Anda di halaman 1dari 39

DAMPAK DAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

MATA KULIAH KESEHATAN GLOBAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7


DESI WAHYUNINGSIH (NIM. 22020119183162)
MOHAMAT MUTAJIR (NIM. 22020119183169)
YONATHAN RANDJA MADI (NIM. 22020119183158)
YOHANA HALE HERET (NIM. 22020119183183)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019

5
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulisilmiah dengan
judul ’’ DAMPAK DAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
kesehatan global tentang dampak dan bahaya merokok bagi kesehatan.

kelompok telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan


makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun kelompok menyadari banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna untuk itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.

kelompok berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada


umumnya.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kelompok
menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah
diberikan pada kelompok mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari
Allah SWT. Amin.

Semarang, oktober 2019

Kelompok 7
7

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok
aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India, sekitar 60
persen pria dan 4,5 persen wanita di Indonesia adalah perokok. Sementara itu,
perokok pada anak dan remaja juga terus meningkat dan 43 juta dari 97 juta
warga Indonesia adalah perokok pasif. Tingginya jumlah perokok aktif tersebut
berbanding lurus dengan jumlah non-smoker yang terpapar asap rokok orang
lain (second hand smoke) dan 11,4 juta diantaranya berusia 0-4 tahun. (Depkes
RI, 2013).
Tingginya angka perokok aktif dan pasif di Indonesia merupakan
ancaman serius terhadap kesehatan secara nasional, dalam laporan penelitian
yang dilansir kemenkes 2015, konsumsi rokok rata-rata orang per hari adalah
12,3 batang atau 369 batang per bulan. Bila rata-rata harga rokok adalah 700,
maka belanja rokok per kapita per bulan sebasar Rp.258.500 atau setahun
Rp.3.099.600. Perkiraan total belanja rokok pada perokok aktif sebesar 36,3%
dari total jumlah perokok aktif dikali Rp. 3.099.600 adalah Rp.208,8 trilyun,
tidak sebanding kerugian ekonomi untuk biaya kesehatan yang mencapai
Rp.596,61 Trilyun pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, dilansir secara global lebih dari 1,1 miliar orang
menjadi perokok aktif. Perokok Laki-laki jumlahnya jauh lebih besar dari
perokok wanita. Meskipun jumlah perokok menurun di seluruh dunia dan di
banyak negara, prevalensi merokok tampaknya akan meningkat di wilayah
Mediterania Timur dan wilayah Afrika (WHO,2015). Data secara global
menunjukkan bahwa rokok membunuh separuh dari penggunanya, Setiap tahun
lebih dari 8 juta orang terbunuh akibat dampak rokok, dimana 7 juta meninggal
akibat langsung dari merokok (perokok aktif) dan 1,2 juta lebih meninggal
akibat secara tidak langsung (perokok pasif) atau terpapar asap perokok aktif.
8

Diperkirakan 80% dari perokok berpendapatan ekonomi menengah ke bawah.


(WHO, 2015).
Yang lebih mengkhawatirkan, dilansir dari halaman resmi WHO,
prevalensi perokok pada populasi laki-laki berusia 15 tahun ke atas, di Indonesia
pada tahun 2015 adalah paling tinggi sejagat dengan angka mencapai 76,2
persen. Di peringkat kedua ada Yordania dengan prevalensi perokok mencapai
70,2 persen lalu Kiribati dengan angka 63,9 persen. Diperkirakan angka
prevalensi perokok tersebut terus meningkat pada tahun 2020 menjadi 82,7%
dan pada tahun 2025 menjadi 87,2%. Sebuah realita yang perlu mendapat
perhatian semua kalangan, dan diperlukan peran perawat dalam upaya
menurunkan jumlah perokok yang jumlahnya terus meningkat setiap tahun di
Indonesia, akibat rendahnya tingkat kesadaran masyarakat tentang dampak dan
bahaya merokok bagi kesehatan
Perawat sebagai bagian dari profesi kesehatan mempunyai tugas,
tanggung jawab dan peran yang sangat penting dalam upaya menghentikan
kebiasaan merokok. Salah satu peran perawat di komunitas adalah sebagai
konselor dan pendidik kesehatan (health education), yaitu memberikan
pendidikan kesehatan, memberikan dukungan emosional dan intelektual kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk menanamkan perilaku
hidup sehat sehingga terjadi perubahan perilaku untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. (Kozier, 1995)
Menurut WHO (2004), salah satu strategi untuk merubah perilaku adalah
melalui upaya pemberian informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara
pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Perubahan perilaku degan cara ini memakan waktu lama, tetapi
perubahan yang dicapai bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka
sendiri (bukan karena paksaan).
Kebiasaan merokok merupakan perilaku yang sulit untuk dihentikan.
Diperlukan upaya yang sinergis dari perokok, masyarakat, tenaga kesehatan dan
pemerintah agar program antirokok dapat berhasil. Algoritma upaya berhenti
merokok merupakan salah satu pendekatan program berhenti merokok yang
merupakan sarana penyampaian informasi tentang dampak buruk rokok terhadap
9

kesehatan dan keuntungan tidak merokok sebagai upaya prevensi dan motivasi
untuk menghentikan perilaku merokok. Dengan menumbuhkan motivasi dalam
diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, diharapkan akan
membuat perokok mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang
datang dari lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
permasalahanya dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah dampak dan
bahaya merokok terhadap kesehatan dan peran perawat dalam menurunkan angka
perokok di lingkungan masyarakat atau institusi kerja”

C. Tujuan
Untuk mendeskripsikan dampak dan bahaya merokok dan peran serta
perawat dalam menurunkan angka perokok di lingkungan dan institusi”

D. Manfaat
1) Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dalam
pengembangan ilmu keperawatan khususnya peran perawat sebagai konselor
dalam upaya program berhenti merokok, dan bermanfaat sebagai sumber
informasi dan pengembangan literatur serta dapat menjadi bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya.
2) Manfaat Praktis
Memberikan informasi faktual kepada pembaca dan mengetahui peran
perawat sebagai konselor dalam upaya program berhenti merokok, dan dapat
digunakan oleh perawat sebagai bahan acuan dalam memberikan penyuluhan
atau konseling kepada masyarakat khususnya klien dengan perokok aktif yang
memiliki keinginan atau motivasi berhenti merokok.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Merokok
1. Definisi
Rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok
putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana
tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. (Peraturan
Pemerintah Nomor 109 tahun 2012 pasal 3).
Menurut UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan pasal 113 ayat 2
dikatakan Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau,
produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif
yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau
masyarakat sekelilingnya. Diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109
tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa
produk tembakau bagi kesehatan, pasal 4 dikatakan Nikotin adalah zat, atau
bahan senyawa pyrrolidine yang terdapat dalam nicotiana tabacum, nicotiana
rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat
mengakibatkan ketergantungan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi merokok


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok menurut mu’tadin
(2002 dalam kemala, 2007) beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan
merokok adalah sebagai berikut :
a. Pengaruh orang tua
Orang tua adalah role model bagi anak-anaknya, karena berpengaruh paling
kuat bagi anak-anaknya. Orang tua dengan figur perokok berat maka anak-
anaknya akan mungkin untuk mengikutinya (Tarwoto, 2010).
11

b. Pengaruh teman
Fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak teman perokok maka besar
kemungkinnan temannya-temannya adalah perokok. Diantara remaja
perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih
sahabat yang merokok (Tarwoto, 2010).
c. Faktor kepribadian
Alasan orang yang mencoba untuk merokok adalah ingin tahu dan
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi perokok dibandingkann mereka yang memiliki skor
rendah pada berbagai tes konformitas sosial (Tarwoto, 2010).
d. Pengaruh iklan
Iklan rokok melalui media televisi, radio, media cetak, reklame, promoasi
langsung ke orangnya, kegiatan promosi, konser dan kontes disebarkan
tanpa melihat batasan usia. Melihat iklan di media massa dan elektronik
membawa pesan bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour,
membuat seseorang remaja bahkan anak seringkali terpengaruh untuk
mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Tarwoto, 2010)
e. Kurangnya “political will” dari pemerintah
Penegakan hukum yang lemah tentang larangan merokok di muka publik
dan rendahnya harga cukai rokok adalah bagian dari kebijakan pemerintah
yang perlu ditingkatkan dalam upaya menurunkan jumlah perkokok.
Di Indonesia Undang-Undang Cukai mengizinkan penarikan cukai
hingga 57% dari harga jual, tapi kini rata-rata cukai rokok hanya 40%.
Lemahnya political will pemerintah menyebabkan harga rokok murah
sehingga mudah dijangkau oleh anak-anak sekolah dan orang miskin.
Riset kami menunjukan bahwa kenaikan cukai rokok pada 2017
yang rata-rata 10,54% saja dari cukai tahun sebelumnya dapat
meningkatkan harga jual eceran (HJE) rata-rata 12,26 %. Setelah kenaikan
cukai rata-rata harga rokok di warung dan toko meningkat Rp 200 per
batang.
12

Dari data sampel yang kami ambil dari 153 remaja berumur 17-25 tahun di
Kuningan Jawa Barat pada Mei-Juni 2017 menunjukkan kenaikan harga rokok
tersebut dapat menurunkan konsumsi rokok pada remaja di wilayah tersebut rata-
rata dua batang per harinya. Sebelum kenaikan cukai rokok, remaja merokok rata-
rata sembilan batang per hari dan setelah kenaikan menjadi tujuh batang per
hari. (Institute of Health Science Kuningan (STIKes Kuningan), Kuningan,
Indonesia,)
f. Rendahnya kesadaran masyarakat bahaya merokok
Sebuah penelitian dilakukan (oleh Dimas Yudi Prasetyo dkk, Fakultas
UNDIP, Semarang 2016) untuk mengetahui hubungan antara persepsi
terhadap bahaya rokok dengan intensi berhenti merokok pada anggota
komunitas Inter Club Indonesia regional Magelang, menunjukkan adanya
hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap bahaya rokok
dengan intensi berhenti merokok pada anggota komunitas Inter Club
Indonesia regional Magelang. Artinya, semakin positif persepsi terhadap
bahaya rokok yang dimiliki, maka semakin tinggi intensi berhenti merokok
yang dimilikinya, begitupun sebaliknya. Persepsi terhadap bahaya rokok
memberikan sumbangan efektif sebesar 52,4 % pada intensi berhenti
merokok. Ketika ingin meningkatkan intensi berhenti merokok masyarakat,
maka pemerintah dapat memperbanyak pemasangan peringatan dan gambar
bahaya rokok di tempat-tempat umum.

3. Perilaku merokok
1) Definisi perilaku merokok
Menurut Sumarno dan Mulyadi (2007 dalam Siam 2016), ada dua
cara merokok yang umum dilakukan, yaitu: pertama menghisap lalu
menelan asap rokok ke dalam paru-paru dan menghembuskan kembali asap
rokok tersebut, sedangkan cara kedua yaitu hanya menghisap sampai mulut
lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung. Menurut Levy (2004 dalam
Siam 2016) perilaku merokok adalah perilaku yang dilakukan seseorang
berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
13

2) Tipe perilaku merokok


Menurut Komasari dan Helmi (2008 dalam Siam 2016), terdapat 4 tahap
dalam perilaku merokok sehingga seorang individu benar-benar menjadi
perokok, yaitu:
a. Tahap prepatory
Tahap prepatory merupakan tahap dimana seseorang mendapatkan
gambaran yang menyenangkan mengenai merokok sehingga
menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap initiation
Tahap initiation merupakan tahap dimana seseorang memilih akan
meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker
Tahap becoming a smoker merupakan tahap apabila seseorang telah
mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka orang tersebut
mempunyai kecenderungan menjadi seorang perokok aktif.
d. Tahap maintenance of smoking
Tahap maintenance of smoking merupakan tahap dimana merokok sudah
menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri dan merokok
dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

3) Dampak perilaku merokok


Ogden (2000 dalam Kemala, 2007) membagi dampak perilaku merokok
menjadi dua, yaitu :
a. Dampak Positif
Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi
kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa perokok
meyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat
membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Smet
(1994) menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu
mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial dan
menyenangkan.
b. Dampak negative
14

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang


sangat berpengaruh bagi kesehatan (Ogden, 2000). Merokok bukanlah
penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit
sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi
dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan
kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok
dimulai dari penyakit di kepala sampai dengan penyakit di telapak kaki,
antara lain (Sitepoe, 2001): penyakit kardiovaskular, neoplasma (kanker),
saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur,
penurunan vertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag,
gondok,gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni,
ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput,
serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung
dan tenggorokan).

B. Konsep (Algoritma) Upaya Berhenti Merokok


1. Definisi
Algoritma upaya berhenti merokok merupakan salah satu pendekatan
penyampaian informasi tentang dampak buruk rokok terhadap kesehatan dan
keuntungan berhenti merokok sebagai upaya memotivasi klien untuk
menghentikan perilaku merokok. (Depkes RI, 2013)
Rokok adalah benda berbentuk silinder yang memiliki panjang 7-12 cm
dengan diameter kurang dari 1 cm. Benda yang terbuat dari tembakau yang
dibungkus kertas ini ternyata tidak sebaik bentuknya. Benda ini dikonsumsi oleh
orang dengan cara dibakar pada satu ujung dan dihisap pada ujung yang lain.
Pada dasarnya orang yang merokok mengkonsumsi racun. Racun bahaya rokok
itu pula telah dituliskan di dalam bungkusnya, namun ternyata tidak banyak
orang yang menganggapnya tidak penting sehingga mereka terus saja merokok
dan tidak peduli dengan kesehatan. (Hans Tjandra, 2003)

2. Zat-Zat Beracun Pada Rokok


15

Rokok mengandung kurang lebih 4000 lebih elemen-elemen dan


setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok
adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Selain itu, dalam sebatang rokok juga
mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya. Zat-zat beracun
yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut :
1) Karbon monoksida (CO)
Gas CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan
oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO
yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3 – 6%, gas ini dapat dihisap oleh
siapa saja. Oleh orang yang merokok atau orang yang terdekat dengan si perokok,
atau orang yang berada dalam satu ruangan. Seorang yang merokok hanya akan
menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-stream, sedangkan
arus pinggir (side – stream) akan tetap berada diluar. Sesudah itu perokok tidak
akan menelan semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar.
Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat
dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada
asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi
sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut
adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen
akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan
jalan menciut atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus
menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses
aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-
mana. Di otak, di jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, dan di
ari-ari pada wanita hamil.
2) Nikotin
Nikotin adalah merupakan candu yang sangat kuat. Nikotin rokok
mengandung lebih banyak zat addictive (zat yang menyebabkan kecanduan)
daripada heroin ataupun kokain. Perusahaan-perusahaan rokok seringkali
memanipulasi kadar nikotin pada rokok yang mereka produksi agar memberikan
rasa yang tetap sama. Mereka juga tidak bisa memastikan kadar nikotin yang sama
pada setiap batang rokok yang anda hisap.
16

Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 mg dan


semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50
mg/ml. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan
panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamin-lah yang
bersifat karsinogenik. Pada paru, nikotin dapat menghambat aktivitas silia. Seperti
halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan
psikoaktif. Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi
dan keterikatan fisik. Hal itulah yang menyebabkan mengapa sekali merokok susah
untuk berhenti.
Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon kathekolamin
(adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak
diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi,
berakibat timbulnya hipertensi. Efek lain merangsang berkelompoknya trombosit
(sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan
menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung CO
yang berasal dari rokok.
3) Tar
Ketika asap rokok dihirup, tar dapat membentuk lapisan lengket di bagian
dalam paru-paru, Seiring berjalannya waktu, paru-paru sehat berwarna merah muda
akan berubah warna menjadi abu-abu dan pada akhirnya menjadi hitam ketika
semakin banyak TAR yang terakumulasi, Kondisi tersebut dapat merusak paru-
paru, menyebabkan kanker, emfisema, atau masalah paru-paru lainnya. Menghirup
asap tembakau juga menyebabkan jenis kanker lain, termasuk kanker mulut dan
tenggorokan.
Penelitian terdahulu pada 1982 mengevaluasi faktor risiko terkuat dari batuk kronis,
dahak kronis, mengi, dan dyspnea. Mereka mengamati kondisi tersebut pada
perokok tar berat, yakni 25 batang per hari (22 mg) dengan perokok ringan 1-14
batang per hari (7 mg). Peneliti menyimpulkan kandungan tar rokok adalah faktor
risiko independen yang signifikan terhadap batuk dan dahak kronis. Asap
pembakaran juga menjadi faktor risiko yang signifikan untuk batuk dan dahak
kronis. Sementara itu, gejala mengi dan dyspnea lebih terkait oleh uap asap rokok.
17

Bentuk TAR yang terkondensasi juga dapat membuat jari, kuku, dan gigi
orang yang menghisap produk tembakau yang dibakar berwarna kuning kecoklatan.
4) Kadmium
Sekitar 40-60 persen dari kadmium yang terdapat dalam asap rokok,
terserap masuk ke paru-paru saat merokok. Kadar kadmium yang tinggi dalam
tubuh dapat menimbulkan gangguan sensorik, muntah, diare, kejang, kram otot,
gagal ginjal, dan meningkatkan risiko kanker.
5) Akrolein
Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti aldehid. Zat ini
sedikit banyak mengandung kadar alcohol. Artinya, akrolein ini adalah alkohol
yang cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.
6) Amoniak
Amonia merupakan gas beracun, tidak berwarna, namun berbau tajam. Pada
industri rokok, amonia digunakan untuk meningkatkan dampak candu nikotin.
Dalam jangka pendek, menghirup dan terpapar amonia dapat mengakibatkan napas
pendek, sesak napas, iritasi mata, dan sakit tenggorokan. Sedangkan dampak jangka
panjangnya yaitu pneumonia dan kanker tenggorokan
7) Asam Format
Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan
dapat membuat lepuh. Cairan ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat
menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut.
8) Hidrogen Sianida/HCN
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar
dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan.
Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit
saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.
9) Nitrous Oxid
Gas tidak berwarna dan jika diisap dapat menyebabkan hilangnya
keseimbangan dan menghilangkan rasa sakit. Zat ini awalnya adalah untuk zat
pembius pada saat operasi.
10) Formaldehid
18

Formaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau tajam. Gas ini
tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun keras
terhadap semua organisme hidup.
11) Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa
zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun
dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas
enzim.
12) Asetol
Asetol adalah hasil pemanasan aldehid (sejenis zat yang tidak berwarna
yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alcohol.
13) Hidrogen sulfida
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar
dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi
pigmen).
14) Piridin
Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat
digunakan mengubah sifat alcohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
15) Metil Klorida
Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu antara hydrogen
dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah senyawa organic yang
beracun.
16) Metanol
Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah
terbakar. Meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan
kematian.

3. Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan


Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan
partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen
sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun
19

komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium. (Hans
Tjandra, 2003)
Berdasarkan penjelasan di atas, rokok dan asapnya mempunyai dampak
yang buruk bagi kesehatan. Tidak hanya bagi perokok itu sendiri, tetapi juga bagi
perokok pasif yang hanya ikut menghirup asapnya saja. Dilihat dari bahan – bahan
yang berbahaya dalam rokok, nikotin dapat menaikkan tekanan darah dan
mempercepat denyut jantung hingga pekerjaan jantung menjadi lebih berat, karbon
monoksida dapat menyingkirkan oksigen yang dibutuhkan tubuh dengan mengikat
dirinya pada HB darah, dan tar memicu timbulnya kanker.
Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main
stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap
tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan
asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain
atau perokok pasif.
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di
antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun
ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO)
5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama,
benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai
beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung 3 kali lipat bahan pemicu
kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernapasan.
Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat
candu (Yudhistira, 2008). Dari pendapat ini kita tahu bahwa asap rokok
mengandung komponen-komponen dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh.
Banyaknya komponen tersebut tergantung pada tipe tembakau, temperatur
pembakaran, panjang rokok, porositas kertas pembungkus, bumbu rokok serta ada
tidaknya filter. Partikel dalam asap rokok dapat menyebabkan kanker (bersifat
karsinogenik). Nikotin, karbon monoksida, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok
terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah
timbulnya penggumpalan darah.
20

Rokok merupakan faktor risiko untuk sekurang-kurangnya 25 jenis


penyakit, diantaranya adalah kanker kandung kencing, kanker perut, kanker usus
dan rahim, kanker mulut, kanker esophagus, kanker tekak, kanker pancreas, kanker
payudara, kanker paru, penyakit saluran pernapasan kronik, strok, osteoporosis,
jantung, kemandulan, putus haid awal, melahirkan bayi yang cacat, keguguran bayi,
bronchitis, batuk, penyakit ulser peptic, emfisima, otot lemah, penyakit mulut, dan
kerusakan mata. Diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut :
1) Penyakit Kanker Paru
Merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia yakni mencapai 90
% ( Wijayanti, 2013). Bahkan Chaerunnisa (2008), secara tegas menyatakan
bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Oleh karena
itu, kebiasaan merokok harus dihentikan. Mengingat tidak adanya obat yang
manjur untuk menyembuhkan kanker paru.
2) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Merupakan penyakit peradangan paru yang berkembang dalam jangka
waktu panjang, sekitar 56%- 80% penyebab utama kematian (Wijayanti, 2013).
Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan factor utama
yang dapat memicu PPOK serta sejumlah penyakit pernapasan lainnya.
3) Penyakit Stroke
Penyakit stroke merupakan penyumbatan pembuluh darah otak yang
bersifat mendadak dengan persentase 65 % penyebab kematian. Stroke
banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih
tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
4) Impoten
Impoten karena merokok disebabkan oleh zat kimia di dalam rokok
terutama nikotin yang mempengaruhi pembuluh darah di penis. Dari hasil riset
menunjukan bahwa 50 % pria yang merokok mengalami gangguan ereksi atau
impoten. (Wijayanti, 2013)

5) Penyakit Jantung
Banyak orang mengira bahwa kanker paru merupakan bahaya terbesar
akibat merokok. Sesungguhnya, penyakit jantung koronerlah yang jauh lebih
21

berbahaya. Menurut Hans Tjandra (2003), banyak penelitian telah membuktikan


adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta
kematian per tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari
setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah
penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun
1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari
9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama). Dengan
demikian, merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit jantung koroner
tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga
berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer sebagaimana akibat yang
dihasilkan karbon monoksida.
Efek rokok terhadap jantung dapat dijelaskan melalui efek kimia. Ada dua
zat yang dianggap mempunyai efek yang besar yaitu CO (Karbon Monoksida)
dan nikotin. Efek berkepanjangan dari karbon monoksida adalah bahwa jaringan
pembuluh darah akan terganggu, menyempit dan mengeras sehingga dapat
mengakibatkan penyumbatan.
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan
bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap. Faktor risiko merokok
bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau
gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa risiko
kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada
tahun pertama sesudah rokok dihentikan.
Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding
pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Sklerosis
pembuluh darah yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai
bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering
akan berakhir dengan amputasi.
6) Penyakit TBC
Sebuah hasil penelitian mengungkapkan bahwa perokok aktif (sekarang
+ eks aktif) yang mulai merokok pada usia 15-20 tahun memiliki risiko yang
22

lebih tinggi dari TB paru-paru dibandingkan dengan orang lain (atau = 3.18,
95% CI = 1. 1 .77); orang yang durasi merokok >10 tahun memiliki risiko tinggi
TB paru-paru (atau = 2.96, 95% CI = 1,06-8.22).
Ada hubungan antara TB pulmonary dan jumlah merokok. Mereka yang
merokok >10 batang rokok/hari (atau = 3.98, 95% CI = 1,26-12,60) atau >3
hari/Minggu (atau = 2.68, 95% CI = 1,01-7,09) risiko tinggi terkena pulmonary
TB dibandingkan non-smokers. Perokok pasif yang terkena paparan asap
tembakau >3 kali/minggu di luar rumah memiliki risiko tinggi pulmonary TB
daripada orang-orang dengan exposure < atau =3 kali/minggu = (3,13,% CI =
1.07 -). Bukti kuat adanya efek merokok pasif di kantor dan/atau lingkungan.
Orang-orang terpapar asap rokok memiliki risiko yang lebih tinggi TB paru
daripada tidak ada paparan atau eksposur atau < 3 kali/minggu dari baik atau
kedua tempat (atau = 4.62, 95% CI = 1.68-14.98). Oleh karena itu, kampanye
anti merokok yang efektif diharapkan memiliki akibat positif dari kejadian TB.
Merokok penghentian harus dipertimbangkan dan dipromosikan oleh semua
penyedia layanan kesehatan.
Paparan asap rokok dalam jangka panjang membawa dampak
membahayakan bagi sistem pertahanan tubuh paru-paru, yang berfungsi
membersihkan dan menyaring kuman pathogen seperti M. Tuberculosis (Yach,
2000). Silia adalah bulu getar yang berfungsi sebagai sistem pertahanan aktif
menyaring kotoran dan kuman pathogen akan tidak dapat melakukan fungsinya
jika terkena paparan asap rokok (Holbrook, 1982). Paparan asap rokok dalam
jangka waktu lama dapat menyebabkan kebotakan pada mucosiliar dan
penurunan fungsi (melembabkan dan menyaring kuman pathogen), ketika
jumlah dan karakteristik normal dari mucosiliar telah rusak maka akan mudah
terjadinya infeksi saluran pernapasan dan em-physematous (Burns,1991;
Chitanondh 1991).
Merokok mempengaruhi fungsi normal makrofag al-veolar, yaitu
membunuh mikroorganisme (seperti M. Tuberculosis), membersihkan dan
mensterilkan saluran pernapasan. Ketika makrofag tidak berfungsi secara normal
menyebabkan kuman M-. Tuberculosis akan bertahan pada saluran pernapasan
(Sibille Dan Reynolds, 1990).
23

Berkembangnya kuman TB dalam penjelasan ini berkaitan dengan


menurunnya fungsi respon imun inmacrophage/monocyte and CD4+
(Onwubballi et al, 1987). Paparan asap rokok menyebabkan perubahan
morfologi dan fungsi alveolarmacrophages. Macrophages from smokers are
more numerous and are generally larger in size and highly pigmented (Sibille
and Reynolds,1990)
7) Dampak Bagi Perokok Pasif
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun, termasuk benzene,
carbon monoxide, chromium, cyanide, formaldehyde, lead, nickel, dan polonium.
Partikel berbahaya dalam asap rokok dapat melayang di udara selama berjam-
jam. Menghirup asap rokok untuk waktu singkat seperti dilakukan perokok dapat
mengiritasi paru-paru dan mengurangi jumlah oksigen dalam darah. Sementara
menghirupnya berkepanjangan atau menjadi perokok pasif, justru lebih
berbahaya.
“Orang yang merokok adalah orang yang egois karena 70 persen asap
dihirup oleh bukan perokok. Yang keluar itu justru lebih banyak. Jadi jelas,
orang-orang yang berada di sekitar kita (perokok) yang paling dirugikan,” ujar Dr
Aulia Sani SpJP (K), pengajar Departemen Kardiologi & Kedokteran Vaskuler
FKUI dalam peluncuran kampanye Break Free bertema “Semangat Bebaskan
Diri dari Jeratan Adiksi Nikotin” di The Cone, FX Lifestyle X’nter, Jakarta, Rabu
(26/5/2010
Risiko yang akan diterima perokok pasif antara lain dapat mengalami
kanker paru dan penyakit jantung, masalah pernapasan termasuk radang paru dan
bronchitis, sakit atau pedih mata, bersin, batuk-batuk, dan sakit kepala.
Disamping itu, perokok pasif juga mempunyai risiko yang lebih tinggi
untuk mengidap berbagai penyakit, 30 % penyakit jantung dan 25% kanker. Bagi
ibu hamil yang merokok akan mengalami pengaruh buruk antara lain akan
mengalami keguguran, pendarahan, bayi lahir prematur, bayi meninggal atau
meninggal setelah lahir, bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) dan bayi
sering sakit.

4. Upaya Penanggulangan Bahaya Merokok


24

a. Upaya International Dalam Menanggulangi Bahaya Rokok


Melalui resolusi tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
menetapkan tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia. Maksud
utama dari Hari Bebas Tembakau ini adalah untuk mendorong para perokok
secara sukarela berhenti merokok sebagai langkah awal untuk mengurangi atau
berhenti sama sekali, menghimbau para penjual rokok untuk secara sukarela
tidak menjual rokok selama sehari sebagai suatu tindakan demi kepentingan
dan kebaikan umum, menghimbau media massa terutama di negara-negara
yang sedang bekembang untuk tidak memuat atau menyebarluaskan iklan
rokok selama sehari demi kepentingan dan kebaikan umum juga.
Indonesia merupakan salah satu pemrakarsa Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC) atau Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian
Tembakau, merupakan perjanjian internasional kesehatan masyarakat pertama
sebagai hasil negosiasi 192 negara anggota WHO. FCTC bertujuan untuk
melindungi generasi masa kini dan masa mendatang dari dampak konsumsi
tembakau dan paparan asap rokok terhadap kesehatan, sosial, lingkungan dan
ekonomi.
Menurut Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, terdapat
4 hal yang mendasar bagi bangsa Indonesia untuk untuk meratifikasi dan
mengaksesi FCTC, yaitu :
1. Aspek hak asasi manusia (HAM)
Setiap individu berhak untuk hidup dan mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Pemerintah berkewajiban untuk melindungi
masyarakat dari segala macam hal yang dapat menghambat pencapaian hak
asasi manusia tersebut. Merokok jelas mengancam kesehatan dan menghambat
masyarakat dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Aspek legal
Undang-undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa
zat yang terdapat dalam rokok itu merupakan zat adiktif. Saat ini diketahui
bahwa zat adiktif terdapat dalam 4 jenis, yaitu zat adiktif dalam narkotika,
psikotropika, alkohol dan zat adiktif dalam tembakau, karena itulah perlu
dilakukan pengaturan. Disamping itu sudah terdapat kesepakatan secara
25

internasional untuk mengatur tersebut. Disamping itu Kebijakan Pemerintah


Indonesia melalui Revisi PP No 81 Tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok
Bagi Kesehatan menjadi PP No 19 Tahun 2003 yang mengatur Kadar nikotin
dalam setiap batang rokok di wilayah Indonesia tidak boleh melebihi 1,5 mg,
dan kadar kandungan tar maksimal 20 mg.
3. Hubungan internasional
Di dalam lingkup internasional, Indonesia dianggap sebagai pemimpin
dalam global health. Dalam perhelatan The 3rd APEC High Level Meeting on
Health and the Economy di Nusa Dua Bali yang bersepakat menyatakan bahwa
kesehatan merupakan isu prioritas. Indonesia menjadi satu-satunya negara yang
belum mengaksesi FCTC.
4. Segi ekonomis
Saat ini perokok yang berasal dari golongan menengah kebawah
(golongan tidak mampu) semakin banyak, ini merupakan beban yang besar.
Disamping itu kebiasaan merokok menyebabkan penyakit yang sangat mahal
biaya pengobatanya seperti penyakit paru, penyakit jantung, stroke dan
kecacatan pada bayi, ini akan menjadi beban ekonomi negara yang luar biasa
besar dan anggaran kesehatan akan tersedot untuk penyakit-penyakit mahal
yang sebenarnya dapat dicegah.

b. Upaya pemerintah dalam penanggulangan rokok


Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
Kementerian Kesehatan RI dan pemerintah daerah berupaya menanggulangi dan
menurunkan jumlah perokok yaitu :
1) Peraturan Perundang-undangan.
Pemerintah menyatakan rokok merupakan zat adiktif sebagaimana telah
dinyatakan dalam UU 36/2009 tentang Kesehatan Pasal 113 Ayat 2, Zat
adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat meliputi tembakau, produk yang
mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang
penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau
masyarakat sekelilingnya.
26

Juga ada PP 109 tahun 2012 yang mengatur lebih rinci tentang isi UU 36
tahun 2009 di bidang penanggulangan merokok, dan juga ada Peraturan
Menteri Kesehatan, Peraturan Ka Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) dan juga berbagai Peraturan Daerah serta Aturan (SK) Gubernur,
Bupati dan Walikota.
Larangan merokok di DKI Jakarta :
Berdasarkan Pasal 1 angka 22 Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 88
Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 75 Tahun
2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok  (“Pergub 88/2010”), kawasan
dilarang merokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan sebagai tempat
atau area dilarangnya kegiatan merokok sesuai yang diatur dalam Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(“Perda 2/2005”) yaitu tempat umum, tempat pelayanan kesehatan, tempat
belajar mengajar, tempat ibadah, tempat bekerja, arena kegiatan anak-anak
dan angkutan umum.
Terdapat sanksi yang diatur dalam Pasal 41 ayat (2) jo Pasal 13 ayat (1) Perda
2/2005 yakni, setiap orang yang merokok di kawasan dilarang merokok
diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp. 50 juta.
2) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Tentang dampak merokok bagi kesehatan. Hal ini dilakukan melalui berbagai
media yang ada, baik di tempat sarana pelayanan kesehatan maupun juga
tempat-tempat umum
3) Peringatan kesehatan dalam bentuk gambar.
Dasar hukum bahwa bungkus rokok mencantumkan disturbing picture atau
gambar menakutkan untuk mencegah orang membeli rokok : Peraturan
Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
(“PP 109/2012”) dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun
2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi
Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau (“Pemenkes 28/2013”).
Jenis Gambar Peringatan Kesehatan :
27

Jenis Peringatan Kesehatan terdiri atas 5 (lima) jenis gambar dan tulisan
sebagai berikut:
a) Gambar kanker mulut bertuliskan “merokok sebabkan kanker mulut”
b) Gambar orang merokok dengan asap yang membentuk tengkorak
bertuliskan “merokok membunuhmu”
c) Gambar kanker tenggorokan bertuliskan “merokok sebabkan kanker
tenggorokan”
d) Gambar orang merokok dengan anak di dekatnya bertuliskan “merokok
dekat anak berbahaya bagi mereka”
e) Gambar paru-paru yang menghitam karena kanker bertuliskan “merokok
sebabkan kanker paru-paru dan bronkitis kronis”

Sanksi :
Pasal 114 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(“UU Kesehatan”) berbunyi:
Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah
Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan.
Sanksi bagi produsen rokok yang tidak mencantumkan peringatan kesehatan
terdapat dalam Pasal 199 ayat (1) UU Kesehatan:
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau memasukkan rokok ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tidak
mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 114 dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

4) Pengaturan iklan rokok.


Lebih dari 140 negara telah menghapus iklan rokok dari penyiaran, di Indonesia
sendiri beredarnya iklan rokok masih diperbolehkan dengan beberapa persyaratan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28 Tahun 2013 Tentang
Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan
Produk Tembakau (Permenkes), dan telah ditayangkannya Gambar Iklan No. 2
Permenkes tersebut, yaitu:  iklan yang menampilkan orang yang sedang merokok
28

(terdapat wujud rokok) disertai gambar tengkorak  manusia dan tulisan Peringatan
Merokok Membunuhmu.
5) Terwujudnya Kawasan Tanpa asap Rokok (KTR).
Ketua Aliansi Bupati/Walikota Peduli Kawasan Tanpa Rokok, yakni Bupati
Kulonprogo Hasto Hardoyo melakukan sosialisasi Perda tentang Kawasan Tanpa
Rokok (KTR), saat ini baru 100 kabupaten/kota dari 515 kabupaten/kota di
Indonesia yang punya regulasi tentang KTR
“Di  Kulonprogo, belanja rokok mencapai Rp 96 miliar per tahun.
Dan ini menempati urutan kedua setelah belanja padi-padian. Padahal, biaya
berobat ke puskesmas gratis saja hanya membutuhkan subsidi kesehatan atau
anggaran kurang lebih Rp 18 miliar dalam setahun.
KTR di jogyakarta, nopember 2019 :
Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Yogyakarta mulai bulan November, akan intensif memberlakukan
patroli di kawasan Malioboro dan kompleks pemerintahan Balai Kota.
Patroli tersebut dilakukan untuk memulai penerapan penegakan Peraturan
Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Dalam perda tersebut disebutkan sejumlah tempat seperti rumah sakit,
puskesmas, poliklinik, sekolah, tempat bermain, ibadah, angkutan umum,
tempat kerja, dan tempat lain yang ditetapkan harus nihil dari kegiatan yang
bersangkutan dengan rokok.
6) Terselenggaranya pelayanan kesehatan untuk bantuan orang yang ingin
berhenti merokok.
7) Untuk mereka yang akhirnya jatuh sakit karena rokok akan segera ditangani
melalui program Jaminan Kesehatan Nasional.

Pendekatan melalui agama juga diperlukan, diantaranya adalah merokok


merupakan bentuk perbuatan merusak/mebunuh diri sendiri dan orang lain,
sebagaimana tertmaktub dalam QS. Al-Baqoroh ayat 195 dan QS. An-Nisa ayat
29, yaitu sebagai berikut :
29

a) “...dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalamkebinasaan dan


berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat
kebaikan”.(QS. Al-Baqarah : 195)
b) “ Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa : 29)

c. Upaya individu berhenti merokok


Berhenti merokok berarti memberi diri kesempatan untuk hidup lebih sehat dan lebih
lama. Hal penting yang perlu diingat, berhenti merokok adalah proses yang perlu
dijalani secara bertahap dan membutuhkan tekad, komitmen, dan kesabaran :
1) Mengelola Stress
Stres bisa menjadi salah satu alasan seseorang memilih untuk merokok. Setelah
merokok, seseorang merasa rileks. Cobalah beberapa cara untuk meredakan
ketegangan, seperti mendengarkan musik, pijat, dzikir atau yoga. Selain itu, di
awal masa percobaan untuk berhenti, sebisa mungkin hindari situasi yang
mendatangkan stres.
2) Hindari Pemicu
Sedapat mungkin hindari faktor atau kebiasaan yang dapat membuat Anda
kembali merokok, seperti berkumpul dengan sesama perokok, minum kopi, atau
minum minuman keras. Jika terbiasa merokok setelah makan, Anda bisa mencari
cara lain sebagai pengganti, seperti mengunyah permen karet atau menggosok
gigi.
3) Terapi Penggantian Nikotin (Nicotine-Replacement Therapy / NRT)
Berhentinya asupan nikotin umumnya membuat seorang perokok merasa
frustrasi sehingga sering membuat mereka gagal berhenti merokok. Terapi
penggantian nikotin dapat membantu meringankan rasa frustrasi atau gejala
putus obat tersebut.
NRT sebagai salah satu cara berhenti merokok bekerja dengan melepaskan
nikotin dalam kadar rendah secara terus-menerus ke pembuluh darah. Unsur
nikotin yang digunakan tidak mengandung tar, karbon monoksida,  dan bahan
kimia berbahaya lain seperti yang terdapat di dalam rokok. Prosedur ini
30

membantu mengurangi hasrat tubuh untuk kembali merokok saat tubuh mulai
merasakan hilangnya asupan nikotin. Media NRT beragam, seperti permen
karet, plester yang ditempelkan pada kulit, atau tablet, atau bisa dengan cara
disemprotkan ke mulut atau hidung.
4) Libatkan Keluarga dan Teman Dekat
Beri tahu kerabat dan lingkaran pertemanan dekat bahwa Anda sedang dalam
proses berhenti merokok. Dukungan orang lain dapat begitu berperan dalam
membantu Anda berhenti merokok. Mereka yang akan mengingatkan dan
membantu menjaga situasi menjadi lebih kondusif sehingga tujuan lebih mudah
tercapai.
5) Terapi Perilaku
Cara berhenti merokok melalui terapi perilaku adalah bentuk konseling yang
membantu Anda untuk fokus pada strategi berhenti merokok. Terapi ini
dilakukan dengan bicara pada konselor dalam sesi psikoterapi, namun bisa juga
dalam sesi per kelompok. Untuk memaksimalkan keberhasilan, terapi ini dapat
dipadukan dengan terapi penggantian nikotin dan atau obat-obatan. Terapi
perilaku ini tidak hanya dapat dilakukan sebagai cara berhenti merokok, namun
juga untuk membantu mengatasi masalah kesehatan mental dan perilaku seperti
stres atau depresi.

6) Membersihkan Rumah
Bersihkan rumah dari aroma rokok dan segala hal yang dapat mendukung Anda
merokok dalam jumlah banyak. Cuci pakaian, sprai, karpet, atau tirai yang
mengandung aroma rokok. Gunakan pengharum ruangan untuk membantu
menghilangkan bau asap rokok.
7) Olahraga
Olahraga dapat membantu mengurangi dan mengalihkan hasrat akan nikotin.
Begitu ingin merokok, kenakan sepatu olahraga Anda dan mulailah
lakukan aktivitas olahraga, seperti lari, sekadar jalan kaki, atau berenang.
Bergabung ke dalam klub kebugaran yang berisi orang-orang yang hidup sehat
juga dapat banyak membantu.
31

8) Pola Makan Sehat


Cara berhenti merokok dengan mengonsumsi pola makan sehat adalah hal yang
tak kalah penting. Selama masih terbiasa merokok, beberapa orang merasa
kurang berselara makan karena efek nikotin dan rokok terhadap indera perasa.
Saat berhenti merokok, menjalani pola makan sehat bisa menjadi langkah untuk
memberi nutrisi tubuh serta sebagai pengingat untuk menjalani gaya hidup sehat.
9) Pikirkan Keuntungannya
Ada banyak manfaat yang bisa diambil dari berhenti merokok, seperti:
o Tubuh yang lebih sehat. Berhenti merokok berarti menurunkan tekanan
darah, menurunkan tingkat risiko serangan jantung, stroke, dan kanker.
o Adanya dana lebih yang tadinya digunakan untuk membeli rokok.
o Hilangnya bau mulut tidak sedap akibat rokok.
o Kulit yang lebih cerah dan bersih.
o Keluarga termasuk anak-anak di sekitar Anda terhindar dari bahaya
merokok secara pasif.
o Semangati diri sendiri dengan mengingat manfaat-manfaat di atas.
10) Hipnosis
Cara berhenti merokok melalui hipnosis dipercaya dapat mengubah perilaku.
Saat dihipnosis, anda merasa bisa lebih rileks, mampu berkonsentrasi, dan
mendengarkan saran untuk berhenti merokok.
Oleh karena praktiknya yang berbeda-beda, cara berhenti merokok yang satu ini
sulit diteliti efektivitasnya. Namun sebagian orang mengaku telah merasakan
manfaatnya. Jika ingin mencoba, dokter Anda mungkin dapat
merekomendasikan seorang terapis hipnosis profesional.
11) Akupuntur
Penggunaan akupunktur sebagai cara berhenti merokok biasa diterapkan pada
bagian telinga. Meski terapi alternatif ini belum terbukti efektif secara ilmiah,
namun tidak ada salahnya mencobanya sesuai instruksi seorang terapis
berlisensi.
12) Obat-obatan
Jika cara berhenti merokok di atas belum berhasil, Anda dapat menempuh
langkah medis. Dokter dapat meresepkan obat-obatan yang dapat membantu
32

mengurangi hasrat untuk merokok dengan cara memengaruhi proses kimia di


otak. Obat ini juga membuat merokok menjadi tidak lagi memuaskan. Tersedia
juga obat yang dapat membantu meredakan efek kecanduan nikotin, seperti
depresi dan ketidakmampuan berkonsentrasi.
13) Terus Berusaha
Anda bisa mengurangi frekuensi dan jumlah rokok yang diisap per hari sebagai
cara berhenti merokok. Tetapkan target mingguan hingga akhirnya benar-benar
bisa terbebas dari efek rokok yang adiktif. Apabila perlu, Anda
bisa berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut agar
cara berhenti merokok Anda lebih efektif.

