Anda di halaman 1dari 10

ISOOKTANA

ISOOCTANE

1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA


1.1. Golongan
Hidrokarbon
1.2. Sinonim/Nama Dagang (6)
Isooctane; isobutyltrimethylpentane; 2,2,4-trimethylpentane.
1.3. Nomor Identifikasi
1.3.1. Nomor CAS (4) : 540 – 84 – 1
(4)
1.3.2. Nomor EC : 601 – 009 – 00 – 8
1.3.3. Nomor RTECS (4) : SA3320000
1.3.4. Nomor UN (4) : 1262

2. PENGGUNAAN
Digunakan dalam menentukan bilangan oktan bahan bakar, sebagai pelarut. (2)

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN


3.1. Organ Sasaran
Sistem saraf pusat, paru-paru, mata, kulit. (1)
3.2. Rute Paparan
(6)
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
3.2.1.1. Terhirup
Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan
(hidung, tenggorokan, dan paru-paru) dengan gejala batuk,
bersin, napas pendek, dan edema paru. Kadar yang lebih
tinggi dapat menyebabkan “pneumonia kimiawi” dan dapat
menyebabkan pingsan dan henti napas. Dapat
mempengaruhi perilaku/sistem saraf pusat dan
menyebabkan efek narkotik pada konsentrasi tinggi (depresi
susunan saraf pusat – pusing, kantuk, koordinasi kurang,
kewaspadaan berkurang, sakit kepala, pingsan, koma, dan
mual.
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit
Dapat menyebabkan iritasi kulit.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata
Dapat menyebabkan iritasi mata.
3.2.1.4. Tertelan
Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan
dengan gejala mual, muntah dan diare. Dapat
mempengaruhi perilaku/sistem saraf pusat (depresi susunan
saraf pusat dengan gejala serupa dengan rute paparan
terhirup).
3.2.2. Paparan Jangka panjang
3.2.2.1. Terhirup (2)
Terpapar dalam jangka waktu lama dapat mengarah pada
efek kronik sistem saraf. Hidrokarbon terklorinasi dapat
menyebabkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin,
yang mengarah pada kardiak disritmia. Hidrokarbon
terhalogenasi juga menyebabkan hepatotoksik, nefrotoksik,
dan gangguan elektrolit.
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit (6)
Kontak dalam jangka waktu lama atau berulang dapat
menyebabkan kulit kehilangan lapisan lemak dan dermatitis.
3.2.2.3. Kontak dengan Mata (2)
Terpapar dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek
sistemik.
3.2.2.4. Tertelan (6)
Tertelan dalam jangka waktu lama atau berulang dapat
mempengaruhi ginjal dan hati.
4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan (2)
a. Dapat menyebabkan luka pada pulmonari jika terhirup ke dalam
paru-paru tikus.
b. Isooktana menyebabkan iritasi pada mencit setelah paparan
selama 5 menit sebanyak 1000 ppm. Henti napas terjadi saat fase
ekspirasi selama perpanjangan ekspirasi.
c. Toksisitas akut isooktana telah dilaporkan pada mencit. Pada
konsentrasi 16.000 ppm dapat menyebabkan henti napas pada
25% mencit yang umumnya terjadi setelah paparan selama 6
menit. Sementara itu, henti napas dapat terjadi setelah 3-4 menit
paparan dengan konsentrasi 32.000 ppm. Efek depresan susunan
saraf pusat dari isooktana kemungkinan terjadi pada konsentrasi
8000 – 10.000 ppm.
4.1.2. Data pada Manusia
Tidak tersedia data.
(5)
4.2. Data Karsinogenik
IARC: tidak ada komponen dalam bahan ini terdeteksi pada kadar yang lebih
besar atau sama dengan 0,1% sebagai kemungkinan pemicu atau terbukti
bersifat karsinogen pada manusia.
4.3. Data Tumoregenik
Tidak tersedia data.
4.4. Data Teratogenik
Tidak tersedia data.
4.5. Data Mutagenik
Tidak tersedia data.

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN


5.1. Terhirup (1, 3)
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan
jika dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.
5.2. Kontak dengan Kulit (1, 3)
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.
Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya
selama 15-20 menit. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
5.3. Kontak dengan Mata (1, 3)
Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20
menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
5.4. Tertelan (1, 3)
Jika tertelan berpotensi menimbulkan aspirasi, dapat masuk dan merusak
paru. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Cuci
mulut dan jangan menginduksi muntah. Jangan memberikan apapun melalui
mulut pada korban yang pingsan. Jika terjadi muntah, posisikan korban agar
condong ke depan.

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN


6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (8)
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi
ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin
cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
6.2. Dekontaminasi
6.2.1. Dekontaminasi Mata (8)
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan
miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
- Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur
perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk
setiap mata.
- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter
mata.
(8)
6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)
- Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang
dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-
hati untuk tidak menghirupnya.
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal (2)
Dekontaminasi gastrointestinal tidak direkomendasikan karena dapat
menyebabkan risiko aspirasi.
Penatalaksanaan di rumah sakit:
Jika pasien menelan bahan dalam jumlah banyak yang
menyebabkan toksisitas sistemik, dapat dilakukan aspirasi gastrik
menggunakan tube NG kecil. Karbon aktif tidak boleh digunakan
karena tidak efektif menyerap hidrokarbon dan meningkatkan risiko
muntah dan aspirasi.
6.3. Antidotum (2)
Tidak ada antidotum spesifik.
7. SIFAT FISIKA KIMIA
7.1. Nama Bahan
2,2,4-trimetilpentana
7.2. Deskripsi (1, 2, 4, 6)
Cairan jernih tidak berwarna dan berbau seperti bensin; berat molekul
114,23; titik didih 98-99oC; titik leleh -107oC; kerapatan relatif 0,69 (air = 1);
berat jenis 0,69194 pada 20oC/4oC; tekanan uap 5,4 kPa (pada 20oC);
kerapatan uap 3,93 (udara = 1). Kelarutan: praktis tidak larut dalam air;
sedikit larut dalam alkohol absolut; larut dalam benzen, toluen, xilene,
kloroform, eter, karbon disulfida, karbon tetraklorida, dimetilformamida
(DMF) dan minyak kecuali minyak jarak; larut dalam aseton dan heptana.
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan
7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4) (2, 6)
Kesehatan 0 = tidak berbahaya
Kebakaran 3 = Sangat mudah terbakar
Reaktivitas 0 = Tidak reaktif
(1, 4)
7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan)
R11 = Sangat mudah menyala
R38 = Mengiritasi kulit
R65 = Berbahaya, dapat menyebabkan kerusakan paru jika
tertelan
R67 = Uap bahan dapat menyebabkan kantuk dan pusing
R50/53 = Sangat beracun bagi organisme perairan, dapat
menyebabkan efek yang merugikan jangka panjang di
lingkungan perairan
S2 = Jauhkan dari jangkauan anak-anak
S9 = Letakkan wadah di tempat yang berventilasi baik
S16 = Jauhkan dari sumber nyala-dilarang merokok
S29 = Jangan dikuras sampai kosong
S33 = Ambil tindakan pencegahan untuk meniadakan muatan
listrik statis
S60 = Bahan ini dan wadahnya harus dibuang sebagai limbah
berbahaya
S61 = Hindari pembuangan ke lingkungan. Rujuk pada lembar
data keamanan/instruksi khusus
S62 = Jika tertelan jangan dimuntahkan; segera bawa ke
dokter dan tunjukkan wadah ini atau label
7.3.3. Klasifikasi GHS (Pernyataan Bahaya dan Kehati-hatian) (5)
Pernyataan Bahaya
H225 = Cairan dan uap sangat mudah terbakar
H304 = Fatal jika tertelan dan masuk ke dalam jalan napas
H315 = Menyebabkan iritasi kulit
H336 = Dapat menyebabkan kantuk dan pusing
H410 = Sangat beracun bagi organisme perairan dengan efek
jangka panjang
Pernyataan Kehati-hatian
P210 = Jauhkan dari panas/percikan api/sumber nyala
api/permukaan yang panas-dilarang merokok
P261 = Hindari menghirup debu/asap/gas/kabut/uap/percikan
bahan
P273 = Hindari membuang bahan ke lingkungan
P301+P310 = JIKA TERTELAN: segera hubungi pusat informasi
keracunan atau dokter/tenaga kesehatan lain
P331 = Jangan menginduksi muntah
P501 = Buang isi/wadah ke tempat pembuangan limbah yang
telah disetujui

8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS


8.1. Reaktivitas
Stabil pada suhu ruangan dalam wadah tertutup di bawah kondisi dan
(1)
penanganan yang normal.
8.2. Kondisi yang Harus Di Hindari
Panas, sumber nyala (nyala api, percikan, listrik statis), suhu ekstrim dan
cahaya matahari langsung. (5, 6)
8.3. Bahan Tak Tercampurkan
Oksidator kuat, reduktor, asam kuat, basa kuat. (1, 6)
8.4. Dekomposisi
Produk dekomposisi yang berbahaya: karbon monoksida, karbon
dioksida.(1)
8.5. Polimerisasi
Tidak terpolimerisasi. (1, 6)

9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI


9.1. Ventilasi
Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Sediakan ventilasi
(1)
yang memadai di tempat penyimpanan atau ruangan tertutup.
9.2. Perlindungan Mata
Kacamata pengaman dengan pelindung bagian sisi wajah atau kenakan
(1)
penutup seluruh wajah jika ada kemungkinan terpercik bahan kimia .
Sediakan kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras dekat
dengan tempat kerja (6).
9.3. Pakaian
(12)
Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia . Perlindungan
tubuh disesuaikan dengan aktivitas serta kemungkinan terjadinya
paparan, misalnya pelindung kepala, apron, sepatu boot, pakaian yang
tahan bahan kimia (1).
9.4. Sarung Tangan
Sarung tangan yang tahan bahan kimia.
9.5. Respirator
Kenakan pelindung pernapasan jika ventilasi tidak memadai. Kenakan
respirator partikel/ uap organik yang direkomendasikan NIOSH (atau yang
setara). (5)
10. DAFTAR PUSTAKA
1. http://fscimage.fishersci.com/msds/28270.htm (Diunduh Agustus 2013)
2. http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/search/f?./temp/~a7GYrv:1 (Diunduh
Agustus 2013)
3. http://www.cdc.gov/niosh/ipcsneng/neng0496.html (Diunduh Agustus 2013)
4. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0496.htm (Diunduh Agustus
2013)
5. http://www.sigmaaldrich.com/MSDS/MSDS/DisplayMSDSPage.do?country=G
B&language=en&productNumber=34862&brand=SIAL&PageToGoToURL=htt
p%3A%2F%2Fwww.sigmaaldrich.com%2Fcatalog%2Fproduct%2Fsial%2F34
862%3Flang%3Den (Diunduh Agustus 2013)
6. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927418 (Diunduh Agustus
2013)
7. https://www.spectrumchemical.com/MSDS/TCI-T0715.pdf (Diunduh Agustus
2013)
8. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001
Health Hazard Flame Exclamation Mark

 Carcinogen  Flammables  Irritant (skin and eye)


 Mutagenicity  Pyrophorics  Skin Sensitizer
 Reproductive Toxicity  Self-Heating  Acute Toxicity
 Respiratory Sensitizer  Emits Flammable  Narcotic Effects
 Target Organ Toxicity Gas  Respiratory Tract Irritant
 Aspiration Toxicity  Self-Reactives  Hazardous to Ozone Layer (Non-
 Organic Peroxides Mandatory)

Gas Cylinder Corrosion Exploding Bomb

 Gases Under  Skin  Explosives


Pressure Corrosion/Burns  Self-Reactives
 Eye Damage  Organic Peroxides
 Corrosive to Metals

Flame Over Circle Environment Skull and Crossbones


(Non-Mandatory)

 Oxidizers  Acute Toxicity (fatal or toxic)

 Aquatic Toxicity

For more information:

Occupational
Safety and Health
Administration

U.S. Department of Labor


www.osha.gov (800) 321-OSHA (6742)

OSHA 3491-02 2012

Anda mungkin juga menyukai