Anda di halaman 1dari 51

POLINEUROPATI DIABETIK

OLEH:
Azillah Syukria Novitri 04054821820095
Amanda Nathania 04054821820107

PEMBIMBING:
dr. H. M. Hasnawi Haddani, Sp.S(K)

DEPARTEMEN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


SRIWIJAYA RSMH PALEMBANG
OUTLINE
PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
TINJAUAN PUSTAKA
ANALISIS KASUS
PENDAHULUAN
Neuropati diabetikum adalah adanya gejala dan / atau tanda dari
disfungsi saraf perifer dari penderita diabetes tanpa ada
penyebab lain selain diabetes.

Neuropati merupakan bagian dari “tripati” yaitu bentuk


komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita diabetes
melitus yang terdiri atas neuropati, retinopati dan nefropati

Angka kejadian neuropati diabetik umumnya meningkat dengan


bertambahnya umur dan lamanya durasi diabetes melitus

Komplikasi yang dapat dialami pasien diabetes melitus dengan


polineuropati diabetes antara lain ialah infeksi berulang, ulkus
yang tidak sembuh dan amputasi jari/kaki
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN

Yulius Asril Pensiunan

Laki-laki Islam

66 tahun Menikah

Jalan Urip Sumoharja


No. 1706, 2 Ilir, 1140730
Palembang
• Sejak ± 3 tahun lalu, penderita mengalami rasa
Anamnesis kebas dan kesemutan pada ujung jari tangan
Autoanamnesis & alloanamnesis dan kaki, kadang disertai nyeri seperti rasa
11 Oktober 2019 ditusuk jarum dan rasa seperti terbakar.
Keluhan ini dirasakan secara perlahan-lahan dan
semakin memberat sejak ± 2 bulan ini. Nyeri
dirasakan terutama saat menjelang tidur.
Penderita juga mengeluh pusing, lemas disertai
keringat dingin, gelisah dan gemetar,
pandangan kabur (+) sejak ± 6 bulan.
Penderita merasa nafsu makan bertambah,
Pasien datang ke sering minum, sering terbangun malam untuk
Poliklinik Saraf Rumah BAK dan adanya penurunan berat badan. BAB
dan BAK biasa, demam tidak ada, sesak napas
Sakit Mohammad Hoesin
tidak ada.
karena mengalami
kesemutan dari ujung • Riwayat darah tinggi tidak ada. Riwayat kencing
jari tangan dan kaki. manis ada sejak 15 tahun lalu. Riwayat BAB cair
tidak ada. Riwayat batuk lama tidak ada.
Riwayat konsumsi obat TB tidak ada. Riwayat
minum alkohol, jamu dan obat-obatan herbal
tidak ada. Riwayat timbul benjolan, tumor, dan
kemoterapi tidak ada.
• Penyakit ini dialami untuk pertama kalinya.
Anamnesis
Autoanamnesis & alloanamnesis tanggal 11 Oktober 2019

Kebas dan kesemutan pada ujung Nafsu makan bertambah, sering


jari tangan dan kaki perlahan-lahan minum, sering terbangun malam
sejak 3 tahun lalu. untuk BAK dan adanya penurunan
berat badan.
Semakin memberat ± 2 bulan ini.

Riwayat darah tinggi (-). Riwayat


kencing manis (+) sejak 15 tahun
lalu. Riwayat BAB cair (-). Riwayat
Pusing, lemas, keringat dingin, batuk lama (-). Riwayat konsumsi
gelisah, gemetar, pandangan kabur obat TB (-). Riwayat minum alkohol,
(+) sejak ± 6 bulan. jamu dan obat-obatan herbal (-).
Riwayat timbul benjolan, tumor, dan
kemoterapi (-).
Pemeriksaan Fisik
11 Oktober 2019

Status Internus
Kesadaran : Compos mentis
Skala Koma Glasgow : 15 (E4M6V5)
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,3 °C
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 84/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Berat Badan : 58 kg
Tinggi Badan : 160 cm
IMT : 22,65 kg/m2
Keadaan Spesifik
11 Oktober 2019

Kepala dan leher: Konjungtiva palpebra pucat (-), tidak ada tanda trauma,
tidak ada bekas suntikan, tidak ada perdarahan
Thorax:
Paru
I: Statis dan dinamis simetris kanan = kiri, RR = 20x/menit
P: Stem fremitus kanan = kiri
P: Sonor di kedua lapang paru
A: Vesikuler (+) normal, wheezing (-), ronki (-)
Jantung
I: Ictus kordis tidak terlihat
P: Ictus kordis tidak teraba
P: Batas jantung normal
A: Bunyi jantung I-II normal, HR = 84 x/menit, murmur (-), gallop (-)
Keadaan Spesifik
11 Oktober 2019

Abdomen : Datar, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral pucat (-), edema pretibial (-)
Genitalia : Tidak diperiksa
 
Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif
Ekspresi Muka : wajar
Perhatian : ada
Kontak Psikik : ada
Status Neurologikus
11 Oktober 2019

KEPALA
Bentuk : Normochepali Deformitas : (-)
Ukuran : normal Fraktur : (-)
Simetris : simetris Nyeri fraktur : (-)
Hematom : (-) Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
Tumor : (-) Pulsasi : (-)
 
LEHER
Sikap : Normal Deformitas : (-)
Torticolis : (-) Tumor : (-)
Kaku kuduk: (-) Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Status Penciuman Normal Normal

Neurologikus Anosmia Tidak ada Tidak ada


Hiposmia Tidak ada Tidak ada
11 Oktober 2019
Parosmia Tidak ada Tidak ada
N. Optikus Kanan Kiri
Visus 6/30 6/30
Campus visi V.O.D V.O.S
     
     
     
Anopsia Tidak ada Tidak ada
Hemianopsia Tidak ada Tidak ada
Fundus Oculi Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
Papil edema Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
Papil atrofi Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
Perdarahan retina Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa
 
N.Occulomotorius,
Kanan Kiri
Trochlearis, & Abducens
Status Diplopia Tidak ada Tidak ada
Neurologikus Celah mata Simetris Simetris
11 Oktober 2019 Ptosis Tidak ada Tidak ada
Sikap bola mata    
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Exophtalmus Tidak ada Tidak ada
Enophtalmus Tidak ada Tidak ada
Deviation conjugate Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Pupil    
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Isokor/anisokor Isokor Isokor
Midriasis/miosis Tidak ada Tidak ada
Refleks cahaya + +
 Langsung + +
 Konsensuil + + 
Status Neurologikus
11 Oktober 2019

N. Trigeminus Kanan Kiri N. Fasialis Kanan Kiri


Motorik     Motorik  
Menggigit T.A.K T.A.K Mengerutkan dahi Simetris
Trismus Tidak ada Tidak ada Menutup mata Lagophtalmus (-)
Refleks kornea Ada Ada Menunjukkan gigi Tidak ada kelainan
Sensorik     Lipatan nasolabialis Tidak ada kelainan
Dahi T.A.K T.A.K Bentuk muka  
Pipi T.A.K T.A.K  Istirahat Simetris
Dagu T.A.K T.A.K   Berbicara/bersiul Tidak ada kelainan
Sensorik  
2/3 depan lidah Tidak ada kelainan
Otonom  
Salivasi Tidak ada kelainan
Lakrimasi Tidak ada kelainan
Chvostek’s sign - 
Status N. Cochlearis Kanan Kiri

Neurologikus Suara bisikan Tidak ada kelainan


Detik arloji Tidak ada kelainan
11 Oktober 2019
Tes Weber Tidak ada lateralisasi
Tes Rinne +
 
N. Vestibularis
Nistagmus Tidak ada
Vertigo Tidak ada
 
N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri
Arcus pharingeus Simetris

