Disusun Oleh :
Pramudita P H2A013006
Rizzanjeni Berril R H2A013012
Ifta Iftati S H2A013015
Arninda Fergian S H2A013031
KEPANITERAAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama anak : An. A
Tempat tanggal lahir : Semarang, 21 Maret 2016
Umur : 1 tahun 27 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No RM : 529256
Tanggal Masuk RS : 16 April 2017
Tanggal Pemeriksaan : 17 April 2017
Riwayat Prenatal
Keluhan saat hamil : disangkal
Suntik TT : lengkap
Ante Natal Care : Setiap bulan di puskesmas
Konsumsi obat : disangkal
Perdarahan saat hamil : disangkal
Riwayat Kontrasepsi
Ibu menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan selama 8 bulan, tidak ada
keluhan selama pemakaian kontrasepsi.
Riwayat Imunisasi
Pertumbuhan :
Pertambahan BB dan PB tiap bulan meningkat
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 17 April 2017 jam 07.30 WIB di
Bangsal Melati
1. Keadaan Umum : Kurang aktif
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Status Gizi
BB : 9 kg
PB : 69 cm
Z Skore :
BB/Umur : antara 0 SD sampai -2 SD (gizi baik)
PB/Umur : antara -2 SD sampai -3 SD (pendek)
BB/PB : antara 1 SD sampai 2 SD (normal)
Status gizi : Gizi baik, perawakan pendek
4. Tanda Vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 110 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 27 x/menit
Suhu : 37,1° C
5. Status Internus
a) Kepala
Kesan mesosefal
b) Mata
Mata cekung (-), Konjungtiva palpebra anemis (-/-), Sklera ikterik
(-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek pupil direk (+/+), reflek
pupil indirek (+/+)
c) Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-)
d) Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (+/+, bening), epistaksis (-/-),
septum deviasi (-/-)
e) Mulut
Bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-),
Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
f) Leher
Simetris, trachea di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-),
tiroid (Normal), kaku kuduk (-)
g) Thorax
Dextra Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada Lateral>Antero Lateral>Antero
posterior posterior
Hemitorak Simetris Simetris
Dinamis Simetris Simetris
Retraksi (-) (-)
2. Palpasi
Pelebaran Inter (-) (-)
Costa Space
Arcus Costa Normal Normal
3. Perkusi
Sonor diseluruh Sonor di seluruh
lapang paru lapang paru
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan Vesikuler Vesikuler
Wheezing(-), Wheezing(-),
ronki (-/-) ronki (-/-)
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada Lateral>Antero Lateral>Antero
posterior posterior
Hemitorak Simetris Simetris
2. Palpasi
Stem fremitus Dextra = sinistra Dextra = sinistra
Pelebaran ICS (-) (-)
3. Perkusi
Suara lapang Sonor di seluruh Sonor di seluruh
paru lapang paru lapang paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan Wheezing(-), ronki (-) Wheezing(-), ronki (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : thrill ( - ), pulsus epigastrium ( - ), sternal lift ( - ), pulsus
para sternal ( - )
Perkusi :
Batas atas : ICS II parasternal sinsitra
pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra
batas kanan bawah : ICS IV lin.sternalis dextra
kiri bawah : ICS IV linea midclavicula
sinistra 1 cm kearah medial
konfigurasi jantung : dalam batas normal
Auskultasi : reguler, Auskultasi: Bunyi jantung I > II (katup mitral
V. DAFTAR MASALAH
Masalah aktif Masalah pasif
1. Demam 1. Kejang
2. Batuk
3. Pilek
VI. ASSESMENT
Diagnosis Banding :
Kejang demam Sederhana
Meningitis
Ensefalitis
Diagnosis:
Diagnosis Klinis : Kejang demam sederhana
Diagnosis Etiologis : Infeksi ekstra kranial
Diagnosis Tumbuh kembang : Sesuai usia, Gizi baik perawakan
pendek
Diagnosis Imunisasi : Imunisai lengkap
Diagnosis Sosial ekonomi : Cukup
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE),
kejang demam merupakan kejang selama masa kanak-kanak setelah usia 1
bulan, yang berhubungan dengan penyakit demam tanpa disebabkan
infeksi sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang neonatus dan tidak
berhubungan dengan kejang simptomatik lainnya.2 Definisi berdasarkan
konsensus tatalaksana kejang demam dari Ikatan Dokter Anak
Indonesia/IDAI, kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium.3
B. KLASIFIKASI
Kejang demam terbagi menjadi dua, yakni kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks.2 Kejang demam sederhana
berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), tonik-klonik. dan terjadi
kurang dari 24 jam, tanpa gambaran fokal dan pulih dengan spontan.
Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang
demam. Kejang demam kompleks biasanya menunjukkan gambaran
kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang
parsial. Durasinya lebih dari 15 menit dan berulang atau lebih dari 1 kali
kejang selama 24 jam. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih
dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali, dan di antara
bangkitan kejang kondisi anak tidak sadarkan diri. Kejang lama terjadi
pada sekitar 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu
sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang
adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan anak
sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% kejang demam.3-5
C. EPIDEMIOLOGI
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering,
biasanya merupakan kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan
studi populasi, angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan
Eropa 2–7%, sedangkan di Jepang 9–10%. Dua puluh satu persen kejang
demam durasinya kurang dari 1 jam, 57% terjadi antara 1-24 jam
berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari 24 jam.2 Sekitar 30% pasien
akan mengalami kejang demam berulang dan kemudian meningkat
menjadi 50% jika kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun.
Sejumlah 9–35% kejang demam pertama kali adalah kompleks, 25%
kejang demam kompleks tersebut berkembang ke arah epilepsi.2,6
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Saat Kejang3-5
Pada kebanyakan kasus, biasanya kejang demam berlangsung
singkat dan saat pasien datang kejang sudah berhenti. Bila datang dalam
keadaan kejang, obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah
diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB, dengan cara pemberian secara
perlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam 3-5 menit, dan dosis
maksimal yang dapat diberikan adalah 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau jika
kejang terjadi di rumah adalah diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kgBB, atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
dan diazepam rektal 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Jika anak
di bawah usia 3 tahun dapat diberi diazepam rektal 5 mg dan untuk anak di
atas usia 3 tahun diberi diazepam rektal 7,5 mg. Jika kejang belum
berhenti, dapat diulang dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5
menit. Jika setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis
0,3-0,5 mg/kgBB. Jika kejang tetap belum berhenti, maka
diberikanphenytoin intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali
dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Jika
kejang berhenti, maka dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgBB/hari, dimulai
12 jam setelah dosis awal. Jika dengan phenytoin kejang belum berhenti,
maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Jika kejang telah
berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung apakah kejang demam
sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
1. Antipiretik
Antipiretik tidak terbukti mengurangi risiko kejang demam, namun
para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan.
Dosis paracetamol adalah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari
dan tidak boleh lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali,
3-4 kali sehari. Meskipun jarang, acetylsalicylic acid dapat
menyebabkan sindrom Reye, terutama pada anak kurang dari 18 bulan,
sehingga tidak dianjurkan.
2. Antikonvulsan
Diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30-60% kasus, juga
dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB tiap 8 jam pada suhu >38,5 0
C. Dosis tersebut dapat menyebabkan ataksia, iritabel, dan sedasi cukup
berat pada 25-39% kasus. Phenobarbital, carbamazepine, dan
phenytoin saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
Pengobatan Rumat
Phenobarbital atau valproic acid efektif menurunkan risiko
berulangnya kejang. Obat pilihan saat ini adalah valproic acid.
Berdasarkan bukti ilmiah, kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, oleh karena itu
pengobatan rumat hanya diberikan pada kasus selektif dan dalam
jangka pendek. Phenobarbital dapat menimbulkan gangguan perilaku
dan kesulitan belajar pada 40–50% kasus. Pada sebagian kecil kasus,
terutama pada usia kurang dari 2 tahun, valproic acid dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis valproic acid 15-40
mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, dan phenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari
dalam 1-2 dosis. 3