Oleh:
Anugerah Indah Mareta 04084821921030
Pembimbing:
dr. Nuswil Bernolian, Sp.OG (K), KFM, MARS
REFERAT
Oleh:
Anugerah Indah Mareta 04084821921030
Nia Githa Sarry 04084821921089
Siti Salimah Hanifah Novizar 04054822022070
Syafira Nofwanda 04054822022071
Wafa Zahara Al Adawiyah 04084821921072
Wahyu Irawan Nasution 04054822022183
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode 30 maret s.d. 8 juni 2020.
Palembang, April 2020
Pembimbing
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan judul “KETUBAN PECAH
DINI” Untuk Memenuhi Tugas Ilmiah Yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran
kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya/ RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Nuswil
Bernolian, Sp.OG (K), KFM, MARS selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan bimbingan dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan tugas ilmiah ini, semoga
bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Judul Halaman
Kata Pengantar.................................................................................................................2
Daftar isi............................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang...................................................................................................................5
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Definisi..........................................................................................................................7
B. Epidemiologi..................................................................................................................8
C. Etiologi..........................................................................................................................8
D. Klasifikasi....................................................................................................................11
E. Faktor Risiko................................................................................................................12
F. Patofisiologi.................................................................................................................13
G.Diagnosis......................................................................................................................14
H.Tatalaksana...................................................................................................................18
I. Komplikasi ...................................................................................................................22
J. Prognosis ......................................................................................................................25
BAB III Kesimpulan
Kesimpulan.......................................................................................................................26
DaftarPustaka ................................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah
usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of
membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau
mortalitas maternal maupun perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami
KPD preterm akan mengalami infeksi yang berpotensi berat, bahkan fetus/ neonates
akan berada pada risiko morbiditas dan mortalitas terkait KPD preterm yang lebih
prematur dengan potensi masalah yang muncul, infeksi perinatal, dan kompresi tali
2016).
berada pada level kompetensi 3A, yaitu lulusan dokter mampu membuat diagnosis
klinik, memberi terapi pendahuluan pada keadaan bukan gawat darurat, menentukan
rujukan yang tepat bagi penanganan pasien selanjutnya dan mampu menindaklanjuti
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
yang cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada
sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm dan PPROM terjadi pada terjadi pada sekitar 2-
3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar. PPROM
merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran prematur, yang telah
Etiologi
1. Inkompetensia serviks
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar. Serviks smemiliki suatu kelainan anatomi yang nyata, yang bisa disebabkan laserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks
sehingga memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules
dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.2
3. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia
menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan
pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput
ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan
selaput ketuban mudah pecah.6
4. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah
peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut,
volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu
beberapa hari saja.2
5. Kelainan letak
Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.2
6. Penyakit infeksi
.Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina
atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian
khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh
persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah
Klasifikasi
1) KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecah ketuban yang terbukti dengan
vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia <37
minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecah ketuban
saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan
KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang 37
pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling, tes
nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu (POGI,
2016).
Faktor Resiko
kehamilan preterm. Pasien berkulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pasien kulit putih. Pasien lain yang juga berisiko adalah
menular seksual, memiliki riwayat persalinan prematur, riwayat ketuban pecah dini
berakibat pada kejadian KPD aterm antara lain sirklase dan amniosentesis.
Tampaknya tidak ada etiologi tunggal yang menyebabkan KPD. Infeksi atau
Perdarahan antepartum
Merokok
2016):
Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh
matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan
pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas
mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi Ketuban Pecah Dini (Prawirahardjo,
2016).
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-
faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur
2016).
Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm harus
meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan presentasi janin, dan
penilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua pemeriksaan penunjang terbukti
signifikan sebagai penanda yang baik dan dapat memperbaiki luaran (POGI, 2016).
adanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan penderita
merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba (WHO, 2013). Perlu diketahui juga
waktu dan kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan,
Pemeriksaan digital vagina yang terlalu sering dan tanpa indikasi sebaiknya
dihindari karena hal ini akan meningkatkan risiko infeksi neonatus. Spekulum yang
digunakan dilubrikasi terlebih dahulu dengan lubrikan yang dilarutkan dengan cairan
steril dan sebaiknya tidak menyentuh serviks. Pemeriksaan spekulum steril digunakan
untuk menilai adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin
(pada presentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran serviks, mendapatkan
Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada
tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38℃ sena air
ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm3. Janin yang mengalami
dan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan
Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali pusat harus diperhatikan
dengan baik. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis, ambil dua swab dari serviks (satu
sediaan dikeringkan untuk diwarnai dengan pewarnaan gram, bahan lainnya diletakkan
Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan
dengas tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru (Prawirahardjo, 2016). Jika cairan
amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan lagi pemeriksaan lainnya
untuk mengkonfirmasi diagnosis. Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes
pH dari forniks posterior vagina (pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan
sekret vagina ~ 4.5-6) dan cari arborization of fluid dari forniks posterior vagina
(POGI, 2016).
memperhatikan:
Tes Nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru. Harap
diingat bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif palsu
yang mongering
Jika tidak terlihat adanya aliran cairan amnion, pasien tersebut dapat
dipulangkan dari rumah sakit, kecuali jika terdapat kecurigaan yang kuat ketuban pecah
dini. Semua presentasi bukan kepala yang datang dengan KPD aterm harus dilakukan
1) Pemeriksaan USG
indeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan
amnion yang berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya
pertumbuhan janin terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah
Selain itu USG dapat digunakan untuk menilai taksiran berat janin, usia gestasi dan
2) Pemeriksaan Laboratorium
kemungkinan lain keluarnya cairan/ duh dari vagina/ perineum. Jika diagnosis KPD
aterm masih belum jelas setelah menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazin dan tes
amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki sensitivitas yang rendah. Penanda
tersebut juga dapat dipengaruhi dengan konsumsi alkohol. Selain itu, pemeriksaan
lain seperti pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak memprediksi
Tatalaksana
1) Pastikan diagnosis
Penderita dengan kemungkinan Ketuban Pecah Dini harus masuk rumah sakit
untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat
pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis,
Ketuban Pecah Dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
a) Penanganan Konservatif
bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 × 500 mg selama 7 hari). Jika umur
kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air
ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32-37
minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason,
dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri
antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda
infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea,
Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg-50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri
(Prawirahardjo, 2016).
Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio
1) Komplikasi Ibu
berujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian, didapatkan 6,8% ibu hamil
Sehingga angka mortalitas belum diketahui secara pasti. 40,9% pasien yang
signifikan. Tidak ada kasus terlapor mengenai kematian ibu ataupun morbiditas
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah persalinan lebih
awal. Periode laten, yang merupakan masa dari pecahnya selaput amnion sampai
persalinan secara umum bersifat proporsional secara terbalik dengan usia gestasi
pada saat KPD terjadi. Sebagai contoh, pada sebuah studi besar pada pasien
aterm menunjukkan bahwa 95% pasien akan mengalami persalinan dalam 1 hari
minggu. Bila KPD terjadi sangat cepat, neonatus yang lahir hidup dapat
a) Persalinan Prematur
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam
24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50%
b) Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada
Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara
Prognosis
Usia kehamilan
Adanya infeksi / sepsis
Factor resiko / penyebab
Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan
Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit
bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37
minggu mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.
BAB IV
KESIMPULAN
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadinya persalinan. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan
disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi
37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM).
KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan visualisasi adanya
cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar
Pada pasien tersebut biasanya terdapat keluhan keluar cairan dari jalan lahir. Cairan
yang keluar tidak berbau, tidak lengket, warna jernih tidak disertai lender dan darah, maka
dapat dicurigai cairan tersebut adalah cairan ketuban. Selain itu, berdasarkan HPHT
didapatkan usia kehamilan 38-39 minggu,yang berarti usia kehamilan sudah aterm.
Diagnosis KPD tetap ditegakkan meskipun usia kehamilan sudah aterm, karena meskipun
sudah aterm namun tidak ditemukan adanya tanda-tanda inpartu, yaitu; his tidak adekuat,
tidak ada keluar lendir atau darah (bloody show), dan kepala janin belum masuk PAP
(masih 5/5 atau penurunan masih di Hodge I). Selain itu, dari ibu didapatkan riwayat
infeksi genitalia selama 2 bulan terakhir, dimana infeksi traktus genitalia merupakan salah
vagina, serta pemeriksaan USG. Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu; antibiotik ampisilin
induksi menggunakan oksitosin karena usia kehamilan pasien sudah 38 minggu (tentukan
Crisdiono M. A, Sp.OG, 2004, Prosedur Tetap Obstetric & Ginekologi, Jakarta: Penerbit EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Ketuban Pecah Dini. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 310- 313.
Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds) Pengantar Kuliah Obstertri.
Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan. Ketuban Pecah Dini. Cetakan Pertama. Jakarta.
Penerbit EGC. 2007. Pp 456-60.
Mirazanie, H. Desy Kurniawati. 2010. Ketuban Pecah Dini. Obgynacea, Obstretri dan Ginekologi.
Yogyakarta : Tosca enterprise. Hal : VI.16-18.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), 2016, Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Ketuban Pecah Dini, Himpunan Kedokteran Feto Maternal
WHO, 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Edisi
Pertama, Jakarta: WHO Indonesia