Status Uvula Di tengah


Gangguan menelan Tidak ada
Neurologikus Suara serak/sengau Tidak ada
11 Oktober 2019
Denyut jantung Reguler
Refleks  
Muntah Tidak ada kelainan
Batuk Tidak ada kelainan
Okulokardiak Tidak ada kelainan
Sinus karotikus Tidak ada kelainan
Sensorik  
1/3 belakang lidah Tidak ada kelainan
N. Accessorius   
Mengangkat bahu Simetris
Memutar kepala Tidak ada hambatan
N. Hypoglossus   
Menjulurkan lidah Normal
Fasikulasi Tidak ada
Atrofi papil Tidak ada
Status Neurologikus
11 Oktober 2019

LENGAN Kanan Kiri


Gerakan Cukup Cukup
Kekuatan 5 5
Tonus Normal Normal
Refleks fisiologis    
Biceps Normal Normal
Triceps Normal Normal
Radius Normal Normal
Ulnaris Normal Normal
Refleks patologis    
Hoffman Tromner Tidak ada Tidak ada
Leri - -
Meyer - -
 TUNGKAI  Kanan  Kiri
Gerakan Cukup Cukup
Kekuatan 5 5
Status Tonus Normal Normal

Neurologikus Klonus    
Paha Tidak ada Tidak ada
11 Oktober 2019
Kaki Tidak ada Tidak ada
Refleks fisiologis    
KPR Normal Normal
APR Normal Normal
Refleks patologis    
Babinsky Tidak ada Tidak ada
Chaddock Tidak ada Tidak ada
Oppenheim Tidak ada Tidak ada
Gordon Tidak ada Tidak ada
Schaeffer Tidak ada Tidak ada
Rossolimo Tidak ada Tidak ada
Mendel Bechterew Tidak ada Tidak ada
Refleks Kulit Perut  
Atas Tidak ada kelainan
Tengah Tidak ada kelainan
Bawah Tidak ada kelainan
Status Neurologikus
11 Oktober 2019

KOLUMNA VERTEBRALIS
SENSORIK Kyphosis : Tidak ada
Hipestesi pola sarung tangan Lordosis : Tidak ada
dan kaus kaki
Gibbus : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
FUNGSI VEGETATIF
Tumor : Tidak ada
Miksi : Tidak ada kelainan
Meningocele : Tidak ada
Defekasi : Tidak ada kelainan
Hematoma : Tidak ada
Nyeri ketok : Tidak ada
Status Neurologikus
11 Oktober 2019

GEJALA RANGSANG
MENINGEAL
Kaku kuduk : Tidak ada
GAIT DAN KESEIMBANGAN
Kerniq : Tidak ada
Disdiadokinesia : Tidak ada
Lasseque : Tidak ada
Disemetri : Tidak ada
Brudzinsky
Romberg Test : Tidak ada
Neck : Tidak ada
Cheek : Tidak ada
Symphisis : Tidak
dilakukan
Leg I : Tidak ada
Leg II : Tidak ada
Status Neurologikus
11 Oktober 2019

FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : Tidak ada
GERAKAN ABNORMAL
Afasia sensorik : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Athetosis : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
Ballismus : Tidak ada
Afasia nominal : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil
Pemeriksaan Hematologi Rutin
Penunjang Hemoglobin (Hb) (g/dL) 12,6-17,4 13,1
Hematokrit (Ht) (%) 41-51 40
Eritrosit (RBC) (/mm3) 4,4-6,3 x 106 4,94 x 106
Leukosit (WBC) (/mm3) 4,73-10,89 x 103 8,45 x 103
Trombosit (PLT) (/L) 170-396 x 103 302 x 103
Hitung Jenis    
 Basofil 0-1 0
 Eosinofil 1-6 2
 Netrofil 50-70 71
 Limfosit 20-40 20
 Monosit 2-8 7
Faal Hemostasis
PT (detik) 12-18 13,4
APTT (detik) 27-42 32,5
INR   1,00
Fibrinogen (mg/dL) 200-400 372
D-dimer (g/mL) <0,5 0,35
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil
Kimia Klinik

Pemeriksaan Fungsi Hepar    


 Protein Total (g/dL) 6,4-8,3 6,0
Penunjang  Albumin (g/dL) 3,4-4,8 2,9
 Globulin (g/dL) 2,6-3,6 3,1
Metabolisme Karbohidrat    
 Glukosa Puasa (mg/dL) 70-120 99
 Glukosa 2 Jam PP (mg/dL) <200 165
 Hb-A1c (%) 4,0-6,5 6,3 
Lemak    
 Kolesterol Total (mg/dL) <200 127
 Kolesterol HDL (mg/dL) >65 29
 Kolesterol LDL (mg/dL) <100 59
 Trigliserida (mg/dL) <150 203
Fungsi Ginjal    
 Ureum (mg/dL) 16,6-48,5 11
 Kreatinin (mg/dL) 0,5-0,9 0,68
 Asam Urat (mg/dL) <5,7 4,8
Elektrolit    
 Natrium (mEq/L) 135-155 133
 Kalium (mEq/L) 3,5-5,5 3,8
Pemeriksaan ENMG (Elektroneuromiografi)

Kesan:
Sesuai dengan gambaran axonal demyelinating polyneuropathy
sensorik motoric.
DIAGNOSIS

Diagnosis Klinik: Diagnosis


Hipestesi pola Etiologi:
gloves and Diabetes Mellitus
stocking Tipe 2

Diagnosis
Diagnosis Topik:
Tambahan:
Saraf Tepi
(-)
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis Farmakologis
 Edukasi:
• Jaga kebersihan kulit, hindari
trauma kaki seperti memakai
sepatu sempit.
• Mengontrol gula darah dan  Gabapentin 1x300 mg PO
rutin pemeriksaan HbA1c
 Neurodex 1x1 tab PO
secara berkala minimal 3
bulan sekali.
 Konsultasi dengan dokter
penyakit dalam untuk
tatalaksana diabetes mellitus
PROGNOSIS

Quo ad Vitam : bonam


Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Adanya gejala dan atau tanda dari


disfungsi saraf perifer dari penderita
diabetes tanpa ada penyebab lain selain
diabetes.

Diidentifikasikan pada daerah distal dan


dimulai dari kaki kemudian meningkat ke
atas, biasanya bilatral dan simetris
EPIDEMIOLOGI 

Kemungkinan 10-20% pasien


terjadi neuropati saat ditegakan
diabetik pada Diabetes Melitus
kedua jenis telah mengalami
kelamin sama neuropati

Prevalensi
Diperkirakan
neuropati
setelah
diabetik ini akan
menderita
meningkat
diabetes selama
sejalan dengan
25 tahun,
lamanya
prevalensi
penyakit dan
neuropati
tingginya
diabetik 50%
hiperglikemia
Faktor Risiko
Kualitas
Usia Lama diabetes kontrol
metabolik

Konsumsi
Berat badan Kadar HDL
rokok

Penyakit
kardiovaskular
Patofisiologi

1. Faktor Metabolik
• Proses terjadinya neuropati diabetik berawal
dari hiperglikemia yang berkepanjangan 
aktivasi jalur poliol meningkat, yaitu terjadi
aktivasi enzim aldose-reduktase, yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, yang
kemudian dimetabolisme oleh sorbitol
dehidrogenase menjadi fruktosa  keadaan
hipertonik intraseluler  edema saraf
Patofisiologi

2. Kelainan Vaskuler
• Mekanisme kelainan mikrovaskuler akibat
penebalan membrana basalis; trombosis
pada arteriol intraneura; peningkatan
agregasi trombosit dan berkurangnya
deformitas eritrosit; berkurangnya aliran
darah saraf dan peningkatan resistensi
vaskular; stasis aksonal, pembengkakan dan
demielinisasi pada saraf akibat iskemia akut.
Patofisiologi

