BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bila setiap orang tua mampu menyadari akan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi yang
dilahirkan, maka masa depan generasi mendatang akan lebih baik dan berguna bagi orang
tua, bangsa dan negera. Salah satunya untuk mewujudkan hal itu adalah dengan memberikan
ASI eksklusif sejak dini. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan
cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi sampai umur 6 bulan
(Dinkes, 2008). ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dan di produksi
khusus oleh tubuh ibu untuk bayinya. Agar ASI cepat keluar maka dianjurkan bayi disusui
dalam 30 menit pertama setelah dilahirkan. Komposisi ASI yang sesuai untuk kebutuhan bayi
dan mengandung Zat pelindung dengan kandungan terbanyak ada pada kolustrum. Kolustrum
adalah ASI yang berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama setelah bayi lahir.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan
terbaik dan utama bagi bayi, karena didalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi
untuk melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi
pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara lain imunoglobin. Bayi yang
tidak mendapat ASI beresiko terhadap infeksi saluran pernafasan (seperti batuk, pilek) diare
dan alergi (Soekirman, 2006: 48-51). Namun saat ini pemberian ASI eksklusif semakin
menurun, penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu
tentang pentingya pemberian ASI eksklusif, pemasaran susu formula, faktor sosial, ekonomi.
Selain itu juga masih banyak masyarakat yang suka memberi MP-ASI terlalu dini (Agnes,
2007).
pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Prosentase ini menurun
dengan jelas menjadi 45% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5
bulan. Hanya 40% bayi mendapatkan ASI dalam satu jam kelahiran sedangkan pemberian
ASI eksklusif di kota Surabaya dari 15.983 bayi berusia 6 bulan, hanya 3.302 bayi
diantaranya yang mendapat ASI. Baru sekitar 20,66% bayi mendapat ASI secara eksklusif
Dari data Dinas Kesehatan Banyuwangi bagian Kesehatan Keluarga didapatkan data
cakupan ASI eksklusif sebesar 61,93%, dan Puskesmas Grajagan terdapat 50 bayi yang
berumur 0-6 bulan hingga saat ini ibu yang menerapkan ASI eksklusif hanya 40% dari target
berumur 6 bulan. Seharusnya pemberian ASI paling baik diberikan sampai umur 6 bulan
tanpa tambahan makanan apapun. Jika dipaksa untuk mengonsumsi selain ASI tidak menutup
kemungkinan bayi bisa sakit. Hal ini dikarenakan dapat mengakibatkan kekebalan bayi
menurun. Padahal pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama terbukti menurunkan
angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) yang merupakan indikator
mendukung penggunaan ASI eksklusif antara lain melalui pemberian pendidikan kesehatan
dapat menunjang program pemberian ASI eksklusif seperti tentang komposisi ASI juga terus
dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pengetahuan
Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Grajagan
pengetahuan ibu, maka dari itu peneliti membatasi pada tingkat tahu.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Grajagan Kecamatan
C. Tujuan Penelitian
Dari uraian pembatasan dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
eksklusif.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah diperoleh
dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir dalam menganalisa suatu
masalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1) Pengetahuan adalah hasil atau dan dini terjadi setelah orang melakukan
2) Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan
2) Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini sikap
bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
di kehendaki.
b. Tingkat Pengetahuan
1) Tahu (know)
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang
diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginter prestasikan
3) Aplikasi (Application)
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi
yang lain.
4) Analisis (Analysis)
organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis
5) Sintesis (synthesis)
Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat
6) Evaluasi (Evaluation)
ada.
dari berbagai macam sumber, misalnya : media massa, media elektrotik, buku
dikelompokkan menjadi dua yakni : cara tradisional atau non ilmiah dan cara
lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode
Trial (coba) dan Error (gagal atau salah atau metode coba salah adalah
coba-coba).
dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada
d) Jalan Pikiran
induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara
logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir
1) Faktor predisposisi
a) Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saaat dilahirkan sampai
b) Pendidikan
c) Pengalaman
d) Pekerjaan
kehidupan keluarga.
2) Faktor Pendukung
a) Informasi
tersebut.
b) Lingkungan
mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung
a) Sikap Petugas
seperti :
(a) Bayi baru lahir segera di berikan pada ibu untuk segera disusui
b) Dari Keluarga
bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil
e. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
1) “Benar” (B)
2) “Salah” (S)
Prosedur berskala atau (scaling) yaitu penentu pemberian angka atau skor
Keterangan :
P : Prosentase
Baik : 76 - 100%
(Arikunto, 2006:246)
(Perbandingan) yang ideal. Bayi adalah seorang anak yang belum dapat berjalan
maupun perkembangan bayi akan berlangsung lebih baik. Hal itu meliputi
yakni kasih sayang timbal balik antara bayi dan ibu yang mencerminkan akhlak yang
luhur.
minggu, dengan berat badan sekitar 3 kg dan panjang badan 50 cm. Pada minggu
bertambahnya umur, kecepatan kenaikan berat badan pada setiap triwulan tidak sama,
demikian juga pertambahan panjang badan. Faktor utama yang mempengaruhi
tumbuh kembang bayi normal adalah masukan makanan yang kualitas maupun
kuantitasnya baik, manfaat masukan makanan atau gizi yang berkualitas maupun
kuantitasnya baik selain untuk tumbuh kembang bayi adalah untuk menjaga
2005:102-104)
Apa yang dimakan bayi sejak usia dini merupakan pondasi penting bagi
kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Keadaan gizi ibu pada kehamilan
pertumbuhan pada bayi usia 4 bulan merupakan tanda terjadinya keadaan gizi yang
tidak baik. Kejadian ini bisa disebabkan oleh dua hal yaitu karena asupan makanan
yang salah atau tidak memenuhi gizi seimbang karena penyakit infeksi dan yang
a. ASI
hingga enam bulan. ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang
b. ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah Bayi
hanya diberikan air susu tanpa makanan tambahan lain dianjurkan sampai enam
lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi berumur 0 - 6
dengan baik pada enam bulan pertama bahkan pada usia lebih dari enam bulan.
1) Bagi Bayi
Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk bayinya
sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan bayi prematur
bulan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun kadar zat ini akan
cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru
anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutren yang lokal
tumbuh optimal.
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan
terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang sudah
2) Bagi Ibu
a) Menjarangkan kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman murah dan cukup berhasil
formula.
ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak
g) Mengecilkan rahim
semula.
Resiko anemia karena kekurangan zat besi dapat dihindari dengan penundaan
Mudah dibawa, kapan dan dimana saja, siap minum dengan suhu yang selalu
tepat.
5) Bayi bertambah berat badan sekitra 750 gram – 1 kilogram setiap bulannya.
(March, 2007)
1) Protein
Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk
2) Lemak
lemak. Fungsi kolesterol dengan kadar tinggi dalam ASI tidak sepenuhnya
dipahami tetapi di perkirakan bahwa kadar awal ini dapat mempengaruhi
3) Karbohidrat – Laktosa
dalam ASI; laktosa juga memberi sekitar 40% kebutuhan energi bayi. Asupan
mendapat ASI, yang bersifat mudah marah, gelisah dan konsistensi feces
encer.
4) Vitamin
bervariasi sesuai dengan alat maternal. Penting bagi bayi untuk mendapatkan
kolustrum dan kemudian susu awal untuk memastikan bahwa vitamin yang
larut diperoleh bayi pemancaran sinar matahari selama 30 menit setiap minggu
5) Mineral
Zat besi di dalam ASI berikatan dengan protein yang tidak terkait jika
terdapat kadar seng dan tembaga. Penting bagi bidan untuk memperhatikan
manfaat ASI dalam diet dan istilah anti infeksi.(Christine Henderson, 2006 :
443-445)
1) Kolustrum
a) Pengertian
- Pengeluaran kolustrum berlansung sekitar dua tiga hari dan diikuti ASI
b) Manfaat
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolustrum diberikan pada
bayi.
a) Pengertian
hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein,
mineral lebih rendah. ASI antara, mulai berwarna bening dengan susunan
b) Komposisi
1) Frekuensi penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bawa produksi ASI
akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan
pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur
Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
2) Berat lahir
ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap, frekuensi, dan lama
penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari ke dua dan
usia satu bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan menghisap yang
frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah melahirkan. Bayi
berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih
rendah dibanding dengan bayi yang berat lahir normal ( > 2500 gr).
Kemampuan menghisap bayi lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama
penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
ASI.
bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat
lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih
menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan
produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al
(1985) dalam ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia
pertumbuhan 22 bayi dari 15 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu
kali, produksi ASI pada hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi
berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut
diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya
6) Konsumsi rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI
tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan
bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 0-6 minggu setelah
melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial
ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang
lebih dari 15 batang rokok per hari mempunyai prolaktin 30 – 50% lebih
rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan
7) Konsumsi alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah di satu sisi dapat membuat ibu
merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun di sisi
8) Pil kontrasepsi
dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal,
1986), sebaiknya bila pihal hanya mengandung progestin maka tidak ada
dampak terhadap volume ASI (WHO : 1988). Berdasarkan hal ini WHO
merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil
b) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
2) Faktor psikologis
b) Tekanan batin
6) Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi atau konsultasi untuk
4) Perhatian cara meletakkan bayi dan cara meletakkan puting pada mulut bayi dan
benar
5) Makin sering payudara dihisap bayi, makin banyak produksi susu untuk bayi.
B. Kerangka Konseptual
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh faktor dari umur pendidikan, pengalaman,
pengetahuan yang diteliti sebatas tahu saja tentang pengertian ASI eksklusif, manfaat
BAB III
METODE PENELITIAN
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2005:138). Sedangkan jenis penelitian ini adalah
2006 : 246)
B. Variabel
1. Jenis Variabel
pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
Definisi
Variabel Kriterian Skala
Operasional
Pengetahuan ibu Hasil tahu, atau Jawaban Ordinal
tentang pemahaman ibu
pemberian ASI tentang pemberian Benar : 1
eksklusif pada ASI eksklusif pada
bayi umur 0-6 bayi umur 0-6 bulan Salah : 0
bulan meliputi:
Pernyataan:
- pengertian ASI
eksklusif Baik :
40 - 55%
Arikunto, 2006:246
C. Populasi
Populasi adalah kesuluruhan obyek penelitian atau obyek penelitian yang diteliti
(Notoadmojo, 2005:79). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan yang berada di Puskesmas Grajagan yang berjumlah 30
responden.
D. Sampel
1. Sampel
(Arikunto,2006: 131)
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua ibu yang mempunyai bayi umur
0-6 bulan yang memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Grajagan. Cara pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling yaitu cara pegambilan sampel
dengan mengambil seluruh anggota popuasi menjadi sampel (Alimul Aziz, 2003)
2. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteriktis yang dapat di masukkan atau layak untuk diketahui yaitu
1) Ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan dan bersedia dilakukan penelitian.
2) Ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan dapat membaca dan menulis.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ibu yang tidak layak untuk di teliti menjadi responden yaitu :
(Nursalam, 2003:96-97)
1. Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah Puskesmas Grajagan. Pemilihan daerah
tersebut didasarkan pada jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif masih rendah.
2. Waktu Penelitian
lembar kuesioner dibagikan kepada responden lembar tersebut akan diambil pada hari
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan
1. Editing
diperoleh dari responden. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menjumlah
2. Coding
3. Scoring
dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. Dimana peneliti
Keterangan :
P : Prosentase
kategori yaitu :
(Arikunto, 2006:246)
H. Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan
dengan etika. Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak-hak responden harus
mengajukan ijin permohonan melalui surat ijin dari Politeknik Kesehatan Majapahit
2. Anominity
Subyek tidak perlu mencantumkan nama dalam kuesioner untuk menjaga privasi,
3. Confidentiality
I. Keterbatasan Penelitian
dan belum pernah diujicobakan sehingga reabilitas dan validitasnya perlu disempurnakan.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009 dengan jumlah sampel
30 responden.
timur berbatasan dengan Desa Sumberasri, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Bangorejo. Di Puskesmas Grjaagan dipimpin oleh 1 orang Kepala Desa yaitu Dokter,
2. Data Umum
19 orang (63,3%) dalam umur 20 – 30 tahun dan sebagian kecil 3 orang (10%)
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden sebagian besar
berpendidikan SMA.
Frekuensi
Pendidikan
h Prosentase (%)
IRT 16 53,3%
Tani 14 46,7%
PNS - -
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden sebagian besar
Frekuensi
Jumlah Anak
h Prosentase (%)
1 orang 16 53,3%
2 orang 11 36,7%
3 orang 2 6,7%
> 3 orang 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden sebagian besar
3. Data Khusus
tabel berikut:
pengetahuan cukup baik tentang pengertian ASI eksklusif yaitu sebanyak 12 orang
(40%) dan sebagia kecil memiliki pengetahuan tidak baik tentang pengertian ASI
Pengetahuan ibu tentang manfaat ASI pada bayi ibu disajikan dalam bentuk
tabel berikut:
pengetahuan cukup baik tentang manfaat ASI pada bayi yaitu sebanyak 15 orang
(50%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang baik tentang manfaat ASI
tabel berikut:
Tabel 4.7 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang manfaat ASI pada
ibu di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
pengetahuan kurang baik tentang manfaat ASI pada ibu yaitu sebanyak 13 orang
(43,4%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan tidak baik tentang manfaat ASI
Kecamatan Purwoharjo.
Baik 11 36,7%
Cukup baik 15 50%
Kurang baik 4 13,3%
Tidak baik - -
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa 30 responden sebagian besar 15
orang (50%) mempunyai pengetahuan cukup baik, dan sebagian kecil 4 orang
B. Pembahasan
Kecamatan Purwoharjo.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang ada di
Puskesmas Grajagan sebagian besar 19 orang (63,3%) dalam umur 20 – 30 tahun dan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang ada di
orang, dimana 35,17% berpengetahuan baik, 57,1% berpengetahuan cukup baik, 7,2%
berpengetahuan cukup baik, 16,7% berpengetahuan kurang baik, seperti yang telah
dijelaskan oleh Koencoroningrat (1997) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
diperkenalkan (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Hal ini juga diungkapkan oleh YB.
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Agar seseorang
dapat melakukan sesuatu prosedur dengan baik maka seseorang harus sudah ada pada
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
maka semkain baik pula dalam mengaplikasikan materi, ibu yang berpendidikan
tinggi akan lebih baik dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah dalam
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 20 responden yang ada di
Puskesmas Grajagan sebagian besar 16 orang (35,3%) bekerja sebagai IRT dan
diketahui bahwa responden yang bekerja sebagai IRT sebanyak 16 orang dimana
31,3% berpengetahuan baik, 56,2% berpengetahuan cukup baik, 12,5%
berpengetahuan kurang baik sedangkan responden yang bekerja sebagai tani sebanyak
14,2% berpengetahuan kurang baik. Seperti yang telah dijelaskan oleh Markum
(1991) bahwa bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja
bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga yang pada
kenyataannya bahwa rutinitas dan aktivitas pekerjaan secara umm memang lebih
banyak menyita waktu, pikiran, dan tenaga (Nursalam dan Siti Pariani, 2001:133) ibu-
ibu yang ada di Puskesmas Grajagan 53,3% adalah ibu yang bekerja sebagai IRT
gizi terutama dalam pemberian ASI eksklusif bisa melalui media massa atau media
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang ada di
Puskesmas Grajagan sebagian memiliki jumlah anak 1 orang yaitu sebanyak 16 orang
(53,3%) dan sebagian kecil responden yang memiliki jumlah anak > 3 yaitu sebanyak
1 orang (3,3%).
diketahui bahwa responden yang memiliki jumlah anak 1 orang sebanyak 16 orang,
pengetahuan kurang baik. Seperti yang telah dijelaskan oleh Notoatmodjo (2003)
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman ini merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dimana pengetahuan ini akan
mendasari perilaku seseorang dari pengetahuan yang didapat oleh ibu tersebut tentang
pemberian ASI eksklusif maka akan mempengaruhi sikap dalam penerapan secara
langsung.
Berdasarkan analisa dan interprestasi data yang didapat bahwa kurang dari
10 responden (33,3%) berpengetahuan baik yaitu 6 responden (20%). Hal ini dapat
dilihat dari jawaban yang ebnar pada kuisioner tentang pengertian ASI ekslusif. Hal
ini dapat dilihat lagi dari latar belakang pendidikan mereka yaitu SMP.
pernah mendapat informasi dari media atau penyuluhan dan mempunyai pengalaman
tentang pemberian ASI ekslusif. Hal ini disebabkan oleh informasi yang didapat
mendapatkan infromasi dan pengalaman. Hal ini dapat diperkuat oleh Notoatmodjo
(5,5%). Hal ini dapat dilatarbelakangi pendidikan SD dan SMP disamping itu juga
tidak pernah mendapatkan informasi dan tidak memiliki pengalaman sama sekali
dalam pemberian ASI ekslusif. Hal ini dapat diperkuat oleh Notoatmodjo (2005)
ketrampilan dan aspek kelakukan yang lain, dan merupakan proses belajar dan
mengajar. Pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat diketahui bahwa dari
Sebagian besar responden menjawab pada item soal yang benar tentang
manfaat pemberian ASI ekslusif pada bayi yaitu bayi yang sering disusui oleh ibunya
akan lebih meningkatkan jalinan kasih sayang antar ibu dan bayi. Hal ini dapat
cukup dan pernah mendapat informasi tentang manfaat pemberian ASI pada bayi dan
bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman, fasilitas, dan sosial budaya.
Disamping itu juga responden yang tidak bekerja yaitu 16 responden (53,3%)
pemberian ASI ekslusif. Hal ini dimungkinkan karena bekerja umumnya merupakan
dapat dilihat dari jawaban yang benar tentang manfaat pemberian ASI pada bayi.
Pada item yaitu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Hal ini dapat dilatar belakangi
pendidikan yang cukup pernah mendapatkan informasi tentang pemberian ASI. Hal
pengetahuan.
(43,4%). Hal ini dilihat dari jawaban yang salah pada item soal, ibu yang lebih sering
menyusui bayinya akan terkena kanker payudara. Hal dapat dilihat dari latar
(33,3%). Hal ini dapat dilihat dari jawaban item soal yang benar dan dapat diperkuat
dengan jawaban responden tentang pemberian ASI pada bayi dapat menimbulkan
ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak. Responden pernah mendapatkan
informasi dari media dan penyuluhan, dan sebagian besar responden berpendidikan
dilihat dari item soal tentang menfaat pemberian ASI pada ibu. Pencapaian
pengalaman dan pernah mendapatkan informasi. Hal ini diperkuat oleh Notoatmodjo
pengetahuan.
BAB 5
A. Simpulan
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009 yang telah
(50%).
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
mempunyai bayi dapat memberikan ASI ekslusif dan mengerti tentang pentingnya
ASI eksklusif.
2. Bagi peneliti
lagi.
Dari data yang diperoleh di Puskesmas Grajagan, hendaknya tenaga kesehatan pada
eksklusif dengan media dan bahasa yang mudah diterima masyarakat melalui leaflet,
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2003). ”Buku Panduan Manajemen Laktasi”. Suara Merdeka (www.Mc
spotlinght.org), diakses 23 Agustus 2003.
Paath, Erna Francin, (2004). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, EGC: Jakarta.