5. Peran Perawat Pada Program Berhenti Merokok


Salah satu peran perawat di komunitas adalah sebagai pendidik kesehatan
(helth education), yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik dirumah, dipuskesmas, maupun
dikomunitas secara terorganisir untuk menanamkan perilaku hidup sehat sehingga
terjadi perubahan perilaku untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Disamping itu perawat dapat berperan sebagai konselor yaitu melakukan konseling
untuk membantu klien agar dapat menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau
masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang, di dalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual.
Menurut WHO (2004), salah satu strategi untuk merubah perilaku adalah
melalui upaya pemberian informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara
pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Perubahan perilaku degan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang
dicapai bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan
karena paksaan).
Kebiasaan merokok merupakan perilaku yang sulit untuk dihentikan.
Algoritma upaya berhenti merokok merupakan salah satu pendekatan penyampaian
informasi tentang dampak buruk rokok terhadap kesehatan sebagai upaya prevensi
dan motivasi untuk menghentikan perilaku merokok. Dengan menumbuhkan
33

motivasi dalam diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan
membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang
dari lingkungan internal maupun eksternal.
Woodhworth mengungkapkan bahwa  perilaku  terjadi karena adanya
motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak
akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme
timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti
kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan
atau memunculkan mekanisme perilaku. (Notoatmodjo, 2007)
Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya
perilaku menurut Woodworth mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu(21) :
1) Intensitas, menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan
individu berperilaku tertentu
2) Pemberi arah, mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu
perilaku tertentu
3) Persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus menerus.
Dengan kata lain, jika ketiga hal tersebut lemah, maka motivasi tak akan
mampu menimbulkan perilaku.
Strategi-strategi yang dapat digunakan oleh perokok untuk berhenti merokok:
1) Rencanakan waktu berhenti
Niatkan dan rencanakan kapan anda akan berhenti merokok untuk selamanya.
Waktunya mungkin saja beberapa hari ke depan.
2) Bantu diri Anda sendiri
Dalam merencanakan dan menjaga keinginan Anda untuk berhenti merokok,
carilah informasi mengenai rokok dan penyakit yang ditimbulkan dari berbagai
sumber terpercaya seperti American Cancer Society, American Lung Association,
Centers for Disease Control and Prevention atau situs lokal seperti Yayasan Kanker
Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia, Komite Nasional Penanggulangan Masalah
Merokok atau konsultasikan dengan dokter.
3) Kelompok pendukung
34

Entah Anda bertemu secara online atau sebuah kelompok pendukung. Carilah
dukungan dari orang-orang yang juga berusaha untuk berhenti merokok.
4) Konseling
Konseling merupakan pertemuan tatap muka dengan dokter yang terpercaya,
psikolog, perawat atau konselor misalnya di Klinik Berhenti Merokok. Forum ini
akan membahas hal-hal apa saja yang menghalangi anda untuk berhenti merokok dan
cara-cara untuk mengatasinya.
5) Olahraga
Olahraga akan membantu anda mengatasi stres dan berat badan yang
bertambah setelah anda berhenti merokok.
6) Ajak Sahabat/Keluarga Anda
Mintalah teman atau anggota keluarga yang tidak merokok untuk menyediakan
waktu mereka jika anda mengalami masa-masa yang sulit.
35

Gambar 2.1 Diagram Pendekatan Program Berhenti Merokok

Penderita datang ke dokter Puskesmas


atau Rumah Sakit

Apakah penderita perokok aktif ?

Ya Tidak

Apakah penderita akan berhenti merokok ? Apakah penderita pernah merokok ?

Ya Tidak Ya Tidak

Penanganan yang memadai (5A) Motivasi untuk berhenti (5R) Mencegah merokok lagi Mempertahankan tidak merokok

5R : Bentuk pelayanan bagi penderita yang belum akan berhenti 5A : Bentuk pelayanan lengkap yang diberikan kepada penderita
merokok dan harus dimotivasi untuk berhenti merokok batuk yang akan berhenti merokok
Relevance : Penjelasan dan diskusi dengan perokok Ask : Ditanyakan mengenai masalah seputar merokok
Risk : Resiko jika terus merokok Advice : Dinasehati untuk berhenti merokok
Reward : Penjelasan keuntungan berhenti merokok Assess : Dinilai keinginan pasien untuk berhenti merokok
Roadblocks : Identifikasi hambatan berhenti merokok Assist : Dibantu untuk berhenti merokok
Repetition : Ulangi motivasi berhenti merokok setiap Arrange : Dirancang dan diatur untuk menjalani program
kali kunjungan berhenti merokok
36

BAB III
PEMBAHASAN

A. Peran perawat (PPNI) mensosialisasikan Gerakan Anti Merokok (GAM)


Peran perawat dalam pencegahan primer perilaku merokok Berfokus pada
promosi kesehatan adalah bertujuan menurunkan resiko pemajanan individu
atau masyarakat terhadap penyakit.
Dilansir media suara merdeka, dari Kebumen, jawa tengah, 1.552 Perawat
Siap Sukseskan Gerakan Anti Merokok. Dukungan terhadap kampanye
Kebumen bebeas rokok terus bermunculan, utamanya dari organisasi profesi
kesehatan. Setelah datang Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dukungan yang
sama disampaikan oleh Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) Kebumen.
Ketua DPD PPNI Kebumen, H Tri Tunggal Eko Sapto SKM MPH,
mendukung Pemkab Kebumen untuk menegakan Peraturan Daerah (Perda)
Nomor 10 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) agar ketertiban
masyarakat dalam hal tidak merokok di sembarang tempat dapat terwujud.
Jumlah perawat di Kebumen sebanyak 1.552 orang yang tersebar di seluruh
Kebumen. Jumlah itu akan menjadi modal besar untuk mensuskseskan
gerakan anti merokok. Selain itu, PPNI Kebumen siap untuk bergandengan
tangan dengan organisasi profesi kesehatan lain seperti Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), serta organisasi lainnya yang
konsen terhadap GAM. Dalam upaya menurunkan jumlah perokok, PPNI
Kebumen mengajak masyarakat untuk melaksanakan budaya hidup sehat
melalui kampanye berhenti merokok. Keinginan serta motivasi yang kuat
diperlukan agar terbebas dari kecanduan tembakau.
Dalam Perda itu terdapat pengaturan KTR (Kawasan Tanpa Rokok) yaitu
meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar,
tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan
tempat umum. Juga memuat pasal sanksi antara lain sanksi administratif
37

berupa teguran lisan, tertulis, publikasi secara terbuka atas pelanggaran


melalui media massa dan atau rekomendasi penarikan produk tembakau.

B. Peran perawat komunitas di Puskesmas Panongan


Di Puskesmas Panongan berdasarkan hasil observasi tercatat 90,48%
dari pengunjung pria dengan gangguan pernapasan di Poli PAL adalah
perokok aktif, dan 86,95% dari pengunjung wanita adalah perokok pasif.
Tingginya angka perokok aktif tersebut merupakan ancaman serius
terhadap derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Panongan sehingga diperlukan upaya dari berbagai pihak
untuk melindungi generasi masa kini dan masa mendatang dari dampak
konsumsi tembakau dan paparan asap rokok terhadap kesehatan.
Upaya yang telah dilakukan di Puskesmas Panongan khususnya di
Poli PAL sebagai bagian dalam upaya mendukung program berhenti merokok
dan kampanye anti rokok diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Konseling berhenti merokok terhadap klien (perokok) dengan gangguan
pernapasan yang berkunjung ke Poli PAL UPTD Puskesmas Panongan.
2. Penyampaian informasi atau pesan melalui pemasangan foster anti rokok,
yaitu:
a. Matikan rokok sebelum rokok mematikan anda
b. Singkirkan rokok dari hidup anda sebelum rokok menyingkirkan anda dari
hidup ini.
c. Buktikan rasa sayang anda pada orang sekitar anda dengan berhenti
merokok.
d. Stop rokok, kawasan tanpa rokok.
Kebiasaan merokok merupakan perilaku yang sulit untuk dihentikan.
Diperlukan upaya yang sinergis dari perokok, masyarakat, pemerintah dan tenaga
kesehatan agar program antirokok dapat berhasil.
Menurut WHO (2004), salah satu strategi untuk merubah perilaku adalah
melalui upaya pemberian informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara
pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain akan meningkatkan pengetahuan
38

masyarakat. Perubahan perilaku degan cara ini memakan waktu lama, tetapi
perubahan yang dicapai bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka
sendiri (bukan karena paksaan).
Perawat komunitas mempunyai peran sebagai konselor dan pendidik
kesehatan (health education), yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik dirumah, dipuskesmas,
maupun dikomunitas secara terorganisir untuk menanamkan perilaku hidup sehat
sehingga terjadi perubahan perilaku untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. (kozier, 1995)
Konseling pada perokok bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang dampak rokok terhadap kesehatan dan merupakan salah satu upaya
prevensi dan motivasi untuk menghentikan perilaku merokok. Dengan
menumbuhkan motivasi dalam diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk
merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan
merokok yang datang dari teman, media massa, kebiasaan keluarga atau orangtua
dan lain-lain.
Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasi tingkah laku (perilaku). Perilaku
ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal.
Woodhworth mengungkapkan bahwa  perilaku  terjadi karena adanya motivasi
atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak
akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme
timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya suatu kebutuhan (need)
pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya
dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah,
dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi
kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri. (Notoatmodjo,
2007)
Untuk lebih mengoptimalkan peran perawat komunitas dalam memberikan
konseling berhenti merokok, keberadaan klinik konsutasi berhenti merokok di
39

fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas Panongan perlu untuk


dipertimbangkan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Rokok merupakan induk dari segala penyakit, World Economic Forum (WEF)
mengatakan bahwa penggunaan tembakau menjadi faktor utama penyakit tidak
menular (PTM) seperti jantung, kanker, pernapasan kronik dan diabetes. Penyakit-
penyakit tersebut dapat membebani ekonomi Indonesia US$ 4,5 trilyun atau 61,3
quadrilion hingga 2030 nanti. Jika kondisi ini (peningkatan jumlah perokok) tidak
ditanggulangi, maka pemerintah tidak akan sanggup lagi menanggung dampak
kesehatan yang ditimbulkan asap rokok.

Program berhenti merokok merupakan tanggung jawab semua kalangan, dimana


dampak terhadap kesehatan jauh lebih besar dibanding dampak ekonomi yang
diihasilkan, data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan menunjukkan meski penerimaan cukai rokok mencapai 55 triliun pada
2010, pengeluaran makro akibat rokok justru mencapai Rp245,41 triliun, yang
mencakup pembelian rokok dari masyarakat (Rp138 triliun), hilangnya
produktivitas akibat cacat di usia muda (Rp105,3 triliun), dan pengeluaran untuk
perawatan medis (Rp2,11 triliun). Fakta ini sejatinya memberi konfirmasi bahwa
kerugian yang ditimbulkan oleh rokok lebih besar ketimbang manfaat ekonomi
yang dihasilkan.

B. Saran
Upaya menurunkan jumlah perokok masih kurang maksimal, kurangnya “political
will” dari pemerintah dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang dampak dan
bahaya merokok terhadap kesehatan.
Saran kelompok dalam menurunkan jumlah perokok :
40

1. Upaya pemerintah
a. Menaikkan harga cukai rokok dan harga mesin kretek dua kali lipat.
Wakil kepala pusat ekonomi dan bisnis syariah fakultas ekonomi bisnis
(FEB), Abdillah Ahsan mendesak pemerintah untuk menaikkan cukai
rokok dan mesin hingga dua kali lipat. Fokus pemerintah adalah harga
kretek mesin golongan 1 karena mereka menguasai pangsa pasar hingga
63%, hal ini disasarkan fakta bahwa konsumen sigaret kretek mesin
mencapai 63 persen pada 2018, paling besar dibandingkan konsumen
pada jenis rokok lain, yang mana konsumen rokok tersebut mencangkup
anak-anak dan juga masyarakat berpenghasilan rendah atau kurang
mampu, meski harga rokok tersebut mahal.
Mereka juga melakukan penelitian dari pusat kajian jaminan sosial UI
yang menyebutkan bahwa perokok akan berhenti merokok hingga 74%
jika harga rokok dinaikkan hingga Rp. 70 ribu.
Menaikkan harga cukai rokok merupakan solusi berkesinambungan yang
diharapkan dapat menurunkan jumlah perokok dibanding menaikkan
iuran BPJS hingga 100% yang dapat membebankan perekonomian
masyarakat, sementara sebab utama masalah kesehatan tidak ditanganni
dikarenakan rokok merupakan salah satu induk segala penyakit yang
harus ditangani pertama dalam upaya mencegah kebangkrutan biaya
kesehatan yang ditanggung oleh pemerintah.

b. Menerapkan aturan undang-undang berupa penegakkan sanksi atau denda


kepada para perokok, meningkatkan jumlah KTR (Kawasan Tanpa
Rokok) di seluruh indonesia dan menerapkan sanksi yang tegas terhadap
pelanggarnya
Akibat lemahnya dan kurang tegasnya pemerintah pusat dan daerah
menerapkan undang-undang dan sanksi perda larangan merokok atau
KTR (kawasan tanpa rokok) menyebabkan jumlah perokok terus
meningkat setiap tahun.
41

Terdapat sanksi yang diatur dalam Pasal 41 ayat (2) jo Pasal 13 ayat (1)
Perda 2/2005 yakni, setiap orang yang merokok di kawasan dilarang
merokok diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50 juta
(“Perda 2/2005”) yaitu tempat umum, tempat pelayanan kesehatan,
tempat belajar mengajar, tempat ibadah, tempat bekerja, arena kegiatan
anak-anak dan angkutan umum.
42

DAFTAR PUSTAKA

Choerunisa. Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Paru; (diunduh tanggal 17 April


2014). Tersedia dari : http://www.lifestyle.okezone.com

Depkes RI. Pendekatan Praktis Kesehatan Paru Untuk Tenaga Puskesmas.


Jakarta : Depkes RI; 2013.

Depkes RI. Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta : Depkes RI; 2013

Hans Tjandra. Merokok dan Kesehatan; (diunduh tanggal 17 April 2014).


Tersedia dari : http://www.compas.co.id

Kepmenkes RI No. 279 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya


Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas

Moekijat. Dasar – Dasar Motivasi. Bandung : Vioner Jaya; 2002

Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta;


2007

Nugroho. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut; (diunduh tanggal
17 April 2014). Tersedia dari http://www.infogizi.net

Suchri Suarli dan Yanyan Bachtiar. Manajemen Keperawatan Dengan


Pendekatan Praktis. Bandung: Balatin Pratama; 2007

Syamsul Maarif. Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan. (diunduh tanggal 17 April


2014). Tersedia dari : http://www.rotinsuluhospital.org/berita-6-bahaya-
rokok-terhadap-kesehatan.html

Yudhistira. Penyuluhan Bahaya Rokok; (diunduh tanggal 17 April 2014). Tersedia


dari : http://www.yudhistira.blogsport.com

Centers for Disease Control and Prevention. Smoking and Diabetes [last updated;
March 22, 2018; accessed 2019 N]. Dari:
https://www.cdc.gov/tobacco/campaign/tips/diseases/diabetes.html
43

Ariyothai N, et al.Cigarette smoking and its relation to pulmonary tuberculosis in


adults. Thailand: Tuberculosis Division, Ministry of Public Health [last
update; 2004 Mar; accessed 2019].
Dari :https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/15272772/

Anda mungkin juga menyukai