Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEBUTUHAN NUTRISI PADA BAYI ATAU

ANAK DARI IBU HIV

OLEH:

1. PUTU APRILIA PRATAMA 17089014006


2. NI NYOMAN CAHAYU HARTA NINGGRUM 17089014017
3. KOMANG KRISMONITA 17089014048
4. KADEK FERI ADI NUGRAHA 17089014033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Penyusun,
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... ...
1.3 Tujuan...........................................................................................
1.4 Manfaat ........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Dari Nutrisi.....................................................................................

2.2 Kebutuhan Nutrisi Untuk Pada Bayi Normal...............................................

2.3 Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Normal.................................................


2.4 Definisi Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi Dan Anak Dengan HIV/AIDS .....
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune
Deficiency Syndrome) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada
orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Menurut World
Health Organization (WHO) (2004), di seluruh dunia AIDS menyebabkan
kematian pada lebih dari 8 ribu orang setiap hari, oleh karena itu infeksi HIV
dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksiu
Kemudian, menurut WHO (2011) secara global pada tahun 2010 terdapat
3,4 juta anak yang hidup dengan HIV/AIDS, 390 ribu kasus diantaranya
merupakan infeksi HIV baru pada anak-anak, dan terdapat 250 ribu kematian pada
anak yang disebabkan oleh AIDS.
Infeksi HIV pada anak merupakan masalah kesehatan yang sangat besar di
dunia, dan berkembang dengan kecepatan yang sangat berbahaya karena; pertama,
progresivitas penyakit lebih cepat pada anak; kedua, anak mempunyai jumlah
virus yang lebih banyak dibanding dewasa; dan ketiga, infeksi oportunistik sering
muncul akibat berkurangnya status imunitas tubuh (Saloojee & Violari, 2001).
Insidens AIDS yang tertinggi terjadi pada tahun pertama kehidupan dan
hampir seluruh kasus infeksi terjadi pada saat perinatal, dan gejala klinis akan
muncul dalam sepuluh tahun pertama kehidupan. Munculnya penyakit pnemonia
pneumocystis carinii, pnemonia interstisial limfoid, infeksi bakteri berulang, dan
kurang gizi merupakan gejala yang sangat sering ditemukan pada penderita AIDS
(Setiawan, 2009).
Jama (2010) menyatakan bahwa sebagian besar anak terinfeksi HIV yang
berusia kurang dari lima tahun mengalami kekurangan gizi. Pada umumnya,
penderita HIV/AIDS kekurangan asupan gizi karena penurunan nafsu makan.
Seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS biasanya mengalami gejala yang
berpengaruh pada asupan gizi yang bisa mengakibatkan terjadinya kekurangan
gizi. Seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, diare, demam, mual, muntah,
dan infeksi jamur (lesi pada mulut). (Nursalam & Kurniawati, 2009).
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2009), asupan gizi yang sehat dan
seimbang sangat diperlukan bagi anak yang terinfeksi HIV untuk
mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, dan menjaga tubuh agar tetap aktif
dan produktif. Sementara itu, Gillespie dan Kadiyala (2005) menyatakan bahwa
program perawatan tanpa komponen gizi akan sia-sia, karena khasiat ART
(Antiretroviral Therapy) dapat berkurang akibat kekurangan gizi.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan
makanan atau nutrisi dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan
kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang serius.
Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein
(MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan
dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar
lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium.
Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta
memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut
kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung
(immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab
dasar (basic cause).
Program Lembaga Pangan Dunia (WFP) dalam penelitannya pada awal
tahun 2008 menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di
Indonesia mencapai angka 13 juta. Meski data pemerintah yang disampaikan oleh
Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari secara resmi menyebutkan penderita gizi
buruk hingga tahun 2007 mencapai angka 4,1 juta, atau naik tiga kali lipat
dibanding jumlah penderita yang sama di tahun 2005 yakni 1,67 juta jiwa.
Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang
kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap
kondisi “biasa” dan dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia,
para ibunya berpendapat bahwa anak yang buncit perutnya bukan kekurngan
nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan.
Penderita malnutrisi tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan
mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami
komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan
di rumah sakit. pemberian terapi di tempat pelayanan kesehatan akan disesuaikan
berdasarkan tingkat keparahan penyakit,pada beberapa kasus bisa diberikan
asupan nutrisi melalui peroral,menggunakan NGT bagi yang tidak memiliki
kontraindikasi,dan bisa juga secara parenteral.
Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan  yang mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan,
kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang
salah. Selain itu juga karena adanya penyakit, terutama penyakit infeksi,
mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah Definisi Dari Nutrisi ?
1.2.2 Bagaimana Kebutuhan Nutrisi Untuk Pada Bayi Normal ?
1.2.3 Bagaimana Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Normal ?
1.2.4 Apakah Definisi Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi Dan Anak Dengan
HIV/AIDS ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian Nutrisi.
1.3.2 Untuk Mengetahui Kebutuhan Nutrisi Untuk Pada Bayi Normal
1.3.3 Untuk Mengetahui Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Normal
1.3.3 Untuk Mengetahui Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi Dan Anak Dengan
HIV/AIDS

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi
merupakan kebutuhan utama pasien kritis dan nutrisi enteral lebih baik dari
parenteral karena lebih mudah, murah, aman, fisiologis dan penggunaan nutrien
oleh tubuh lebih efisien.
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk
membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).
Nutrisi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan (Supariasa, 2001). Nutrisi merupakan salah satu
kebutuhan vital bagi semua makhluk hidup. Pengertian nutrisi menurut beberapa
ahli adalah sebagai berikut:
Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nuwer, 2008).
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan (Wikipedia, 2008).
Nutrisi berbeda dengan makanan, makanan adalah segala sesuatu yang kita makan
sedangkan nutrisi adalah apa yang terkandung dalam makanan tersebut (Uri,
2008).
2.2 Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi Normal
1. Pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat
Berikut ini adalah beberapa pengaturan makanan untuk bayidan anak sehat :
a. Untuk bayi, makanan utama adalah ASI ditambah makananpelengkap.
 Pada usia 0 – 4 bulan, ASI harus langsung diberikan sesaatsetelah
melahirkan hindari pemberian makanan tambahanseperti madu,
glukosa dan makanan pralakteal lainnya.
 Pada usia di atas 4 bulan boleh diberikan makanan luamat
berupabubur susu 1 kali dan buah 1 kali.
 Untuk bayi usia 5 – 6 bulan diberikan 2 kali bubur susu, buah–
buahan dan telur.
 Untuk bayi usia 6 – 7 bulan dapat dimulai dengan pemberiannasi
tim dengan campuran antara beras, sayuran dan dagingatau ikan.
 Bayi umur 8 – 12 bulan diberikan nasi tim dengan frekuensi 3kali
sehari, dan bubur susu tidak diberikan lagi.

b. Makanan padat.
Makanan padat mulai diberikan pada usia di atas4 bulan, saat bayi mulai
belajar duduk, kuat menahan leher dankepalanya, serta dapat menyatakan
keinginannya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberianmakanan padat :
 Bayi telah siap menerima makanan dalam bentuk padat
 Berikan makanan padat sesuai dengan kemampuan anak
mengunyah.
 Observasi tanda alergi makanan (misalnya : kulit merahflatusterus,
perubahan konsistensi feses).
 Kenalkan jenis makanan untuk satu waktu.
 Bila bayi berasal dari keluarga vegetarian atau hanya
memakansayuran saja, maka tambahkan zat besi (Fe).
 Apabila jumlah makanan yang dikonsumsi lebih banyak,asupan
susu harus dikurangi.
 Biarka bayi mencoba mengenal cara makan (misalnyamemainkan
sendoknya).
 Jangan terburu – buru dalam memberikan makanan, terutama
makanan padat.
 Berikan makanan secara bertahap (misalnya 1 atau 2 sendok dihari
pertama kemudian meningkat menjadi 3 – 4 sendok padahari
berikutnya dan seterusnya).
 Berikan makanan pada saat anak lapar.
2.3 Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Normal
1. Kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler
Anak usia toddler mempunyai karakteristik yang khas, yaitubergerak terus,
tidak bisa diam dan sulit untuk diajak duduk dalam waktuyang relatif lama. Selain
itu, pada usia 12 sampai 18 bulan pertumbuhansedikit lambat sehingga kebutuhan
nutrisi dan kalori. Kebutuhan kalorikurang lebih 100 kkal per kg berat
badan (BB).Karakteristik terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi padaanak
usia toddler :
a) Anak sukar atau kurang mau makan.
b) Nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari
inimakannya cukup banyak dan pada hari berikutnya makannyasedikit.
c) Biasanya anak menyukai jenis makanan tertentu.
d) Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalamwaktu lama.
Anjurkan untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut :
1) Ciptakan lingkungan makan yang menyenangkan, misalnyamemberi
makan sambil mengajaknya bermain.
2) Beri kesempatan anak untuk belajar makan mandiri. Janganberharap
anak dapat makan dengan rapi sebagaimana anak yanglebih besar
karena usia toddler belum mampu melakukannya.
3) Jangan menuruti kecenderungan anak untuk hanya menyukai
satu jenis makanan tertentu. Kenalkan selalu dengan jenis makananbar
u.
4) Berikan makanan pada saat masih hangat dengan porsi yang
tidakterlalu lancer.
5) Kurangi frekuensi minum susu. Dianjurkan untuk memberikan 2kali
sehari saja.

3 Kebutuhan nutrisi pada anak usia pra sekolah


Anak usia Pra Sekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat.Kebutuhan
kalorinya adalah 85 kkal/kg BB. Beberapa karakteristik yangterkait dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan padaanak Prasekolah
adalah sebagai berikut :
1) Nafsu makan berkurang.
2) Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman
ataulingkungannya dari pada makan.
3) Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru.
4) Waktu makan merupsksn kesempatan yang baik bagi anak
untukbelajar dan bersosialisasi dengan keluarga. Anjuran untuk orang
tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut :
a) Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan
anak mengenal nutrisi, misalnya dengan menggambar atau
melakukan aktivitas bermain yang lain.
b) Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan
dengan frekuensi lebih sering, yaitu 4 sampai 5 kali sehari. Apabila
memberikan makanan padat, seperti nasi 3 kali sehari,
berikanmakanan ringan di antara waktu makan tersebut. Susu
cukup diberikan 1 – 2 kali sehari.
c) Izinkan anak untuk membentu orang tua menyiapkan makanan
dan jangan terlalu banyak berharap anak dapat melakukannya deng
an tertib dan rapi.
d) Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan
barutidak harus yang berharga mahal, yang penting memenuhi gizi
seimbang.
e) Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta
peraasaannya saat makan bersama dan fasilitasi anak
untukberinteraksi secara efektif dengan Anda atau anggota
keluargalainnya.
4 Kebutuhan nutrisi pada anak usia sekolah Anak usia sekolah mempunyai
lingkungan social yang lebih luas selain keluarganya, yaitu lingkungan
sekolah tempat anak belajar mengembangkan kemampuan kognitif, interaksi
social, nilai moral dan budaya dari lingkungan kelompok teman sekolah dan
guru. Bahkan bermain dengan teman sekolah dirasakan anak sebagai sesuatu
yang lebih menyenangkan dari pada bermain di lingkungan rumah.
Pertumbuhan anak tidak banyak mengalami perubahan yang berarti, sehingga
kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85 kkal/kgBB. Beberapa
karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu
diperhatikan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :
1) Anak dapat mengatur pola makannya sendiri.
2) Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan
di lingkungan luar rumah serta adanya reklame atau iklan
makanan tertentu di televisi yang dapat mempengaruhi pola
makan atau keinginannya untuk mencoba makanan yang belum
dikenalnya.
3) Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur – angsur
hilang.
4) Pengaruh aktivitas beramain dapat menyeababkan keinginan yang
lebih besar pada aktivitas bermain dari pada makan.
Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut :
a) Motivasi orang tua untuk membiasakan anak dengan pola
makan yang baik.
b) Motivasi anak untuk tetap menyukai jenis makanan yang
baru.
c) Jelasakan pada anak bahwa waktu makan bersama
keluarga adalah lebih baik dari pada bermain karena saat
itu dapat menjadi kesempatan bagi anak untuk
berkonsultasi dengan orang tua dan bagi orang tua untuk
mengetahui pengalaman yang diperoleh anak di sekolah
dan di lingkungannya.
d) Fasilitasi orang tua untuk tidak membiasakan anak
mendapat jajanan di sekolah ataupun di lingkungan luar
rumah karena belum tentu sehat dan hal itu bukan pola
kebiasaan yang baik bagi anak. Anjurkan untuk selalu
menyediakan makanan kecil untuk dibawa ke sekolah
maupun disediakan di rumah.
5 Kebutuhan nutrisi pada anak usia remaja
Usia remaja adalah fase anak tumbuh dan berkembang sangat
cepat. Anak perempuan usia 11 tahun sudah memasuki prapubertas dan
anak laki – laki pada usia 12 tahun. Untuk memenuh kebutuhan
perkembangan yang sangat cepat tersebut, anak membutuhkan nutrisi
esensial, yaitu lebih banyak protein, karbohidrat, vitamin, danm mineral.
Apabila pemenuhan kebutuhan nutrisi anak kurang, hal itu akan
mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan seks anak. Kebutuhan kalori
anak dipengaruhi oleh waktu pencapaian anak untuk masuk fase
prapubertas.
Jadi, anak perempuan lebih dini memerlukan peningkatan kalori
dibandingkan dengan anak laki – laki, 20 sedangkan untuk aktivitas fisik,
anak laki – laki memerlukan 60 kkal per kg BB dan anak perempuan 50
kkal per kg BB. Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak usia remaja adalah
sebagai berikut :
1) Besarnya pengaruh kelompok atau geng akan mempengaruhi pola
kebiasaan makan anak.
2) Anak sering kali tidak sempat makan di rumah karena banyak
aktivitas di luar rumah baik di sekolah, kelompok, klub olahraga,
maupun kegiatan kelompok lainnya.
3) Kareana perubahan aktivitas yang lebih banyak memakan waktu di
luar ruamah, biasanya anak lebih menyukai makanan ringan.
4) Anak memasuki fase pubertas sehingga mereka mulai
memperhatian bentuk badannya. Pada beberapa anak perempuan,
hal ini akan mempengaruhi pola makannya yang diatur dan
dibatasi karena takut kegemukan. Sebaliknya, stress yang dialami
dapat juga menyebabkan anak mencari pelarian pada makanan,
sehingga mengkonsumsi makanan secara berlebihan apabila anak
tidak mempunyai kemampuan koping yang positif.
Anjuran untuk remaja dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut
adalah :
 Motivasi anak remaja untuk tetap mempunyai pola makan
yang teratur.
 Fasilitasi orang tua untuk cermat mengamati pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak remaja terutama apabila anak terlalu
banyak beraktivitas di luar rumah untuk mengikuti berbagai
kegiatan ekstrakurikuler atau aktivitas sosial.
 Apabila anak menyukai makanan ringan, anjurkan orang
tua untuk dapat memilihkan jenis makanan ringan yang
bergizi.
 Kalau diperlukan, anjurkan orang tua berkonsultasi kepada
ahli yang berkaitan dengan masalah nutrisi anak remaja.
(Yupi Supartini, 2004)
2.5 Definisi Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi dan Anak Dengan HIV/AIDS
Menurut Almatsier (2005), Angka Kebutuhan Gizi (Dietary Requirements)
adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan seseorang (individu) untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi yang adekuat. Penentuan kebutuhan
gizi seseorang selain dipengaruhi oleh umur, gender, aktivitas fisik, dan kondisi
khusus dalam keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi juga harus memperhatikan
perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik, dan
kondisi abnormal lainnya.
Menurut Almatsier (2005), komponen utama yang menentukan kebutuhan
energy adalah Angka Metabolisme Basal (AMB) dan aktivitas fisik
Tabel 2.1
Rumus FAO/WHO/UNU untuk menentukan AMB
AMB (kkal/hari)
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan
0-3 60,9 B – 54 61,0 B – 51
3-10 22,7 B + 495 22,5 B + 499
10-18 17,5 B + 651 12,2 B + 746
Sumber : FAO/WHO/UNU (1985) dalam Almatsier (2005)
Menurut Almatsier (2005) Kebutuhan gizi dalam keadaan sakit, selain
tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat juga
dipengaruhi oleh jenis dan berat ringannya penyakit. kebutuhan energi dalam
keadaan sakit berubah sesuai dengan jenis dan beratnya penyakit. Cara penentuan
kebutuhan energi orang sakit dapat dilakukan dengan cara:
1) Menghitung kebutuhan energi menurut kg berat badan (kkal/kg/hari).
2) Menurut persen kenaikan kebutuhan di atas Angka Metabolisme Basal
(AMB), yaitu dengan mengalikan AMB dengan faktor aktivitas dan faktor
trauma/stres.
Tabel 2.2
Faktor Aktivitas dan Faktor Trauma atau Stress untuk Menetapkan kebutuhan energi
orang sakit
No Aktivitas Faktor No Jenis trauma/stress Faktor
1 Istirahat di1,2 1 Tidak ada stres, pasien 1,3
tempat tidur dalam keadaan gizi baik.
Tidak terikat di Stres ringan: peradangan saluran
2 tempat tidur 1,3 2 cerna, kanker, bedah elektif,1,4
trauma kerangka moderat.

Sementara itu AKG (Angka Kecukupan Gizi) atau Recommended Dietary


Allowances (RDA) adalah tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hampir semua orang sehat di suatu negara
atau dapat diartikan sebagai kecukupan zat gizi untuk rata-rata penduduk
(Almatsier, 2005).
Tabel 2.3
Angka Kecukupan Gizi Makro Anak
Umur Energi (Kkal) Protein (g)
Laki-laki (10-12 th) 2050 50
Wanita (10-12 th) 2050 50
Laki-laki (13-15 th) 2400 60
Sumber: AKG (2004)

I. Energi
Menurut WHO (2003) kebutuhan energi bagi anak yang terinfeksi HIV
berbeda-beda tergantung tipe dan seberapa lama anak terinfeksi HIV, dan apakah
terdapat penurunan berat badan selama terkena infeksi akut. Penemuan
menunjukkan terjadinya kenaikan REE (Resting Energy Expenditure) pada
periode asymtomatic pada anak yang terinfeksi HIV. Sama dengan asymtomatic
pada orang dewasa yang terinfeksi HIV, rata-rata kenaikan asupan energi yang
direkomendasikan pada anak sebesar 10% untuk menunjang pertumbuhan.
USAID (2007) menambahkan bahwa ketika anak terinfeksi HIV dan
sudah terdapat gelaja (symptomatic) akan tetapi tidak mengalami penurunan berat
badan, energi yang dibutuhkan mengalami peningkatan 20%−30% dari kebutuhan
energi anak sehat.
Berdasarkan pengalaman klinis dan pedoman yang ada untuk mengejar
pertumbuhan pada anak-anak tanpa melihat status HIV, asupan energi bagi anak-
anak terinfeksi HIV yang mengalami penurunan berat badan membutuhkan
peningkatan sebesar 50%−100% dari kebutuhan energi yang direkomendasikan
pada anak sehat (WHO, 2003).
Sementara itu Almatsier (2005) menyatakan bahwa pada perhitungan
kebutuhan energi pada anak terinfeksi HIV harus diperhatikan faktor stres,
aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Kenaikan asupan energi yang dianjurkan
yaitu sebanyak 13% untuk setiap kenaikan 10C.
II. Protein
WHO saat ini tidak merekomendasikan peningkatan asupan protein pada
anak terinfeksi HIV. Kebutuhan protein tetap normal, yaitu 12-15% dari total
asupan energi. Namun, karena kebutuhan energi meningkat sebesar 10% atau 20-
30%, maka kebutuhan protein juga meningkat, karena protein dihitung sebagai
persentase dari total asupan energi (ECSA-HC dkk, 2008).
Sementara itu, Almatsier (2005) menganjurkan untuk memberikan diet
protein tinggi pada anak terinfeksi HIV, yaitu 1,1-1,5 g/kg BB untuk memelihara
dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein juga disesuaikan
bila ada kelainan ginjal dan hati.
Protein dan sejumlah lain vitamin dan mineral dapat diperoleh dari
kacang-kacangan (kacang tanah, buncis, kedelai, kacang hijau, kacang almond,
dan lain-lain). Selain itu protein juga diperoleh dari konsumsi sumber protein
hewani lainnya secara teratur setiap hari (Nursalam & Kurniawati, 2009).

III. Vitamin dan Mineral


Vitamin dan mineral sangat penting dalam perkembangan dan daya tahan
tubuh, jika tubuh tidak didukung oleh asupan vitamin dan mineral yang baik maka
virus akan mudah menyerang dalam kata lain penyakit sangat mudah untuk
memasuki tubuh penderita HIV/AIDS (Jafar, 2004) baik maka virus akan mudah
menyerang dalam kata lain penyakit sangat mudah untuk memasuki tubuh
penderita HIV/AIDS (Jafar, 2004).
Menurut Almatsier (2005) dianjurkan untuk memberikan vitamin dan
mineral 1 ½ kali (150%) Angka B12,C,E,Folat,kalsium,magnesium,seng dan
selenium. Bile perlu, dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, akan tetapi
megadosis harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh.

Table 2.4
Kecukupan Gizi Mikro Anak
Vit Vi Vit Vit Fo Ka Mag Sen Sel Bes
Umur A t C E l- l- ne g e- i
(R B1 (mg (m at siu sium (m niu (m
E) 2 ) g) (ug) m (mg) g) m g)
(ug) (mg) (ug)
Laki- 600 1,8 138 11 30 1000 170 14 2 1
laki 0 0 3
(10-12
th)
Wanita 600 1,8 145 11 30 1000 180 12, 2 2
(10-12 0 6 0 0
th)
Laki- 600 2,4 150 15 40 1000 220 17, 3 1
laki 0 4 0 9
(13-15
th)
Sumber: AKG, 2004
a. Vitamin A
Menurut Almatsier (2004), vitamin A berpengaruh terhadap fungsi
kekebalan tubuh pada manusia dan hewan. Retinol berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam
proses kekebalan tubuh humoral). Di samping itu kekurangan vitamin A
dapat menurunkan respon antibodi yang bergantung pada sel-T (limfosit
yang berperan pada kekebalan tubuh selular).
WHO merekomendasikan bagi anak yang terinfeksi HIV untuk
makan makanan sehat yang memenuhi kebutuhan zat gizi mikro. Sayur-
sayuran dan buah-buahan (sayur dan buah berwarna kuning, oranye, hijau
tua misalnya bayam, labu, wortel, apricot, papaya dan mangga yang
merupakan sumber vitamin A yang baik) (Nursalam & Kurniawati, 2009).
Menurut ECSA-HC, dkk (2008) beberapa anak yang terinfeksi
HIV asupan makanannya tidak memadai untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi mikro sehingga mereka memerlukan suplemen,
terutama jika terjadi kekurangan. Suplementasi zat gizi mikro harus
mengikuti rekomendasi WHO dan tidak boleh melebihi tingkat RDA.
WHO merekomendasikan anak-anak 6-59 bulan yang terinfeksi
HIV untuk menerima suplemen vitamin A (200.000 IU untuk anak-anak
>12 bulan) setiap 4-6 bulan. Rekomendasi WHO ini bertujuan untuk
mencegah kekurangan vitamin A pada anak-anak. Akan tetapi tidak
dianjurkan untuk meningkatkan dosis atau frekuensi pemberian vitamin A
pada anak yang terinfeksi HIV (ECSA-HC dkk, 2008).

b. Vitamin B12
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2009), vitamin B12 bagi
penderita HIV penting untuk fungsi dan pengantaran saraf dan mencegah
kelainan sumsum tulang. Sementara itu Nadhiroh (2006) menyatakan
bahwa kelompok vitamin B diperlukan untuk menjaga sistem kekebalan
tubuh dan saraf yang sehat.
Menurut penelitian Tang dkk (1997) terdapat peningkatan risiko
perkembangan AIDS secara signifikan bagi mereka yang mempunyai
serum vitamin B12 yang rendah (RH = 2.21, 95% CI = 1,13-4,34), hal ini
memberikan bukti lebih lanjut bahwa konsentrasi vitamin B-12 yang
rendah mempercepat perkembangan penyakit.
Sumber utama vitamin B12 adalah makanan protein hewani yang
memperolehnya dari hasil sintesis bakteri di dalam usus, seperti hati,
ginjal, disusul oleh susu, telur, ikan, keju, dan daging. Vitamin B12 dalam
sayuran ada apabila terjadi pembusukan atau pada sintesis bakteri
(Almatsier, 2004).

c. Vitamin C
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2009), peran vitamin C pada
infeksi diantaranya memperkuat sel-sel imun dalam melawan dan
menetralkan radikal bebas. Sel-sel imun mengeluarkan bahan toksik untuk
membunuh jamur, kuman, atau virus yang masuk ke dalam tubuh;
“perang” antara sel-sel imun dengan zat asing membuat jaringan
disekitarnya juga ikut rusak; dan radikal bebas yang dihasilkan dapat
memperluas kerusakan itu lebih lanjut. Inilah hal khusus yang
dikhawatirkan pada orang dengan HIV, mengingat virus memerlukan
lingkungan seperti itu.
Buah-buahan berwarna dan sayur-sayuran berwarna gelap
merupakan sumber vitamin C yang dapat membantu meningkatkan
dayatahan tubuh dalam melawan infeksi seperti tomat, kubis, jeruk,
anggur, lemon, jambu, nanas, buah beri, dan lain-lain yang dapat
dikonsumsi secara bergantian setiap harinya (Nursalam & Kurniawati,
2009).
Sementara itu menurut Almatsier (2004), vitamin C umumnya
hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama
yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, papaya, gandaria, dan tomat.
Vitamin C juga banyak terdapat dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol.

d. Vitamin E (Tokoferol)
Menurut Almatsier (2004), fungsi utama vitamin E adalah sebagai
antioksidan yang larut dalam lemak. Sifat antioksidannya berfungsi
melindungi dan menstabilkan membran sel (Nursalam & Kurniawati,
2009).
Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-tumbuhan,
terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Minyak kelapa dan
zaitun hanya sedikit mengandung vitamin E. Sayuran dan buah-buahan
juga merupakan sumber vitamin E yang baik. Daging, unggas, ikan, dan
kacang-kacangan mengandung vitamin E dalam jumlah terbatas
(Almatsier, 2004).

e. Folat
Menurut Almatsier (2004), folat dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk
pendewasaannya. Folat terutama terdapat di dalam sayuran hijau, hati,
daging tanpa lemak, serelia utuh, biji-bijian, kacang-kacangan, dan jeruk.
Vitamin C yang ada dalam jeruk menghambat kerusakan folat. Bahan
makanan yang tidak banyak mengandung folat adalah susu, telur, umbi-
umbian, dan buah, kecuali jeruk.
Akan tetapi AZT (zidovudin) yang dikonsumsi ODHA berperan
dalam terjadinya defisiensi folat. Hal ini juga terjadi pada pemakaian
beberapa jenis obat yang juga biasa dipergunakan seperti: Trimethroprim
dan Bactrim (trimethhropin sulfamethroxazole) yang merupakan antagonis
folat karena mekanisme kerjanya secara langsung memblok folat,
demikian juga Barbiturat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit
dan sebagai obat tidur (Nursalam & Kurniawati, 2009).
Kekurangan folat terutama menyebabkan gangguan metabolisme
DNA. Akibatnya terjadi perubahan dalam morfologi inti sel terutama sel-
sel yang sangat cepat membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih
serta sel-sel epitel lambung dan usus, vagina, dan serviks rahim.
Kekurangan folat menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia
megaloblastik dan gangguan darah lain, peradangan lidah dan gangguan
saluran cerna (Almatsier, 2004).

f. Zinc (Seng)
Menurut Almatsier (2004), Zinc (seng) berperan dalam fungsi
kekebalan, yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh
sel B. Taraf darah seng yang rendah dihubungkan dengan hipogeusia atau
kehilangan indra rasa. Hipogeusia biasanya disertai penurunan nafsu
makan dan hiposmia atau kehilangan indra bau.
Kehilangan Zinc (seng) terjadi jika anak mengalami diare yang
merupakan gejala umum penyakit HIV. Namun, suplementasi seng di atas
tingkat RDA tidak dianjurkan karena akan menyebabkan efek samping
pada sistem kekebalan tubuh. Suplementasi Zinc pada anak yang
mengalami diare kronis harus mengikuti pedoman MTBS atau nasional.
Saat ini tidak ada peningkatan rekomendasi suplemen Zinc pada anak
terinfeksi HIV jika dibandingkan dengan anak yang tidak terinfeksi HIV
(ECSA-HC. dkk, 2008).
Sumber seng yang paling baik adalah sumber protein hewani,
terutama daging, hati, kerang, dan telur. Serelia tumbuk dan kacang-
kacangan juga merupakan sumber yang baik, namun mempunyai
ketersediaan biologik yang rendah (Almatsier, 2004).

g. Selenium
Menurut Almatsier (2004), selenium bekerja sama dengan vitamin
E dalam perannya sebagai antioksidan. Selenium berperan serta dalam
sistem enzim yang mencegah terjadinya radikal bebas dengan menurunkan
konsentrasi peroksida dalam sel, sedangkan vitamin E menghalangi
bekerjanya radikal bebas setelah terbentuk. Dengan demikian konsumsi
selenium dalam jumlah cukup dapat menghemat penggunaan vitamin E.
Sumber utama selenium adalah makanan laut, hati dan ginjal.
Daging dan unggas merupakan sumber selenium yang baik. Kandungan
selenium dalam serealia, biji-bijian, dan kacang-kacangan tergantung pada
kondisi tanah tempat tumbuhnya bahan makanan tersebut. kandungan
selenium pada sayur dan buah tergolong rendah (Almatsier, 2004).
Berdasarkan penelitian Campa dkk (1999), kadar plasma selenium
yang rendah merupakan prediktor kematian pada anak terinfeksi HIV, dan
diperkirakan terkait dengan perkembangan penyakit yang lebih cepat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat plasma selenium merupakan
indikator yang sensitif dari perkembangan penyakit dan kematian pada
pasien HIV anak.

h. Fe (Besi)
Menurut ECSA-HC, dkk (2008), anak yang terinfeksi HIV harus
diberikan suplemen zat besi untuk mencegah anemia. Rekomendasi
suplementasi zat besi pada anak (usia 6-11 tahun) yaitu sebesar 30-60
mg/hari yang bertujuan untuk mencegah anemia.
Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon
kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya
pembentukkan sel-sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh
berkurangnya sistesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan
oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi
untuk dapat berfungsi. Enzim lain yang berperan dalam sistem kekebalan
adalah mieloperoksidase yang juga terganggu fungsinya pada defisiensi
besi. Di samping itu dua protein pengikat besi transferin dan laktoferin
mencegah terjadinya infeksi dengan cara memisahkan besi dari
mikroorganisme yang membutuhkannya untuk perkembangbiakan
(Almatsier, 2004).
Sumber zat besi yang baik adalah sayuran berdaun hijau, biji-
bijian, produk gandum, kacang-kacangan, daging merah, ayam, hati, ikan,
seafood dan telur (Nadhiroh, 2006).
Menurut Almatsier (2004), di samping jumlah besi, perlu
diperhatikan kualitas besi di dalam makanan, yang dinamakan juga dengan
ketersediaan biologik (bioavailability). Pada umumnya besi di dalam
daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi di
dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik
sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayur-sayuran, terutama yang
mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan
biologik yang rendah.

Siklus Hiv Dan Gizi Buru

Status Gisi Rendah


kehilangan berat
Meningkatnya
badan,otot,kurus,keku
kerentanan terhadap
runganpenyakit
zat gizimakro
infeksi.
dan mikro
Meningkatnya frekuensi
Meningkatnya dari durasi infeksi
Terganggunya sistem
kebutuhan gizi. opurtunistik dan.
imun. Kurang mampu
Meabsorpsi kurangnya Kemungkinan melawan HIV dan
asupan makanan. Infeksi progresifitas menjadi Penyakit infeksi lain.
dan replikasi virus
HI
AIDS semakin cepat .
V

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Asupan gizi makro seperti energi, protein, dan lemak pada dua anak sudah
hampir mencukupi, akan tetapi masih sangat jauh tercukupi untuk satu orang anak
yang lainnya. Ini disebabkan karena porsi konsumsi makanan yang sangat sedikit
dan komposisi makanan yang kurang beragam. Sedangkan asupan zat gizi mikro
baik vitamin A, B12, C, E, folat, zink, selenium, dan besi pada semua anak masih
kurang, hal ini disebabkan karena anak-anak kurang suka mengkonsumsi sayur
dan buah yang disediakan pengasuh.
Pada saat orang terinfeksi HIV/AIDS. maka sistem kekebalan dalam tubuh
akan menurun Pada saat itu bila terjadi malnutrisi, maka sisteln imun akan turun
dan kemungkinan timbulnya penyakit semakin besar, Nutrisi yang baik berarti
terjadi asupan makanan yang baik, berat badan terjaga. dan jaringan otot. juga
status ntikronutriea dalam tubuh tetap dalam kondisi baik

III.2 Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk
diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat
dilakukan dengan cara makan-makanan dengan gizi seimbang dengan diimbangi
dengan keadaan hidup bersihn untuk setiap individu. Hal tersebut harus dilakukan
setiap hari,karena jika tidak dilakukan setiap hari maka tubuh kita bias
terserang penyakit akibat immune tubuh yang
DAFTAR PUSTAKA

Bukusuba, J., Kikafunda, J. K., & Whitehead, R. G. (2010). Nutritional


Knowledge,
Attitudes, and Practices of Women Living with HIV in Eastern Uganda. Journal
of Health, Population and Nutrition , 182-188.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Kementrian kesehatan RI. (2012). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia –
dilapor s/d September 2012. Jakarta: Spiritia.or.id.
Akmal Mutaroh, Zely Indahan,dkk.2016. Ensiklopedi Kesehatan. Jogjakarta. AR-
RUZZ MEDIA

Anda mungkin juga menyukai