Anda di halaman 1dari 18

a.

Wawasan nusantara sebagai nasional Indonesia

Dari sekian banyak pengertian tentang wawasan nusantara tersebut di atas maka sewasa ini, yang di
gunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar wawasan nusantara ialah bahwa wawasan nusantara adalah
Geopolitik Indonesia, dalam pengertian : cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungan yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan
nasional untuk mencapai tujuan nasional : (Lenhanmas, pendidikan kewarganegaraan, 2000: 77).

b. Landasan wawasan nusantara

1) Landasan Idil

Adalah Pancasila, dalam kedudukan sebagai Falsafah, Pandangan Hidup, Ideologi dan Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia

2) Landasan Konstitusional

Adalah UUD 1945, dalam kedudukan sebagai : Hukum Dasar, Hukum Dasar Tertulis, Sumber Hukum
Tertinggi, Sumber Tertib Hukum Nasional dan alat control bagi produk hukum yang lebih rendah
tingkatannya.

3) Landasan Perjuangan

Adalah : Ketahanan Nasional Indonesia, dalam kedudukannya sebagai kondisi dinamis yang
mengandung kemampuan dan kekuatan untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa, Negara dan
tujuan perjuangannya.

c. Unsur Dasar Wawasan Nusantara

1) Wadah (CONTOUR)

Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, meliputi seluruh wilayah Indonesia yang
memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk dan beraneka ragam budaya, ialah
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, setelah bernegara dalam bentuk NKRI, maka
bangsa Indonesia memiliki Organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan kehidupan
bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam wujud infrastruktur politik.

2) Isi (CONTENT)

Isi adalah, aspirasi bangsa yang berkembang dalam masyarakat, cita- cita serta tujuan yang
diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa dalam aspirasi yang berkembang
didalam masyarakat maupun cita- cita dan tujuan nasional tersebut, maka bangsa Indonesia harus
mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dan pertahanan nasional berupa :
Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan pertahanan keamanan, sehubungan dengan hal itu, maka isi
wawasan nusantara, menyangkut 2 hal essensial, sebagai berikut:
. Realisasi Aspirasi Bangsa sebagai kesepakatan bersama bagi perwujudan/ pencapaian cita- cita dan
tujuan nasional.

. Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan nasional

3) Tata Laku (CONDUCT)

Tata laku, merupakan hasil interaksi antara "Wadah dan Isi", yang terdiri dari kata laku bhatiniah dan
tata laku lahiriah.

Tata Laku Bhatiniah mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia.

Tata Laku Lahiriah, mencerminkan dalam tindakan perbuatan, dan perilaku bangsa Indonesia.

Tata Laku Bhatiniah dan Lahiriah, mencerminkan ldentitas, Jati Diri/ Kepribadian dari bangsa Indonesia,
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air, bangsa dan
Negara.

4. Hakekat Wawasan Nusantara Adalah persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan dan kesatuan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam segala aspeknya.

5) Aspek Wawasan Nusantara

. Kepentingan yang sama

Kepentingan yang paling fundamental adalah kelangsungan hidup bangsa dan Negara, antara lain
berupa : disintegrasi nasional dan dari luar negeri, seperti isu- isu global, harus dihadapi dengan
berbagai cara (fisik dan non fisik).

.Tujuan yang sama

Tercapainya kesejahteraan, kemakmuran, kedamaian dan rasa aman yang lebih dari keadaan
sebelumnya.

. Keadilan

Menikmati kesejahteraan kemakmuran sesuai dengan adil, jerih payah, usaha dan kegiatan baik yang
bersifat perorangan, golongan kelompok maupun daerah.

. Kejujuran

Berani berpikir, berkata dan berbuat, bertindak sesuai dengan

realitas, aturan/ ketentuan yang benar, meskipun pahit dirasakan dan kurang enak didengarnya tetapi
demi kebenarannya dan kemajuan Negara maka hak itu harus dilakukan

. Solidaritas atau setiakawan


Perlu rasa setia kawan, saling memberi dan menerima tanpa

meninggalkan karakter budaya masing- masing

. Kerjasama

Adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan atas

kesetaraan, sehingga tercapai kerka kelompok (kecil maupun besar demi terciptanya sinergi yang lebih
baik.

.Kesetiaan

Kesetiaan terhadap kesepakatan/ ikthiar bersama artinya, setia

dan memegang teguh akan kesepakatan bersama untuk menjadi bangsa dan mendirikan Negara
Indonesia yang dicetuskan dan dirintis sejak kebangkitan nasional tanggal 20 mei 1908.

. Arah Pandang Wawasan Nusantara

- Arah Pandang ke Dalam:

Bertujuan menjamin perwujudan persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, baik aspek
alamiah maupun aspek sosial.

Arah pandang ini mengandung makna bahwa, bangsa Indonesia harus peka dan berusaha untuk
mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor- faktor penyebab disintegrasi bangsa yang harus tetap
terbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.

