Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ANALISA GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA SEBUAH

PERUSAHAAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Besar 1 Mata Kuliah Good Corporate Governance yang

di ampu oleh :

Taufik Akbar, SE, M.Si, Ak, CA

Di susun oleh :

Annisa Dian Puspita

43217010038

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2020
ANALISIS IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA
PT. BUMI RESOURCES Tbk

PENDAHULUAN

Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa harga pasar saham
perusahaan. Harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor
keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Harga pasar saham menunjukkan
penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar, harga pasar saham bertindak sebagai
barometer kinerja manajemen perusahaan.

Investor yang semakin banyak berinvestasi di sebuah perusahaan menandakan


perusahaan tersebut memiliki citra yang baik. Harga saham yang tinggi merupakan
dampak dari jumlah permintaan terhadap saham perusahaan yang semakin besar.
Investor yang memiliki jumlah permintaan yang besar akan saham perusahaan
menunjukkan investor yakin dan percaya untuk menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut. Investor dapat menaruh keyakinan dan kepercayaan penuh
pada perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu penerapan good corporate
governance, struktur modal, dan kinerja keuangan perusahaan.

Latar belakang pelaksanaan GCG adalah ketergantungan modal ekstern bagi


perusahaan untuk kegiatan pembiayaan, investasi, dan pertumbuhan perusahaan.
Perusahaan perlu memastikan kepada pihak penyandang dana ekstern bahwa
dana-dana tersebut digunakan secara tepat dan seefisien mungkin serta
memastikan bahwa manajemen melakukan tindakan yang terbaik untuk kepentingan
perusahaan (Forum for Corporate Governance in Indonesia 2001). Kepastian seperti
itu disebut dengan sistem corporate governance.

Krisis pada tahun 1997 di Indonesia dan disertai dengan buruknya implementasi tata
kelolah pemerintahan dan setiap perusahaan saat itu, menjadikan perekonomian
Indonesia terpuruk. Maka kesadaran terhadap tata kelolah yang baik dari
pemerintah, perusahaan pemerintah, dan perusahaan swasta harus dimulai dan
diimplementasikan.

Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, GCG memiliki 5


(lima) prinsip yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan keadilan
(fairness) (Solihin, 2009). Dari prinsip - prinsip GCG tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan yang menerapkan GCG di dalam pengelolaannya
akan selalu mengutamakan kepentingan pemegang saham, memberikan informasi
yang terbuka kepada semua pihak baik internal maupun eksternal seta mematuhi
hukum-hukum yang berlaku di negara tersebut.

Prinsip - prinsip GCG ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas
saham - saham yang berada dalam satu tingkatan, melarang praktik – praktik insider
trading dan self dealing, dan mengharuskan anggota dewan komisaris untuk
melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi - transaksi yang yang
mengandung benturan kepentingan (conflict of interest).

Tidak adanya perhatian yang serius dan maksimal terhadap implementasi prinsip -
prinsip Good Corporate Governance, mengakibatkan Indonesia menjadi negara
tertinggal dibandingkan antar sesama negara ASEAN tersebut. Hal ini perlu menjadi
suatu perhatian serius bagi setiap perusahaan dan negara dalam menanggapi dan
menyikapi persaingan ekonomi yang ketat. Khususnya tahun 2015 merupakan tahun
Indonesia berperan dan ikut serta dalam kerjasama Internasional. ASEAN Economic
Community (AEC) adalah bentuk integrasi ekonomi kawasan ASEAN, sehingga
Indonesia perlu melakukan kajian dan persiapan yang matang bagi negara dan
setiap perusahaan untuk dapat menghadapi dan menyikapi pelaksanaan ASEAN
Economic Community.
CONTOH KASUS

Dari kasus yang mencuat pada tahun 2010-2011, PT Bumi Resources merupakan
salah satu dari tiga perusahaan Grup Bakrie yang telah lalai membayar pajak
sebesar Rp 376 miliar, dari total ketiga perusahaan sebesar Rp 2,1 triliun. Kasus ini
kembali ramai di bicarakan publik terkait pengakuan Gayus H. Tambunan tersangka
korupsi pencucian uang di tiga perusahaan Grup Bakrie yang di duga menyetor
US$7 juta atau sekitar Rp 65 miliar untuk membereskan persoalan tunggangan
pajak mereka. Tunggakan pajak ini terjadi pada tahun 2007 silam. Hal-hal yang
mempengaruhi harga saham PT Bumi Resources.

Ada beberapa faktor yang disinyalir mempengaruhi harga saham PT Bumi


Resources pada tahun 2007. Bisnis Bakrie mulai terasa ketika masuk kesektor
pertambangan. Pada Oktober 2001, Bakrie lewat Bumi Resources membeli saham
Arutmin Indonesia dari BHP Biliton Australia. Lalu, Oktober 2003, Bumi mengakuisisi
KPC (Kaltim Prima Coal) dari BP dan Rio Tinto. Pembelian saham itu sangat
menguntungkan buat Bakrie. Pada Maret 2006, Bumi mengantongi pendapatan 3,2
miliar dolar AS dari penjualan saham Arutmin, KPC dan Indocoal. Dari transaksi itu,
Bumi memiliki kekuatan untuk ekspansi kebidang energi migas.

Jatuhnya performa BUMI pada semester I/2012. Faktor pertama adalah tergerusnya
marjin laba BUMI yang diakibatkan melonjaknya biaya produksi/ton sebesar 9,2%
dan tidak diimbangi naiknya harga jual. Hal ini terjadi diseluruh perusahaan batubara
di Indonesia, karena memburuknya harga batubara dunia.

Faktor lainnya adalah tingginya beban keuangan yang harus dibayar serta kerugian
atas transaksi derivative. Laporan keuangan BUMI mencatat, jumlah beban yang
harus dibayar lebih tinggi dari laba usaha nya sendiri. Hal ini tentunya
memperlihatkan buruknya kemampuan membayar utang (solvabilitas) BUMI dalam
membayar utang-utangnya. Jika terus seperti ini BEI akan mengeluarkan tindakan
Autorejection. Auto Rejection merupakan penghentian otomatis harga saham akibat
kenaikan atau penurunan yang signifikan.

Pada tahun 2007 Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengirimkan surat pertanyaan
kedua kepada PT Bumi Resources Tbk (BUMI), terkait informasi atas akuisisi tiga
perusahaan yang baru dilakukan. BEI menganggap surat balasan BUMI yang
pertama, belum memberikan jawaban yang diperlukan. Dalam surat tersebut, BEI
mempertanyakan mengenai alasan pembatalan Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB) yang semula direncanakan pada 26 Februari 2009. BEI juga
masih belum mendapatkan jawaban mengenai valuation report dari transaksi
akuisisi yang telah dilakukan.

Selain itu, BEI juga menanyakan sejumlah hal yang belum dijawab secara jelas pada
surat balasan pertama BUMI. Sedangkan mengenai jawaban dari BUMI mengenai
apakah transaksi yang dilakukan itu materi alat atau tidak, Eddy tidak bisa
berkomentar. Sebab, saat ini pihak Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) tengah melakukan penyeklidikan mengenai transaksi
itu.“ Itu kita serahkan ke Bapepam,” jelasnya.Sri Mulyani menambahkan, rapat
konsultasi bersama DPR nanti juga akan digunakan untuk meminta persetujuan
DPR-RI mengenai penggunaan Sisa lLebih Penggunaan Anggaran (SIlLPA) 2008
sebesar Rp51,3 triliun.

Pada saat ini, beredar rumor di kalangan pasar modal mengenai PT Bumi
Resources Tbk (BUMI). Yakni, pemerintah akan memberikan bailout alias dana
talangan kepada BUMI yang saat ini memiliki masalah segudang yang belum
terselesaikan. Pertama, BUMI memiliki utang yang cukup besar sehingga banyak
pihak yang pesimistis akan kemampuan perusahaan batubara ini dalam
menyelesaikan kewajibannya. Total pinjaman BUMI per Juni 2012 adalah US$
3.789,63 juta. Kedua, beberapa waktu lalu, BUMI dituding melakukan
penyelewengan dana oleh Bumi Plc. Bumi Plc menegaskan akan melakukan
investigasi yang berfokus pada dana pengembangan yang besar di BUMI dan aset
di PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), yang semua dihapuskan nilainya menjadi nol
dalam akun Bumi Plc per 31 Desember 2011, kecuali investasi US$ 39 juta di
laporan keuangan konsolidasi.Ketiga, setelah dituding melakukan penyelewengan
dana oleh Bumi Plc, outlook peringkat utang BUMI diturunkan oleh sejumlah
perusahaan pemeringkat internasional. Mereka adalah Moody's Investor Service dan
Standard & Poor's. Pemangkasan outlook peringkat utang tentunya akan berdampak
pada upaya BUMI untuk mendapatkan akses ke pasar modal. Di mana investor
mempertanyakan kemampuan perusahaan batubara ini dalam mengembalikan
pinjamannya.
Banyaknya permasalahan itu yang kemudian memicu mencuatnya rumor bailout
tersebut. Saat ini, BUMI merupakan salah satu perusahaan batubara terbesar di
Indonesia. Berdasarkan data RTI pada hari ini, nilai kapitalisasi BUMI mencapai Rp
14,125 triliun dan menduduki posisi ke 55 di Bursa Efek Indonesia.

ANALISIS KASUS

Di lihat dari artikel di atas bahwa PT. Bumi mempunyai banyak masalah diantaranya
mengenai masalah tunggakan pajak yang kasusnya mulai ramai ketika
tertangkapnya Gayus H. Tambunan tersangka korupsi pencucian uang di tiga
perusahaan Grup Bakrie yang di duga menyetor US$7 juta atau sekitar Rp 65 miliar
untuk membereskan persoalan tunggangan pajak mereka., harga saham yang selalu
menurun dan masalah pelunasan hutang. Jika PT. Bumi tidak melunasi hutangnya
maka dampaknya perusahaannya akan bangkrut dan akan mempengaruhi
perekonomian negara sehingga pemerintah memutuskan melakukan bailout, saya
sependapat dengan Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo bahwa pemerintah
tidak pantas melakukan bailout karena perusahaan itu sebenarnya bisa membayar
hutangnya secara di angsur karena di lihat dari pendapatannya yang besar. Ini
terjadi karena manajemen tidak baik menjalankan perusahaannya (Good Corporate
Governance) karena penghasilan yang mereka dapatkan malah untuk investasi lain
bukan untuk membayar hutangnya.

Dikaitkan dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG) PT.Bumi melakukan


pelanggaran antara lain:

1. Transparency (keterbukaan) Berdasarkan kasus diatas PT. Bumi tidak


melakukan prinsip keterbukaan terlihat dari PT. Bumi tidak menyampaikan
informasi yang sebenarnya kepada semua stekholder terutama pemerintah, Hal ini
terlihat ketidaktahuan semua kegiatan/operasi yang dilakukan PT. Bumi. Jika
pemerintah mengetahui kegiatan operasi PT. Bumi yang memperoleh penghasilan
yang terbilang besar dan dapat dijadikan sebagai pelunas hutangnya, maka
pemerintah tidak akan melakukan bailout. Kemungkinan penyalahgunaan
penghasilan yang dijadikan investasi pada perusahaan lain dengan bunga yang
lebih kecil di bawah bunga hutang PT. Bumi. Tanpa persetujuan semua pihak atau
kemungkinan terjadi penutupan informasi tersebut. Selain itu PT. Bumi juga tidak
mengungkapkan bahwa perusahaannya telah melakukan akuisisi dengan
perusahaan lain, sampai pihak pemerintah mengirimkan surat untuk menanyakan
kebenaran terhadap PT. Bumi bahwa perusahaan tersebut apakah telah
melakukan akuisisi atau tidak.

2. Accountability (Akuntanbilitas), Kejelasan atas kegiatan perusahaan di PT


Bumi kurang baik karena pihak manajemen terkesan menutupi/memanipulasi
pendapatan PT. Bumi yang sebenarnya pendapatannya sangat besar, ini
dilakukan PT. Bumi hanya untuk memperoleh dana dari pemerintah/bailout
padahal sebenarnya dilihat dari pendapatan PT. Bumi yang besar sangat bisa
membayar hutangnya tersebut. Sehingga terjadi penyelewengan dana yang
didapat dari pemerintah/bailout, meskipun dana tersebut memang digunakan
untuk melunasi hutangnya. Akan tetapi itu hanya merugikan pemerintah saja
karena sebenarnya dana dari pemerintah tersebut tidak diperlukan karena
sebenarnya PT. Bumi mampu melunasi hutangnya darikeuntungan mereka sendiri,
tentu hal ini sangat merugikan pihak pemerintah karena dana tersebut merupakan
dana yang diperoleh dari pajak/masyarakat.

3. Responsibility (Tanggung Jawab) PT. Bumi telah melanggar prinsip good


corporate governance (GCG) karena mereka telah lalai membayar utang pajak
kepada pemerintah bahkan sampai menumpuk, diindikasikan bahwa pihak
manajemennya telah melakukan kelalaian terhadapa pembayaran pajak kepada
pemerintah. Selain kelalaian dalam pembayaran pajak, terjadi juga kasus
pencucian uang pada PT. Bumi. kasus pencucian uang ini dilakukan oleh pihak
akuntan, PT. Bumi juga telah melanggar perjanjian pembayaran hutang, bahkan
sampai jatuh tempo.

4. Independence (Independensi) PT. Bumi tidak menjalankan usahanya secara


independen karena terlihat adanya kepentingan yang lain/pribadi yang
menyebabkan PT. Bumi mengalami kegiatan operasi yang tidak berjalan dengan
baik, terlihat adanya kepentingan dimana seharusnya pendapatan dari kegiatan
operasi PT. Bumi bisa melunasi hutang malah untuk dijadikan modal investasi,
ditambah lagi adanya pemberian dana bailout dari pemerintah untuk membantu
PT. Bumi untuk melunasi hutangnya.

5. Kewajaran (Fairness), Laporan keuangan BUMI mencatat, jumlah beban yang


harus dibayar lebih tinggi dari laba usaha nya sendiri. Hal ini tentunya
memperlihatkan ketidakwajaran atau buruknya kemampuan membayar utang
(solvabilitas) BUMI dalam membayar utang dan membayar pajak yang sudah
tertunggak.

SARAN

PT BUMI tidak layak mendapatkan bailout dari pemerintah, karena good corporate
governance (GCG) PT BUMI tergolong jelek. Pembayaran utang anak usaha grup
Bakrie ini sejak 2008 kerap mengalami rescheduling. Sementara itu, pendapatan
yang diperoleh perseroan bukannya dipakai untuk melunasi utang malah
diinvestasikan lagi dengan bunga yang lebih kecil dibandingkan utangnya. Apalagi
bailout merupakan dana pemerintah yang bersumber dari pajak masyarakat, dimana
masih banyak kebutuhan pemerintah lainnya untuk membangun negeri ini yang
dana nya bersumber dari Pajak. Daripada di alihkan untuk sebuah perusahaan yang
sebenarnya mampu untuk membereskan utang-utangnya.

Bagi PT Bumi Resources Tbk, disarankan untuk melakukan pergantian posisi Direksi
maupun kepegawaian secara berkala, hal tersebut untuk meminimalisir terjadinya
hal buruk yang dapat memperburuk keadaan perusahaan seperti memperkaya diri
Direksi dan jajaran, ketidaktahuan menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan baik dan sesuai dengan regulasi pemerintah, maupun adanya
maksud tersendiri untuk memanipulasi laporan keuangan demi mendapatkan dana
liquid dari pemerintah (bailout).
DAFTAR PUSTAKA

Harefa, Meilinda Stefani.2015.Analysis The Influence of Good Corporate Governance and


Capital Structure to Firm Value With Financial Performance as Intervening Variable (Study at
Manufacturing Companies that Listed at Indonesia Stock Exchange).Jakarta:Munich
Personal RePEc Archive.Vol 01, No 1.

Sri Sunarni Sonu, Lintje Kalangi, Jessy Warongan.2019.Analisis Pelaksanaan Good


Corporate Governance (Studi Kasus Pada Perusahaan Daerah Air Minum Duasudara
Kota Bitung).Jakarta:Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing "Goodwil".Vol 10, No 2.

Https://id.scribd.com/document/247469522/Kasus-Pt-Bumi-Resources-Tbk. Diakses pada


12 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai