Abstrak
Kabupaten Pangandaran sebagai “Kabupaten Pariwisata” yang ada di Jawa Barat memiliki jumlah
obyek wisata berupa wisata pantai, sungai, goa, dan wilayah konservasi yang cukup banyak.
Banyaknya jumlah obyek wisata ini memungkinkan terjadinya kebingungan bagi wisatawan untuk
memilih obyek wisata mana yang akan dikunjungi. Selain itu belum adanya sistem informasi berbasis
web geographic information system (GIS), menyebabkan calon wisatawan kesulitan mengetahui
informasi yang lengkap terutama akses ke lokasi wisata. Guna mengatasi permasalahan tersebut
maka dibangun sebuah sistem rekomendasi pemilihan obyek wisata yang mampu memberikan
rekomendasi bagi wisatawan untuk memilih obyek wisata yang paling cocok sesuai kriteria yang
telah ditentukan yang selanjutnya diberikan informasi berbasis web geographic information system
(GIS). Adapun kriteria yang dipakai yaitu: harga tiket masuk, jarak tempuh, tingkat popularitas,
jumlah pengunjung, lama pengelolaan, dan waktu berkunjung. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan yaitu Profile Matching. Sedangkan aplikasi dibangun online berbasis web dan
memanfatkan fitur Google Maps. Hasil akhir dari penelitian ini didapatkan bahwa sistem
rekomendasi pemilihan obyek wisata berbasis web geographic information system (GIS) dapat
mempermudah para wisatawan dalam memilih obyek wisata di Kabupaten Pangandaran.
Kata Kunci : Sistem Rekomendasi, Pemilihan Obyek Wisata, Profile Matching, Pangandaran
Pendahuluan
Kabupaten Pangandaran merupakan kabupaten baru (DOB) [1] yang memiliki banyak
potensi besar dibidang pariwisata seperti wisata pantai, sungai, goa, dan wilayah konservasi [2].
Salah satu obyek yang menjadi andalannya yaitu pantai pangandaran. Selain itu masih banyak lagi
obyek lainnya misal untuk pantai: Pantai Batu Hiu, Pantai Batu Karas, Pantai Madasari, Pantai
Karapyak, Pantai Keusik Luhur, Pantai Palatar Agung, Pantai Cikidang. Wisata sungai: Cukang
Taneuh (Green Canyon), Citumang, Santirah. Wisata goa yaitu Goa Lanang, Goa Sutra Reregan,
Goa Donan. Juga wilayah konservasi: Konservasi Penyu, Cagar Alam.
Banyaknya jenis obyek wisata tersebut menjadikan banyak pilihan bagi para calon
wisatawan. Apalagi kondisi obyek wisata masih banyak yg alami dan sangat nyaman. Seperti
obyek wisata pangandaran yang masuk kategori 10 pantai terindah di Indonesia versi Indonesia
Travel [3]. Hal inilah yang menjadikan pangandaran sebagai salah satu destinasi wisata yang
dituju oleh wisatawan. Jumlah pengunjung pun setiap tahun nya relatif meningkat menurut data
dari Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran [4].
Setiap obyek wisata yang ada di Kabupaten Pangandaran memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Hal tersebut memungkinkan terjadinya kebingungan bagi wisatawan
untuk mengambil keputusan memilih obyek wisata mana yang akan dikunjungi. Setiap wisatawan
mempunyai kriteria tertentu untuk memilih. Alasan pemilihan biasanya berdasarkan informasi yang
diterima dari media elektronik maupun dari pengalaman seseorang. Permasalahan lain yang muncul
yaitu dikarenakan Lokasi obyek wisata yang tersebar. Saat ini informasi hanya bisa didapatkan
dalam bentuk peta wisata dan belum adanya sistem informasi berbasis geographic information
system (GIS). Hal ini menyebabkan calon wisatawan kesulitan mengetahui informasi yang lengkap
terutama akses ke lokasi wisata. Untuk itu perlu sistem informasi geografis berbasis web yang
lebih cepat dalam pencarian informasi dan memudahkan apabila ada penambahan informasi yang
up to date.
Guna mengatasi permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah suatu sistem yang mampu
memberikan rekomendasi bagi wisatawan untuk memilih obyek wisata yang paling cocok sesuai
106
SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
kriterianya yang selanjutnya diberikan informasi lokasi wisata berbasis peta geografis. Maka
dikembangkanlah suatu sistem pendukung keputusan yang berbasis sistem informasi geografis.
Diharapkan nantinya dengan sistem yang dibangun dapat mempermudah para wisatawan dalam
memilih obyek wisata di Pangandaran. Guna membangun sistem ini, digunakan salah satu metode
pengambilan keputusan yaitu metode Profile Matching. Metode ini dipakai dalam pengambilan
keputusan dengan asumsi bahwa terdapat tingkat nilai profil yang ideal yang harus dipenuhi,
bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi atau dilewati [5]. Secara garis besar metode ini
nantinya melakukan proses membandingkan nilai dari variabel data tes atau data uji terhadap nilai
minimal untuk setiap variabel yang telah ditentukan standar minimal yang harus dipenuhi. Tingkat
perbedaan antara nilai data uji dengan minimal ini disebut gap. Semakin kecil gap yang dihasilkan
maka bobot nilainya semakin besar yang berarti memiliki peluang lebih besar untuk memilih
alternatif tersebut.
Studi Pustaka
Beberapa referensi jurnal yang dijadikan acuan yaitu penelitian Dhani Eko tahun 2013
tentang Pemilihan Obyek Wisata di Surakarta [6], Oktovianus tahun 2014 tentang pemilihan
tempat wisata Timor Leste [7], Satrio Nugroho tahun 2014 tentang pemilihan lokasi wisata di
Grobogan [8], I Wayan tahun 2015 tentang tujuan wisata Bali [9], A yani R tentang penentuan
destinasi wisata Kota Palembang[10], tita puspitasari tentang tujuan wisata di tulungangung [11],
Mihuandayani tahun 2016 mengenai pemilihan objek wisata Gunung Kidul [12], Maria Eny tahun
2017 tentang pemilihan lokasi wisata di Yogyakarta [13], dan Mus Aidah tentang pemilihan
destinasi wisata Sulawesi Tengah tahun 2018 [14]. Dari referensi jurnal tersebut, dapat terlihat
adanya perbandingan dengan penelitian yang saat ini dilakukan. Penelitian [6], [7], [8], [9], [10],
[11] dan [12] diatas hanya membangun SPK saja untuk memilih suatu obyek wisata. Hal ini berarti
, suatu obyek yang terpilih hasil dari SPK tersebut hanya diinformasikan berupa informasi berupa
teks. Sedangkan Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu mengkombinasikan antara
penelitian Sistem Rekomendasi/Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dengan Sistem Informasi
Geografis (SIG) untuk pemilihan obyek wisata. Sehingga nantinya suatu obyek yang terpilih hasil
dari SPK tersebut akan ditampilkan dalam bentuk gambar pada peta/maps sehingga akan lebih
membantu wisatawan. Selain itu Penelitian-penelitian diatas menggunakan metode yang berbeda
dengan penelitian ini, misalnya penelitian [6], [9], [11] menggunakan metode Fuzzy Tahani,
penelitian [7] menggunakan metode Electre, Forward Chaining pada penelitian [12], metode AHP
pada penelitian [13], dan metode SMART pada penelitian [14], sedangkan penelitian ini memiliki
kesamaan dengan penelitian [8] yaitu menggunakan metode Profile Matching hanya saja yang
membedakan dengan penelitian sebelumnya yaitu kriteria yang akan digunakan dalam penelitian
ini lebih banyak dari penelitian diatas yaitu: harga tiket masuk, jarak tempuh, tingkat popularitas,
jumlah pengunjung, lama pengelolaan, dan waktu berkunjung.
Metodologi Penelitian
Alur penelitian dengan metode Profile Matching ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Alur penelitian dengan metode Profile Matching dalam pemilihan objek wisata
107
SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Dari tabel diatas, lalu dibuatlah nilai rating kecocokan terhadap setiap kriteria
menggunakan nilai skala dari 1 sampai 5.
1) Kriteria Jarak Tempuh (C1)
Kriteria jarak tempuh dihitung berdasarkan jarak dari pusat kota pangandaran terhadap
setiap objek wisata. Berikut adalah Tabel Skala Penilaian Jarak Tempuh dapat dilihat pada
tabel 2.
108
SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
109
SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
110
SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Dari tabel 9, selanjutnya dilakukan kecocokan berdasarkan pada nilai skala kecocokan tiap
kriteria sehingga akan membentuk nilai profil data tes. Lihat gambar 10.
111
SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Setelah melakukan pengelompokan, selanjutnya dihitung nilai Core Factor (NCF) dan
nilai Secondary Factor (NSF). Perhitungan keduanya dapat dilihat pada tabel 15 dan tabel 16.
112
SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Data tabel 17 kemudian diurutkan berdasarkan nilai akhir (NI) tertinggi sampai terendah.
Hasilnya bisa dilihat pada tabel 18 dan didapatkan bahwa nilai akhir tertinggi yaitu 4.50 ada pada
Pantai Karapyak. Dengan demikian obyek wisata pantai karapyak adalah alternatif yang terpilih
sebagai obyek wisata yang paling direkomendasikan untuk dikunjungi oleh wisatawan tersebut
dalam kasus ini.
.
Tabel 18. Daftar Urutan Obyek Wisata yang direkomendasikan
No Urut Nama Obyek Wisata Nilai Akhir
Rekomendasi
1 Pantai Karapyak 4.50
2 Pantai Batu Hiu 4.45
3 Pantai Batu Karas 4.10
4 Pantai Pangandaran 3.80
Implementasi Sistem
113
SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Selanjutnya dilakukan penentuan nilai profil standar yang ditampilkan seperti pada gambar 3. Nilai
ini berisi profil seperti apa yang diinginkan wisatawan dari objek wisata yang ingin dikunjungi.
Berikutnya penentuan Nilai Profil Data Tes yaitu data obyek wisata yang akan menjadi alternatif
pilihan untuk direkomendasikan kepada wisatawan. Lihat gambar 4.
Selanjutnya pada gambar 5, terlihat proses penentuan nilai gap yaitu selisih nilai antara profil
standar dengan profil data tes. Hasil penentuan nilai tersebut selanjutnya dilakukan pembobotan
nilai gap berdasarkan tabel bobot nilai gap. Lihat tabel 6.
114
SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Selanjutnya pada gambar 7, terlihat proses pengelompokan Core Factor dan Secondary
Factor yang dilanjut dengan proses perhitungan masing-masing.
115
SEMNAS TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
Pada gambar 8 terlihat proses perhitungan nilai akhir dengan memberikan prosentase yang
berbeda antara nilai Core Factor dan Secondary Factor. Hasil nilai akhir ini kemudian diurutkan
berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah dan dapat terlihat urutan rekomendasi objek wisata
yang direkomendasikan kepada wisatawan.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a) Sistem rekomendasi pemilihan objek wisata di Kabupaten Pangandaran menggunakan metode
Profile Matching telah berhasil dibangun dan dapat menghasilkan keputusan berupa daftar
rekomendasi objek wisata yang paling cocok dengan keinginan wisatawan sesuai dengan
kriteria yang dijadikan acuan.
b) Sistem rekomendasi ini dibangun secara online dan menambahkan fitur sistem informasi
geografis berbasis google maps yang dapat membantu memberikan informasi aktual dan
lengkap mengenai lokasi obyek wisata dan informasi pendukungnya.
Daftar pustaka
[10] Ranius, A.Y. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Destinasi Wisata Unggulan Di Kota
Palembang. Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT). 2015. Hal. 50-55.
[11] Puspitasari, T. Implementasi Metode Fuzzy Tahani Untuk Rekomendasi Tujuan Wisata Di
Tulungagung. Skripsi, 2015. Fakultas Teknik Universitas Persatuan Guru Republik
Indonesia, Kediri.
[12] Mihuandayani., Ridho, M.Z., dan. Widyastuti, D.A. Perancangan Sistem Pendukung
Keputusan Untuk Pemilihan Objek Wisata Di Gunungkidul Dengan Algoritma Forward
Chaining. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia. 6-7 Februari, 2016.
Yogyakarta, Indonesia. Hal. 133-138.
[13] Maria Eny, Dwi Novia P., Yulianto. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Lokasi
Objek Wisata di Yogyakarta dengan AHP (Analitical Hierarchi Process). Jurnal Rekayasa
Teknologi Informasi, 2017, Vol.1 No.2, 137-142
[14] Aidah, Mus, and Hajra Rasmita. "Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Destinasi
Wisata Di Sulawesi Tengah Menggunakan Metode SMART." Voice of Informatics 7.2
(2018).
117