3. Mekanisme Imun
• Mekanisme patogeniknya ditemukan adanya
antineural antibodies pada serum sebagian
penyandang DM. Autoantibodi yang beredar ini
secara langsung dapat merusak struktur saraf
motorik dan sensorik yang bisa dideteksi
dengan imunoflorensens indirek dan juga
adanya penumpukan antibodi dan komplemen
pada berbagai komponen saraf suralis.
Patofisiologi
4. Peran Nerve Growth Factor (NGF)
• NGF diperlukan untuk mempercepat dan
mempertahankan pertumbuhan saraf.
• Pada penyandang diabetes, kadar NGF serum
cenderung turun dan berhubungan dengan derajat
neuropati.
• NGF juga berperan dalam regulasi gen Substance P
dan Calcitonin-Gen-Regulated peptide (CGRP).
Peptide ini mempunyai efek terhadap vasodilatasi,
motilisasi intestinal dan nosiseptif, yang kesemuanya
itu mengalami gangguan pada neuropati diabetik.
Klasifikasi
Klasifikasi neuropati diabetik berdasarkan gambaran klinik, yaitu :
• STADIUM I : NEUROPATI FUNGSIONAL / SUBKLINIS, yaitu gejala timbul
sebagai akibat perubahan biokimiawi. Pada fase ini belum ada kelainan patologik
sehingga masih reversibel.

• STADIUM II : NEUROPATI STRUKTURAL / KLINIS, yaitu gejala timbul


sebagai akibat kerusakan struktural serabut saraf. Pada fase ini masih ada
komponen yang reversibel.

• Kematian neuron atau tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut
saraf akibat kematian neuron. Pada fase ini ireversibel. Kerusakan serabut saraf
pada umumnya dimulai dari distal menuju ke proksimal, sedangkan proses
perbaikan mulai dari proksimal ke distal. Oleh karena itu lesi distal paling
banyak ditemukan, seperti polineuropati simetris distal.
Manifestasi Klinis

Perbedaan manifestasi klinis dari neuropati diabetes (Modified from Pickup J,


Williams G [eds]. Textbook of Diabetes, Vol 1. Oxford, UK, Blackwell Scientific, 1997
Manifestasi Klinis
 Tanda pertama muncul pada tungkai bawah.
 Parestesia selalu terjadi pada jari kaki atau telapak kaki, terutama pada
malam hari. Ada rasa tebal atau kesemutan, terutama pada tungkai
bawah
 Sensasi sarung pada kaki “seperti kaos kaki”
 Kehilangan refleks Achilles
 Penyusutan atau kehilangan perasaan getar, dimulai dari distal.
 Saat kondisi berkembang, terjadi paresis extensor jari kaki pada dorsum
kaki.
 Makin lama, paresis sepanjang extensor jari dan kaki.
 Kedua kaki terkulai.
 Sensasi seperti terbakar.
 Gangguan sensoris dan kelemahan menyebar ke tungkai atas.
Diagnosis
Manifestasi klinis Neuropati Diabetik bergantung dari jenis serabut saraf yang
mengalami lesi. Mengingat jenis serabut saraf yang terkena lesi bisa yang kecil atau
besar, lokasi proksimal atau distal, fokal atau difus, motorik atau sensorik atau
autonom, maka manifestasi klinisnya menjadi bervariasi, diantaranya :
- Kesemutan
- Kebas
- Tebal
- Mati rasa
- Rasa terbakar
- Seperti ditusuk, disobek, ataupun ditikam

Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya neuropati ditentukan oleh :


- Respon mekanisme proteksi sensoris terhadap trauma
- Macam, besar dan lamanya trauma
- Peranan jaringan lunak kaki
Diagnosis
• ditemukan tanda dan gejala klinik diabetes disertai pemeriksaan darah ditemukan
glukosa puasa  126 mg/dl, 2 jam pp  200 mg/dl, glycosylated hemoglobin (hba1c) 
( n = 4 –6).
• ditemukan tanda dan gejala klinik neuropati disertai pemeriksan EMNG menunjang
suatu neuropati.

Diagnosis neuropati perifer diabetik sangat bergantung pada ketelitian pengambilan


anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hanya dengan jawaban tidak ada keluhan neuropati
saja tidak cukup untuk mengeluarkan kemungkinan adanya neuropati. Oleh karena itu,
Evaluasi yang perlu dilakukan, diantaranya :
1. Refleks Motorik
2. Fungsi serabut saraf besar dengan tes kuantifikasi sensasi kulit seperti tes rasa
getar (biotesiometer) dan rasa tekan (estesiometer dengan filamen mono Semmes-
Weinstein)
3. Fungsi serabut saraf kecil dengan tes sensasi suhu
4. Untuk mengetahui dengan lebih awal adanya gangguan hantar saraf dapat
dikerjakan elektromiografi.
Diagnosis

Uji untuk diabetic autonomic neuropathy (DAN), diantaranya :


1. Uji komponen parasimpatis dilakukan dengan :
 Tes respon denyut jantung terhadap maneuver Valsava
 Variasi denyut jantung (interval RR) selama nafas dalam (denyut
jantung maksimum-minimum
2. Uji komponen simpatis dilakukan dengan :
- Respons tekanan darah terhadap berdiri (penurunan sistolik)
- Respons tekanan darah terhadap genggaman (peningkatan
diastolik)
Tatalaksana

1. PENANGANAN TERHADAP DM
• memperbaiki metebolisme dengan mengendalikan hiperglikemia

2. PENANGANAN DIABETIKA BERDASARKAN ETIOPATOFISIOLOGI


• mengendalikan faktor risiko  pembatasan karbohidrat dan kalori tetapi cukup
protein, hindari alkohol
• pemberian obat-obatan

3. PENANGANAN TERHADAP KELUHAN


• nyeri neuropatik sering timbul  analgetik (nsaid) + antidepresan +antiepileptik
• gastroparesis  metoklopramide
• gustatory sweating  antikolinergik
TERAPI NON MEDIKAMENTOSA
1. Edukasi
• Edukasi pasien sangat penting dalam tatalaksana
neuropati diabetik. Target pengobatan dibuat
serealistik mungkin sejak awal, dan hindari memberi
pengharapan yang berebihan.

2. Perawatan Umum (kaki)


• Jaga kebersihan kaki, hindari trauma kaki seperti
sepatu yang sempit. Cegah trauma berulang pada
neuropati kompresi.

3. Pengendalian Glukosa Darah


TERAPI MEDIKAMENTOSA

Dengan menggunakan obat-obat :


1. Golongan aldolase reductase inhibitor, yang berfungsi menghambat penimbunan
sorbitol dan fruktosa
2. Penghambat ACE
3. Neutropin
- Nerve growth factor
- Brain-derived neurotrophic factor
4. Alpha Lipoic Acid, suatu antioksidan kuat yang dapat membersihkan radikal hidroksil,
superoksida dan peroksil serta membentuk kembali glutation

Pedoman tatalaksana neuropati diabetik dengan nyeri, diantaranya :


1. NSAID (ibuprofen dan sulindac)
2. Antidepresan trisiklik (amitriptilin, imipramin, nortriptilin, paroxetine)
3. Antikonvulsan (gabapentin, karbamazepin)
4. Antiarimia (mexilletin)
5. Topikal : capsaicin, fluphenazine, transcutaneous electrical nerve stimulation
Pencegahan
· pengendalian kadar gula darah

· status gizi

· tekanan darah

· kadar kolesterol

· pola hidup sehat


Prognosis

Neuropati diabetik tahap awal bisa menajdi


baik apabila glukosa darahnya dapat
dikontrol. Semua pnyembuhannya ini sangat
tergantung dengan manajemen diabetes
dalam penatalaksanaan neuropati diabetik.
Tetapi sensasi penyembuhan dari neuropati
diabetik dapat menjadi cukup parah untuk
menyebabkan depresi pada beberapa
pasien. Dan pemulihannya berlangsung
lambat.
ANALISIS KASUS
Diagnosis: hipestesi pola gloves and
stocking e.c Polineuropati DM

Kebas dan kesemutan


ujung jari tangan dan
kaki

Keluhan klasik berupa


poliuria, polidipsia, Semakin bertambah
polifagia, dan terutama saat pasien
penurunan berat menjelang tidur
badan
PENCEGAHAN DAN PENGELOLAAN

1 2 3
Diagnosis Pengendalian Pengendalian
neuropati gula darah dan keluhan
diabetik sedini perawatan kaki neuropati/nyeri
mungkin sebaik-baiknya neuropati
diabetik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai