Anda di halaman 1dari 17

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Hernia adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal
melalui lubang kongenital atau didapat.
(Mansjoer, 2011)

Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh ( biasa abdomen ) lewat suatu
celah pada dinding yang mengelilinginya, daerah yang lemah biasa disebut
dengan locus minoris.
(Muttaqin A, 2012)
Hernia biasanya terdiri atas saccusperitonei dan jaringan yang keluar
( biasanya didalam saccus meskipun tidak selalu ) bila demikian dinamakan isi
hernia misalnya usus, omentum dll, saccus atau kantong mempunyai mulut,
leher, badan dan fundus.
(Price, Sylvia A,2015)
Hernia Adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya
area dinding abdomen sehingga isi perut jatuh melalui cincin hernia.
(Brunner & Suddart,2013)

B. KLASIFIKASI
1. Hernia Umbilikus Konginetal
Kantung hernia keluar melalui umbilical terjadi pada anak-anak karena
valsava yang berlebih, kegagalan pada penyatuan parut umbilicus.
2. Hernia Paraumbilikus
Terjadi pada orang dewasa dimana kantung hernia melewati dinding
abdomen disebelah sentral tepat di atas umbilikus. Sering disebabkan oleh
obesitas, kelemahan otot abdomen pasca partus. Hernia ini dapat besar
sekali.
3. Hiatus Hernia
Kantung hernia memasuki rongga torak dimana bagian proximal lambung
bersama esophagus. Para abdominal dengan sphincter cardiac masuk
( herniasi ) lewat hiatus esophagealis ke dalam thorak ( sliding ), atau hanya
bagian fundus lambung yang dapat masuk. Penyebabnya peningkatan

1
tekanan abdominal karena obesitas, pemakainan korset ketat, kelemahan
otot diafragma karena menua.
4. Hernia Insisional.
Kantung hernia memasuki celah bekas sayatan operasi. Biasanya luka yang
pernah terkena infeksi.
5. Hernia Inguinalis
Kantung hernia memasuki celah inguinalis. Hernia ini mengikuti funikulus
spermatikus atau ligamentum teres uteri. Hernia dapat dimulai pada cincin
inguinalis interna ( indirect) atau terdorong lewat dinding posterior canalis
inguinalis yang lemah (direct ) Tanda –tandanya Adanya benjolan pada
regio inguinalis.
(Mansjoer,2011)
C. ETIOLOGI
1. Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau
melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi
2. Kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat congenital menyebabkan
kelemahan pada cincin hernia sehingga terbuka.
3. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka memicu terjadinya penurunan
organ diperut sehingga terjadi penurunan dari penyangga perut.
4. Peninggian tekanan di dalam rongga perut menyebabkan peningkatan
tekanan terhadap cincin hernia, sehingga bagian yang tertekan lama
kelamaan akan membuka sehingga cincin hernia menjepit isi perut dan jatuh
kebawah,masuk kedalam cincin hernia.
5. Kelemahan dinding perut karena usia
6. Kelemahan terhadap cincin hernia yang menyangga.
(Brunner & Sudart,2013)

D. MANIFESTASI KLINIS
Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau
menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu bisa
mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi,
mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri
pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi. Selain
itu juga menimbulkan rasa ingin ,muntah,Distensi Abdoman,Feses
berdarah,Nyeri ,Benjolan yang hilang timbul di paha yang muncul pada waktu

2
berdiri, batuk, bersin, atau megedan dan menghilang setelah berbaring,Gelisah,
kadang-kadang perut kembung, Konstipasi.
(Mansjoer,2011)
E. PATOFISIOLOGI

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus bulan kedelapan
kehamilan terjadi. Lumen biasanya menutup dengan sempurna sebelum lahir
kecuali pada bagian yang membungkus testis. Bagian tersebut akan tetap
tinggal sebagai suatu kantung potensial tunika vaginalis. Pada wanita prosesus
tersebut terbentang mulai dari cincin eksterna hingga ke dalam labia mayora.
Bagian proximal prosesus vaginalis dapat mengalami kegagalan penutupan
sehingga membentuk suatu kentung hernia dimana viskus abdomaen dapat
memasukinya. Bagian yang tetap terbuka itu dapat membantang ke bawah
kadang-kadang hingga ke dalam kantung testis dan dapat menyatu dengan
tunuka vaginalis sehingga bersama-sama membentuk suatu hernia lengkap.
Hernia inguinalis terutama sering di temukan pada bayi prematur. Di duga
karena lebih sedikitnya waktu perkembangna di dalam kandungan serta lebih
sedikitnya waktu bagi penutupan seluruh penutupan seluruh prosesus tersebut.
Jika testis gagal untuk turun ( Kriptorkoid ), maka biasanya terdapat kantung
hernia yang besar karena sesuatu telah menghentikan penurunan testis maupan
penutupan prosesus peritoneum tersebut. Anak-anak dengan anomali kongnital
terutama yang melibatkan daerah abdoman bagian bawah, pelvis atau perineum
seringmempunyai hernia inguinalis sebagai bagian dari kompleks tersebut.
Hernia disebabkan oleh kombinasi dari kelemahan atau defek dari dinding otot
dan peningkatan tekanan intra abdominal, defek dari dinding otot ini mungkin
timbul dari kelainan congenital termasuk gangguan dari jaringan kolagen dan
integritas otot, atau dari intervensi bedah sebelumnya, kelemahan dinding otot
yang didapat mungkin terjadi sebagai akibat dari trauma.
Tekanan intraabdominal dapat meningkat oleh sejumlah keadaan lingkungan
dan keadaan patologis tertentu. Meliputi kehamilan, obesitas, kerja keras
(Manuver Valsava) seperti konstipasi lama, penekanan yang dikaitkan dengan
tekhnik yang salah ketika mengangkat beban atau barang yang berat,
mendorong atau menarik, asites, batuk kronis, dan pembesaran tumor atau lesi,
tekanan intraabdominal yang meningkat, mungkin tidak akan menyebabkan
hernia jika tidak disertai dengan kelemahan dinding otot.

3
Hernia bisa juga terjadi karena hasil dari adanya defek,(lubang,bisa
terjadi karena kelainan congenital) Defek pada dinding otot mungkin
kongenital karena kelemahan jaringan atau ruas paling dalam lumen inguinalis
atau dapat disebaabkan karena trauma tekanan intra atau kegemukan.
Mengangkat beban yang berat juga menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdominal, seperti batuk dan cedera traumatik karena tekanan tumpul. Kedua
faktor ini terjadi bersamaan dengan kelelahan otot, individu akan mengalami
hernia dan bila isi kanong hernia dapat dipindahkan kekantong abdomen yang
termanipulasi.Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang
dilalui oleh protusi usus) memotong suplai darah kesegmen hernia dari usus
menjadi terstragulasi. Situasi ini adalaah kedaruratan bedah karena usus
terlepas. Usus ini cepat menjadi gangren karena kekurangan suplai darah.
Henia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan dapat menjadi sangat berat dan
sering turun. Hernia bisa terjadi jika terdapat defek tersebut dan adanya
tekanan intra abdominal.
(Price,2015)

4
F. PATHWAYS

Lubang embrional yg tidak menutup,


aktivitas visik berlebihan congenital Usia Peningkatan tekanan intra abdomen penyakit lain

Kelemahan dinding otot pada abdomen


Kanalis Inguinalis terbuka
Isi dalam perut masuk melalui cincin hernia

Hernia

Cincin hernia menjepit usus Pembedahan

Penurunan rasa sakit aliran darah ikut terjepit pre op post op


Peristaltik usus
Nyeri suplai O2 menurun kurang pengetahuan luka operasi
Konstipasi akut

O2 ke usus turun hipoksia Cemas Resiko


infeksi
Gangguan terputusnya kontinuitas
eliminasi asupan nutrisi Hb menurun pusing jaringan
BAB
berkurang
susah tidur keterbatasan fisik

Nutrisi protein
kurang dari menurun
kebutuhan Intoleransi
tubuh Gangguan aktivitas
istirahat tidur

(Price, 2015)

5
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidak seimbangan elektrolit.
3. Pemeriksaan endoskopi melihat tindakan operasi melalui lubang buatan
diperut sehingga dapat melihat isi dalam perut.
(Mansjoer,2011)
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat
dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau
mendapat diit halus.
b. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal
pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan
c. imobilisasi dengan tirah baring untuk mengurangi bengkak
2. Penatalaksanaan Medis
a. Hernioraphy : pengangkatan dari kantong hernia, isinya dikembalikan ke
dalam abdomen; lapisan otot dan fascia dijahit. Herniorafi laparoskopi
mungkin, seringkali dilakukan pada pasien rawat jalan.
b. Hernioplasti meliputi memperkuat jahitan (seringkali dengan mesh/alat
untuk menautkan) untuk memperbaiki hernia yang luas. Dilakukan
tindakan memperkecil analus inguinalis internus, dan memperkuat
dinding belakang kanalis.
c. Herniotomi : Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian diereposisi. Kantong hernia dijahit setinggi mungkin lalu
dipotong.
(Brunner & Sudart,2013)

6
I. KOMPLIKASI
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia sulit dimasukkan kembali.
2. Terjadi penekanan cincin hernia terhadap banyaknya usus yang masuk
menyebabkan distensi abdomen.
(Brunner & Sudart,2013)
J. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama.
Membutuhkan matras/papan yanag keras saat tidur.
Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian yang terkena.
Gangguan dalam berjalan.
2. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontinensia atau retensi urine.
3. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari keluarga atau orang
terdekat.
4. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekauan, kelemahan dari tangan atau kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri
tekan atau spasme otot pada vertebralis.
Penurunan persepsi nyeri (sensorik).
5. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi,
mengangkat kaki ataua fleksi pada leher, nyeri yang tiada hentinya atau
adanya episode nyeri yanag lebih berat secara intermiten. Nyeri yang
menjalar pada kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada leher

7
atau servikal. Terdengar adanya suara ‘krek’ saat nyeri bahu timbul/saat
trauma atau merasa ‘punggung patah’.
6. Eliminasi
Gejala : konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi
Tanda : Inkontenensia/retensi urine
(Doengoes,2012)
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan eliminasi BAB
4. Gangguan pola istirahat tidur
5. Intoleransi aktifitas
6. Resiko infeksi
7. Ansietas
(Nanda,2015)

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


No
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Nyeri akut NOC : NIC :
a. Pain Level, Pain Management
b. Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
c. Comfort level secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
a. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab presipitasi
nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal
b. Mampu menggunakan dari ketidaknyamanan
tehnik 3. Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
mencari 4. Kaji kultur yang
c. Melaporkan bahwa mempengaruhi respon nyeri
nyeri berkurang 5. Evaluasi pengalaman nyeri
dengan menggunakan masa lampau
manajemen nyeri 6. Evaluasi bersama pasien dan
d. Mampu mengenali tim kesehatan lain tentang
nyeri (skala, ketidakefektifan kontrol nyeri

8
intensitas, frekuensi masa lampau
dan tanda nyeri) 7. Bantu pasien dan keluarga
e. Menyatakan rasa untuk mencari dan
nyaman setelah nyeri menemukan dukungan
berkurang 8. Kontrol lingkungan yang
f. Tanda vital dalam menghindari nyeri
rentang normal 9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan,

9
rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)
2 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Nutritional Status : food Nutrition Management
kebutuhan tubuh and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
a. Adanya peningkatan untuk menentukan jumlah
berat badan sesuai kalori dan nutrisi yang
dengan tujuan dibutuhkan pasien.
b. Berat badan ideal 3. Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi meningkatkan intake Fe
badan 4. Anjurkan pasien untuk
c. Mampu meningkatkan protein dan
mengidentifikasi vitamin C
kebutuhan nutrisi 5. Berikan substansi gula
d. Tidak ada tanda 6. Yakinkan diet yang dimakan
tanda malnutrisi mengandung tinggi serat
e. Tidak terjadi untuk mencegah konstipasi
penurunan berat 7. Berikan makanan yang
badan yang berarti terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang

10
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
3 Gangguan eliminasi NOC : NIC:
BAB a. Bowel elimination Constipation Management
b. Hydration 1. Monitor tanda dan gejala
Kriteria Hasil : konstipasi
a. Mempertahankan 2. Monior bising usus
bentuk feses lunak 3. Monitor feses: frekuensi,
setiap 1-3 hari konsistensi dan volume
b. Bebas dari 4. Konsultasi dengan dokter

11
ketidaknyamanan tentang penurunan dan
dan konstipasi peningkatan bising usus
c. Mengidentifikasi 5. Mitor tanda dan gejala ruptur
indicator untuk usus/peritonitis
mencegah 6. Jelaskan etiologi dan
konstipasi rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
7. Identifikasi faktor penyebab
dan kontribusi konstipasi
8. Dukung intake cairan
9. Kolaborasikan pemberian
laksatif
4 Gangguan pola tidur NOC : NIC :

a. Anxiety reduction Sleep Enhancement


b. Comfort level
c. Pain level 1. Determinasi efek-efek
d. Rest : Extent and medikasi terhadap pola tidur
Pattern 2. Jelaskan pentingnya tidur yang
e. Sleep : Extent an adekuat
Pattern 3. Fasilitas untuk
mempertahankan aktivitas
Kriteria Hasil : sebelum tidur (membaca)
4. Ciptakan lingkungan yang
a. Jumlah jam tidur nyaman
dalam batas normal 5. Kolaborasikan pemberian obat
6-8 jam/hari tidur
b. Pola tidur, kualitas 6. Diskusikan dengan pasien dan
dalam batas normal keluarga tentang teknik tidur
c. Perasaan segar pasien
sesudah tidur atau 7. Instruksikan untuk memonitor
istirahat tidur pasien
d. Mampu 8. Monitor waktu makan dan
mengidentifikasikan minum dengan waktu tidur
hal-hal yang 9. Monitor/catat kebutuhan tidur
meningkatkan tidur pasien setiap hari dan jam
5 Intoleransi Aktivitas NOC : NIC :
a. Energy conservation Energy Management
b. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan
Kriteria Hasil : klien dalam melakukan
a. Berpartisipasi dalam aktivitas
aktivitas fisik tanpa 2. Dorong anal untuk
disertai peningkatan mengungkapkan perasaan

12
tekanan darah, nadi terhadap keterbatasan
dan RR 3. Kaji adanya factor yang
b. Mampu melakukan menyebabkan kelelahan
aktivitas sehari hari 4. Monitor nutrisi dan sumber
(ADLs) secara energi tangadekuat
mandiri 5. Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas 
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri

13
dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
6 Resiko Infeksi NOC : NIC :
a. Immune Status Infection Control
b. Knowledge : 1. Bersihkan lingkungan setelah
Infection control dipakai pasien lain
c. Risk control 2. Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil : 3. Batasi pengunjung bila perlu
a. Klien bebas dari 4. Instruksikan pada pengunjung
tanda dan gejala untuk mencuci tangan saat
infeksi berkunjung dan setelah
b. Mendeskripsikan berkunjung meninggalkan
proses penularan pasien
penyakit, factor 5. Gunakan sabun antimikrobia
yang mempengaruhi untuk cuci tangan
penularan serta 6. Cuci tangan setiap sebelum
penatalaksanaannya, dan sesudah tindakan
c. Menunjukkan keperawatan
kemampuan untuk 7. Gunakan baju, sarung tangan
mencegah sebagai alat pelindung
timbulnya infeksi 8. Pertahankan lingkungan
d. Jumlah leukosit aseptik selama pemasangan
dalam batas normal alat
e. Menunjukkan 9. Ganti letak IV perifer dan line
perilaku hidup sehat central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila
perlu Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
13. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
14. Monitor hitung granulosit,
WBC
15. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
16. Batasi pengunjung
17. Saring pengunjung terhadap

14
penyakit menular
18. Pertahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
19. Pertahankan teknik isolasi k/p
20. Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
21. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
22. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
23. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
24. Dorong masukan cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
7 Ansietas NOC : NIC :
a. Anxiety control Anxiety Reduction
b. Coping 1. Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan
a. Klien mampu 2. Nyatakan dengan jelas
mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
dan pasien
mengungkapkan 3. Jelaskan semua prosedur dan
gejala cemas apa yang dirasakan selama
b. Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan 4. Temani pasien untuk
dan menunjukkan memberikan keamanan dan
tehnik untuk mengurangi takut
mengontol cemas 5. Berikan informasi faktual
c. Vital sign dalam mengenai diagnosis, tindakan
batas normal prognosis
d. Postur tubuh, 6. Dorong keluarga untuk
ekspresi wajah, menemani anak
bahasa tubuh dan 7. Lakukan back / neck rub
tingkat aktivitas 8. Dengarkan dengan penuh
menunjukkan perhatian
berkurangnya 9. Identifikasi tingkat kecemasan
kecemasan 10. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk

15
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

(Nanda, 2015)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui defek
fasia dan muskulo aponeurotik dinding perut baik secara congenital ataupun di
dapat dan hernia hernia terbagi manjadi beberapa macam yaitu: ingunalis
direk, hernia femoralis, hernia umbilicus, hernia inarsional. Perlu adanya
pembedahan. Dalam hal ini dibutuhkan perawatan preoperatif dan post
operatif yang tepat sehingga akan menambah masalah penyembuhan hernia.
Untuk itu penulis menjelaskan tentang perawatan preoperatif dan postoperatif
pada pasien dengan hernia.

B. SARAN
Penulis menyadari dalam membuat laporan ini, masih banyak kekurangan.
Untuk itu, saran akan membantu penulis dalam menambah pengetahuan dan
dapat melengkapi laporan bagi penulis. Ucapan terima kasih bagi seluruh
pembaca yang telah memberikan saran bagi penulis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogakarta: Mediaction Publishing.

Brunner & Suddart.2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 .Jakarta:EGC

Mansjoer,Arif. 2011.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus


:FK UI.

Muttaqin, A. & Sari, K. 2012. Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep,


Proses dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Marilyn,Doengoes.2012. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price, A. S., Wilson M. L., 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai