PSIKOLINGUISTIK
Oleh
Kelompok IX :
1. Gita Fajria (17129141)
2. Husni Wulandari (17129142)
3. Naziroh (17129377)
4. Siti Nurul Fadilah (17129266)
17 BKT 09
DOSEN PENGAMPU :
NUR AZMI ALWI, S.S, M.Pd
Kelompok IX
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ………………………..……………….…………….……...
B. Saran ………………………………..…..……………..………….……..
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori perkembangan bahasa seorang anak?
2. Bagaimana perkembangan motorik yang terjadi pada seorang anak?
3. Bagaimana perkembangan social dan komunikasi pada seorang anak?
4. Bagaimana perkembangan kognitif yang terjadi pada seorang anak?
5. Bagaimana perkembangan bahasa pada anak?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat memahami teori perkembangan bahasa seorang anak
2. Agar dapat memahami perkembangan motorik yang terjadi pada
seorang anak
3. Agar dapat memahami perkembangan social dan komunikasi pada
seorang anak
4. Agar dapat memahami perkembangan kognitif yang terjadi pada
seorang anak
5. Agar dapat memahami perkembangan bahasa pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pandangan Nativisme
2. Pandangan Behaviorisme
3. Pandangan kognitivisme
B. Perkembangan Motorik
1. Tahap Sensomotorik
Pahap sensomotorik ini merupakan tahap pertama dalam
perkembangan koknisi anak, pada awal tahap ini bayi belom membedakan
dirinya dari isi dunia lainnya, memori (daya ingat) yang belom sempurna
muncul bersamaan dengan beberapa antisipasi akan hal-hal yang akan
datang seperti, pengguna panca indra kemampuan motorik.
2. Tahap Praoposional
Pada tahap ini cara “brpikir” anak-anak masih didominasi oleh
cara-cara bagai mana hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berpikir
masih kurang operasional. Umpamanya, kanak-kanak itu belom bisa
menyadari bahwa jumlah benda akan tetap sama,misalnya dalam
eksperimen pada seorang anak dihadapkan dua buah gelas yang besar dan
bentunya sama, dan keduanya sama-sama berisi air penuh.
E. Perkembangan Bahasa
Bayi baru lahir sampai usia satu tahun lazim disebut dengan istilah infant
artinya tidak mampu berbicara; istilah ini memang tepat kalau dikaitkan dengan
kemampuan berbicara atau berbahasa.namun kurang tepat atau tidak tepat kalau
dikaitkan dengan kemampuan berkomunikasi.
a. Bunyi resonasi
Penghasilan bunyi, yang terjadi dalam rongga mulut, tidak
terlepas dari kegiatan dan perkembangan motorik bayi pada bagian
rongga mulut itu. Pada waktu baru lahir pengenyutan dilakukan
dengan gerakan rahang ke atas dan kebawah. Dalam beberapa minggu
kemudian si bayi mulai mengembangkan gerakan kesamping. Gerakan
rahang kedepan dan ke belakang baru terjadi saat bayi berusia satu
tahun.
Untuk mengenyut bayi itu harus menutup rongga hidung
dengan menaikkan volume. Kegiatan yang merepotkan ini akan
semakin lancar waktu si bayi berusia tiga bulan, namun barusia tiga
tahun, si anak dapat melakukan penelanan dengan lancar dan benar.
Bayi yang paling umum yang dapat dibuat bayi adalah bunyi tangis
karena merasa tidak enak atau merasa lapar dan bunyi-bunyi sebagai
bentuk bersin dan serdawa.
b. Bunyi berdekut
Bunyi berdekut ini agak mirip dengan dengan bunyi {ooo}
pada burung merpati. Bunyi berdekut ini agak sebenarnya adalah buyi
“kuasi konsonan” yang berlangsung dalam satu embusan napas,
bersamaan dengan seperti bunyi hambat antara velar dan uvular. Bunyi
yang dihasilkan adalah bunyi konsonan belakang dan tengah dengan
vokal belakang, tetapi tanpa resonasi penuh.
c. Bunyi berleter
Beleter adalah mengeluarkan bunyi yang terus menerus tanpa
tujuan. Berleter ini biasanya dilakukan oleh bayi yang berusia antara
empat sampai enam bulan.
Bayi pada masa usia empat sampai enam bulan sering
mencoba-coba berbagi macam bunyi; dan dia semakin semakin dapat
mengendalikan bagian-bagian orang yang terlibat dalam mekanisme
bunyi. Dengan meningkatkan penguasaan terhadap lindahnya,dia dapat
mengembuskan dan menjulurkan lidahnya dengan kuat.
Pada masa ini si anak sudah mampu membuat bunyi vokal
yang mirip bunyi [a]. Lalu kemampuannya untuk mengatupkan bibir
memungkinkan dia menghasilkan bunyi labial. Menurut fergusen
(dalam purwo, 1989) hal itu terjadi antara lain, alat-alat bicara si anak
belom sama dengan alat-alat bicara orang dewasa.
Konsonan yang mula-mula dapat di ucapkan adalah bunyi labil [p] dan
[b]. Bunyi letep alveoler [t] dan [d], bunyi nasal dan bunyi [j]. Bunyinya
belom sempurna dan pembentukannya juga agak lembut.
Kalau bunyi berdekut yang terjadi pada usia antara dua sampai tiga
bulan. Muncul saat anak berinteraksi dengan orang lain, maka bunyi berleter
terjadi atau banyak dilakukan ketika si anak sedang sendirian, tidak ada orang
lain (nakazima, 1975; strak, 1981). Jadi, pada masa ini si anak
memperdengarkan suaranya sendiri. Hal ini memang penting bagi
perkembangan penguasa bahasa selanjutnya.
Bunyi yang terlahir tidak dapat mendengar (tuli), sampai dengan masa
bermain-main dengan bunyi, masih melakukan kegiatan yang sama dengan
bayi yang normal.namun karna dia tidak dapat mendengar suaranya sendiri
maka kegiatan mengeluarkan bunyi-bunyi bahasa mulai menurun. Kegiatanya
tidak sampai ketahap mencoba mengucapkan bunyi-bunyi konsonan (oller
ddk., 1986 dalam purwo, 1989).
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran