Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TERAPI PENGGANTI GINJAL

Disusun oleh :

Nurul Fadillah

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
A. Hemodialisa
1. Definisi
Dialisis merupakan suatu proses yang di gunakan untuk mengeluarkan cairan
dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan
proses tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan
kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi
mencakup  hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal dialisis. Pada dialisis
molekul solut berdifusi lewat membran semipermeabel dengan cara mengalir
dari sisis cairan yang lebih pekat (konsentarsi solut lebih tinggi) ke cairan
yang lebih encer (kondisi solut yang lebih rendah). Cairan mengalir lewat
membran semipermeabel dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi
tekanan exsternal pada membran) pada hemodialisis membran merupakan
bagian dari dialeser atau ginjal artifisial. Pada perritoneal dialisis, merupakan
peritoneum atau lapisan dinding abdomen berfungsi sebagai membran
semipermeabel .
Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan
larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer)
ke dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan
sebagian besar volume cairan. Hemodialisa adalah menggerakkan cairan dari
partikel-pertikel lewat membran semi permiabel yang mempunyai pengobatan
yang bisa membantu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
normal, mengendalikan asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari
tubuh. Membran selaput semipermiabel adalah lembar tipis, berpori-pori,
terbuat dari selulosa atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori membrane
memungkinkan difusi zat dengan berat molekul rendah seperti urea, kreatinin,
dan asam urat berdifusi. Molekul air juga sangat kecil dan bergerak bebas
melalui membran, tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri dan sel darah
terlalu besar untuk melewati pori-pori membrane. Perbedaan konsentrasi zat
pada dua kompartemen disebut gradian konsentrasi.
2. Tujuan
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara
lain :
a) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang
sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
b) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
c) Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal.
d) Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan
yang lain.
e) Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa
disesuaikan dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4
– 5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya
dilakukan 10 – 15 jam/minggu dengan Blood flow (QB) 200–300
mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa
memerlukan waktu 3 – 5 jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada
akhir interval 2 – 3 hari diantara hemodialisa, keseimbangan garam,
air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan
menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam
proses hemodialisa.
3. Prinsip yang Mendasari Hemodialisa
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen toksik dari
dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis aliran
darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh
pasien ke tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian di kembalikan lagi
ke tubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasar kerja hemodialisis yaitu:
difusi, osmosis dan ultra filtrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah di
keluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang
memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisis dengan konsenterasi yang
lebih rendah. 
Air yang berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses
osmosis. Pengeluaran air dapat di kendalikan dengan menciptakan gradien
tekanan, dengan kata lain bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih 
tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialist). Gradient
ini dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal
sebagai ultrafiltasi pada mesin dialis. Tekanan negatif diterapkan pada alat 
fasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekresikan air,
kekuatan ini di perlukan untuk mengeluarkan  cairan hingga tercapai
isovolemia (keseimbangan cairan).

4. Komponen Hemodialisa
 Dialyzer
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau
toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan
fungsi hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan.
Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja
dari ginjal alami yang normal.
Macam-macam ginjal buatan :

a. Paraller-Plate Diyalizer
Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi, karena
darah dalam ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc, disamping
cara menyiapkannya sangat sulit dan membutuhkan waktu yang
lama.
b. Coil Dialyzer
Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang dipakai
karena volume darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar 300
cc, sehingga bila terjadi kebocoran pada ginjal buatan darah yang
terbuang banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin khusus, cara
menyiapkannya juga memerlukan waktu yang lama.
c. Hollow Fibre Dialyzer
Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah
dalam ginjal buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping cara
menyiapkannya mudah dan cepat.
 Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya
mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah. Fungsi Dialisat
pada dialisit:
a.       Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa
metabolisme
b.      Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama
dialisa
Tabel perbandingan darah dan dialisat :

Komponen elektrolit Darah Dialisat

Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L

Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L

Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L

Chloride 106mEq/L 106mEq/L

Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L

Ada 3 cara penyediaan cairan dialisat :


a. Batch Recirculating
Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan
perbandingan  1 : 34 hingga 120 L dimasukan dalam tangki air
kemudian mengalirkannya ke ginjal buatan dengan kecepatan 500
– 600 cc/menit.
b. Batch Recirculating/single pas
Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian
langsung buang.
d. Proportioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampus secara konstan
oleh porpropotioning dari mesin cuci darah dengan perbandingan
air : dialisat = 34 : 1 cairan yang sudah dicampur tersebut dialirkan
keginjal buatan secara langsung dan langsung dibuang, sedangkan
kecepatan aliran 400 – 600 cc/menit.
 Akses Vaskular Dialisis
Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangka panjang, maka perlu
ada jalan masuk kedalam sistem vascular penderita. Darah harus keluar
dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200 sampai 400
ml/menit. Teknik akses vaskular di klasifikasikan sebagai berikut:
 AksesVaskulerEksternal (sementara)
Pirauarteriovenosa (AV) atau sistem kanula diciptakan dengan
menempatkan ujung kanula dari teflon dalam arteri dan sebuah
vena yang berdekatan. Ujung kanula dihubungkan dengan
selang karet silikon dan suatu sambungan teflon yang
melengkapi pirau.
 Kateter vena femoralis sering di pakai pada kasus gagal ginjal
akut bila di perlukan akses vaskular sementara, atau bila teknik
akses vaskuler lain tidak dapat berfungsi. Terdapat dua tipe
kateter dialisis femoralis. Kateter saldon adalah kateter
berlumen tunggal yang memerlukan akses kedua. Tipe kateter
femoralis yang lebih baru memiliki lumen ganda, satu lumen
untuk mengeluarkan darah menuju alat dialisis dan satu lagi
untuk mengembalikan darah ketubuh penderita. Komplikasi
padakateter vena femoralis adalah laserasi arteria femoralis,
perdarahan, thrombosis, emboli, hematoma, daninfeksi.
 Kateter vena subklavia semakin banyak dipakai sebagai alat
akses vaskular karena pemasangan yang mudah dan
komplikasinya lebih sedikit dibanding kateter vena femoralis.
Kateter vena subklavia mempunyai lumen ganda untuk aliran
masuk dan keluar. Kateter vena subklavia dapat digunakan
sampai empat minggu sedangkan kateter vena femoralis
dibuang setelah satu sampai dua hari setelah pemasangan.
Komplikasi yang disebabkan oleh katerisasi vena subklavia
serupa dengan katerisasi vena femoralis yang termasuk
pneumotoraks robeknya arteria subklavia, perdarahan,
thrombosis, embolus, hematoma, dan infeksi.
 AksesVaskular Internal (permanen)
 Fistula
Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan yang
(biasanya dilakukan pada lengan bawah) dengan cara
menghubungkan atau menyambungkan (anastomosis)
pembuluh aretri dengan vena secara side to-side (dihubungkan
antar-sisi) atau end-to-side (dihubungkan antara ujung dan sisi
pembuluh darah). Segmen-arteri fistula diganakan untuk aliran
darah arteri dan segmen vena digunakan untuk memasukan
kembali (reinfus) darah yang sudah didialisis. Umur fistula AV
adalahempattahundankomplikasinyalebihsedikitdenganpirau
AV. Masalah yang paling utamaadalahnyeripadapungsi vena
terbentuknyaaneurisma, trombosis, kesulitan hemostatis pasca
dialisis, dan iskemia pada tangan.
 Tandur
Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum
dialisis, sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit
sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi, material Gore-
Tex (heterograft) atau tandur vena safena dari pasien sendiri.
Biasanya tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah pasien
sendiri tidak cocok untuk dijadikan fistula.Tandur biasanya
dipasang pada lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas.
Pasien dengan sistem vaskuler yang terganggu, seperti pasien
diabetes, biasanya memerlukan pemasangan tandur sebelum
menjalani hemodialisis. Karena tandur tersebut merupakan
pembuluh drah artifisial risiko infeksi akan meningkat.
Komplikasi tandur AV sama dengan fistula AV trombosis,
infeksi, aneurisma dan iskemia tangan yang disebabkan oleh
pirau darah melalui prosthesis dan jauh dari sirkulasi distal.
(Sylvia, 2005: 975)
B. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis)
1. Definisi
Bagi para penderita gagal ginjal, kegiatan cuci darah adalah suatu
keharusan.Biasanya, para penderita ini melakukan hemodialisis (cuci darah
melalui mesin) 2-3 kali dalam seminggu di RumahSakit.Namun, dalam 4
tahun terakhir mulai disosialisasikan sebuah alternatif dimana penderita dapat
melakukan cuci darah sendiri di rumah. Metode tersebut dikenal dengan
continous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). CAPD merupakan sebuah
kateter yang dipasang di dalam perut, ke dalam rongga peritoneum.
Pemasangan ini dilakukan melalui tindakan operasi. Setelah kateter tersebut
terpasang, lalu digunakan cairan dialisat, yang sering dipakai adalah Dianel
Baxter dari Kalbe untuk membilas rongga peritoneum tempat
bersarang kateter. Ini berfungsi sebagai sarana cuci darah, yang berlangsung
sepanjang hari.
CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis) / Dialysis Peritoneal
Mandiri Berkesinambungan. Bedanya tidak menggunakan mesin khusus
seperti APD. Dialysis peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisat
(cairan khusus untuk dialysis) ke dalam rongga perut melalui selang kateter,
lalu dibiarkan selama 4-6jam. Yang dimaksud dengan kateter adalah selang
plastik kecil (silikon) yang dimasukan ke dalam rongga peritoneal melalui
pembedahan sederhana, kateter ini berfungsi untuk mengalirkan cairan
dialysis peritoneal keluar dan masuk rongga peritoneum anda. Ketika dialisat
berada di dalam rongga perut, zat-zat racun dari dalam darah akan dibersihkan
dan kelebihan cairan tubuh akan ditarik ke dalam cairan dialisat.
CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis) :
Continous :Terus menerus selama 24 jam
Ambulatory :Bebas bergerak
Peritoneal :Peritoneum sebagai membran semi permeable
Dialysis :Membersihkan tubuh dari zat sisa-sisa metabolisme dan
kelebihan cairan.
Atau disebut DPMB (Dialysis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan)
2. Proses CAPD
Proses dialysis peritoneal ini tidak menimbulkan rasa sakit. Membutuhkan
waktu yang singkat, terdiri dari 3 langkah. Pertama, masukkan dialisat
berlangsung selama 10 menit. Kedua, cairan dibiarkan dalam rongga perut
untuk selama periode waktu tertentu (4-6 jam). Ketiga, pengeluaran cairan
yang berlangsung selama 20 menit
Ketiga proses diatas dilakukan beberapa kali tergantung kebutuhan dan bisa
dilakukan oleh pasien sendiri secara mandiri setelah dilatih dan tidak perlu ke
rumah sakit.
Perpindahan cairan pada CAPD dipengaruhi oleh :
 Kualitas membrane
 Ukuran & karakteristik larutan Volume dialisat
Proses dialysis pada CAPD terjadi karena adanya perbedaan :
 Tekanan osmotic
 Konsentrasi zat terlarut antara cairan CAPD dengan plasma darah
dalam pembuluh kapiler
 Pada saat cairan dialisat di masukkan dalam peritoneum, air akan di
ultrafiltrasi dari plasma ke dialisat, sehingga meningkatkan volume
cairan intra peritoneal. Peningkatan volume cairan intraperitoneal
berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa dari cairan dialisat.
 Kecepatan transport air dan zat terlarut dapat diestimasi secara periodic
melalui PET test (Peritoneal Equilibrum Test)
Standar konsentrasi elektrolit cairan CAPD:
 Na (132 meq /lt)
 Cl ( 102 meq /lt)
 Mg (0,5 meq /lt)
 K (0 meq /lt)
C. Perbandingan Hemodialisa dan CAPD
Pasien Gagal Ginjal pada umumnya memilih terapi pengganti fungsi ginjal dengan
cara Cuci Darah, istilah medisnya Hemodialisis (HD), karena dianggap lebih
sederhana, praktis dan murah. Padahal sekarang para pasien di Negara-negara maju
banyak yg sudah beralih ke CAPD, bahkan Negara tetangga saja sudah sejak tahun
1980-an mempraktekannya. Singapura, Thailand, Malaysia, Philipina, Cina dll. Di
Negara tersebut para pasien yg baru divonis gagal ginjal kronis/terminal akan
langsung dioperasi pasang cateter di perutnya agar bisa melakukan refil (isi ulang)
cairan ke dalam perut. Bahkan cairan Dianeal yang merupakan kebutuhan pokok
pasien CAPD di Indonesia pun sampai sekarang masih di impor dari Singapura.
Yang membuat CAPD ini lebih unggul daripada cuci darah (HD/hemodialisa) yaitu
dapat dilakukan sendiri di rumah atau di tempat kerja. Yang terpenting bila
menggunakan CAPD mesti selalu menjaga kebersihan tubuh dan menjaga keteternya
tidak terinfeksi.Infeksi yang lazim terjadi adalah peritonitis (infeksi pada peritoneum)
peritoneum sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang
dilewati cairan tubuh yang berlebihan dan solute yang berisi racun yang akan
dibuang. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding
perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga
limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut,
kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.
Agar lebih jelas mengetahui perbedaan antara cuci darah (HD) dengan cuci perut
(CAPD), silakan Anda perhatikan bagian berikut ini:
1. HD (Hemo Dialysis) atau Cuci Darah CAPD (Continues Ambulatory
Peritoneum Dialysis) atau Cuci Perut
Fungsi
HD : Menyaring racun darah dan mengeluarkannya bersama cairan tubuh,
agar darah menjadi bersih.
CAPD : Menyerap racun darah dan kelebihan cairan pada tubuh pasien dengan
system difusi melalui membran peritoneum di dalam perut.
Proses
HD : Darah dialirkan ke mesin penyaring racun melalui selang yang
ditusukkan dengan jarum vistula pada urat nadi di pangkal paha (selangkangan
jika belum memiliki Ave-shunt) untuk menyalurkan darah keluar dan satu
jarum lagi di tangan untuk memasukkan darah yg sudah bersih. Jarum vistula
bisa dipasang keduanya di tangan bila sudah operasi Ave-shunt.
CAPD : Sebelum melakukan refill(isi ulang) pasien harus menjalani operasi
pemasangan cateter di perut sebelah kanan. Melalui satu cateterlah cairan
masuk dan keluar, karena cairan yg akan diisi sudah dilengkapi dg kantong yg
kosong untuk pembuangan makanya disebut twinbag Dianeal yg hanya sekali
pakai. Tidak membutuhkan mesin, karena hanya menggunakan gaya gravitasi
baik untuk pengeluaran cairan, maupun pemasukkan cairan.
Tempat
HD : Harus dilakukan di rumah sakit tertentu yang memiliki fasilitas ruangan
khusus untuk hemo dialysis.
CAPD :Dapat dilakukan di mana saja, asal bersih, baik di rumah, di dalam
mobil bahkan di tempat wisata.
Waktu
HD : Setiap kali cuci darah membutuhkan waktu selama 4 s.d.5 jam dalam
periode 2 s.d. 3kali per minggu. Banyak tambahan waktu yang dibutuhkan
untuk menunggu giliran, pemasangan alat dan pencabutan alat.
CAPD : Satu kali refill hanya membutuhkan waktu 20 s.d. 30 menit, setiap
hari sebanyak 3 atau 4 kali refill.
Menu Makanan dan Minuman
HD : Makanan yang berkelium tinggi terutama santan, buah-buahan dan
sayuran hanya diperbolehkan dalam porsi yang sangat kecil. Contohnya,
sebuah apel Fuji hanya bisa dikonsumsi ¼ s.d. 1/3-nya satu kali dalam sehari.
Volume air minum juga sangat terbatas. Sangat dianjurkan banyak makan
protein.
CAPD: Asupan gizi yg mengandung protein harus dua kali lipat porsi makan
orang sehat! Makan minum lebh bebas.Kita bisa memakan apel Fuji 2s.d.3
buah per hari bahkan makan sayuran punboleh.Lotek, karedok, rujak hiris,
rujak ulek, rujak bebek, dll masih bisa kita konsumsi dalam porsi yang cukup,
tetapi jangan berlebihan.Volume air minum bisa banyak disesuaikan dengan
akumulasi cairan yang terserap dianeal setiap harinya.
Biaya
HD : Biaya operasi Ave-shunt ( Cimino) untuk memperbesar pembuluh darah
di tangan,transfort menuju tempat HD 2 s.d.3 kali per minggu besarnya
tergantung jarak tempuh, biaya proses HD jika tak memiliki kartu jaminan
Askes atau sejenisnya, juga obat-obatan.
CAPD : Biaya operasi pemasangan carteter memang cukup tinggi sekitar 25
jutaan, tapi bagi peserta Askes tak jauh beda dengan pasang Ave-shunt, tak
ada biaya transfor bolak-balik ke rumah sakit, paling sebulan sekali beli cairan
sekitar 5 jutaan (peserta Askes gratis), obat-obatan yg dikonsumsi semakin
berkurang, kecuali betadin, NaCl, kassa dan plester untuk dressing tutup
execite.
Kebutuhan Tenaga Medis
HD : Sangat membutuhkan bantuan tenaga medis yang professional, untuk
memasang dan mencabut jarum vistula.Harus selalu dalam pengawasan
perawat/dokter jaga, karena banyak resiko yang terjadi saat HD berlangsung.
CAPD :Tidak membutuhkan bantuan tenaga medis yang professional, seperti
dokter jaga dan perawat, karena bisa dilakukan sendiri atau bantuan anggota
keluarga,setelah kita mengikuti pelatihan selama tiga hari.
Efek Samping/ dampak negative
HD : Sering mengalami kram akibat dehidrasi karena terlalu banyak cairan yg
tersedot mesin, menggigil kedinginan, pusing, mual-mual, muntah, tensi
ngedrop tiba-tiba, sesak napas bahkan sampai pingsan. Biasanya badan jadi
lemas, karena terkuras energy dan saripati makanan dalam darah kita.
Kehilangan nafsu makan,bahkan lidahpun mati rasa. Esoknya badan masih
terasa loyo. Lusanya baru mulai bertenaga lagi, itu pun kalau asupan gizinya
bagus! Hari ke-3 atau ke-4 harus siap-siap HD lagi.Kulit akan semakin hitam,
karena penumpukkan Fe di permukaan kulit yg tidak terbuang, gatal-gatal
seluruh tubuh, osteoporosis, dan sulit tidur. Sisa fungsi ginjal semakin
berkurang, akhirnya urine pun tak bisa keluar lagi.Kerjajantung semakin berat
saat HD berlangsung, sehingga jantung pun beresiko tinggi mengalami
gangguan. Jika terjadi uremia, sesak napas atau hiper kalemia harus cepat
datang ke tempat HD, di mana pun dan kapan pun kita berada, jangan
menunggu sampai esok harinya.
CAPD : Sekali-kali perut terasa kembung, gatal-gatal, pegal linu atau kurang
tidur. Bisa juga mual-mual sampai muntah, karena
hiperkalemia.Jika mengalami hiper kalemia, atau sesak napas akibat terlalu
banyak minum, kita bisa mengatasinya dengan mempercepat waktu periode
refil sehingga refill bisa dilakukan sampai dengan 5 kali.
Agar kalium yang berlebih cepat terbuang.
Dampak Positif
HD : Bisa mengeluarkan racun dalam darah dan kelebihan cairan di
tubuh.Selain bisa mengeluarkan racun dalam darah dan kelebihan cairan
dalam tubuh, sisa fungsi ginjal akan lebih awet dipertahankan. Kerja jantung
akan ringan,karena bukan darah yang terpompa jantung harus dikeluarkan
dulu, sehingga mengurangi resiko serangan jantung. Badan akan terasa selalu
lebih bugar dari pada saat HD. Nafsu makan stabil. Tensi darah semakin lama
semakin mendekati normal yang pada akhirnya menjadi normal kembali dan
tidak perlu mengkonsumsi obat penurun tensi.
CAPD : Permukaan kulit tidak kehitam-hitaman, karena tidak ada
penumpukan Fe.

Anda mungkin juga menyukai