Anda di halaman 1dari 2

NEGERI KATANYA

Boy Pratama Sembiring

Kita yang dipilah pilah untuk terikat erat, malah terputus, lepas.

Kita yang sering ditulis tulis untuk menjadi satu, malah membentur, hancur.

Kita yang sering dibaca baca, malah bingung, tak berilmu.

Kadang aku bingung, Negeri ini selalu menyajikan hal hal yang tak masuk akal.

Katanya menjunjung tinggi perdamaian, tapi perbedaan dibentur perpecahan.

Katanya mengusung tinggi keadilan, tapi hukum, bisa dinegosiasi.

Katanya menganut agama kepercayaan, tapi Tuhannya mulai dilupakan.

Negeri yang katanya kaya raya, tapi hutang dimana mana.

Negeri yang katanya Makmur, tapi rakyat tak bisa mendengkur.

Negeri yang katanya demokratis, tapi suara dibeli habis, laris.

Katanya pemimpin pertama mendukung Razim penghianat bangsa, biarkan pekerja


asing menduduki sebagian tahta, polisi lokal digantikan polisi Aseng, ada agama yang
merasa dilecehi, bahkan Pemimpin ini diklaim sebagai penganut Komunisme.

Dan lagi, aku dengar.

Pemimpin kedua dinilai arogan, Kafir, tidak paham urusan kenegaraan, tak punya
pendamping, bahkan diisukan akan menegakkan Kilafah.
Kedang aku berpikir logis.

Seorang Presiden dihormati seisi Negeri.

Pemimpin yang katanya Kafir ingin menegakkan Kilafah.

Seorang Mentri bisa melindungi Lautan. Seorang Jaksa membantu si Miskin.

Seorang Ulama menegakkan keadilan.

Seorang Buruh bekerja untuk anaknya.

Tapi, kenapa kata kata yang sering aku dengar malah berbeda.

Tapi, kenapa "Katanya" lebih sering kita dengar, lebih sering kita asumsikan.

Ini yang harus kita rubah, negeri ini hadir karna bersatunya orang orang berilmu, orang
orang kuat, orang orang yang tidak mudah dihasut, orang orang yang tidak hanya
mendengar "KATANYA".

Maka jadilah cerdas, kini "Katanya" diubah jadi lebih modern, mengikuti zaman.
Dinamakan Hoaks, Berita Bohong. Aku sarankan hindari itu semua, jadilah cermat
dalam memilih berita, pastikan bibit bebet bobotnya, dengan begitu Negeri ini tak perlu
ada perpecahan.

Medan, Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai