Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

PRAKTIKA 11 DAN 12

Dosen pembimbing: Wiwin Renny R., S.ST.,S.Pd.,M.Kes.

Disusun oleh:

Harmadita Nur Hernawati

P1337420717036

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


MAGELANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Makalah Manajemen Kepemimpinan dalam Keperawatan Praktika 11
dan 12” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang penulis dapat dari


berbagai media dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Manajemen
Kepemimpinan yang dibimbing oleh Ibu Wiwin Renny R., S.ST.,S.Pd.,M.Kes.
Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak


kekurangan baik dari segi susunan kalimat mau pun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Kab. Semarang, 22 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................................... i

Daftar isi.......................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan......................................................................................... 1

A. Latar belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2

Bab II Pembahasan......................................................................................... 3

A. Faktor yang mempengaruhi motivasi kerja............................................. 3


B. Tujuan supervisi dalam keperawatan...................................................... 5
C. Proses supervisi dalam keperawatan....................................................... 6
D. Tata cara melakukan kolaborasi dan konsultasi...................................... 8
E. Tata cara pendelegasian tugas................................................................. 11
F. Tata cara timbang terima pasien dan obat............................................... 12

Bab III Penutup.............................................................................................. 14

A. Kesimpulan.............................................................................................. 14
B. Saran........................................................................................................ 14

Daftar pustaka................................................................................................ 15

Skenario kasus................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran danfungsi


mandiri merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme
pelayanan keperawatan. Hal ini berkaitan dengantuntutan profesi dan tuntutan
global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan
secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai suatu


fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat
kondusif dengan belajar tentang konsep pelayanan keperawatan dan langkah-
langkah konkret dalam pelaksanaannya. Profesionalisme dalam pelayanan
keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat,
terutama perandan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat
diwujudkan dengan baikmelalui komunikasi yang efektif antar pearawat,
maupun dengan timkesehatan yang lain.

Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya


adalah saat prgantian shift, yaitu saat timbang terima klien. Timbang terima
merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima seuatu
(informasi) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima klien harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan
dapatberjalan dengan sempurna.

Informasi yang disampaikan saat timbang terima harus akurat sehingga


kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer. Keakuratan data yang

1
diberikan saat timbang terima sangat penting karena dengan timbang terima
ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa
dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggung jawab dan
tanggung gugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan
dengan baik, maka akan muncul keracunan dari tindakan keperawatan yang
diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar
pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas
pelayanan keperawatan dan menurunkan tingkat kepuasan pasien. Kegiatan
timbang terima yang telah dilakukan perlu dipertahankan dan ditingkatkan
kualitasnya.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari motivasi kerja?
2. Faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
3. Tujuan supervisi dalam keperawatan
4. Proses supervisi dalam keperawatan
5. Tata cara melakukan kolaborasi dan konsultasi
6. Tata cara pendelegasian tugas
7. Tata cara timbang terima pasien dan obat
C. Tujuan
1. Faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
2. Tujuan supervisi dalam keperawatan
3. Proses supervisi dalam keperawatan
4. Tata cara melakukan kolaborasi dan konsultasi
5. Tata cara pendelegasian tugas
6. Tata cara timbang terima pasien dan obat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor yang mempengaruhi motivasi kerja


Menurut Herzberg dalam Siagian (2002), bahwa karyawan termotivasi
untuk bekerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor Intrinsik yaitu faktor daya dorong yang timbul dari dalam diri
masing-masing karyawan, berupa :
a. Pekerjaan itu sendiri (the work it self).
Berat ringannya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari
pekerjaannya.
b. Kemajuan (advancement)
Besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja berpeluang maju dalam
pekerjaannya seperti naik pangkat.
c. Tanggung jawab (responsibility)
Besar kecilnya yang dirasakan terhadap tanggung jawab diberikan
kepada seorang tenaga kerja.
d. Pengakuan (recognition)
Besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas
hasil kerja.
e. Pencapaian(achievement)
Besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai prestasi kerja
tinggi.
2. Faktor Ekstrinsik yaitu faktor pendorong yang datang dari luar diri
seseorang terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Faktor ekstrinsik
ini mencakup:
a. Administrasi dan kebijakan perusahaan.