- Arah Pandang ke Luar:

Ditujukkan bagi tercapainya tujuan nasional dalam dunia yang serba berubah dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Mengembangkan suatu kerja sama internasional yang saling menghargai dan menghormati kedaulatan
masing- masing. Arah pandang ini, mengandung makna bahwa: bangsa Indonesia dalam segala aspek
kehidupan internasional harus berusaha untuk mengamankan kepentingan nasional dalam semua
matranya (ipoleksos Budhankam) demi tercapainya tujuan nasional sesuai amanat Pembukaan UUD
tahun 1945.

. Kedudukan Wawasan Nusantara 1) Kedudukan Wawasan Nusantara - Wawasan Nusantara sebagai


wawasan nasional Indonesia -Wawasan Nusantara dalam paradigm Nasional dapat dilihat dari
strafikasinya sebagai berikut:

a. Pancasila sebagai falsafah, pandangan hidup, ideology bangsa dan dasar Negara.

b. UUD 1945, sebagai landasan konstitual.


c. Wawasan Nusantara sebagai visi Nasional, berkedudukan sebagai landasan Visional.

d. Ketahanan Nsional, sebagai konsepsi nasional berkedudukan sebagai landasan Konsepsional.

e. GBHN sebagai : Dasar Nasional, berkedudukan sebagai: Landasan Operasional.

Paradigm perundang- undangan; paradigm Nasional secara struktural dan fungsional mewujudkan
keterkaitan hirarkis pyramidal dan secara instrumental mendasari kehidupan nasional yang berdimensi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

konsepsi

nasional

ancasila

LANDASAN IDILL

Landasan Konstisional

UUD 1945/ (Konstitusi Negara)

Landasan Visional

Ketahanan Nasional Visi Bangsa dan

/ Garis- Garis Besar Haluan Negara Kebiiakan Dasar Bangsa dan Negara

Konseptional Landasan Operational

2) Fungsi Wawasan Nusantara Sebagai pedoman, dorongan dan motivasi serta rambu-rambu di dalam
menentukan segala kebijakan, keputusan, tindakan dan perbuatan, baik bagi seluruh rakyat/ masyarakat
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3) Tujuan Wawasan Nusantara Bertujuan: Mewujudkan Nasionalisme yang tinggi pada

segala aspek kehidupan rakyat yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan
perseorangan, kelompok, golongan, suku, bangsa, aliran atau daerah. Kepentingan —kepentingan
primordial tersebut, sama sekali tidak dihilangkan/ dihapuskan, melainkan tetap dihargai dan
diperhatikan sepanjang tidak bertentangan dan atau membahayakan keutuhan, keselamatan,
kepentingan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara. Nasionalisme yang tinggi yang tumbuh
kembangkan dari rasa kebangsaan, paham kebangsaaan dan semangat kebangsaaan yang bersemayam
dalam jiwa rakyat Bangsa Indonesia.

2. SASARAN IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA DALAM KEHIDUPAN NASIONAL

2.1 Dalam Kehidupan Politik


Penciptaan iklim penyelenggaraan Negara yang sehat dan dinamis, hal itu akan tampak dalam wujud
pemerintahan yang kuat, aspiratif dan terpercaya, yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan
rakyat.

2.2 Dalam Bidang Ekonomi

Penciptaan tatanan ekonomi yang mampu pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara merata dan adil di samping itu, tatanan ekonomi mencerminkan tanggung
jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara
timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

2.3 Dalam Kehidupan Sosial Budaya

Penciptaan sikap batiniah dan lahiriah, yang mengikuti dan menerima dan menghormati segala bentuk
perbedaan atau bhinekaan sebagai kenyataan yang hidup disekitarnya sekaligus merupakan karunia dari
TYME, penciptaan suasana kehidupan bermasyarakat dan bangsa yan rukun dan bersatu tanpa
membedakan suku, asal- usul daerah, agama dan kepercayaan yang di anut serta golongan berdasarkan
status sosialnya.

2.4 Dalam Kehidupan Pertahanan Keamanan

Menumbuhkembangkan kesadaran bela Negara, cinta tanah air dan bangsa yang lebih lanjut akan
membentuk sikap bela Negara pada setiap individu warga Negara Indonesia: kesadaran dan sikap cinta
tanah air dan bangsa serta Negara ini, akan menjadi modal utama yang akan menggerakan partisipasi
aktif dan pro aktif setiap warga Negara Indonesia guna menghadapi dan mengatasi dan mengantisipasi
sedini mungkin setiap ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan darimana dan kapanpun
datangnya yang bertujuan membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan Negara Indonesia guna
menghadapi, mengatasi, serta mengantisipasi sedini mungkin setiap ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan atau setiap gejala bentuk dan skala sekecil apapun serta darimana dan kapan datangnya yang
bertujuan membahayakan kesatuan dan kedaulatan Negara.

3. PERMASYARAKATAN/ SOSIALISASI WAWASAN NUSANTARA

3.1 Menurut sifat atau cara penyampaiannya

a. Langsung: ceramah, diskusi, dialog dan tatap muka.

b. Tidak langsung: media elektronik dan cetak

3.2 Menurut metode penyampaiannya keteladanan, edukasi, komunikasi dan integrasi/ pembaharuan

4. TANTANGAN IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA

4.1 Pemberdayaan Masyarakat

a. Masih terbatas kualitas SOM


b. Konsidi Nasional

Masih adanya krisis, mulai dimensi dan matra yang belum memperlihatkan tanda-tanda berakhir

4.2 Dunia tanpa batas

a. Globalisasi IPTEKS yang menghapus batas-batas non fisik antar Negara

b. Isu- isu global (Demokratisasi, Hak Asasi Manusia), merupakan bentuk penjajahan baru, terutama bagi
Negara-Negara yang sedang berkembang seperti: NKRI

4.3 Era Baru kapitalisme

Terutama dalam bentuk liberasasi perdagangan yang melahirkan kompentensi kualitas barang atau jasa
dan harga.

4.4 Kesadaran warga Negara Adanya kesadaran warga Negara yang cenderung membela kepentingan
kelompok, suku, daerah, golongan dan aliran daripada bela bangsa dan

Negara.

III. KEGIATAN EVALUASI

a. PETUNJUK KERJA

Diskusikanlah pertanyaan- pertanyaan berikut ini dalam kelompok belajar/ diskusi anda, kemudian
melaporkan hasilnya di pertemuan mendatang

b. PERTANYAAN- PERTANYAAN

1. Jelaskanlah secara singkat dengan kata- kata sendiri mengenai pengertian wawasan nusantara, dari
segi : terminologis, historis, yuridis dan ilmiah !

2. Bagaimana pandangan bangsa Indonesia tentang : perang, damai dan geopolotik?

3. Sebutkan 4 buah dasar atau aspek pemikiran yang melatarbelakangi filosofi wawasan nusantara!

4. Makna apa saja yang terkandung dalam setiap sila yang menjadi latar belakang pemikiran filosofi
wawasan nusantara

IV. SUMBER BAHAN PUSTAKA

1. Budiarto, M, 1980. Wawasan Nusantara dalam perundang- undangan Negara Republik Indonesia,
Jakarta: Ghalilea Indonesia.

2. Depertemen luar negeri, 1986. Wawasan Negeri Nusantara dan Hukum Laut Internasional, Jakarta;

3. Kusumaatmadja, mochtar. 1983. Prinsip Nusantara dan Hukum Laut Indonesia Dewasa ini. Jakarta :
Lemhamnas;
4. Munadjat, Danusaputro, 1978. Wawasan Nusantara Dalam Politik dan Hukum, Bandung: Alumi.

BAB VIII

KETAHANAN NASIONAL

I. KOMPETENSI DASAR

Pada akhir kegiatan perkuliahan tatap muka ketiga belas, mahasiswa diharapkan mampu melakukan hal-
hal sebagai berikut:

a. Menjelaskan secara singkat, tuntas dan dengan rumusan kata- kata sendiri mengenai pengertian
ketahanan Nasional dari segi etimologis, yudiris dan ilmiah.

b. Menjelaskan secara singkat, historis dan factual latar belakang perlunya ketahanan Nasional
Indonesia.

c. Mengungkapkan secara factual dan actual kondisi umum Ketahanan Nasional Indonesia Dewasa ini.

d. Menganalisis konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia dari segi : pokok- pokok pikiran yang melandasi,
pengertian hakekat, asas dan sifat- sifatnya.

e. Mendeskripsikan/ menggambarkan pengaruh Isu Global (Demoktatisasi, Hak Asasi Manusia dan
Lingkungan Hidup) Terhadap Ketahanan Nasional Indonesia Dalam Aspek Ideologi, Politik, Sosial Budaya,
Aspek Pertahanan Keamanan.

II. MATERI SAJIAN

A. ISTILAH DAN PENGERTIAN

I. ISTILAH

Terdapat beberapa istilah yang mengandung pengertian yang hampir sama, namun tak serupa dengan
istilah ketahanan nasional, istilah-istilah tersebut adalah National Defences = Pertahanan Nasional,
National Power=Kekuatan Nasional, dan National Endu- Rence/ National Resistence = Perlawanan
Nasional, dan National Reslliance=Ketahanan Nasional. Demikian halnya, karena menurut pandangan
bangsa Indonesia istilah-istilah lainnya itu, mengandung benih dan ekspansi yang bertentangan dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
2. PENGERTIAN DAN KETAHANAN NASIONAL

2.1 Pengertian Terminologi

Perkataan Ketahanan Nasional terdiri dari kata- kata: ketahanan dan nasional, ketahanan berasal dari
kata "ahan' = tabah, ulet, tangguh, bersabar dalam penderitaan, tidak putus asa, pantang menyerah
setelah di eri 'ke' dan akhiran 'an' atau ketahanan diartikan sebagai : Perihal tahan, ulet, tangguh,
bersabar, bertahan dalam menghadapi penderitaan, ujian dan cobaan dan perkataan Nasional yang
berarti : Bangsa yang hidup dalam bentuk Negara atau Bangsa yang sudah bernegara, yang sering
disebut : Negara Bangsa. Jadi ketahanan nasional secara terminologis dapat diartikan sebagai perihal
bertahan di dalam menghadapi/ mengatasi ujian, cobaan dan krisis didalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (Lenhamnas dan Dikti, 1980 : 42).

