Anda di halaman 1dari 14

STASE PRIMARY HEALTH CARE (PHC)

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA


Ny. V DI POLI UMUM PUSKESMAS GAMPING I

Disusun Sebagian Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Primary Health Care (PHC)

Disusun Oleh :
Fiani Tantri Sahema
193203109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020

Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta


Telp (0274) 4342000
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny. V DENGAN DIARE


DI POLI UMUM PUSKESMAS GAMPING I

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(..........................................) (.....................................) (Fiani Tantri Sahema)

A. Definisi
2

Diare adalah defekasi encer > 3 kali / hari dengan / tanpa darah dan
atau lendir dalam tinja (Depkes, 2007). Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau
lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Markum,
2008). Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare adalah suatu kondisi peningkatan frekuensi buang air besar
dan berubahnya konsistensi tinja menjadi lebih lunak atau bahkan cair
(Mansjoer, 2013). Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi
yang meningkat lebihdari 3x perhari dengan konsistensi tinja cair, bersifat
mendadak, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu
B. Etologi
Menurut Depkes RI (2011), penyebab diare dapat dibedakan
berdasarkan jenis penyebabnya diataranya yaitu:
1. Infeksi virus: Rotavirus, Adenovirus
2. Bakteri: E.Colli, Salmonella, Shigella, Vibrio cholera
3. Protozo: Esherichea hystolitica, Lamblia
4. Makanan: Alergi makanan, susu
5. Imunodefisiensi: AIDS
6. Malabsorbsi: Karbohidrat.lemak dan protein
C. Tanda dan gejala diare
1. Mula mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada
2. Tinja menjadi cair dan mungkin mengandung darah atau lendir
3. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare
4. Bila penderita sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
timbullah dehidrasi
5. Turgor kulit menurun
6. Klopak mata cekung
D. Patofisiologi
3

Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang


mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari
air dan elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin kolera dan E. Coli.
Spesies E. Coli lain, beberapa Shigella dan salmonella melakukan
penetrasi mukosa usus kecil atau kolon dan menimbulkan ulserasi
mikroskopis. Muntah dan diare dapat menyusul keracunan makanan non
bakteri. Diare dan muntah merupakan gambaran penting yang mengarah
pada dehidrasi, akibat kehilangan cairan ekstrvaskuler dan
ketidakseimbangan elektrolit. Keseimbangan asam basa terpengaruh
mengarah pada asidosis akibat kehilangan natrium dan kalium dan ini
tercermin dengan pernafasan yang cepat (Corwin, 2011).
Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus,
memproduksi enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan
perlengketan mukosa yang disertai dengan kerusakan di menbran
mikrovili. Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina propria
menimbulkan suatu reaksi radang local yang hebat. Enterotoksin
menyebabkan sekresi elektrolit dan air dengan merangsang adenosine
monofosfat siklik di sel mukosa usus halus. Sitotoksin memicu peradangan
dari sel yang cedera serta meluaskan zat mediator radang. Perlengketan
mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan peradangan sel bulat di lamina
propria. Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus halus juga mengganggu
mukosa usus. Bakteri menghasilkan enzim dan hasil metabolisme untuk
menghancurkan enzim glikoprotein pada tepi bersilia dan menggangggu
pengangkutan monosakarida dan elektrolit. Cedera vili menyebabkan lesi
mukosa di sana sini yang disertai dengan segmen atrofi vili subtotal dan
respon radang subepitel yang mencolok (Guyton & Hall, 2010).
4

E. Phatway Mikrorganisme

Kurang Membentuk toksin


Radang usus
Pengetahuan

Mengganggu absorbs usus


menimbulkan sekresi berlebihan
Jumlah berlebihan M
Sanitasi kurang A M
Keracunan K A
DIARE K
Perilaku tak Basi A
Muntah A
higienis N
Alergi A N
Psikis
A
Intoleransi : Laktosa, protein, lemakN N
Defisit volume cairan
Cemas orang tua
Hipertermi

Risiko Syok Syok


Hospitalisasi

Suplai cairan/ darah O2 Resusitasi cairan


kurang

Risiko kelebihan volume cairan

Paru Jantung Ginjal Otak Jaringan

Hiperventilasi ARF
Penurunan Hipoksia Gangguan perfusi jaringan
Cardiac Output

Pola napas tidak efektif Brain death


Gagal Ginjal Kesadaran menurun
Gagal Jantung

Gagal napas
Intoleransi aktivitas
5

F. Klasifikasi
Menurut Suriadi (2010), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Diare menurut waktu
a. Diare akut
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari,
sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global
Guidelines dalam Novel, (2011) diare akut di definisikan sebagai
passase tinja yang cair dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2. Diare patomekanis
Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi
cairan serta elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal,
usus halus akan mengabsorbsi Na+, Cl-, HCO3-. Timbulnya penurunan
dalam absorpsi dan peningkatan sekresi mengakibatkan cairan
berlebihan melebihi kapasitas kolon dalam mengabsorpsi usus dapat
menurunkan absorpsi (Hidayat, 2008).
3. Diare dengan dehidrasi berat
4. Diare dengan dehirasi tak berat
5. Diare tanpa dehidrasi
G. Komplikasi diare
Komplikasi diare dalam Novel, 2011 sebagai berikut :
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi,
2. Syok
3. Kejang
4. Sepsis
5. Gagal Ginjal Akut
6. Ileus paralitik
6

7. Malnutrisi
H. Pemeriksaan penunjang
1. Evaluasi feses terhadap volume, konsistensi, dan pus
2. Hitung darah lengkap
3. Uji antigen immunoesei enzim untuk memastikan rotavirus
4. Kultur feses
5. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
6. Urinalisis dan kultur

I. Penatalaksanaan Diare
a. Diare tanpa dehidrasi
Anak dengan diare tanpa disertai dengan dehidrasi tetap harus
mendapatkan cairan tambahan, guna mencegah terjadinya dehidrasi
yang memungkinkan akan terjadi jika terjadi terdiagnosa diare
(Ngastiyah, 2011). Anak dengan diare dinyatakan tidak mengalami
dehidrasi jika tidak ditemukan satu atau dua gejala berikut:
1) Gelisah/rewel
2) Letargis/penurunan kesadaran
3) Malas minum
4) Minum seperti orang kehausan
5) Mata cekung
6) Turgor kulit pada perut kembali cepat
Tatalaksana:
Berikan cairan tambahan air putih ataupun cairan oralit sebagai
berikut:
1) Untuk anak berumur < 2 tahun beri 50-100 ml setiap kali anak
BAB.
2) Untuk anak berumur > 2 tahun berikan 100-200 ml setiap kali
anak BAB.
Berikan tablet Zinc, pada anak berusia 2 tahun keatas terapi
ditambahkan zincselama 10 hari dengan dosis sebagai berikut:
7

1) Umur < 6 bulan ½ tablet (10mg) per hari


2) Umur > 6 bulan 1 tablet (10mg) per hari
b. Diare dengan dehidrasi ringan atau sedang
Pada 3 jam pertama, berikan anak larutan oralit dengan perkiraan
jumlah sesuai berat badan.
Umur 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
BB < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jlh cairan 200-400 400-700 700-900 kg 900-1400

Setelah pemberian evaluasi selalu klien setiap 3 jam, jika pengobatan


belum berhasil tidakan diulangi dari awal, jika anak tidak bisa minum
oralit maka berikan cairan intravena sebanyak 70 ml/kg dihabiskan
sesuai umur anak, jika anak kurang dari satu tahun dihabiskan 5 jam
dan jika anak berusia lebih dari satu tahun dihabiskan 2 ½ jam.
Lanjutkan dengan pemberian tablet zinc (Suariadi, 2010).
c. Dehidrasi berat
Memberikan cairan secara intaven dengan jenis cairan RL ataupun
Nacl, jika anak sadar maka disertai pemberian oralit sebanyak 5ml/kg.
Untuk pemberian cairan intravena pertama jika anak berusia kurang
dari satu tahun berikan 30 ml/kg dan harus habis dalam waktu 1 jam,
jika anak lebih dari satu tahun harus habis dalam waktu 30 menit
selanjutnya berikan cairan sebanyak 70 ml/kg dan harus habis dalam
waktu 5 jam pada usia kurang dari satu tahun jika anak lebih dari satu
tahun. 2 ½ jam pada anak dengan usia lebih dari satu tahun. Tindakan
ini diulangi jika denyut nadi pada anak sangat lemah (Suariadi, 2010).
8

J. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan
verifikasi atau komunikasi data tentang klien selama pengkajian perawat
mendapatkan 2 tipe data yaitu:
1. Data subjektif
Pengumpulan data dari sumber primer atau klien merupakan persepsi
klien tentang masalah kesehatannya biasanya mencakup ansietas,
ketidaknyamanan fisik atau stress mental
- Pasien mengeluh diare terus menerus
- Pasien mengatakan feses cair
- Pasien mengeluh mulas
2. Data objektif
Pengumpulan data dari data sekunder merupakan pengamatan atau
pengukuran yang dibuat oleh pengumpul data
- Pasien terlihat tampak lemas
- Pasien terlihat memegangi area perut
3. Pola kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan kesehatan
Personal hygiene kurang: kebiasaan memelihara kuku, cuci
tangan sebelum makan, makanan yang dihidangkan tidak tertutup,
makanan basi
b. Nutrisi dan metabolik
Hipertermi, muntah
c. Atifitas
Kelemahan tidak toleren terhadap aktifitas
d. Sensori
Nyeri ditandai rasa sakit pada abdomen
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: tampak lemah dan kesakitan
b. Tanda vital
- Berat badan menurun 2% dehidrasi ringan
9

- Berat badan menurun 5% dehidrasi sedang


- Berat badan menurun 8% dehidrasi berat
- TD menurun karena dehidrasi
- RR meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam,
suhu meningkat jika terjadi reaksi inflamasi
- Mata: cekung
- Mulut: mukosa kering
- Nadi: meningkat (nadi perifer melemah_
- Abdomen: turgor jelek
- Kulit: kering CRT > 2 detik

K. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Diare b/d faktor psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor
situasional (keracunan, penyalahgunaan laktasif, efek samping obat,
kontaminasi), faktor fisiologis (inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi,
iritasi, parasit).
2. Hipertermi b/d peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi,
medikasi
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif,
kegagalan dalam mekanisme pengaturan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan
informasi.
10

L. Rencana intervensi keperawatan


Diagnosa
No NOC/Tujuan NIC/Intervensi
Keperawatan
1. Diare b.d faktor Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare
psikologis, situasional, keperawatan selama…x24 jam 1. Identifikasi faktor
fisiologis. pasien tidak mengalami diare, yang mungkin menyebabkan diare
Batasan karakteristik: dengan criteria: (bakteri , obat, makanan)
 Bab > 3x/hari Bowel Elemination 2. Evaluasi efek
 Konsistensi  Frekuensi Bab normal samping obat
encer/cair <3x/hari 3. Ajari pasien
 Suara usus  Konsistensi feses menggunakan obat diare dengan
hiperaktif normal tepat
 Nyeri perut  Gerakan usus tidak 4. Anjurkan
 kram meningkat (terjadi tiap 10- pasien/keluarga untuk mencatat
30 dtk) warna, volume, bau, konsistensi
 Tidak nyeri feses.
 Tidak kram 5. Dorong pasien
 Tidak ada lendir,darah makan sedikit tapi sering (tambah
 Gambaran peristaltic secara bertahap)
tdk tampak 6. Anjurkan pasien
 Bau feses normal, tidak untuk menghindari makanan yang
amis, bau busuk berbumbu dan menghasilkan gas

2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan Pengaturan Panas


dehidrasi, peningkatan keperawatan selama …x24 jam 1. Monitor suhu sesuai
metabolic, inflamasi suhu badan klien normal, kebutuhan
usus dengan criteria: 2. Monitor vital signs
Batasan Karakteristik: Termoregulasi 3. Monitor warna kulit
 Suhu tubuh >  Suhu kulit normal 4. Monitor dan laporkan
normal  Tidak ada sakit kepala tanda dan gejala hipertermi
 Kejang  Tidak ada nyeri otot 5. Anjurkan intake
 Takikardi  Tidak ada perubahan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Respirasi warna kulit 6. Ajarkan klien
meningkat  Tidak menggigil bagaimana mencegah panas yang
 Diraba hangat  Tidak irritable/kejang tinggi
 Kulit memerah

3. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Monitor Cairan


cairan b.d kehilangan keperawatan selama…x24 jam 1. Tentukan riwayat
volume cairan aktif, kebutuhan cairan dan elektrolit jenis dan banyaknya intake cairan
kegagalan dalam adekuat, dengan criteria: dan kebiasaan eliminasi.
mekanisme Hidrasi 2. Tentukan faktor
pengaturan.  Hidrasi kulit adekuat resiko yang menyebabkan
Batasan Karakteristik:  TD dalam batas normal ketidakseimbangan cairan
 Kelemahan  Nadi teraba 3. Menimbang BB
11

 Penurunan  Membrane mukosa secara teratur


turgor kulit lembab 4. Monitor Vital
 Membrane  Turgor kulit normal Sign
mucosa kering  Urine output normal 5. Monitor intake
 Nadi  Tidak demam dan output
meningkat, tekanan  Tidak ada rasa haus 6. Periksa serum,
darah menurun yang sangat elektrolit, dan membatasi cairan
 Perubahan  Tidak ada nafas bila diperlukan
status mental pendek/kusmaul 7. Jaga keakuratan
 Penurunan Balance Cairan catatan intake dan output
urine output  Tekanan darah
 Peningkatan normal
suhu tubuh  Intake-output
 Hematokrit seimbang dalam 24 jam
meningkat  Hmt dalam batas
 Kehilangan BB normal
mendadak  BB stabil
 Mata tidak cekung
 Tidak bingung
 Rasa haus tidak
berlebihan
 Menbran mukosa
lembab
 Hidrasi kulit
adekuat

4. Setelah dilakukan asuhan Anciety Reduction


keperawatan selama 3x1 jam 1. Orientasikan klien pada
Ansietas b/d krisis situasi diharapkan ansietas pasien lingkungan, staf dan prosedu
dan hospitalisasi berkurang dengan kriteria hasil: 2. Kaji tingkat dan penyebab an
Anciety self control 3. Pantau tekanan darah dan na
1. TTV dbn (vital sign).
2. Pasien dapat 4. Anjurkan klien mengungkap
mengungkapkan perasaan perasaannya
cemasnya 5. Berikan lingkungan yang ten
3. Lingkungan sekitar pasien dan nyaman untuk pasien
tenang dan kondusif

5. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Teaching desease proces


berhubungan dengan keperawatan selama 3x1 jam 1. Kaji persiapan,tingkat penge
kurang paparaninformasi pengetahuan pasien tentang dan harapan klien
diare meningkat dengan kriteria 2. Beri informasi tentang penya
hasil: diare (pengertian, penyebab,
Knowledge healt behavior dan gejala, klasifikasi diare).
1. Keluarga pasien paham 3. Ajarkan cara penanganan da
tentang penyebab, tanda dan pencegahan dan penanganan
12

gejala, klasifikasi dan dirumah.


penanganan diare. 4. Kolaborasi pemberian obat a
2. Keluarga pasien mampu diare.
menyebutkan kembali tentang
masalah diare.

6. Intoleransi aktivitas Energy conservation Energy Management


berhubungan dengan Kriteria Hasil :
1. Bantu untuk memilih aktivitas
kelemahan  Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa konsisten yang sesuai dengan
disertai peningkatan
kemampuan fisik, psikologi dan
tekanan darah, nadi dan
RR social
 Mampu melakukan
2. Bantu untuk mengidentifikasi dan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
3. Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
4. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
5. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang
tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer. (2013) Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI:


Jakarta.

Corwin, E.J. (2010). Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC.

Depkes RI. (2011). Buku Saku Kesehatan Lintas Diare. Jakarta : Direktur Utama
Jenderal PP dan PL.
13

Depkes RI. (2007). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Edisi Ketiga. Ditjen
PPM.

Guyton & Hall. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan).


Jakarta:EGC

Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba


Medika: Jakarta.

Markum, A.H. (2011). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UI.

Nelson. (2013). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. (2011). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Penerbit EGC.

Seto.

Novel, S.S. (2011). Ensiklopedi Penyakit. Yogyakarta: Familia

NANDA. Nursing Diagnoses: Defination And Classification 2015-2017.

Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. Fourth.

Nursing Intervension Classification (NIC) Ed. Fourth.

Suriadi, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: Sagung.

Anda mungkin juga menyukai