Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain. Virus dan
bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi
yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraseluler yang dapat
Bakteri ini banyak menyerang anak usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak
umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah (droplet
infection).1
sering ditemukan di fasilitas kesehatan primer. Dari semua kasus yang ditemukan,
hanya sekitar 20% yang terindikasi untuk mendapat terapi antibiotik. Terapi antibiotik
biasanya diberikan jika infeksi akibat bakteri. Infeksi bakteri sebagai penyebab
Survey pada tahun 2000 melaporkan bahwa persentase faringitis di fasilitas kesehatan
2
primer sebesar 1,1%. Penularan faringitis lebih sering melalui kontak tangan dengan
3
BAB II
LAPORAN KASUS
PENYUSUN LAPORAN
PENGESAHAN
Tanda tangan :
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Z
Usia : 22 tahun
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama :Islam
Status :-
No. CM :-
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada Rabu, 22 Maret 2017 pukul
4
Keluhan Utama : Nyeri telan sejak 3 hari yang lalu.
telan sejak 3 hari yang lalu. Nyeri hanya dirasakan di tenggorokkan. Pasien
mengeluhkan keluhan tersebut secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Keluhan
terasa memberat pada saat makan, dan pasien telah membeli obat diwarung
namun tidak membaik. Adapun keluhan lain seperti batuk berdahak, hidung
RP Pribadi
- Riwayat merokok : disangkal
5
- Konsumsi alkohol : disangkal
- Cuci tangan sebelum makan : disangkal
R Sos
- Pasien berobat dengan biaya BPJS
A. KEADAAN UMUM
B. TANDA VITAL :
-Frekuensi Nadi : 80 x/mnt (dbn)
:-
C. STATUS GENERALIS
- Kepala : normocephali
- Mata : dbn
- Thorax : dbn
- Abdomen : dbn
- Ekstremitas : dbn
6
D. STATUS LOKALIS
1. Telinga
Telinga Luar
Pemeriksaan AD AS
Preauricula
- Hiperemis (-) (-)
- Massa (-) (-)
7
- Jamur (-) (-)
- Corpus alienum
Telinga Tengah
Pemeriksaan AD AS
Membran Timpani
- Intak (+) (+)
- Warna Mengkilat seperti Mengkilat seperti
mutiara mutiara
- Reflek cahaya Jam 5 Jam 7
- Perforasi (-) (-)
- Cembung (-) (-)
8
perdarahan (-) (-)
- Septum
- Polip
- Lesi (-)
Mulut
- Gusi Dbn
- Gigi Dbn
4. Tenggorok
Pemeriksaan Hasil
Tenggorok
- Tonsil
Ukuran T1-T1
Permukaan Licin
Hiperemis (-)
Kripte (-)
Detritus (-)
- Uvula Dbn
- Faring
9
Hiperemis (-)
Eksudat (+) kuning
Granulasi (-)
Rhinoskopi Posterior
- Koana Dbn
- Nasofaring Dbn
- Post nasaldrip (-)
Laringoskopi indirek
- Epiglotis Dbn
- Plica Vocalis Dbn
E. PEMERIKSAAN KHUSUS/LABORATORIUM/PENUNJANG/KHUSUS
1. Tes Fungsi Pendengaran
Tes Garputala
- Rine (+) (+)
- Schwabach BC Pemeriksa=BC BC Pemeriksa=BC
Pasien Pasien
10
Lain-lain Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan Hasil
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil
II. RINGKASAN
Seorang laki-laki 22 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri telan sejak
keluhan tersebut secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Keluhan dirasakan
pada saat makan dan pasien telah membeli obat diwarung namun tidak membaik.
11
Adapun keluhan yang lain seperti batuk berdahak, hidung tersumbat, bau nafas
dan demam.
III.DAFTAR MASALAH
Masalah aktif Masalah pasif
1. Nyeri telan
2. Batuk berdahak
3. Hidung tersumbat
4. Demam
5. Halitosis
6. Faring hiperemis
7. Terdapat eksudat kuning
4. Monitoring
- Kontrol ulang bila keluhan tidak membaik
5. Edukasi
- Memberitahu kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit
12
- Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, minum yang
sampai habis.
- Pasien diminta kontrol ulang seminggu kemudian untuk menilai
keberhasilan terapi.
V. Prognosis
1. Quo ad Vitam : ad bonam
2. Quo ad Sanam : ad bonam
3. Quo ad Fungsionam : ad bonam
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Faring
corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak
pada bagian anterior kolum vertebra. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak
14
berhubungan dengan esophagus. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan
laringofaring (hipofaring).4
a. Nasofaring
limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fosa
hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan
glosofaring, n.vagus dan n.asesorius spinal saraf cranial dan v.jugularis interna,
bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.5
b. Orofaring
mole, batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut,
orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus
faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.5
c. Laringofaring (Hipofaring)
15
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas
anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah
vertebra servikal. Struktur pertama yang tampak di bawah lidah ialah valekula.
glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut
II. Faringitis
1. Definisi
Faringitis adalah peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
antaranya virus (40-60%) dan bakteri (5-40%) yang paling sering. Virus yang
Epstein Barr Virus (EBV). Selain itu, infeksi Human Immunodeficiency virus
16
penyebab faringitis akut pada 5-15% dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-
15 tahun). Candida juga dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring dan
turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi
makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan
atau demam.6
4. Klasifikasi
a. Faringitis Akut
1) Faringitis viral
17
kelenjar limfe di seluruh tubuh terutama retroservikal dan
hepatosplenomegali.5
2) Faringitis bakterial
3) Faringitis fungal
Gejala yang timbul antara lain nyeri tenggorok dan nyeri telan. Pada
18
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya
hiperemis.5
4) Faringitis gonorea
b. Faringitis kronik
1) Faringitis kronik hiperplastik
rinitis atrofi. Pada rinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu
pada faring. Pasien dapat mengeluh tenggorok kering dan tebal serta
mukosa kering.5
c. Faringitis spesifik
1) Faringitis luetika
19
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring
a) Stadium primer
daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga
tekan.5
b) Stadium sekunder
c) Stedium tertier
20
palatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang
2) Faringitis tuberkulosis
tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat
dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding
membengkak.5
5. Patofisiologi
Penyebab faringitis dapat bervariasi dari organisme yang
21
kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemia,
berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan
limfoid. Tidak adanya tonsila, perhatian biasanya dofokuskan pada faring, dan
Terkena nya dinding lateral, jika tersendiri disebut sebagai faringitis lateral.
Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsila hanya faring saja
yang terkena.7
6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
22
1) Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala
batuk berdahak.
5) Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta
halitosis.
6) Faringitis tuberkulosa: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon
Faktor Risiko:8
4) Gizi kurang
5) Iritasi kronik oleh rokok, minuman beralkohol, makanan, refluks asam
23
1) Faringitis viral: pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis,
ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa
kering.8
6) Faringitis tuberkulosis: pada pemeriksaan tampak granuloma
pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri.
24
b) Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Pada dinding faring terdapat
KOH.
7. Penatalaksanaan
a. Faringitis akut
1) Faringitis viral
Istirahat dan minum yang cukup, kumur dengan air hangat, analgetika
jika perlu dan tablet isap. Antivirus metisoprinol diberikan pada infeksi
herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali
pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50
IM, 1 kali.
c) Analgetika
25
d) Kumur dengan air hangat atau antiseptik.
3) Faringitis fungal
4) Faringitis gonore
b. Faringitis kronik
1) Faringitis kronik hiperplastik
Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat
kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan
simptomatis diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat
2) Faringitis tuberkulosis
8. Komplikasi
26
biasanya terjadi pada pasaien dengan pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan
dengan antibiotik, atau adanya paparan baru. Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa
9. Prognosis8
III. Pembahasan
disebabkan oleh virus, bakteri, trauma, toksin, dan lain-lain. Pada kasus ini ditemukan
gejala yang mengarah pada faringitis akut yaitu nyeri telan sejak tiga hari yang lalu,
demam, batuk, dan halitosis. Gejala pada kasus tersebut sesuai dengan gejala pada
faringitis akut diantaranya nyeri tenggorok terutama ketika menelan, muntah, demam
dengan suhu yang tinggi, dan dapat disertai atau tanpa batuk
ditemukan eksudat berwarna kuning, dinding faring tidak ada granulasi, dan didapatkan
nyeri tekan di limfonodi submandibula. Tonsil berukuran T1-T1, tidak hiperemis, tidak
terdapat detritus, dan kripte dalam batas normal. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
27
terdapat tanda peradangan pada faring dengan tonsil dalam kondisi normal. Peradangan
faring bersifat akut karena tidak didapatkan granulasi pada dinding faring.
BAB IV
RINGKASAN
I. Kasus
Keluhan terasa memberat pada saat makan dan pasien telah membeli obat
diwarung namun tidak membaik. Adapun keluhan yang lain seperti batuk
II. Permasalahan
28
Berdasarkan anamnesis didapatkan nyeri telan (+), demam (+), batuk
hiperemis, ditemukan eksudat berwarna kuning, dan inding faring tidak ada
granulasi.
III. Solusi
1. Farmakologi:
- Amoxicilyn
- Paracetamol
2. Non-farmakologi: istirahat cukup
29
DAFTAR PUSTAKA
30