Anda di halaman 1dari 2

BAB I.

LATAR BELAKANG
1.1 Analisis Situasi
Masalah gizi kurang pada balita masih menjadi masalah mendasar di dunia. WHO
(2013), jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak. Riskesdas
(2013), prevalensi balita dengan berat kurang (under weight) adalah berjumlah
19,6%. Sebanyak 13,9% balita memiliki status gizi kurang.
Di Indonesia jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2012 sebanyak 42.702 kasus
kurang lebih mengalami penurunan sebesar 14%, namun dalam beberapa tahun
terakhir penurunannya sangat landai (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan
Pantauan Status Gizi (PSG, 2017) yang dilakukan Kementerian Kesehatan, bayi usia
di bawah lima tahun (Balita) yang mengalami masalah gizi pada 2017 mencapai
17,8%, sama dengan tahun sebelumnya. Jumlah tersebut terdiri dari Balita yang
mengalami gizi buruk 3,8% dan 14% gizi kurang. Menurut status gizi berdasarkan
indeks Tinggi Badan terhadap Usia (TB/U), Balita Indonesia yang
mengalami stunting/kerdil pada tahun lalu mencapai 29,6%. Angka ini lebih tinggi
dari tahun sebelumnya. Dengan rincian 9,8% bayi dengan usia 0-59 bulan tersebut
masuk kategori sangat pendek dan 19,8% kategori pendek. Sedangkan menurut
indeks Berat Badan terhadap Usia (BB/U) sebanyak 9,5% Balita masuk kategori
kurus dan turun dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan Balita yang mengalami
kegemukan (obesitas) mencapai 4,6%, juga lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas
Keperawatan pada tanggal 6 sampai 13 Oktober 2018 pada keluarga bapak Sulis di
RT 3 RW 2 Lingkungan Krajan Kelurahan Kebonsari Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember ditemukan data sebagai berikut : Anak dari bapak Sulis dan ibu
Irma, Kharisma yang berusia 3 tahun memiliki status gizi rendah dengan ditandai
garis perkembangan berat badan pada buku KMS berada dibawah garis tengah
dengan berat badan 9 kg, sehingga dapat disimpulkan bahwa kharisma memiliki berat
badan yang kurang dan tidak sesuai dengan usia seharusnya. Ibu Irma selalu
membawa Kharisma datang ke posyandu setiap bulan dan keluarga memeriksakan
kesehatan ke dokter apabila Kharisma sakit. Kharisma juga memiliki tubuh yang
kurus, setelah dilakukan pengkajian lebih lanjut, meskipun Kharisma tidak
mengalami kesulitan untuk makan, tetapi Kharisma merupakan anak yang memilah-
milah makanan, serta gemar mengonsumsi jajanan ringan yang memiliki nilai gizi
kurang. Beberapa kali Kharisma juga mengalami diare apabila setelah mengonsumsi
makanan atau minuman tertentu secara berlebihan.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan hasil pengkajian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas
Keperawatan pada keluarga bapak Sulis, beliau memiliki anggota keluarga yang
status gizinya kurang dari normal yaitu anaknya yang bernama Kharisma. Ketika
ditanya lebih lanjut mengenai apa yang keluarga lakukan terhadap kurangnya status
gizi Kharisma, ibu Irma mengatakan bahwa sudah berusaha memberikan makanan
sesuai selesa anaknya agar anaknya makan lebih banyak, ibu Irma juga mengatakan
bahwa keluarganya juga memperoleh bantuan berupa susu untuk Kharisma. Oleh
karena dari pengkajian yang didapatkan, kelompok kami memilih memberikan
pengajaran mengenai terapi Modisco (Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil)
yaitu terapi untuk menambah berat badan anak serta memenuhi gizi anak melalui
modifikasi minuman padat energi bernilai gizi tinggi, mudah dicerna, mudah dibuat
serta dapat diolah dalam beraneka ragam resep makanan dan minuman.

Daftar Pustaka
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI

Jenderal Direktorat Kesehatan. 2017. Buku Saku Hasil Pemantauan Status


Gizi (PSG) tahun 2017.

www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir.../Buku-Saku-Hasil-PSG-2016_842.pdf

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai