Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

PKK HOME CARE II : DIARE

Dosen Pengampuh:
Dr. Asnidar, S.kep,Ns,M.kes

Disusun Oleh :

Ropita Sari NIM : A17.09.035

S1 KEPERAWATAN

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

.TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
sertakarunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Dalam proses penyusunan makalah ini saya menemui beberapa hambatan, namun berkat
motivasi dan dukungan dari sesame teman, akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan
cukup baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Saya sendiri sebagai penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan
demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan saya semoga tugas ini bermanfaat khususnya
bagi diri saya sendiri dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Bulukumba , 15 Mei 2020 


.

                                                                            
Ropita Sari

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
KONSEP MEDIS......................................................................................................................................6
1. Definisi............................................................................................................................................6
2. Etiologi Diare..................................................................................................................................6
3. Manifestasi Klinis Diare..................................................................................................................7
4. Patofisiologi Diare...........................................................................................................................8
5. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................................8
6. Komplikasi Diare.............................................................................................................................9
7. Penatalaksanaan Medis Diare..........................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................12
KONSEP KEPERAWATAN..................................................................................................................12
A. Pengkajian.....................................................................................................................................12
B. Diagnosis keperawatan..................................................................................................................23
C. Intervensi Keperawatan.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungus
pencernaan penyerapan dan skresi. Diare disebabkan karena transportasi air dan elektrolit
yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia anak yang menderita diare terdapat kurang
lebih 500 juta anak setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang
hidup di Negara berkembang.berhubungan dengan diare serta dehedrasi (Wong, 2008).
Departemen Kesehatan Nasional menyebutkan setiap tahunnya 100.000 balita meninggal
dunia karena diare, artinya setiap hari ada 273 balita yang meninggal dunia dengan sia-
sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit
akibat diare (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehedrasi tidak diatasi dengan
baik. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri (self limiting disease) asalkan
dehedrasi dapat dicegah, karena diare merupakan penyebab kematian (Yusuf M,2011).
Pada tingkat global, diare merupakan penyebab kedua kematian setelah pneumonia.
Beban global diare pada balita tahun 2011 berdasarkan WHO/UNICEF (2013) adalah
9,0% (760.000 balita meninggal) dan 1,0% kematian neonatus, center of disease and
prevention tahun 2013 menyatakan bahwa diare menyebabkan 801.000 kematian anak
setiap tahunnya atau membunuh 2.195 anak perharinya.
Riskesdas 2013 menyatakan bahwa insiden diare (<2 minggu terakhir sebelum
wawancara) berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6% - 6,3%) dan insiden
diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% - 10,2%). Sedangkan periode
prevalance diare (>2 minggu – 1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala
sebesar 7%). Pada tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 provinsi, 8 kabupaten
jumlah penderita 646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%). Sedangkan tahun
2014 terjadi 6 KLB diare yang tersebar di provinsi, jumlah penderita yang berada di 6
kabupaten/kota yaitu 2.549 orang dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%). Secara
nasional angka kematian (CFR) pada KLB tahun 2014 sebesar 1,14% sedangkan target
CFR pada KLB Diare diharapkan <1%. Dengan demikian secara nasional,CFR KLB
diare tidak mencapai target program.

4
Diare termasuk masalah eliminasi yang dapat mengakibatkan balita meninggal dunia.
Penyebab diare yaitu, factor infeksi, faktor malabsorsi, faktor makanan dan faktor
psikologis. Dampak dari diare dapat mengakibatkan dehidrasi (ringan, sedang, berat),
rejatan hipovolemik, hypokalemia serta dapat menimbulkan kematian (Ngastiyah, 2008).
Gangguan volume cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar fisiologis manusia yang
harus dipenuhi, apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit,
maka terjadilah gejala dehedrasi. Terutama diare pada anakperlu mendapatkan
penanganan yang cepatdan tepat sehinggga tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak
(Sodikin, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu diare?
2. Apa saja etiologi dari diare?
3. Bagaimana manifestasi klinis diare?
4. Bagaimana patofisiologi diare?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik diare?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis diare?

C. Tujuan
1. Tujuan umum:
a. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan diare.
2. Tujuan khusus:
a. Mampu mengidentifikasi konsep medis, meliputi: definisi, klasifikasi, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan diare.
b. Mampu mengidentifikasi konsep keperawatan, meliputi: pengkajian, diaganosa
dan intervensi diare.

5
BAB II

KONSEP MEDIS

1. Definisi
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.
Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P. O Asdil(1998), diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C. L betz & L. A sowden(1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi,buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus [ CITATION Wij13
\l 1057 ].
Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Kelainan yang
mengganggu penyerapan diusus halus cenderung menyebabkan diare, sedang kelainan
penyerapan di usus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya, semua diare
merupakan gangguan transportasi larutan di usus [ CITATION Sod09 \l 1057 ].
2. Etiologi Diare
Faktor-faktor yang menyebabkan Diare antaralain [ CITATION Les16 \l 1057 ].
a. faktor infeksi.
Infeksi enternal; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak, meliputi infeksi bakteri (vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, campylobacter,
yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenobirus, Rotavirus, Astrovirus,
dll), infeksi parasit (E.hystolytica, G.lamblia, T.hominis)dan jamur (c.albicans). infeksi
parentral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti : otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

6
b. faktor malabsorbi
Malabsorbi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupaka
penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena konsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
d. Faktor psikologis.
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis(rasa takut dan cemas),jarang terjadi tetapi
dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
3. Manifestasi Klinis Diare
Menurut [ CITATION Wij13 \l 1057 ] manifestasi klinis penyakit Diare antara lain:
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah,suhu tubuh mungkin meningkat,nafsu makan
berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,kadang disertai wial dan
wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi,turgor kulit jelas(elistitas kulit menurun),ubun-ubun
dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital,nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,denyut jantung
cepat,pasien sangat lemas,kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora, komatus)
sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang(oliguria sampai anuria)
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam.
4. Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga

7
usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena dapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadi hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi,akibat masuknya mikroorganisme hidup kedalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,microorganisme tersebut berkembang
biak,kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadihipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare [ CITATION Les16 \l 1057 ].
5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut [ CITATION Les16 \l 1057 ] Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan Mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja
3) Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme penyebabnya, dengan
melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
b. Pemeriksaan laboratorium.
c. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah
putih.
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup.
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
f. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
6. Komplikasi Diare
Menurut [ CITATION Les16 \l 1057 ] komplikasi penyakit Diare antara lain :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

8
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa, usus halus.
f. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare danmuntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
7. Penatalaksanaan Medis Diare

1) Pemberian cairan.

a. Cairan per oral.


Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare
akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium
50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau
air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.

Jadwal pemberian cairan

a)    Belum ada dehidrasi

 Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar


 Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

b)    Dehidrasi ringan

9
 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

c)     Dehidrasi sedang

 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik


 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

d)    Dehidrasi berat

Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

2) Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :

 Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.

 Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak
tidak mau minum susu.
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh.
3) Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui
tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)
 Obat anti sekresi.
 Obat anti spasmolitik.
 Obat pengeras tinja.
 Obat antibiotik.

10
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang
bersih dan sehat :

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.


2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih,
tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,
seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya,
jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk
memasak, mandi, dan sebagainya.

11
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tanggal : 15 Mei 2020
Tempat : Bontomacinna
I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : An. N
Umur : 9 tahun
Tempat/Tanggal lahir : Bulukumba, 19 Maret 2011
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Bontomacinna
Telp : -
Tanggal masuk RS : -
Ruangan : -
Sumber data : Keluarga klien

2. Identitas Orangtua
Ayah
Nama : Tn. I
Umur : 40
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :Petani
Alamat : Bontomacinna
Telp. : -
Ibu
Nama : Ny. S
Umur : 35
Pendidikan : SMA

12
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Bontomacinna
Telp : -

II. ALASAN MASUK


Keluhan utama :-
Riwayat Keluhan Saat ini:Keluarga mengatakan klien muntah-muntah dan BAB lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi cair.

III. RIWAYAT IMUNISASI


No. Jenis imunisasi 1 2 3 Belum Tidak Reaksi
pernah tahu
1. BCG √ Demam
2. DPT √ √ √ Demam
3. Polio √ √ √ Demam
4. Campak √ √ √
5. Hepatitis B √ √ √
6. Lain-lain

ASI:Dari lahir Sampai Umur: 11 Bulan

IV. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG ANAK (Antropometri)


1. Pertumbuhan fisik
a. Berat badan:25 Kg
a. Panjang badan :120 cm
b. Lingkar kepala : 54cm
c. Waktu tumbuh gigi : ± 10 bulan
2. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat ini : 9 tahun
b. Berguling : ± 6 bulan
c. Berjalan : ± 11 bulan
13
d. Senyum pertama pada orang :± 2 bulan
e. Bicara pertama kali : ± 6 bulan
f. Berpakaian sendiri : ± 4 tahun
V. RIWAYAT KESEHATAN
Penyakit yang pernah dialami : Pernah mengalami diare sebelumnya
Riwayat perawatan : Keluarga mengatakan klien pernah dirawat sebelumnya
dengan penyakit yang sama.
Riwayat operasi : Keluarga mengatakan klien tidak memiliki riwayat
operasi
Riwayat pengobatan (obat yang dibawa ke RS / sementara di konsumsi: Keluarga
mengatakan klien tidak ada obat komsumsi dari rumah sakit
Riwayat alergi : Klien tidak memiliki alergi
VI. PENILAIAN NYERI
NYERI : klien mengatakan tidak mengalami nyeri
P =-
Q =-
R =-
S =-
T =-
- Onset : -
- Pencetus : -
- Gambaran nyeri :. -
- Lokasi nyeri : -
- Durasi : -
- Skala nyeri : -
- Frekuensi : -

VII. RISIKO JATUH


- Risiko Jatuh :Tidak

14
Skor :9
a. skala resiko jatuh humpty dampty untuk pidiatri
Parameter Kriteria nilai skor
Usia < 3 tqhun 4
3-7 tahun 3 3
7-13 tahun 2
>13 tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2 2
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologis 4
Perubahan oksigenasi 3
Gangguan perilaku/psikiatri 2
Diagnosis lannya 1 1
Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatasan lainnya 3
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Diagnosis lainnya 1 1
Faktor lingkungan Riwayat jatuh/ bayi diletakkan di tempat tidur 4
dewasa
Pasien menggunakan alat bantu/ bayi 3
diletakkan dalam tempat tidur bayi 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1 1
Pembedahan/anastesi/ Dalam 24 jam 3
Sedasi Dalam 48 jam 2
> 48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anastesi 1
Penggunaan medika Penggunaan multiple,sedatif, obat hipnosis 3
Mentosa barbiturate
Senontiazi,anti deprezan,pencahar,nartose 2 -
Total 23 9

Skor assesment resiko jatuh: skor minimum 7-23


Skor 7-11: resiko rendah
Skor >12 : resiko tinngi 
VIII. RISIKO DEKUBITUS

15
-. Risiko Dekubitus : tidak
Skor : 20
b. penilaian resiko decubitus skala norton
Item Skor ket
Kondisi fisik umum
-baik 4 4
-lumayan 3
-buruk 2
-sangat buruk 1
Kesadaran
-kompasmentis 4 4
-apatis 3
-konfus/sosporis 2
-stupor/koma 1

Aktivitas
-dapat berpindah 4 4
-berjalan dengan bantuan 3
-terbatas dikursi 2
-terbatas ditempat tidur 1
Mobilitas
-bergerak bebas 4 4
-sedikit terbatas 3
-sangat terbatas 2
-tak bisa bergerak 1
Inkontinensia
-tidak ngompol 4 4
-kadang-kadang 3
-sering inkontinensia urin 2
-sering inkontinensia alvi dan urine 1
Skor: 20 (tidak ada resiko decubitus)
Keterangan :
Skor <14 : resiko tinggi terjadinya ulkus decubitus

16
Skor <12 : peningkatan resio 50x lebih besar terjadinya ulkus decubitus
Skor 12-13 : resiko sedang 
Skor >14 : resiko kecil

 STATUS FUNGSIONAL
c. sistem funsional (indeks nartel)
Item yang dinilai Skor nilai
Makan 0= tidak mampu
(feeding) 1= butuh bantuan 1
memotong,mengoles,dll
Mandi 2= mandiri 2
(barthing) 0= tergantung orang lain
Perawatan diri 1= mandiri 0
(erooming) 0= membutuhkan bantuan
orang lain
Berpakaian 1= mandiri
(dressing) 0= tergantung orang lain 1
Buang air kecil 2= mandiri 2
(bowel) 0= inkontinensia atau pakaian
kateter tidak terkontrol
1= kadang-kadang
inkontinensia
Buang air besar 1= kadang inkontinensi
(blodder) 0=inkontinensia tidak eratur
Penggunaan toilet 1= inkontinensia teratur
0= tergantung orang lain 1
Transfer 0= tidak mampu
1=butuh bantuan orang lain
2= mandiri 2
Mobilitas 0= immobile tidak mampu
1= menggunakan kursi roda
2= berjalan mandiri 2
Naik turun tangga 0= tidak mampu
1= membutuhkan

17
bantuanorang lain
2= mandiri 2
Skor: 13 (ketergantungan ringan)
Keterangan:
20 : mandiri
12-19 : ketergantungan ringan
9-11 : ketergantungan sedang 
5-8 : ketergantungan berat
0-4 : ketergantunga total

HUBUNGAN STATUS PSIKOLOGIS

- Status psikologis : Klien tidak memiliki gangguan psikologis


- Status mental : Status mental klien normal
- Sosial : Klien sering bermain dengan temannya setiap sore
- Kebiasaan beribadah : Klien belajar mengaji setiap pulang dari sekolah

IX. PEMERIKSAAN FISIK


Hari rabu, tanggal 15-Mei- 2020 jam 15:00
1. Keadaan umum
a. Kesadaran :
Composmentis
GCS : 15
E:4 V: 5M :6
b. Tanda-tanda vital:
TD : 90/60 mmhg
N :128x/menit

18
S : 37°C
P : 24x/menit
2. Pengkajian Data Fokus
a. Sistem respiratory
1. Inspeksi : Pernapasan klien teratur
2. Palpasi : Tidak terdapat kelainan
b. sistem respiratori
1. Jalan nafas : Tidak ada sumbatan jalan napas
2. Irama : Irama teratur
3. Pola nafas : Baik
4. Batuk : Keluarga mengatakan klien tidak batuk
5. Sianosis : Tidak terdapat sianosis
6. Sputum : Tidak terdapat sputum
7. Clubbing finger : Klien tidak mengalami clubbing finger
8. Otot bantu nafas: Klien tidak menggunakan otot bantu pernapasan
9. Bentuk dada : Bentuk dada klien nampak simetris
10. Ekspansi dada : Tidak ada
11. Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan
c. sistem kardiovascular
1. Pucat : Klien tidak nampak pucat
2. Irama jntung : Irama jantung normal
d. sistem gastrointesinal
1. Mulut : Mukosa klien nampak kering
2. Pembatasan makanan : Tidak ada pembatasan makanan
3. Mual : Klien pernah mual
4. Muntah : Klien pernah muntah
5. Asites : Tidak ada pembesaran pada daerah abdomen
6. Sklera ikterus : Mata tidak kekuningan
e. sistem eliminasi
1. Defekasi : Keluarga mengatakan klien sudah defekasi selama 4 kali dengan konsistensi
cair

19
2. Urin : Klien mengatakan sudah 4 kali pengeluaran urin dengan warna kuning
3. Kelainan : Tidak ada kelainan
4. Edema : Tidak terdapat edema
f. sistem reproduksi : tidak ada kelainan
g. sistem neurosensori
1. Pendengaran : Klien mengatakan dapat mendengar dengan baik
2. Penglihatan : Klien mengatakan dapat melihat dengan baik
h. kulit dan kelamin
1. Warna kulit : sawo matang
2. Turgor : Tidak lembab (kering)
3. Resiko dekubitus: klien tidak beresiko dekubitus
-Terdapat luka : tidak terdapat luka
-lokasi luka/lesi : -
i. ekstremitas :
1. Kesulitan dalam bergerak : Klien tidak memiliki kesulitan dalam bergerak
2. Edema kaki : Klien tidak memiliki edema pada kaki

 EDUKASI PASIEN KELUARGA


 Kesiapan pasien keluarga menerima informasi : Keluarga
pasien mengatakan siap menerima informasi
Terdapat hambatan dalam edukasi : Tidak ada hambatan
 Tingkatpendidikan:
- Ayah : SMP
- Ibu : SMA
 Agama dan nilai kepercayaan pasien: Islam
 Kebutuhan edukasi (pilih topic edukasi pada kotak yag
tersedia) :

DATA FOKUS

DATA FOKUS

20
1. Defekasi 4 kali sehari dengan konsistensi cair
2. Klien mengeluh mual dan muntah
3. Mukosa mulut kering
4. P : 24x/ menit
5. N : 128x/ menit
6. Turgor kulit tidak lembab (kering)

KLARIFIKASI DATA

Data Objektif Data subjektif


1. Batuk 1. Ibu klien mengatakan
2. Mukosa mulut kering bahwa anaknya BAB 4
3. P : 24x/ menit dalam 24 jam dengan
4. N : 12x/ menit konsistensi cair
2. Ibu klien mengatakan
anaknya mual dan
muntah

ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


. Keperawatan
1. DS : Makanan atau zat Diare
1. Defekasi 4 yang tidak mampu
kali dalam 24 diserap dalam usus
jam dengan
konsistensi
cair
DO : -

21
2. DS : Ketidakseimbanga Ketidakseimbanga
1. Keluarga n intake dan output n elektrolit
klien
mengatakan
anaknya
mual
dan muntah
DO :
1. Mukosa
mulut kering
3. DS : Kehilangan cairan Hipovolemia
1. Keluarga aktif
klien
mengatakan
anaknya
mual
dan muntah
DO :
1. N : 128x/
menit
2. Turgor
kulit tidak
elastis

B. Diagnosis keperawatan
Berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada klien dengan
penyakit diare[CITATION Placeholder1 \l 1057 ]:
1. Diare b.d defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
Definisi: Pengeluran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.
Gejala dan tanda mayor
22
Subjektif
( tidak tersedia)
Objektif
a. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
b. Feses lembek atau cair
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a. Urgency
b. Nyeri/ keram abdomen
Objektif
a. Frekuensi peristaltik meningkat
b. Bising usus hiperaktif
2. Ketidakseimbangan elektrolit b.d diare dan muntah
Definisi: Berisiko mengalami perubahan kadar sarum elektrolit.
Faktor resiko
a. Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
d. Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
e. Diare
f. Muntah
g. Disfungsi ginjal
h. Disfungsi regulasi endokrin
3. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
Definisi:Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler
Gejala & Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. Frekuensi nadi meningkat
b. Nadi teraba lemah

23
c. Tekanan darah meningkat
d. Tekanan nadi menyempit
e. Turgor kulit menurun
f. Membran mukosa kering
g. Volume urin menurun
h. Hematokrit meningkat
Gejala & Tanda Minor
Subjektif
a. Merasa lemah
b. Mengeluh haus

Objektif

a. Pengisian vena menurun


b. Status mental berubah
c. Suhu tubuh meningkat
d. Konsentrasi urin meningkat
e. Berat badan turun tiba-tiba.

C. Intervensi Keperawatan
Berikut ini adalah intervensi yang di rumuskan untuk mengatasi masalah keperawatan
pada klien Diare[ CITATION Tim18 \l 1057 ]:
1. Diare b.d defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
a. Manajemen diare
Definisi: Mengidentifikasi dan mengelolah diare dan dampaknya.
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gasrointestinal, iritasi
gastrointestinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-
obatan, pemberian botol susu)
2) Identifikasi riwayat pemberian makanan
3) Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan keras, kepucatan pada bayi)
4) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja

24
5) Monitor tanda dan gejala hyovolemia (mis. takikardia, nadi terasa lemah,
tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT
melambat, BB menurun)
6) Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
7) Monitor jumlah pengeluaran diare
8) Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit, pedialyte,
renalyte)
2) Pasang jalur intravena
3) Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat, ringer laktat), jika perlu
4) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
5) Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
2) Anjurkan menghindari makanan berbentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa
3) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide, difenoksilat)
2) Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik (mis. papaverin,
ekstak belladonna, mebeverine)
3) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis. atapulit, smektit, kaolin-
pektin)
b. Pemantauan cairan
Definisi:Mengumpulkan dan menganalisis data terkait pengaturan keseimbangan
cairan.
Tindakan
Observasi
1) Monitor frekuensi dan kekuatan otot nadi
2) Monitor frekuensi napas

25
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor berat badan
5) Monitor waktu pengisian kapiler
6) Monitor elastisitas atau turgor kulit
7) Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
8) Monitor kadar albumin dan protein total
9) Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. osmolaritas serum, hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
10) Monitor intake dan output cairan
11) Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
12) Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis. dispnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojugular positif,
berat badan menurun dalam waktu singkat)
13) Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. prosedur
pembedahan mayor, trauma/ perdarahan, luka bakar, aferesis, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginja dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
1) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

3. Ketidakseimbangan elektrolit b.d diare dan muntah


a. Pemantauan elektolit

26
Defenisi: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi keseimbangan
elektrolit.
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
2) Monitor kadar elektrolit serum
3) Monitor mual, muntah dan diare
4) Monitor kehilangan cairan, jika perlu
5) Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis. kelemahan otot, interval QT
memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST, gelombang
U, kelelahan, parestasia, penurunan refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas
usus menurun, pusing, depresi pernapasan)
6) Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis. peka rangsang, gelisah, mual,
muntah, takikardia mengarah ke bradikardia, fibrilasi/ takikardia ventrikel,
gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul, blok
jantung mengarah asistol)
7) Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis. disorientasi, otot berkedut, sakit
kepala, membrane mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
8) Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis. haus, demam, mual, muntah,
gelisah, peka rangsang, mebrane mukosa kering, takikardiam hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
9) Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis. peka rangsang, tanda
Chvostek[spasme otot wajah], tanda trousseau [spasme karpal], kram otot,
interval QT memanjang)
10) Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis. nyeri tulang, haus, anoreksia,
letargi, kelemahan otot, segmen QT memendek, gelombang T lebar,
kompleks QRS lebar, interval PR memanjang)
11) Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia (mis. depresi pernapasan, apatis,
tanda Chvostek, tanda Trousseau, konfusi, disritmia)

27
12) Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia (mis. kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi)
Terapeutik
1) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2) Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
a. Manajemen Hipovolemia
Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan intravaskuler.
Tindakan
Observasi
1) periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat,haus,lemah)

2) Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

1) Hitung kebutuhan cairan

2) Berikan posisi modified trendelenburg

3) Berikan asupan cairan oral

Edukasi

1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

28
2) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.NaCl,RL)

2) kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.glukosa 2,5% NaCl 0,4%)

3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.albumin, plasmanate)

4) kolaborasi pemberian produk darah

b. Manajemen syok Hipovolemik


Definisi:Mengidentifikasi dan mengelola ketidakmampuan tubuh menyediakan
oksigen dan nutrien untuk mencukupi kebutuhan jaringan akibat kehilangan
cairan/darah berlebihan.
Tindakan
Observasi:
1) monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi nafas,
TD,MAP)

2) monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,AGD)

3) monitor status cairan (masukan dan haluaran,turgor kulit, CRT)

4) Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil

5) Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS


(deformitiyldeformitas,open wound/luka terbuka, tenderness/nyeri tekan,
swelling/bengkak)

Terapeutik

1) Pertahankan jalan nafas paten

2) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >90%

3) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu

29
4) Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada perdarahan eksternal

5) Berikan posisi syok (modified trendelenberg)

6) Pasang jalur IV berukuran besar, (mis. Nomor 14 atau 16)

7) Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin

8) Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung

9) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit

Kolaborasi

1) kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1 - 2 L pada dewasa

2) kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 mL/kgBB pada anak

3) kolaborasi pemberian transfusi darah,jika perlu

1.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/15578269/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIARE_PADA_ANAK
(7Mei 2020)

https://www.academia.edu./11323701/ASKEP_diare_anak

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016-2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP.

30
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). standar intervensi keperawatan indonesia. jakarta selatan:
DPP.

31

Anda mungkin juga menyukai