ILMU SARAF
“Seorang Perempuan Usia 76 Tahun dengan Keluhan Kelemahan
Sebagian Sisi Kiri“
Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Berbagai fakta diatas menunjukkan, stroke masih merupakan masalah
utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi
masalah krusial ini diperlukan strategi penanggulangan stroke yang mencakup
aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. J
2. Umur : 76 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Semarang
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Status : Sudah menikah
8. No RM :-
9. Tanggal Masuk RS : Senin, 27 Maret 2017.
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis tgl 30 Maret
2017 jam 10.00 WIB.
1. Keluhan Utama : Kelemahan pada anggotak gerak atas dan bawah
sebelah kiri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny J usia 76 tahun datang ke RSUD Tugurejo pada Senin, 27 Maret
2017 diantar oleh keluarganya dengan keluhan kelemahan anggota gerak
atas dan bawah sebelah kiri. Awal mula timbul keluhan saat Senin pagi
pukul 05.00 WIB pasien sedang melakukan jalan-jalan pagi, kemudian
pasien mandi dan duduk. Tiba-tiba pasien merasakan keluhan kelemahan
anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri. Pasien dibawa ke klinik, oleh
dokter klinik pasien dirujuk ke RSUD Tugurejo.
Selain kelemahan pada anggota gerak, keluhan pasien yang lain yaitu
wajah merot kekanan, gemetar dan lemas sejak 3 hari yang lalu.
4
i. Riwayat trauma : diakui
5. Riwayat Pribadi
a. Kebiasaan olah raga : disangkal
b. Kebiasaan makanan manis : diakui
c. Kebiasaan makanan asin : diakui
d. Kebiasaan makan berlemak : diakui
e. Kebiasaan merokok : disangkal
f. Kebiasaan mengkonsumsi alkohol : disangkal
g. Kebiasaan konsumsi obat-obatan : disangkal
h. Kebiasaan melakukan aktivitas berat : disangkal
5
9. Sistem gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), nyeri perut kanan atas
(-), diare (-), konstipasi (-), nyeri ulu hati
(-), nafsu makan menurun (+).
10. Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-),
badan lemas (+)
11. Sistem genitourinaria : Sering kencing (-), nyeri saat kencing(-),
keluar darah (-), berpasir (-), kencing
nanah (-), sulit memulai kencing (-), warna
kencing kuning jernih, anyang-anyangan
(-),berwarna seperti teh (-).
12. Ekstremitas : Atas :Luka (-/-), gemetar (+/+) pada hari
Senin 27 Maret 2017 , kesemutan (-/-),
lemas(-/+), ujung jari dingin (-/-), sakit
sendi (-/-), bengkak (-/-).
Bawah :Luka (-/-), gemetar (+/+),
Kesemutan (-/-), lemas (-/+), ujung jari
dingin (-/-), sakit sendi (-/-), bengkak (-/-).
13. Sistem neuropsikiatri :Kejang (-), gelisah (-), mengigau (-), emosi
tidak stabil (-)
14. Sistem Integumentum :Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak
merah kehitaman di bagian dada,
punggung, tangan dan kaki (-)
D. PEMERIKSAAN FISIK
Pemerikaan fisik dilakukan pada hari Kamis 30 Maret 2017 Pukul 10.30
WIB.
6
Status Gizi :-
Status Internus
Kepala : Bentuk Mesosephal , nyeri tekan (-)
Mata : Corpus alineum (-/-), sklera ikterik (-/-), Reflek cahaya
(+/+), Edem palpebra (-/-), Pupil anisokor
Hidung : Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)
Telinga : Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), Nyeri tragus (-/),
sekret (-/-)
Mulut : Kering (-), Sianosis (-)
Leher : Limfonodi (-), pembesaran tiroid (-), JVP tidak dilakukan
pemeriksaan, Sikap lurus, gerakan bebas, Pulsasi teraba
kuat dan reguler, bising karotis (-/-), bising subklavia (-/-),
Kaku kuduk (-), Tes Nafziger (-), Tes Brudzinski (-),Tes
Valsava (-)
Thorax : Pergerakan dinding thorax statis simetris, dinamis
simetris; Ictus cordis tidak tampak.
Cor :
Inspeksi : Tidak dilakukan
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi :
Batas atas : Tidak dilakukan
Pinggang jantung : Tidak dilakukan
Batas kiri bawah : Tidak dilakukan
Batas kanan bawah: Tidak dilakukan
Auskultasi :
Bunyi jantung I & II normal & murni, bising (-), gallop (-)
Suara mitral M1 & M2 M1 > M2
Suara aorta A1 & A2 A1 < A2
Suara pulmonal P1 & P2 P1 < P2
7
Pulmo
Dextra Sinistra
Anteror
Inspeksi Simetris statis & dinamis, Simetris statis & dinamis,
retraksi (-) retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus normal kanan = Stem fremitus normal kanan =
kiri kiri
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
SD paru vesikuler (+), suara SD paru vesikuler (+), suara
Auskultasi tambahan paru: wheezing (-), tambahan paru: wheezing (-),
ronki (-) ronki (-)
Posterior
Palpasi Stem fremitus kanan = kiri Stem fremitus kanan = kiri
Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Perkusi SD paru vesikuler (+), suara SD paru vesikuler (+), suara
tambahan paru : wheezing (-), tambahan paru: wheezing (-),
Auskultasi ronki (-) ronki (-)
Abdomen :
Status Neurologis :
Kesadaran : Kompos Mentis
Kuantitatif : 15
E : 4(Pasien mampu melihat spontan)
M : 6(Pasien mampu bergerak dengan perintah)
V : 5(Pasien mampu berbicara spontan)
8
Kualitatif : Tingkah laku : baik
Perasaan hati : sedih
Orientasi : baik
Jalan Pikiran : baik
Kecerdasan : baik
Daya ingat baru : baik
Daya ingat lama : baik
Kemampuan bicara : tidak ada kelaianan
Sikap tubuh : Tidak dilakukan
Cara berjalan : Tidak dilakukan
Gerakan abnormal : -
Nervus kranialis
N. I (OLFAKTORIUS) Lubang hidung Kanan Lubang hidung Kiri
Daya Pembau Normal Normal
9
N. IV (TROKHLEARIS) Mata Kanan Mata Kiri
Gerak Mata Lateral Bawah + +
Strabismus Konvergen - -
Diplopia - -
10
N. VIII (AKUSTIKUS) Kanan Kiri
Mendengar Suara Berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Mendengar Detik Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. XII (HIPOGLOSUS)
Sikap lidah N
Artikulasi Tidak dapat dilakukan
Tremor lidah -
Menjulurkan lidah N
Kekuatan lidah Tidak dilakukan pemeriksaan
Trofi otot lidah -
Fasikulasi lidah -
Badan:
Trofi otot punggung : tidak dilakukan
Trofi otot dada : tidak dilakukan
Nyeri membungkukan : tidak dilakukan
Vertebra : Tidak dilakukan
Gerakan : Tidak dilakukan
11
Sensitabilitas : Tidak dilakukan
Reflek dinding perut : Tidak dilakukan
Reflek kremaster : Tidak dilakukan
Palpasi
Lengan atas Kanan Kiri
Gerakan Bebas tidak terbatas Terbatas
Kekuatan 5 3
Tonus Normotoni Normotoni
Trofi Normotrofi Normotrofi
Sensibilitas
- Nyeri Normal Normal
- Termis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Diskriminasi Tidak dilakukan tidak dilakukan
- Posisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Vibrasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek fisiologik Normoreflek Hiporeflek
Perluasan reflek - -
12
Kekuatan 5 3
Tonus Normotoni Normotoni
Trofi Normotrofi Normotrofi
Sensibilitas
- Nyeri Normal Normal
- Termis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Posisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Vibrasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek fisiologik Normoreflek Normoreflek
Perluasan reflek - -
Reflek Patologik
Hoffman - -
Tromner - -
Palpasi
Tungkai atas Kanan Kiri
Gerakan Bebas tidak terbatas Terbatas
Kekuatan 5 3
Tonus Normtoni Normotonus
Trofi Normotrofi Normotrofi
Sensibilitas
- Nyeri N N
- Termis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Posisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Vibrasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek fisiologik Normoreflek Hiporeflek
Perluasan reflek - -
13
- Vibrasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek fisiologik N Hiporeflek
Perluasan reflek - -
Refleks Patologis :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Babinski - -
Gordon - -
Oppenheim - -
Gonda - -
Mendel bechterew - -
Rosolimo - -
Schaefer - -
14
(-), Anuria (-), Poliuria (-)
Defekasi : Inkontinentia alvi (-), Retensio alvi
(-)
E. RESUME/KESIMPULAN
Seorang wanita usia 76 tahun datang ke RSUD Tugurejo hari
Senin, 27 Maret 2017 dalam keadaan hemiparesis sinistra dan wajah
merot kesisi kanan. Onset kelemahan sejak pagi hari pukul 05.00 WIB
sesaat setelah pasien sedang duduk.
Pada pemeriksaan vital sign ditemukan tekadan darah
(140/90mmHg), respiratory rate 20 x/menit, nadi 92 x/menit dan suhu
tubuh 36,50C pada suhu aksiler. Pada pemeriksaan neurologis
didapatkan kelemahan pada ekstremitas sinistra superior et inferior.
Refleks fisiologis pada ekstremitas dextra superior dan inferior
didapatkan hiporefleks dan kekuatan otot 3-3-3.
F. DAFTAR MASALAH
No Masalah aktif Masalah pasif
1. Stroke Non Hemoragik
2. Hipertensi
3. Diabetus Melitus
G. DIAGNOSIS
DD : Stroke Non Hemoragik et causa trombus
Stroke Non Hemoragik et causa emboli
Diagnosis:
Diagnosis Klinis : Hemiparesis sinistra
Diagnosis Topis : Hemisphere dextra
Diagnosis Etiologis : Stroke Non Hemoragik
15
S:
O:
a. CT Scan kepala dengan kontras
b. Darah rutin
c. Profil lipid
Tx :
a. Infus RL 10-20 tetes/menit
b. Aspirin 160-300 mg /48 jam
c. Fisioterapi.
Mx :kesadaran, tanda vital dan gerakan ekstremitas sambil
menunggu hasil pemeriksaan penunjang.
Ex :menjelaskan mengenai stroke, etiologi, faktor risiko,
gejala, penatalaksanaan, dan mengonsulkan ke dokter
spesialis syaraf.
16
I. INISIAL PLAN HIPERTENSI
1. Hipertensi
Dx :
S :
a. EKG
b. Elektrolit
c. Ureum Kreatinin
Tx : golongan ARB
Valsartan 80mg 2x1
Mx : Tekanan darah
Ex : Edukasi yang diberikan adalah untuk memperhatikan
asupan makanan (terutama garam), banyak istirahat, dan
mengonsulkan ke dokter spesialis penyakit dalam.
X. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsional : dubia ad bonam
BAB III
STROKE
1. Definisi
17
Stroke adalah suatu tanda klinis yang ditandai defisit neurologi
fokal atau global yang berlangsung mendadak selama 24 jam atau lebih
atau kurang dari 24 jam yang dapat menyebabkan kematian, yang
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah.
Stroke non hemoragik dapat disebabkan oleh trombus dan emboli.
Stroke non hemoragik akibat trombus terjadi karena penurunan aliran
darah pada tempat tertentu di otak melalui proses stenosis. Mekanisme
patofisiologi dari stroke bersifat kompleks dan menyebabkan kematian
neuronal yang diikuti oleh hilangnya fungsi normal dari neuron yang
terkena.1
2. Etiologi
a. Trombosis serebri
Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya
penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin
lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar.
Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemia. Trombosis serebri
adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada proses oklusi satu atau
lebih pembuluh darah lokal.1
b. Emboli serebri
Infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi
ateromatus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-
gumpalan kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar dan
dibawa ke tempat-tempat lain dalam aliran darah. Bila embolus
mencapai arteri yang terlalu sempit untuk dilewati dan menjadi
tersumbat, aliran darah fragmen distal akan terhenti, mengakibatkan
infark jaringan otak distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen.
Emboli merupakan 32% dari penyebab stroke non hemoragi.1
3. Faktor Risiko
Kelompok faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi merupakan
kelompok faktor risiko yang ditentukan secara genetik atau berhubungan
dengan fungsi tubuh yang normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang
termasuk kelompok ini antara lain usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke
dalam keluarga, serta riwayat serangan transient ischemic attack atau
stroke sebelumnya. Kelompok faktor risiko yang dapat dimodifikasi
18
merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat dimodifikasi, yang
meliputi hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, penyakit jantung,
merokok, alkohol, obesitas, dan penggunaan kontrasepsi oral.1
4. Patofisiologi
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah
besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk
sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang
paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada
daerah distribusi dari arteri karotis interna.8 Adanya stenosis arteri dapat
menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah. Energi yang diperlukan
untuk menjalankan kegiatan neuronal berasal dari metabolisme glukosa
dan disimpan di otak dalam bentuk glukosa atau glikogen untuk
persediaan pemakaian selama 1 menit. Bila tidak ada aliran darah lebih
dari 30 detik gambaran EEG akan mendatar, bila lebih dari 2 menit
aktifitas jaringan otak berhenti, bila lebih dari 5 menit maka kerusakan
jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9 menit manusia dapat
meninggal. Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan
glukosa yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan
terjadi penurunan Na+ K+ ATP-ase, sehingga membran potensial akan
menurun.13 K+ berpindah ke ruang ekstraselular, sementara ion Na dan
Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan permukaan sel menjadi
lebih negatif sehingga terjadi membran depolarisasi. Saat awal depolarisasi
membran sel masih reversibel, tetapi bila menetap terjadi perubahan
struktural ruang menyebabkan kematian jaringan otak. Keadaan ini terjadi
segera apabila perfusi menurun dibawah ambang batas kematian jaringan,
yaitu bila aliran darah berkurang hingga dibawah 10 ml / 100 gram /
menit. Akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan
gangguan fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya
asidosis menimbulkan edema serebral yang ditandai pembengkakan sel,
terutama jaringan glia, dan berakibat terhadap mikrosirkulasi. Oleh karena
19
itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler dan kemudian penurunan dari
tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan daerah iskemik.1
5. Terapi
a. Terapi Umum
Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu
bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri
oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika
perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan
antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh,
dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten). Pemberian nutrisi
dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan
elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau
salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya
baik; jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun,
dianjurkan melalui slang nasogastrik. Kadar gula darah >150 mg%
harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan
insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia
(kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi
segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus
dicari penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan
pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera
diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120
mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) ≥ 130 mmHg (pada 2
kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan
infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.
Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang
direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta,
penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi hipotensi, yaitu
tekanan sistolik ≤ 90 mm Hg, diastolik ≤70 mmHg, diberi NaCl 0,9%
250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL
20
selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum
terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi
dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg.
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelanpelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per
oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu,
diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan
tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25
sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound
atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit
setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas
(<320 mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik
(NaCl 3%) atau furosemid.2
b. Terapi Khusus
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti
aspirin dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-
PA (recombinant tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi
agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan
afasia).2
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Black & Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Magement for Positive
Outcomes. Elseveir Saunders. 2009.
2. Smeltzer Suzanne C, Bare Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah, Volume 3, edisi 8. Jakarta: EGC. 2002.
3. Wijaya, Aji. 2003. Patofisiologi stroke non-hemoragik akibat trombus.
Denpasar: FK UNUD
4. Setyopranoto, Ismail. 2011. Stroke: gejala dan penatalaksanaan.
Yogyakarta: FK UGM
22