2.2 Pengertian Yudiris Formal

Ketahanan Nasional, untuk pertama kalinya mendapat pengukuhan yudiris formal melalui ketetapan
MPR RI pada tanggal 22 maret 1973 dalam ketetapan Nomor, IV/MPR/1973, selanjutnya diatur lebih
lanjut secara berurutan dalam ketetapan MPR, Nomor II/MPR/1978, Nomor II/MPR/1983, Nomor
II/MPR/1988, Nomor II/MPR/1993 dan Nomor II/MPR/1998. Didalam ketetapan- ketetapan MPR RI
tersebut diatas, khususnya dalam Bab II Sub E, ketahanan Nasional dirumuskan pengertiannya
demikian : Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integritas dari kondisi tiap aspek
kehidupan tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara, pada hakekatnya ketahanan nasional adalah
Kemampuan dan Ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju
kejayaan bangsa dan Negara (GBHN tahun 1973 s/d tahun 1998).

2.3 Pengertian Ilmiah

Ketahanan Nasional sebagai salah satu cabang pengetahuan atau Ilmu Bangsa Indonesia (Indologi) yang
ditumbuhkembangkan dari

pengalaman sejarah dan kepribadian Bangsa Indonesia sendiri, sejak tahun 1960-an dirumuskan
pengertiannya secara ilmiah sebagai berikut :"Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa,
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari
dalam negeri yang langsung maupun tidak langsung atau membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan Nasionalnya
(Lemhanmas dan Dikti 1972 : 46, 1992 :60, 1997 : 16)

B. LATAR BELAKANG DAN KONDISI KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

1. LATAR BELAKANG
1.1 Bahwa untuk menghindari terulangnya pengalaman sejarah yang pahit getir pada masa lalu serta
untuk menghadapi, mengatasi dan mengantisipasi peluang dan tantangan masa depan yang kini
mengglobal, maka bangsa Indonesia mutlak memerlukan suatu kondisi dinamis vang berisikan keuletan
dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional yang berkualitas,
komphetitif dan handal dalam segala kondisi, situasi dan tempat yang siap.

1.2 Indetitas, integrasi kelangsungan hidup dan perjuangan mencapai tujuan Nasional telah
diamanatkan oleh dan didalam Pembukaan UUD 1945, yaitu untuk mewujudkan Negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, dalam wadah Negara kesatuan RI yang secara padat
dengan istilah Masyarakat Madani untuk merealisasikan amanat tersebut sangat dibutuhkan suatu
konsepsi pengaturan dan sangat di butuhkan suatu konsepsi pengaturan dan bernegara yang
ditumbuhkembangkan dari Falsafah dan pandangan hidup bangsa sendiri.

1.3 Cita- cita bangsa Indonesia itu, kemudian dirumus- rincikan lebih lanjut dalam alinea ke- empat
pembukaan UUD 1945, menjadi tujuan Nasional Negara Bangsa Indonesia, yang mencakup aspek-
aspek:

.Keamanan, yang berarti : pemerintah harus melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia.

. Kesejahteraan, yang berarti pemerintah berkewajiban memajukan kesejahteraan umum dan


mencerdaskan kehidupan bangsa.

. Ketertiban Dunia, pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social: (Bessie. 2001 : 38)

1.4 Dalam rangka pengejawatahan amanat UUD 1945 itu, maka bangsa Indonesia harus secara terus-
menerus mengadakan komunikasi, interaksi dan interlasi dengan berbagai pihak (nasional, regional dan
internasional) dalam proses interaksi dan interlasi ini, akan selalu timbul dampak positif dan negatif
dalam model dan modus : ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari dalam dan luar negeri.
Secara langsung maupun tidak langsung membahayakan sendi-sendi kehidupan bangsa dan Negara,
untuk dapat mengatasi dan mengantisipasi pengaruh- pengaruh tersebut, mutlak diperlukan suatu
ketahanan nasional yang kualitatif, orientatif, dan antisipatif (Lemhanman, 2000 : 42).

1.5 Ketahanan Nasional Indonesia , merupakan upaya konseptual yang mengandung elemen-elemen
mendasar, yaitu : kondisi, keuletan, ketangguhan, kemampuan dan kekuatan untuk:

.Mempertahankan identitas, integritas, kelangsungan hidup

bangsa dan Negara dan perjuangan hidup bangsa dan Negara dan perjuangan mewujudkan cita- cita dan
tujuan nasional

.Mengembangkan kehidupan bangsa dan negara dan


mengantisipasi perubahan dan perkembangan global dalam segenap aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (Lemhamnas dan Dikti. 1997: 48).

1.6 Bahwa kondisi kehidupan nasional adalah pencerminan ketahanan nasional yang berlandaskan
Pancasila (Landasan Idil) UUD 1945 (Landasan Konstitusional) dan Wawasan Nusantara (Landasan
Visional) sehingga Ketahanan Nasional adalah kondisi yang harus

dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kesatuan Rl.

A. Kondisi Umum Ketahanan Indonesia

Secara eksplisit teridentifikasi dalam GBHN tahun 1999- 2004, secara garis besar, sebagai berikut:

2.1 Kondisi Umum Bidang Politik 2.1.1 Bahwa kokohnya Negara Kesatuan RI Indonesia sejak proklamasi
kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945, merupakan berkat dan rahmat TYE seluruh Indonesia, menjadi
dasar bagi pelaksanaan pembangunan disegala bidang kehidupan.

2.1.2 sekalipun seluruh rakyat, penyelengaraan Negara dan para pemimpin pemerintah serta segenap
potensi bangsa telah berusaha menegakkan dan melestarikan NKRI, namun masih tetap ada saja
ancaman, tantangan, hambatan, serta gangguan terhadap keutuhan NKRI.

2.1.3 Kemajemukan yang rentan konflik, otonomi daerah yang pelaksanaannya masih diwarnai dengan
pro- kontra, kebijakan yang masih cenderung sentralistik serta ketidak-adilan yang dipicu oleh hasutan
dan pengaruh gejolak politik internasional dapat mendorong terjadinya disintegrasi bangsa.

2.1.4 Penyelenggaraan Negara yang menyimpan dari ideology pancasila dan mekanisme pancasila UUD
1945, telah mengakibatkan ketidakseimbangan kesatuan diantara lembaga- lembaga demokrasi dan
citra kemerdekaan yang ditandai dengan berlangsungnya kekuasaan yang bercorak KKN, sehingga
terjadi krisis multi dimensi dan multi matra yang belum memperlihatkan tanda- tanda berakhir.

2.1.5 Dibidang hukum terjadi perkembangan yang contrivesial, disatu pihak , produk materi hukum,
pembinaan aparatur hukum, kesadaran hukum, mutu pelayanan serta tidak adanya kepastian dan
keadilan hukum, sehingga mengakibatkan supremasi hukum belum dapat ditegakkan.

2.1.6 Tekad untuk memberantas segala bentuk penyelewengan sesuai tuntutan reformasi, seperti : KKN,
kejahatan, ekonomi, keuangan dan penyalahgunaan kekuasaan belum diikuti dengan langkah- langkah
nyata dengan kesungguhan pemerintah serta aparat penegak hukum dalam menetapkan dan
menegakkan hukum, terjadi campur tangan dalam proses peradilan, tumpang tindih dan keracacuan
hukum, mengakibatkan terjadinya krisis keadilan dan hukum.

2.1.7 Kondisi hukum demikian, mengakibatkan perlindungan, penghormatan dan penegakan HAM di
Indonesia, masih sangat prihatin, hal itu ditandai dengan adanya berbagai pelanggaran HAM, antara lain
dalam bentuk tindakan kekerasan, diskriminasi dan kewenang- wenangan.
2.1.8 Pelaksanaan politik luar negeri yang lemah, antara lain dikarenakan tingginya ketergantungan pada
pinjaman dan bantuan luar negeri, mengakibatkan turunnya posisi tawar Indonesia dalam percaturan
politik Internasional.

2.1.9 Tekad dan semangat untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan, keluarga, kebersamaan
dan kegotong- royongan masyarakat menurun, sebagai akibat pertentangan elit politik baik tingkat
pusat maupun daerah yang diikuti dengan mencatatnya kecenderungan pengutamaan kepentingan
golongan dan konflik horisontal di berbagai bidang.

2.2 Kondisi Umum di Bidang Ekonomi

2.2.1 Pembangunan di Indonesia, terjadi krisis yang diawali dengan krisis moneter yang kemudian
merambat ke sector-sector lainnya, Usaha mengatasi krisis Ekonomi beserta dampak yang ditimbulkan,
telah dilakukan melalui reformasi dibidang Ekonomi akan tetapi hasilnya tidak/ belum memadai karena:

.Penyelenggara Negara selama ini, dilakukan atas dasar kekuasaan

terpusat dengan campur tangan pemerintah yang terlalu besar sehingga kekuatan ekonomi tidak berada
ditangan rakyat dan mekanisme pasar tidak berfungsi secara efektif.

.Kesenjangan ekonomi yang meliputi kesenjangan antara pusat dan daerah, antar pelaku, antar
golongan pendapatan telah meluas keseluruh aspek kehidupan sehingga struktur menjadi tidak kuat
yang ditandai dengan berkembangnya monopoli serta pemusatan kekuatan ekonomi ditangan segelintir
orang/ masyarakat dan daerah tertentu.

2.2.2 Pengangguran semakin meningkat dan meluas, Hak dan perlindungan tenaga kerja belum
terwujud, jumlah penduduk miskin bertambah dan derajat kesehatan masyarakat menurun drastic,
gejala bahkan makin menguat dengan terdapatnya kasus kurang gizi dikalangan pendudukan usia balita,
yang dapat mengakibatkan tumbuhnya generasi yang kualitas fisik dan inteleknya rendah.

2.2.3 Konsep pembangunan yang berkelanjutan telah diletakkan sebagai kebijakan nasional, namun
dalam pengalaman praktek kebijakan nasional, namun dalam pengalaman praktek selama ini, justru
terjadi pengelolahan sumber daya alam yang tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan
lingkungan yang mengganggu kelestarian umum.

2.3 Kondisi Umum Bidang Sosial Budaya

2.3.1 Konflik social yang menguatkan gejala disitegrasi diberbagai daerah seperti di Maluku, Poso,
Sambas, dan dll, merupakan gangguan bagi keutuhan NKRI yang kalau tidak segera ditanggulangi akan
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan Negara, khusus bagi daerah istimewa aceh dan irian jaya,
hal- hal tersebut, merupakan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat, yang perlu segera
dikoreksi dengan cepat.

2.3.2 Dibidang pendidikan, masalah yang dihadapi adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang
bermutu bagi pengembangan watak dan pribadi peserta didik, yang mengakibatkan hilangnya
kepribadian serta kesadaran akan makna hakiki kehidupan. Mata pelajaran yang berorientasi akhlak,
moralitas serta pendidikan agama kurang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pengalaman untuk
menjadi corak kehidupan sehari-hari, karena masyarakat cenderung kurang memiliki kepekaan yang
cukup untuk membangun toleransi, kebersamaan, kekeluargaan, khususnya menyadari keberadaan
masyarakat yang pluralistic.

2.3.3 Pengembangan dan penerapan IPTEK belum dimanfatkan secara berarti dalam kegiatan ekonomi,
social budaya sehingga memperkuat kemampuan Indonesia dalam menghadapi kerjasama dan
persaingan global. 2.3.4 Kehidupan beragama belum menjaminkan kualitas keimanan dan ketaqwaan
terhadap TYME bagi masyarakat, merebaknya penyakit social, KKN, dan sejenisnya, kriminalitas,
pemakaian obat terlarang, perilaku formal, kehidupan keagamaan dan perilaku realitas keseharian.

2.3.5 Status perempuan dalam masyarakat masih bersifat sub koordinatif dan deskriminatif, belum
merupakan mitra kerja/ sejajar dengan kaum lelaki, yang tercermin pada sedikitnya jumlah perempuan
yang menempati posisi strategis dalam pemerintahan (Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif) serta dalam
masyarakat walaupun merupakan jumlah yang terbesar 2.3.6 Penurunan dan kualitas diri, terjadi juga
dalam generasi muda mengalami hambatan sehingga pada akhirnya menghambat proses kaderasasi
bangsa.

2.4 Kondisi Umum Bidang Pertahanan Keamanan

2.4.1 Pembangunan dibidang HANKAM telah menunjukkan kemajuan, meskipun masih mengandung
kelemahan, kepercayaan masyarakat terhadap Aparatur TNI dan POLRI melemah, antara lain :
digunakan sebagai alat kekuasaan, meningkatnya gangguan keamanan dan ketertiban, terjadinya
kerusuhan massal dan berbagai pelanggaran HAM.

2.4.2 Adanya upaya-upaya terselubung yang berusaha mendiskreditkan gangguan keamanan dan
ketertiban, terjadinya kerusuhan massal dan berbagai pelanggaran HAM.

2.4.3 Masih sangat minimalnya jumlah personal TNI dan POLRI yang tidak sebanding dengan luasnya
wilayah Yuridiksi nasional dan jumlah penduduk (+215 juta jiwa) merupakan kendala tersendiri dalam
melaksanakan tugas pertahanan keamanan.

C. KONSEPSI DASAR KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

1. POKOK- POKOK PIKIRAN

Yang melandasi ketahanan nasional Indonesia, dikembangkan dari hasil analisis manusia budaya,
falsafah, ideology dan pandangan Hidup bangsa wawasan nasional dan pendekatan yang mengandung
kebenaran Aksiomatis.

1.1 Manusia berbudaya

Adalah makhluk ciptaan TYME paling tinggi harkat, martabat dan derajatnya, memiliki beragam
kebutuhan hidup (rohani dan jasmani) kebutuhan hidup paling pokok adalah kelangsungan hidup, untuk
memenuhi kebutuhan hidup, maka manusia harus berusaha, berinteraksi dan mengadakan hubungan-
hubungan antara lain sebagai berikut:

.Dengan Tuhan dinamakan Agama

.Dengan cita- cita dinamakan Ideologi

. Dengan kekuatan/ kekuasaan dinamakan Politik

.Dengan pemenuhan kebutuhan dinamakan Ekonomi

.Dengan sesama manusia dinamakan Sosial

.Dengan rasa keindahan dinamakan Budaya

.Dengan pemanfaatan alam dinamakan IPTEK

.Dengan rasa aman dinamakan Pertahanan Keamanan

1.2 Pendekatan Kesejahtreraan dan Keamanan

. Kesejahteraan dan keamanan (lahirah dan batiniah) merupakan Sasaran akhir perjuangan manusia,
keduanya hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, tidak pernah ada kesejahteraan tanpa
adanya keamanan dan sebaliknya

.Kesejahteraan tanpa keamanan, kebutuhan yang sangat mendasar dan esensial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sepanjang hayat.

.Kesejahteraan yang hendak dicapai mewujudkan ketahanan nasional, dapat digambarkan sebagai
kemampuan bangsa didalam menumbuh kembangkan nilai-nilai nasionalnya, demi sebesar-besarnya
kemakmuran yang adil dan merata. Sedangkan keamanan yang diwujudkan adalah kemampuan yang
melindungi nilai- nilai yang diwujudkan. Nasional terhadapat hakekat ancaman darimanapun datangnya

(Lemhanmas, 1997: 2000-98)

2. PENGERTIAN DAN HAKEKAT KETAHANAN NASHONAL

2.1 Pengertian ketahanan nasional

Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek
kehidupan nasional yang berintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
yang mengembangkan kekuatan nasional yang menghadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman,
hambatan dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung dan tidak
langsung.

2.2 Hakekat Pertahanan Nasional Konsepsi TAMNAS


.Hakekat ketahanan nasional. Kondisi kemampuan dan kekuatan bangsa untuk menjamin kelangsungan
hidup dan mengembangkan kekuatan nasional bangsa dan Negara dalam mencapai Ketahanan
Nasional.

. Hakekat Konsepsi Ketahanan Nasional : Pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan


keamanan secara seimbang,

serasi dan selaras dalam kehidupan Nasional

3. LANDASAN KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

a. Landasan Ideal : pancasila (Falsafah, Ideologi, dan Dasar Negara)

b. Landasan Konstitusional (Hukum Dasar Negara, Hukum Tertinggi)

c. Landasan Visional : wawasan nusantara sebagai visi bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia

d. Landasan Operasional : Garis Besar Haluan Negara sebagai kebijakan Dasar Negara kesatuan RI

4. ASAS-ASAS KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

4.1 Asas Kesejahteraan dan Keamanan

Bahwa penyelenggaraan ketahanan nasional menghasilkan gambaran tentang kesejahteraan dan


keamanan yang dicapai.

4.2 Asas komperhensif Integral (Menyeluruh Terpadu) Penyelenggara ketahanan nasional : mencakup
seluruh aspek kehidupan nasional (alamiah dan social) secara komperhensif integral dalam bentuk
perwujudan, kesatuan dan terpadu yang serasi seimbang dan selaras dari seluruh matra kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bersadarkan matriks tatanegara.

4.3 Asas Mawas ke dalam Mawas keluar

.Mawas ke dalam

Bertujuan menumbuhkan hakekat, sifat dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-
nilai kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas untuk mengembangkan kehidupan
nasional

.Mawas ke luar

Bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan ikut secara proaktif menghadapi dan mengatasi dampak
lingkungan.
.UU nomor 11 tahun 1968, UU nomor 11 tahun 1969 menyatakan bahwa : segala sumber kekayaan alam
yang terdapat dalam landas kontinen Indonesia, adalah miliki eksklusif Negara Republik Indonesia.

. Berdasarkan berbagai ketentuan tersebut di atas, maka sambil menunggu hasil perjuangan melalui
berbagai forum Regional dan Internasional, Negara Republik Indonesia, mulai berinisiatif menyelesaikan
berbagai masalah perbatasan melalui perjanjian Singapura, Philipina, Thailand, Papua New Guinea,
Australia, India dan sebagainya.

.Pengumuman pemerintah tanggal 21 maret 1980 yang dikukuhkan dengan UU RI nomor 5 tahun 1983,
tentang Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) pengumuman pemerintah ini, menyatakan antara lain "bahwa
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Adalah Sejarah 200 mil Laut, Diukur Dari Garis- Garis Pangkal Laut
Wilayah Indonesia".

.Akhirnya dalam konferensi hukum laut III atau bisa disebut "united nation conference of the law of the
sea" (UNCLOS) di teluk montego, Jamaica tahun 1982, konsepsi wawasan nusantara yang berpangkal
tolak dari konsepsi Negara kepulauan menurut internasional law, telah kesepakatan intermasional,
ternyata semua Negara peserta dalam UNCLOS III baru selesai menandatangani/ meratifikasi hasil
konferensi itu pada tanggal 16 November 1994 yang lalu. Dengan demikian maka batas mendapatkan
kekuatan hukum internasional berkenan dengan perbatasan Indonesia, yang ada masalah bilateral, yang
diselesaikan wilayah hanyalah melalui, diploma, konsultasi dialog dan saling pengertian antara kedua
Negara yang bersengketa batas.
.UU Republik Indonesia nomor 17 tahun 1985, selanjutnya untuk mendapatkan kekuatan hukum
nasional yang tetap pengukuhan pengesahan terhadap KONVENSI UNCLOS III di Montego Bey Jamaica
tahun 1982.

2. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Kekuatan:

.Ternyata bahwa wawasan nasional universal termaksud wawasan nusantara, turut mengilhami
kekuatan bersenjata pada tiap Negara, termasuk kekuatan bersenjata di Indonesia.

.Sampai dengan tahun 1965, kekuatan bersenjata di Indonesia, yang terdiri dari: ADRI, ALRI, AURI, dan
POLRI, masing- masing mengembangkan matra dan wawasannya dengan doktrinnya sendiri, yaitu:

a. Angkatan Darat, menganut wawasan benua, yang dirumuskan dalam doktrin "Tri Ubaya Cakti".

b. Angkatan Laut, menganut wawasan bahari, yang dirumuskan dalam Doktrin "Jales Veva Jaya Mahe
atau Eka Sasan Jaya".

c. Angkatan Udara, mengembangkan wawasan dirgantara/ wawasan Buana, yang dirumuskan dalam
Doktrin "Swa Bhuwana Paksa".

d. Angkatan Kepolisian, menganut wawasan gabungan yang dirumuskan dalam doktrin "Tata Tentrem
Kerta Baharja"

Dalam perkembangannya ternyata bahwa wawasan yang berbeda- beda ini, menimbulkan kompetensi
yang tidak sehat diantara ke- empat di angkatan tersebut yang kemudian sempat di manfaatkan oleh
partai komonis Indonesia, yang mencapai puncaknya dengan meletusnya peristiwa pengkhianatan G.30
S/PKI pada tanggal 30 September 1965.

. Untuk mengatasi hal itu, maka diadakan upaya untuk menyusun Doktrin Persatuan dan Kesatuan
diantaranya ketiga angkatan dan POLRI menjadi ABRI, upaya ini dilaksanakan melalui seminar HANKAM
pada tahun 1966, dengan berhasil menyusun Doktrin Catur Darma Eka Karma (CADEK) pada tahun 1966
inilah untuk pertama kalinya dikumandangkan istilah wawasan nusantara berkembangan menjadi
wawasan nasional, sehingga wawasan Hankamnas menjadi bagian dari Nusantara.

3. Wawasan Nusantara Sebagai Wawasan Ketatanegaraan, wawasan nusantara yang semula merupakan
penghayatan hidup masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia, kemudian dirumuskan secara eksplisit,
sistematis, dan konseptual, lalu ditingkatkan, dikembangkan dan dikukuhkan menjadi wawasan
nasional/ Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekaligus ditetapkan sebagai wawasan Ekonomi, Sosial
Budaya dan Pertahanan Keamanan, berdasarkan ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1973, tanggal 22
maret 1973. Dengan demikian wawasan Nusantara sebagai wawasan ketatanegaraan adalah wawasan
dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kesatuan Republik
Indonesia, sejak tahun 1973 hingga sekarang.

C. WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN PEMBANGUNAN NASIONAL


1. WAWASAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Dalam ketetapan MPR RI, Nomor: IV/MPR/1973, Nomor II/MPR/1978, Nomor: II/MPR/1993, Nomor
II/MPR/1988, Nomor II/MPR/1993, dan Nomor II/MPR/1998 dinyatakan dan ditetapkan bahwa
wawasan dan penyelenggara pembangunan nasional adalah wawasan Nusantara, yang merupakan
wawasan Nasional yang bersumber pada pancasila dan berdasarkan UUD 1945 (Tap, Nomor:
II/MPR/1998).

2. WAWASAN NUSANTARA DALAM PENYELENGGARA PEMBANGUNAN NASIONAL

Wawasan Nusantara sebagai wawasan dalam pembangunan nasional adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara mencakup :

A. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai salah satu kesatuan politik, dalam arti

.Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaan merupakan satu kesatuan wilayah,
wadah, ruang hidup dan satu kesatuan matra seluruh bangsa menjadi modal dan milik bersama bangsa.

.Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-
luasnya.

.Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib, sepenanggungan, sebangsa,
dan setanah air serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa.

. Bahwa pancasila satu-satunya falsafah dan Ideologi Negara Bangsa yang melandasi, membimbing dan
mengarahkan bangsa menuju tujuan.

.Bahwa kehidupan politik diseluruh nusantara merupakan satu

kesatuan politik, yang diselenggarakan berdasarkan pancasila dan UUD pancasila 1945.

.Bahwa seluruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan sistem hukum nasional yang mengabdi
kepada kepentingan nasional (mungkin karena perkembangan dan pertimbangan politis maka ada
pengecualiannya)

.Bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain ikut menciptakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial melalui politik

luar negeri bebas serta diabadikan pada kepentingan nasional

B. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, dalam arti:

. Bahwa kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama
bangsa dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh tanah air.
.Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri-
ciri khas yang memiliki oleh daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya.

.Kehidupan perekonomian diseluruh wilayah nusantara merupakan satu kesatuan ekonomi yang
diselenggarakan dan tujukan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

C. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan social budaya, dalam arti:

.Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perkehidupan bangsa harus merupakan perikehidupan
bangsa yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang
serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.

.Bahwa budaya Indonesia pada hakekatnya, sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan
kekayaan budaya bangsa menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa yang hasil-
hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.

D. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan, dalam arti:

.Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakekatnya merupakan ancaman terhadap
seluruh bangsa dan Negara.

.Bahwa tiap-tiap warga Negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka pembelaan
Negara dan bangsa (Lenhamnas dan Dikti 1997: 16- 17)

D. IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA

1.Konsepsi Dasar Wawasan Nusantara

Anda mungkin juga menyukai