut mandi
4. Pakaian bawah di buka, atur posisi tidur miring ke kiri ( posisi
SIM ).
5. Irigator diisi dgn cairan hangat sesuai suhu badan.
56

6. Pasang sarung tangan


7. Rectum kanula dipasang pada ujungselang & diolesi dengan
pelicin kemudianudara dikeluarkan & selang dijepit /di klem.
8. Irigator dipegang dgn tangan kiri / digan- tungkan pada tiang
infus setinggi 50 cm dari kasur. Tangan kanan
memasukkankanula Recti 15 cm ke dalam rectum.
9. Klem selang dibuka, cairan dimasukkan perlahan – lahan.
10.Bila cairan sudah habis, selang di buka dan kanula dicabut.
11.Kanula dilepas kmdn masukkan ke dalam bak bengkok yg
berisi larutan desinfektan.
12. Pasien diberitahu u/ menahan sebentar kmdn pasang pispot.
13. Setelah selesai pasien dirapikan, alat dikembalikan & cuci
tangan
 PERHATIAN :

1. Hindari tindakan yang menyebabkan pasien malu & sakit, serta


tetap men jaga kesopanan.

2. Prosedur ini dilakukan di tempat tidur.

3. Saat memasukkan kanula bila ada hambatan jangan di paksa .


Laporkan !mmungkin : haemoroid, ca recti.

4. Pasien usila gunakan nelaton kanula

F. MENYIAPKAN & MEMBERI HUKNAH TINGGI

Yaitu memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke


dalam colon ascenden dgn menggunakan Kanula usus. Tujuannya
mengosongkan usus sbg tind persiapan operasi / diagnostik.
 Pelaksanaan :
57

1. Cara pelaksanaan sama dgn pemberian huknah rendah, hanya


pasien diatur posisi miring ke kanan.
2. Tinggi irigator 30 cm dari Anus. Kanula dimasukkan lebih dalam.
3. Cairan dialirkan perlahan – lahan + 20 cm.

G. MEMASANG KATETER

 PENGERTIAN :
Mengeluarkan urine dari kandung kemih
dgn menggunakan kateter steril
 . TUJUAN :
1. Mengosongkan kandung kemih.
2. Mengambil air kemih steril u/ bahan
pemeriksaan.
3. Mengukur sisa urine di dalam kandung
kemih.
 DILAKUKAN PADA :
1. Pasien Retensio urine
2. Persiapan tindakan operasi
3. Pasien yg akan melahirkan ,dll
 PERSIAPAN
ALAT :
1. Kateter steril ukuran sesuai kebutuhan
2. Kapas savlon / air masak dalm tempatnya.
3. Kain kasa steril
4. Duk lubang steril / duk steril
5. Korentang steril
6. Spuit 10 cc / 20 cc steril + aquades
7. Pelumas ( jelly)
8. Perlak & alas bokong
9. Sarung tangan steril
58
10.Pinset anatomi steril
11.Botol steri jika perlu.
12.2 buah bak bengkok
13.Urine bag
14. Plester
15. senter / lampu

 Pasien :
1. Beri penjelasan
2. Posisi Dorsal Recumbent

 PADA PASIEN WANITA


PELAKSANAAN :
1. Pasang sampiran & pintu ditutup
2. Perlak & alasnya dipasang di bawah bokong.
3. Letakkan 2 bengkok diantara kedua tungkai.
4. Cuci tangan
5. Berdiri di sebelah kanan pasien
6. Bantu pasien pada posisi Dorsal recumbent
7. Selimuti klien dgn selimut
8. Kenakan sarung tangan steril
9. Bersihkan vulva dgn kapas antisep tik dari atas kebawah.
10. Menbuka labia mayor dgn ibu jari& jari telunjuk kiri sambil menekan
sedikit keatas.
11.Bersihkan labia mayor kanan. Kiri, labia minor kanan, kiri & terakhir
dari atas ke bawah
12.Lepas sarung tangan & cuci tangan
13.Buka kantung kateter sesuai petunjuk, jaga agar bag dasar wadah
tetap sterl
14.Gunakan sarung tangan steril.
59
15.Ambil duk steril dgn satu sudut & biarkan u/ tidak melipat. Pastikan
bhw duk ini tidak menyentuh permukaan yg terkontaminasi.
16.Ambil kateter lalu ujungnya diberi
17.Pelicin dgn menggunakan kasa.
18.Masukkan kateter perlahan – lahan ke dalam urethra 5 – 7 cm pada
orang dewasa sampai keluar urine.Anjurkan pasien u/ napas
panjang .Bila urine mengalir dorong kateter 5cm lagi
19.Tampung urine pada bak bengkok
20.Lepaskan labia & pegang kateter dgn menggunakan tangan non
dominan
21.Biarkan kandung kemih kosong benar
22.Jika dipasang permanen , kembangkan balon kateter dgn
memasukkan aquabides sesuai kebutuhan dgn menggunakan spuit.
23.Kemudian tarik kateter secara perlahan untuk merasakan tekanan.
24.Hubungkan pangkal kateter ke selang penampung / uro bag.
25.Pasang plester disebelah dalam paha.
26.Ambil duk alas bokong
27.Lepaskan sarung tangan kmd rendam dlam larutan klorin 0,5 %
28.Bantu klien ke posisi yg nyaman.
29.Rapikan pasien
30.Kembalikan alat – alat.
31.Cuci tangan.

 Pada pria
1. Cara no 1 – 8 sama dgn pemasangan pada wanita.
2. Memegang penis dgn tangan kiri (beri kain kasa steril)
3. Menarik preputium sedikit kepangkal kmd membersihkan dg kapas
anti septik.
4. Mengambil kateter, ujungnya diberi pelicin.
5. Memasukkan kateter perlahan- lahan ke dalam uretrha 17 – 22 cm
pada pada orang dewasa, penis diarahkan ke atas.

60
6. Penyelesaian selanjutnya sama dgn pada pasien wanita.

 Kondom kateter

Alat drainase urine eksternal yang mudah untuk digunakan dan aman
untuk mengalirkan urine pada klien pria.

 Tujuan :

1. menampung urine pada klien inkontinensia

2. untuk klien dengan resiko tinggi integritas kulit

3. Urine tampung

 Persiapan pasien :
o pasien diberi penjelasan hal2 yang akan dilakukan
o Pasien diatur posisinya Dorsal Recumbent

 Persiapan alat :
o Selaput kondom karet
o Strip elastik/ pelekat
o Kantung penampung urine dengan selang drainase
o Sarung tangan , handuk, waslap
o Gunting
o Dll

 Pelaksanaan
 Cuci tangan
 Tutup tirai
 Pakai sarung tangan

61
 Posisikan klien telentang, bersihkan penis dengan air sabun
dan keringkan
 Siapkan drainase kantong urine menggantung di tempat tidur
 Pasangkan kondom dengan perlahan kebatang penis dan
sisakan ujung kondom 2 – 5 cm dari sambungan slang
 Hubungkan slang yang ada di kondom dengan drainase
 Lakukan pemberesan

62
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

A. Konsep Bernafas (Respirasi)


 Pertukaran/ transport O2 (Oksigen) dan CO2 (karbondioksida) antara
sel-sel (tubuh) dan lingkungan eksternal (atmosfer)
 Gerakan Pernafasan ada 2 yaitu:
a. Inspirasi : proses aktif menghirup udara, otot diafragma kontraksi
b. Ekspirasi: proses pasif mengeluarkan udara, otot diafragma relaks.
Satu kali respirasi = (1x inspirasi) +(1xekspirasi)
 Fungsi sistem pernafasan
1. Menyediakan O2 untuk metabolisme jaringan tubuh
2. Mengeluarkan CO2 sebagai sisa metabolisme
 Tipe Respirasi
a. PernafasanDada
b. Pernafasan Perut /Diafragma / abdominal

B. FAKTOR YG MEPENGARUHI RESPIRASI


1. Olahraga
2. Nyeri Akut
3. Usia (secara normal kecepatan berbeda)
4. Ansietas
5. Anemia
6. Posisi tubuh
7. Medikasi
8. Cedera batang otak

Frek. Pernafasan Normal (RR : respirasi rate)


• Bayi baru lahir : 40 - 60 x/menit.
• 1 - 11 bulan : 30x/menit
• 2 tahun : 25x/menit
• 4 - 12 tahun : 19 – 23x/menit

63
• 14 - 18 tahun : 16 - 18x/menit
• Dewasa : 12 - 20x/menit
• Lansia ( >65 th ) : Jumlah RR meningkat bertahap

C. 3 TAHAPAN PEMENUHAN OKSIGEN


 Ventilasi : proses keluar dan masuknya O2 dari atmosfer ke alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Setiap kali bernapas, kita menghirup
oksigen dari udara bebas dengan konsentrasi 21%.
Proses ventilasi dipengaruhi:
a. konsentrasi O2 di atmosfer,
b. kondisi jalan nafas,
c. kemampuan toraks dan paru untuk kembang kempis (ekspansi).

 Difusi: pertukaran O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari


kapiler ke alveoli.

Proses difusi dipengaruhi:

1.luasnya permukaan paru,


2.tebalnya membran respirasi/permeabilitas,
3.perbedaan tekanan dan konsentrasi O2
4.afinitas (daya gabung): kemampuan untuk menembus dan
mengikat Hb
 Transportasi : proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh
dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.

Transportasi dipengaruhi:

1. kardiak output (jumlah darah yang dipompa jantung dalam 1


menit),
2. frekuensi denyut jantung,
3. kondisi pembuluh darah,
4. latihan dan aktivitas.

64
D. Kapasitas Paru-paru
1. Kapasitas paru-paru : kemampuan paru menampung udara pernapasan
(volume udara).
2. Volume udara pernapasan pada setiap orang berbeda-beda, tergantun
ukuran paru, kekuatan bernapas, dan cara bernapas.
3. Alat untuk mengetes kapasitas paru-paru: spirometer yaitu mencatat
volume udara yang masuk dan keluar dari paru.
4. Umumnya volume paru-paru orang dewasa berkisar antara 5-6 liter.

 Jenis kapasitas paru


1. Volume Tidal : volume udara yang masuk dan keluar paru-paru pada
pernapasan normal. Jumlah volume udaranya adalah sebesar 500 ml.
2. Volume Cadangan Inspirasi : udara yang masih dapat dihirup setelah
inspirasi biasa sampai mencapai inspirasi maksimal. Volume cadangan
inspirasi juga disebut udara komplementer. Umumnya pada laki-laki
sebesar 3.300 ml dan pada wanita sebesar 1.900 ml.
3. Volume Cadangan Ekspirasi (disebut udara suplementer): udara yang
masih dapat dikeluarkan setelah melakukan ekspirasi biasa sampai
mencapai ekspirasi maksimal. Pada laki-laki 1.000 ml, sedangkan
perempuan 700 ml.
4. Volume Residu : udara yang masih terdapat di dalam paru-paru setelah
melakukan respirasi sekuat-kuatnya. Kapasitas volume residu pada laki-
laki 1.200 ml dan perempuan 1.100 ml
5. Kapasitas Vital : volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar
paru-paru (vol cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan
ekspirasi.) Volume kapasitas vital kira-kira 4.600 mililiter.
6. Kapasitas Paru-Paru Total : seluruh udara yang dapat ditampung oleh
paru-paru. (kapasitas vital+ volume residu). Kapasitas paru-paru total
berkisar 5.800 mililiter.

65
GUNA OKSIGEN

 menjaga kelangsungan metabolisme tubuh,


 mempertahankan hidup,
 melakukan aktifitas bagi organ atau sel.

CARA PEMBERIAN OKSIGEN


 Tujuan utama terapi oksigen: mempertahankan PaO2> 60 mmHg
atau SaO2> 90% dan mencegah/mengatasi hipoksia jaringan dan
beban kerja kardiorespirasi yang berlebih (Perry & Potter, 2006)

Ada 2 cara pemberian:


1. Sistem aliran rendah.
o Menghasilkan konsentrasi oksigen + 20-44%,
o Efektif bila pola pernafasan regular, klien sadar dan kooperatif.
o Dg nasal canule dan masker oksigen

2. Sistem aliran tinggi (High flow system)


o Konsentrasi O2 sesuai kebutuhan inspirasi
o Cara pemberian : ventury mask

3. Campuran low and high flow system

Contoh : methode oxigen hood (sungkup kepala, head box), alat


bantu nafas spt CPAP, ventilator

Sumber oksigen

tabung silinder ,disentralkan dalam pipa yang terpasang didinding.

PERKIRAAN KONSENTRASI OKSIGEN

66
o Nasal canule
- Jika 1 lt/mnt, konsentrasi oksigen ± 22-24%.
- Jika 2 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 24-28%
- Jika 3 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 28-32%
- Jika 4 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 32-36%.
- Jika 5 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 36-40%.
- Jika 6 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 40-44%
o Masker oksigen
- Jika 6 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 40%.
- Jika 6-7 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 50%
- Jika 7-8 lt/mnt : konsentrasi oksigen ± 60%

Pengkajian

- Keluhan utama :
1. dyspnea (sesak nafas),
2. kadang-kadang nyeri dada,
3. batuk dan banyak sputum.
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat Penyakit dahulu
- Status kesehatan
- Exercise: peningkatan exercise/activitas  peningkatan HR dan
RR
- Emosi : takut, cemas, marah  meningkatnya rangsangan
terhadap simpatis NS  peningkatan HR dan RR
- Environment
1. panas  pemb darah perifer dilatasi  penguapan meningkat 
resistensi menurun  peningkatan CO untuk mempertahankan
BP  kebut Oksigen meningkat  peningkatan HR, RR
2. Dingin  pembuluh darah perifer konstriksi  BP meningkat
3. Altitude : dataran tinggi, PO2 menurun  peningkatan HR dan
RR
67
Perubahan pola nafas
 Tachipnea : frek pernafasan cepat,
1. Dewasa : frek 24x/menit atau lebih
2. Balita : frek 40-50x/menit atau lebih
3. Bayi neonatus : frek 50x/mnt atau lebih

 Bradipnea frekuensi pernafasan lambat


1. frekuensi + 10x/mnt atau kurang,
2. lebih dalam dari pernafasan biasa,
3. irama teratur pada saat tidur.
4. dialami oleh peminum alkohol, pemakai narkotik dan
peningkatan TIK (tekanan intra kranial).
 Apnea (henti nafas) : penghentian nafas pada saat periode
pernafasan.
 Kusmaul’s : pernafasan yang cepat dan dalam. Biasanya px
kencing manis (diabetes mellitus) dg asidosis metabolik.
 Cheyne stokes : pernafasan periodik, mula-mula cepat, lambat
kemudian apnea, selanjutnya ke siklus awal lagi.
1. Normal pada siklus tidur pada usia lanjut.
2. Dialami oleh klien yang mengalami peningkatan TIK dan gagal
jantung.
67
 Orthopnea : kesulitan bernafas pada saat tidur namun bekurang
pada saat duduk atau berdiri.
 Dispnea : perasaan berat dan sesak saat bernafas
- disebabkan perubahan kadar gas dalam darah,
- kerja berat dan psikis.
 Hipoksia : rendahnya kadar O2 dalam tubuh akibat def O2
/peningkatan penggunaan O2

68
E. PEMBERIAN O2 DENGAN NASAL CANULE (nasal prongs)

- Keuntungan :
1. Non invasif (tidak melukai klien)
2. Mudah dipasang
3. Penggunaan lebih enak
4. Tidak terlalu membatasi gerak
5. Pemeriksaan pada muka tidak terganggu
- Flow rate oksigen maks : 4 – 6 lt / menit.
- Peningkatan kcepatan menyebabkan :
1. distensi lambung,
2. Sakit kepala ---- masuk ke sinus frontalis
3. mukosa hidung kering bisa berakibat perdarahan hidung.

F. CARA PEMASANGAN O2 MELALUI NASAL


- Pada orang dewasa, posisi tidur semi fowler, pada bayi ekstensi
(kepala sedikit menengadah)
- Cek aliran oksigen dan atur kecepatannya.
- Jika hidung terlihat kotor, bersihkan terlebih dahulu.
- Pasang kanule pada hidung
- Jika selesai, pastikan kanule tidak berubah posisi.
- Jika perlu, selang oksigen diplester.
- Selama pemberian O2, observasi tanda-tanda vital terutama
pernafasannya
G. PEMBERIAN O2 DENGAN MASKER SEDERHANA
 Beberapa hal yang perlu diketahui tentang masker oksigen :
- Tidak mempunyai sistem katub & reservoir
- Aliran oksigen harus lebih 5 lt/mnt
 Cara pemberian O2 melalui masker, prinsipnya = melalui kanule hanya
kecepatan aliran lebih besar yaitu sekitar 5 liter/menit.

69
H. Bahaya Pemberian Oksigen
1. Iritasi mukosa-- terjadi oleh karena O2 tidak di lembabkan
2. Infeksi : bila alat yang digunakan tercemar oleh micro organisme.
3. Nyeri sub sternal. Disebabkan oleh iritasi sal nafas yang lebih jauh ok
oksigen tidak dilembabkan & flow yang cepat, oksigen diberikan lebih 8
jam.
4. Depresi pernafasan. Dapat terjadi bila diberikan pada klien paru kronik.
5. Keracunan oksigen. Terjadi bila pemberian oksigen konsentrasi tinggi
F1O2 > 60 % dalam waktu lama

I. BEBERAPA PENYAKIT PADA SALURAN NAFAS


1. Faringiti : radang pada faring karena infeksi sehingga timbul rasa nyeri
pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan terasa kering.
2. Asma : kelainan penyumbatan/penyempitan/spasmus pada bronchiale
karena alergi seperti debu, bulu, ataupun rambut.
3. Influenza (Flu) : mrpkan penya akut pada sal nafas, disebabkan oleh virus
influenza. Gejala yang ditimbulkan --- pilek, hidung tersumbat, bersin-
bersin, dan tenggorokan terasa gatal. Biasanya sembuh sendiri.
4. Emfisema : penyakit pada paru-paru yang ditandai dengan pembengkakan
pada paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
5. Bronkitis berupa peradangan pada selaput lendir saluran bronkial.
6. Pleuritis: peradangan pada pleura, lapisan pelindung yang membungkus
paru-paru.
7. Laringitis: pembengkakan/peradangan laring,
8. Sinusitis : pembengkakan pada sinus (atas rongga hidung)
9. Asbestosis : penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat menghirup
serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang
luas

70
10. Tuberculosis (TBC) : penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang seluruh organ
tubuh manusia, namun yang paling sering diserang adalah paru-paru
(maka secara umum sering disebut sebagai penyakit paru-paru / TB Paru-
paru).
11.Pneumonia : penyakit infeksi atau peradangan paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit.
12. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) : Infeksi pada sal nafas atau bawah
yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
13.Rinitis : radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal virus
influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap
perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir meningkat.
14.Kanker Paru-Paru : merupakan salah satu yang paling berbahaya. Sel-sel
kanker pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali
15.SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) : penyakit pernapasan karena
virus Coronavirus dari ordo Coronaviridae.
71

Anda mungkin juga menyukai