Natrium Hipoklorit PDF
Natrium Hipoklorit PDF
SODIUM HYPOCHLORITE
2. PENGGUNAAN (3,6)
Bahan kimia laboratorium dan zat industri.(3) Sodium hipoklorit merupakan bahan
utama dalam cairan pemutih. Zat ini digunakan secara luas sebagai zat pemutih
pada pakaian (tekstil), deterjen, industri kertas dan serbuk kayu (pulp) serta
digunakan juga sebagai zat pengoksidasi pada produk organik dalam industri
petrokimia, penyulingan produk minyak bumi. Pada jumlah besar digunakan juga
sebagai desinfektan dalam air dan pengolahan air limbah serta peralatan sanitasi.
Dalam pengolahan makanan, sodium hipoklorit digunakan untuk membersihkan
peralatan persiapan makanan, buah-buahan dan pengolahan sayuran, produksi
jamur, babi, dading sapi dan produksi unggas, produksi sirup maple dan
pengolahan ikan.
1
3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN
3.1. Organ Sasaran
Saluran pernapasan, kulit, mata, saluran pencernaan.
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
3.2.1.1. Terhirup (1,2,4,5)
Rasa terbakar, batuk, sulit bernafas, sesak nafas, sakit
tenggorokan.
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit (1,2,4,5)
Kontak yang terlalu lama dapat menyebabkan kemerahan,
nyeri, kulit terbakar, lecet.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata (1,2,4,5)
Kemerahan, nyeri, rasa terbakar.
3.2.1.4. Tertelan (1,2,4,5)
Nyeri perut, perasaan terbakar, syok atau pingsan, tidak
sadar, muntah, lidah hitam, lesu, bau pada napas,
pernapasan dangkal, bicara cadel, aspirasi paru, gangguan
elektrolit, asidosis metabolik, perubahan status mental, efek
kardiovaskular dan edema paru.
3.2.2. Paparan Jangka panjang
3.2.2.1. Terhirup (1,2,4,5)
Iritasi parah pada saluran pernapasan, kerusakan jaringan
dan edema paru.
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit (1,2)
Kontak yang terlalu lama dapat menyebabkan kemerahan,
nyeri, kulit terbakar, lecet, melepuh, eksim.
3.2.2.3. Kontak dengan Mata (1,2)
Korosif, kerusakan jaringan terutama pada selaput lendir
mata, radang mata yang ditandai dengan kemerahan, berair
dan gatal-gatal.
3.2.2.4. Tertelan (1)
Penurunan fungsi jantung, asidosis laktat, hipoperfusi
jaringan, hipotensi, iritasi saluran pernapasan parah dan
kematian.
2
4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan (1)
LD50 Oral, pada mencit : 5.800 mg/kg
(2,3)
4.2. Data Karsinogenik
Menurut IARC diklasifikasikan pada golongan 3 (tidak karsinogenik untuk
manusia).
4.3. Data Tumoregenik
Data tidak tersedia
(2)
4.4. Data Teratogenik
Data tidak tersedia
(2)
4.5. Data Mutagenik
Mutagenik untuk bakteri dan atau ragi (sodium hypochlorite).
3
6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN
6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (7)
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
6.2. Dekontaminasi
6.2.1. Dekontaminasi Mata (7)
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
- Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci
dengan sejumlah air bersih atau larutan NaCl 0,9% diguyur
perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk
setiap mata.
- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke
dokter mata.
(7)
6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)
- Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang
dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-
hati untuk tidak menghirupnya.
4
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal(1)
- Aspirasi nasogastrik
Direkomendasikan jika jumlah cairan bahan yang tertelan
bersifat toksik secara sistemik dan volumenya memadai untuk
diaspirasi. Namun karena prosedur ini dapat meningkatkan risiko
muntah dan terjadinya aspirasi paru, maka jalan napas pasien
harus dipastikan tetap terjaga. Perlu dipastikan juga
penempatan NGT yang akurat.
- Pemberian arang aktif tidak diindikasikan karena tidak cukup
menyerap zat ini dan akan mengganggu visibilitas jika endoskopi
diperlukan.
- Tidak boleh melakukan emesis (rangsang muntah) karena
berisiko menimbulkan paparan berulang pada kerongkongan
dari zat yang bersifat korosif dan/atau aspirasi, serta
peningkatan tekanan intraluminal yang diproduksi oleh emesis
5
Kebakaran 0 = Tidak dapat terbakar
Reaktivitas 0 = Tidak reaktif
6
8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS
8.1. Reaktivitas (2)
Senyawa ini secara kimiawi bersifat stabil. Diuraikan oleh karbon dioksida
dari udara. Perlahan-lahan terurai jika kontak dengan udara. Tidak stabil di
udara kecuali dicampur dengan natrium hidroksida. Kompatibel dengan
amina primer, asetonitril fenil, ethyleneimine, metanol, benzil sianida yang
diasamkan, asam format, urea, senyawa nitro, methylscellulose, celloluse,
aziridine, eter, amonia. Reaktif dengan bahan pereduksi, bahan yang
mudah terbakar, bahan organik, logam, asam. Terurai oleh air panas.
Sensitif terhadap cahaya. Paparan cahaya mempercepat penguraian.
8.2. Kondisi yang Harus Di Hindari (2)
Percikan api, udara, panas.
8.3. Bahan Tak Tercampurkan (2,3)
Tidak kompatibel dengan amonium asetat, amonium karbonat, amonium
nitrat, amonium oksalat dan amonium fosfat. (2) Asam kuat, bahan organik,
Serbuk logam, bereaksi hebat dengan garam amonium, aziridine, metanol,
dan phenylacetonitrile, kadang-kadang menyebabkan ledakan. Bereaksi
dengan alifatik primer atau amina aromatik yang akan membentuk n-
chloroamines yang bersifat eksplosif dan tidak stabil. Reaksi dengan asam
format menjadi eksplosif pada 55 °C.(3)
8.4. Dekomposisi (2)
Menghasilkan gas klorin yang bersifat toksik dan korosif (I) jika
dipanaskan dan kontak dengan asam. Pencampuran produk ini dengan
bahan kimia (misalnya amonia, asam, deterjen, dll) atau bahan organik
(misalnya urin, feses, dll) akan melepaskan gas klorin. Gas Chloramine
dapat berkembang ketika amonia dan pemutih dicampur.
8.5. Polimerisasi (2)
Tidak terpolimerisasi
7
9.2. Perlindungan Mata (3)
Kacamata pengaman dengan pelindung yang menutupi sebagian wajah
atau yang menutupi seluruh wajah jika ada kemungkinan terpercik bahan
kimia.
9.3. Pakaian (3)
Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia.
9.4. Sarung Tangan (3)
Sarung tangan yang tahan bahan kimia.
9.5. Respirator (3)
Kenakan pelindung pernapasan jika ventilasi tidak memadai. Kenakan
respirator partikel/ uap organik yang direkomendasikan NIOSH (atau yang
setara).