3
Tingkat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja terhadap semua
kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan.
b. Penyeliaan.
Tingkat kewajaran penyelia dirasakan yang oleh tenaga kerja.
c. Gaji.
Tingkat kewajaran gaji yang diterima sebagai imbalan terhadap
tugas pekerjaan.
d. Hubungan antar pribadi.
Tingkat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi antar tenaga
kerja lain.
e. Kondisi kerja.
Tingkat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan tugas
pekerjaan–pekerjaannya.

Apabila faktor intrinsik tersebut ada, dapat memberi tingkat motivasi


yang
kuat dan kepuasan dalam diri seseorang, namun jika faktor ini tidak ada,
maka menimbulkan rasa ketidak puasan. Sementara faktor ekstrinsik
tersebut ada, tidak perlu memberi motivasi, tetapi jika tidak ada dapat
menimbulkan tidak puas.

Menurut Rowland dan Rowland (1997) dalam Nursalam (2002), dalam


meningkatkan kepuasan karyawan didasarkan pada faktor – faktor motivasi,
yang meliputi:

1. Keinginan untuk peningkatan


2. Percaya bahwa gaji yang didapat sudah mencukupi
3. Memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan dan nilai–nilai yang
diperlukan.
4. Umpan balik
5. Kesempatan untuk mencoba
6. Instrumen penampilan untuk promosi, kerjasama dan peningkatan
keberhasilan.

4
7. Seseorang memiliki suatu pekerjaan didasarkan pada kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki.

Motivasi akan menjadi masalah, apabila kemampuan yang dimiliki tidak


dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam
keadaan ini, maka persepsi seseorang memegang peranan penting sebelum
melaksanakan atau memilih pekerjaannya. Kondisi lingkungan juga
memegang peranan penting dalam motivasi (Nursalam, 2002), meliputi :

1. Komunikasi
a. Penghargaan terhadap usaha yang telah dilaksanakan
b. Pengetahuan tentang kegiatan organisasi
c. Rasa percaya diri berhubungan dengan manajemen organisasi
2. Potensial pertumbuhan
1) Kesempatan untuk berkembang, karir dan promosi
2) Dukungan untuk tumbuh dan berkembang : pelatihan, beasiswa
untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan manajemen bagi
karyawan yang dipromosikan.
3) Kebijaksanaan dalam mengakomodasi kebutuhan individu : jadwal,
liburan dan cuti sakit serta pembiayaannya.
4) Keamanan pekerjaan
3. Loyalitas organisasi
1) Menghargai staf berdasarkan beragam dan latarbelakang
2) Adil dan konsisten terhadap keputusan organisasi
4. Gaji/upah yang cukup untuk kebutuhan hidup
5. Kondisi kerja yang kondusif

Berdasarkan yang telah dikemukakan para ahli diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa faktor – faktor penggerak dari motivasi kerja seseorang
terdiri dari faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut atau disebut
intrinsik dan faktor yang berasal dari luar diri individu atau disebut juga
faktor ekstrinsik.

5
B. Tujuan supervisi dalam keperawatan
Tujuan supervisi yaitu memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal
yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil
yang baik (Suarli, 2009).
C. Proses supervisi dalam keperawatan

Menurut (Suyanto, 2009) supervisi dapat dilakukan secara langsung dan


tidak langsung, penerapannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
tujuan supervisi.

1. Supervisi Langsung :

Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung.


Cara supervisi ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah
dan memperbaiki kesalahan yang terjadi. Cara supervisi terdiri dari :

a. Merencanakan
Seorang supervisor, sebelum melakukan supervisi harus membuat
perencanaan tentang apa yang akan disupervisi, siapa yang akan
disupervisi, bagaimana tekniknya, kapan waktunya dan alasan
dilakukan supervise.

Dalam membuat perencanaan diperlukan unsur-unsur : Objektif /


tujuan dari perencanaan, Uraian Kegiatan, Prosedur, Target waktu
pelaksanaan, penanggung jawab dan anggaran (Suarli, 2009).

b. Mengarahkan
Pengarahan yang dilakukan supervisor kepada staf meliputi
pengarahan tentang bagaimana kegiatan dapat dilaksanakan sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam memberikan pengarahan
diperlukan kemampuan komunikasi dari supervisor dan hubungan
kerjasama yang demokratis antara supervisor dan staf. Cara
pengarahan yang efektif adalah :

6
1) Pengarahan harus lengkap
2) Menggunakan kata-kata yang tepat
3) Bebicara dengan jelas dan lambat
4) Berikan arahan yang logis.
5) Hindari memberikan banyak arahan pada satu waktu.
6) Pastikan bahwa arahan dipahami.
7) Yakinkan bahwa arahan supervisor dilaksanakan sehingga perlu
kegiatan tindak lanjut.
c. Membimbing
Agar staf dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dalam
melakukan suatu pekerjaan, staf perlu bimbingan dari seorang
supervisor. Supervisor harus memberikan bimbingan pada staf yang
mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, bimbingan harus
diberikan dengan terencana dan berkala. Staf dibimbing bagaimana
cara untuk melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan.
Bimbingan yang diberikan diantaranya dapat berupa : pemberian
penjelasan, pengarahan dan pengajaran, bantuan, serta pemberian
contoh langsung.
d. Memotivasi
Supervisor mempunyai peranan penting dalam memotivasi staf
untuk mencapai tujuan organisasi. Kegiatan yang perlu dilaksanakan
supervisor dalam memotivasi antara lain adalah (Nursalam, 2007) :
1) Mempunyai harapan yang jelas terhadap staf dan
mengkomunikasikan harapan tersebut kepada para staf.
2) Memberikan dukungan positif pada staf untuk menyelesaikan
pekerjaan.
3) Memberikan kesempatan pada staf untuk menyelesaikan
tugasnya dan memberikan tantangan-tantangan yang akan
memberikan pengalaman yang bermakna.
4) Memberikan kesempatan pada staf untuk mengambil keputusan
sesuai tugas limpah yang diberikan.

7
5) Menciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan
staf.
6) Menjadi role model bagi staf.
e. Mengobservasi (Nursalam, 2007)
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi staf dalam
melaksanakan tugasnya sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan yang diharapkan, maka supervisor harus melakukan
observasi terhadap kemampuan dan perilaku staf dalam
menyelesaikan pekerjaan dan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh
staf.
f. Mengevaluasi
Evaluasi merupakan proses penilaian pencapaian tujuan, apabila
suatu pekerjaan sudah selesai dikerjakan oleh staf, maka diperlukan
suatu evaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya.
Evaluasi juga digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut
sudah dikerjakan sesuai dengan ketentuan untuk mencapai tujuan
organisasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara menilai langsung
kegiatan, memantau kegiatan melalui objek kegiatan. Apabila suatu
kegiatan sudah di evaluasi, maka diperlukan umpan balik terhadap
kegiatan tersebut.
2. Supervisi Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis, seperti laporan pasien
dan catatan asuhan keperawatan dan dapat juga dilakukan dengan
menggunakan laporan lisan seperti saat timbang terima dan ronde
keperawatan. Pada supervisi tidak langsung dapat terjadi kesenjangan
fakta, karena supervisor tidak melihat langsung kejadian dilapangan.
Oleh karena itu agar masalah dapat diselesaikan , perlu klarifikasi dan
umpan balik dari supevisor dan staf.
D. Tata cara melakukan kolaborasi dan konsultasi
1. Kolaborasi

8
a. Seluruh anggota tim benar-benar diikutsertakan

Hal pertama dan paling utama untuk kita pikirkan adalah


memastikan bahwa seluruh anggota tim memang benar-benar
dilibatkan dalam setiap proses pekerjaan. Jangan biarkan mereka
merasa tertinggal atau merasa “left out”. Ketika ada salah satu atau
beberapa anggota tim yang merasa tertinggal, maka kolaborasi
kreatif tidak akan terbentuk dengan baik.

b. Kurangi Penggunaan E-mail sebagai Media Kolaborasi.

Penggunaan e-mail memang masih sangat terkenal sampai sekarang.


Dalam survei terbaru yang dilakukan oleh Hightail menunjukkan
bahwa sepertiga responden bekerja pada proyek kolaborasi kreatif
yang tidak selesai dengan tepat waktu (terlambat).

c. Tingkatkan Frekuensi dalam Berkomunikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim kerja dengan kolaborasi


tim yang sangat baik ternyata selalu menjaga komunikasi mereka
dengan teratur. Maksudnya, frekuensi mereka dalam berkomunikasi
sangatlah sering. Semua anggota tim saling mengobrol, berinteraksi,
mendengarkan satu sama lain. Mereka juga sering terlibat dalam
komunikasi informal seperti minum kopi bersama di luar kantor
untuk mencari ide bersama-sama atau sekedar menikmati indahnya
sore bersama rekan-rekan kerja. Komunikasi yang terjalin dengan
frekuensi yang tinggi akan memudahkan pembentukan kolaborasi
kreatif.

d. Pastikan Kita Merekrut Anggota Tim yang Berbakat.

Untuk memaksimalkan proses kolaborasi kreatif yang kita inginkan,


kita perlu melakukan penyeleksian yang bijak dan selektif dari awal.
Kolaborasi memerlukan orang-orang yang tangguh dan benar-benar
berbakat. Itulah mengapa salah satu kunci kolaborasi kreatif yang

9
efektif adalah memastikan seluruh anggota tim memiliki bakat-bakat
yang bersinar.

Dengan kata lain, kita tidak boleh asal pilih untuk mengikutsertakan
seseorang ke dalam proses kolaborasi kreatif kita. Hindari membeli
“kucing di dalam karung”, karena dengan proses penyeleksian yang
tepat, maka kolaborasi kreatif akan lebih mudah tercipta.

2. Konseling
Langkah-langkah konseling yaitu:
a. Forming a therapeutic relationship, merupakan langkah awal kontak
person dengan pasien yaitu menjalin komunikasi dengan pasien
sebagai konseli, membuka komunikasi dan percakapan, dan
mengarahkannya kepada suasana komunikasi terapeutik.
b. Making assessment, melakukan assesmen terhadap pasien untuk
memetakan rencana dan tahapan konseling yang akan dilakukan
bersama-sama dengan perawatan lain secara kolaboratif. Pada tahap
ini yang terpenting adalah konselor harus sudah mendapatkan
berbagai gambaran mengenai kondisi psikologis pasien, latar
belakang, terutama tiga hal pokok yaitu pemahaman, makna, dan
kepercayaan pasien mengenai sakit yang dihadapi.
c. Intervening all the same session, pada tahap ini konselor sudah harus
dapat mulai melakukan berbagai intervensi, penanganan, pemecahan
berbagai masalah yang dihadapi sambil terus memantau berbagai
kemungkinan kemunculan masalah baru sepanjang sesi konseling
dan sesi perawatan medis, untuk dicarikan berbagai solusi
menyeluruh secara kolaboratif bersama professional lain.
d. Closing, yang dimaksud sessi penutupan (closing) adalah penutupan
interval antar sessi agar dapat melakukan evaluasi terhadap segala
bentuk intervensi dan terapi yang telah dilaksanakan bersama pasien.
Dengan cara seperti ini evaluasi terhadap pasien dapat dilakukan

10
secara bertahap dan bersifat kontinum sepanjang proses perawatan
pasien bersama perawatan lain. (Robert Bor, 2009: 22-23).

Untuk single session dengan teknik brief focused counseling dengan


mengillustrasikan kepada penanganan kasus khusus pasien yang
mengalami ansietas, langkah-langkahnya adalah :

a. Pastikan pasien dapat dan mau berkomunikasi


b. Pastikan masalah psikologis yang inti dari pasien
c. Kerjakan konseling dengan kehadiran tim medis dan perawat secara
lengkap
d. Bangun segera jalinan hubungan secara cepat agar pasien dapat
segera mengekspresikan apa yang paling dihawatirkan atau menjadi
permasalahan.
e. Dorong pasien untuk memberi informasi secara ringkas dan efektif
f. Gali terus pembicaraan pasien untuk mendapatkan masalahpokok
pasien, tujuan dan ekspektasi pasien, dan bagaimana muncul
pemahaman pada pasien
g. Bicarakan bersama pasien rencana dan keinginan yang tepat untuk
mencari solusi bagi permasalahan yang dihadapi.
E. Tata cara pendelegasian tugas
1. Seleksi dan susun tugas
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang
harus dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf.
Tahap berikutnya yang harus dikerjakan secara otomatis adalah
menyiapkan laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan,
menyiapkan jadwal berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada komisi
yang bertanggung jawab, dan melaksanakan asuhan keperawatan dan
tugas teknis lainnya.
Hal yang terpenting dalam pendelegasian tugas adalah menentukan suatu
tugas pendelegasian dan wewenag secara bertahap, hal ini akan
menghindari terjadinya suatu penyalah gunaan wewenang.

11
2. Seleksi orang yang tepat
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan
kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya menajer memilih
staf bergantung dari kemampuan menajer mengenal kinerja staf,
kelebihan, kelemahan, dan perilakunya.
3. Berikan arahan dan motivasi kepada staf
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan yang
jelas. Lebih baik pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan ajarkan
pula bagaimana melaksanakan tugas tersebut.
4. Lakukan supervise yang tepat
Manejer harus bias menentukan apa yang perlu disupervisi, kapan
dilakukan, dan bantuan apa yang dapat diberikan. Supervise merupakan
hal yang penting dan pelaksanaannya bergantung bagaimana staf
melihatnya. Ada dua macam supervise yaitu overcontrol (control yang
berlebihan) dan undercontrol (control yang kurang).
F. Tata cara timbang terima pasien dan obat
1. Timbang terima pasien
a. Persiapan (Pra)
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian sif/operan.
2) Semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang
3) terima khususnya pasien baru masuk dan pasien yang memiliki
4) permasalahan yang belum teratasi.
5) Semua sarana prasarana terkait pelayanan keperawatan
6) dilaporkan dan dioperkan.
b. Pelaksanaan di nurse station dan di bed pasien.
1) Kedua kelompok dinas sudah siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3) Kepala ruang membuka acara timbang terima.
4) Perawat yang sedang jaga menyampaikan timbang terima
kepada
5) perawat berikutnya.

12
6) Perawat sif dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan
validasi.
7) Melakukan validasi keliling ke bed pasien.
c. Pasca.
1) Diskusi/klarifikasi.
2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung
tanda
3) tangan pergantian sif serta penyerahan laporan.
4) Ditutup oleh kepala ruangan.
2. Pengelolaan Logistik dan Obat
a. Penerimaan resep/obat.
1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruang yang
dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk (perawat primer
atau ketua Tim).
2) Ke bed pasien/keluarga; Penjelasan dan permintaan persetujaun
tentang sentralisasi obat.
3) Format sentralisasi obat berisi: nama, no.register, umur,ruangan.
b. Pemberian obat.

Perhatikan 6 tepat(pasien, obat, dosis, cara, waktu, dokumentasi) dan


1W (Waspada/monitoring).

c. Penyimpanan
Mekanisme penyimpanan:
1) Obat yang diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau
dalam kartu persediaan.
2) Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk
penggunaan oral dan obat luar.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor – faktor penggerak dari motivasi kerja seseorang terdiri dari faktor
yang berasal dari dalam diri individu tersebut atau disebut intrinsik dan faktor
yang berasal dari luar diri individu atau disebut juga faktor ekstrinsik.
Tujuan supervisi yaitu memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal
yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil
yang baik.
Dalam melakukan timbang terima perawat harus memberikan penjelasan
mengenai kondisi klien yang meliputi identitas klien dan diagnose medis,
masalah keperawatan yamg masih muncul, tindakan keperawatan yang sudah
dilaksanakan, intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan dan rencana
umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif.
B. Saran

Informasi yang disampaikan saat timbang terima harus akurat sehingga


kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting karena
dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang

14
diberikan akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan
tanggung jawab dan tanggung gugat dari seorang perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Jakarta: Salemba

Medika

Siagian, S. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Suarli, S dan Bahtiar. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan


Praktik.

Jakarta: Erlangga.

15
SKENARIO PRAKTIKA 11 DAN 12

Permasalahan 1: Kolaborasi

RS. Kenanga adalah rumah sakit yang bekerja sama dengan asuransi
kesehatan BPJS dan juga bekerjasama dengan Jasa Raharja. Telah ada MoU
tentang perngaturan klaim asuransi pada kasus kecelakaan. Korban kecelakaan
angkutan umum dan lalu lintas jalan kini mendapat perlindungan dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan PT Jasa Raharja. BPJS
Kesehatan mengambil alih jika pengobatan telah menyentuh plafon penjamin
pertama, PT Jasa Raharja, sebesar Rp 20 juta. Koordinasi manfaat ini tidak
berlaku dalam kecelakaan tunggal. Pada pukul 03.20, ada seorang pasien diantar
oleh warga ke UGD setelah mengalami kecelakaan tunggal karena menabrak
pembatas jalan. Pada saat pengkajian ditemukan data bahwa pasien tidak dalam
kesadaran penuh karena pengaruh alkohol. Mulutnya berbau khas minuman keras,
setiap ditanya tidak dapat menjawab dengan lancar. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa selain luka-luka lecet di wajah, tangan dan kaki kiri ternyata
tangan kiri pasien mengalami fraktur bagian ulna. Perawat UGD melakukan
perawatan sesuai standar RS untuk kasus pasien. Keesokan harinya, dokter SpOT
melakukan pemeriksaan lanjutan dan menyarankan untuk tindakan operasi
pemasangan fiksasi internal. Pasien dan keluarga menanyakan soal pembayaran

16
klaim asuransi, apakah semua biaya ditanggung oleh asuransi. Perawat
menyampaikan aturan tentang asuransi. Keluarga menyampaikan tidak punya
dana untuk operasi dan perawatan di RS.

Hasil analisa:

Pasien tersebut tidak berhak menerima asuransi dari Jasa Raharja karena
pasien mengalami kecelakaan tunggal dan dalam pengaruh alcohol. Untuk
pembayaran operasi pemasangan fiksasi internal, maka biaya tersebut dapat
ditanggung oleh BPJS dengan ketentuan pasien memiliki kartu BPJS. Oleh karena
itu, perawat harus menjelaskan secara jelas tentang kebijakan tersebut jepada
keluarga pasien.

Permasalahan 2: Timbang Terima Pasien dan Obat

Di Ruang Cempaka sedang dilaksanakan timbang terima dari perawat shift


pagi kepada perawat shift siang. Ns. A menyampaikan laporan timbang terima
sebagai berikut: Tn. B umur 50 tahun, masuk RS tanggal 10 Januari 2020, sudah
dirawat selama 3 hari dengan diagnose medis gagal ginjal kronis. DPJP adalah dr.
S, SpPD. Saat ini masalah keperawatan yang dialami pasien adalah gangguan
kesseimbangan cairan dan elektrolit dan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi:
kurang. Pasien bedrest total, urine output 60 cc/24 jam, balance cairan 1050 cc/24
jam. Ureum 250 mg/dL. Kreatinin 11 mg/dL. Hb 9 mg/dl. Pasien mengeluh mual
dan pusing. Program hemodialisa 2 kali seminggu setiap Rabu dan Sabtu. Infus
terpasang di tangan kiri NaCl 10 tpm. DPJP sudah memberikan informasi
penyakit kepada pasien dan keluarga. Hasil pemeriksaan fisik pasien kesadaran
composmentis, TD 170/90 mmHg, nadi 98 kpm, suhu 37,20C, edema pada
ekstremitas bawah, kadang sesak napas. Terapi dari DPJP: oral: amlodipine 5 mg
2x1, ferofort 1 x 1 kaplet. Obat injeksi firosemid 3x1 ampul. Rencana tindakan
pagi ini melanjutkan program terapi dan pemberian bantuan dalam pemenuhan

17
kebutuhan dasar pasien. Hubungi DPJP untuk pemasangan AV shunt untuk
persiapan HD rutin.

Hasil analisa:

Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan. Timbang terima yang


dilakukan di Ruang Cempaka sudah mencakup berbagai hal, antara lain:

1. Identitas klien dan diagnose medis


2. Masalah keperawatan yamg masih muncul
3. Tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan
4. Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan
5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif

18

Anda mungkin juga menyukai