Anda di halaman 1dari 10

STRUKTUR ORGAN PENCERNAAN

I GEDE ALDI JULI ASTIKA


2018.IV.0086

PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN DAN


REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN
KESEHATAN INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI
2020
Struktur Organ Pencernaan
Pendahuluan
Sistem organ pencernaan adalah sintem organ yang menerima manakan, mencerna
untuk dijadikan energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Pada dasaranya
sistem pencernaan makanaan yang terbentang dari mulut atau oris samapai ke anus dalam
manusia dibagi menjadi tiga bagian:
1. Proses penghancuran makana yang terjadi dalam mulut sampai ke lambung.
2. Proses penyerapan sari makanan yang terjadi di dalam usus.
3. Proses pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus.
Makana yang dimakan penting sebagai sumber energi, kemudian digunakan oleh sel
dalam menghasilkan ATP untuk menjalankan aktivitas, sebagai zat pembangun dan
pengganti sel-sel yang rusak. Pembuangan sisa atau sampah tubuh hanya merupakan fungsi
kecil dari sistem pencernaan melalui defeksi. Pembuangan lain berlangsung melalui paru,
dan makanan yang terus berupa keringat.
Agar makan dapat dicerna serta optimal saluran pencernaan, saluran pencernaan
harus memiliki persediaan air, elektrolit, dan makanan yang terus menerus, untuk ini
dibutuhkan:
1. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan.
2. Sekresi getah pencernaan.
3. Absorpsi hasil pencernaan air dan elektrolit.
4. Sirkuliasi darah melalui organ-organ gastroinstestinal yang membawa zat yang
akan diabsorpsi.
5. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon.
Susunan saluran pencernaan terjadi dari oris (mulut); faring (tekak); esofagus
(kerongkongan); ventrikulus (lambung); intestinum minor (usus halus) yang tebagi menjadi
doudenm (uusus 12 jari), ileum (usus penyerapaan), jejunum; intestinum mayor (usus besar)
yang terbagi menjadi kolon asendens (usus besar yang naik), kolon sigmoid; rektum; dan
anus (dubur). Organ yang menghasilkan getah cerna meliputi kelenjar ludah, kelenjar getah
labung, kelenjar hati, kelenjar pankreas, dan kelenjar hati.
Saluran pencernaan makanan menerima makanan dari luar dan memperiksakan
bahan makaan untuk diserap oleh tubuh melalui proses mengunyah, menelan dan menyerap
zat cair yang tedapat mulai dari mulut sampai ke anus. Setiap sel dalam tubuh memerlukan
adanya suplai makanan memberi energi, membangun jaringan baru, mengganti jaringan
yang rusak, dan untuk pertumbuhan.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan zat nutrien yang sudah
dicerana secara berkesinambungan, untuk didistribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi
dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi). Sebelum zat ini diperoleh tubuh makanan
harus berjalan/bergerak sepanajng saluran pencernaan.
Makana yang kita makan harus diubah terlebuh dahulu menjadi benda cair agar dapat
diserap (diabsorpsi) dan mengalami perubahan kimiawi dan fisis dalam saluran pencernaan.
Zat makanan merupakan sumber energi dari sel yang dapat membentuk ATP (abdomen
trifosfat) untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tubuh. Proses pembakaran akan
menghasilkan panas yang dibutuhkan untuk mempertahankan suhu tubuh, energi untuk
bekerja dan bergerak.
Pembuangan sisa atau sampah sejumlah kecil dari metabolisme akan diekskresikan
melalui saluran akhir sistem pencernaan dalam bentuk tinja, di samping itu juga melalui paru
dan ginjal dalam bentuk karbon dioksida (CO₂) dan urine.
Peristiwa yang terjadi dalam sistem pencernaan:
1. Pergerakan makanan: gerakan mencampur, mengaduk, dan mendorong isi lumen
akibat kontraksi otot polos dinding saluran penceraan. Gerakan mendorong isi
lumen ke depan dengan kecepatan yang tidak sama mencampur makanan dengan
liur dan membantu absorpsi dengan cara mendekatkan seluruh isi lumen ke
permukaan saluran pencernaan.
2. Sekresi (getah cerna): Mulai dari mulut sampai ke ileum dilakukan oleh kelenjar-
kelenjar yang menyekresi air, elektrolit, dan bahan-bahan tertentu seperti enzim
atau liur empedu (mukus).
3. Pencernaan: proses pemecahan secara mekanik dan kimia, molekul-molekul
besar yang masuk saluran pencernaan menjadi molekul yang lebih kecil sehingga
dapat diserap oleh dinding saluran pencernaan.
4. Absorpsi: makanan yang telah mengalami perubahan dalam proses penyerapan
hasil pencernaan dari lumen menembus lapisan epitel masuk ke dalam darah atau
cairan limfe. Permukaan saluran pencernaan biasanya tidak rata, tetapi berlekuk-
lekuk sehingga menabah luas permukaan yang tersedia untuk absorpsi.
Fungsi empat dinding saluran pencernaan
a. Tunika mukosa (lapisan dalam): diliputi lapisan sel epitel, menyekresi mukus dan
melepaskan hormon ke dalam daram; membentuk kelenjar eksokrin untuk
menyekresikan asam, enzim, air dan ion-ion ke dalam lumen; melindungi saluran
pencernaan terhadap gesekan makanan yang keras.
b. Tunika submukosa: jaringan ikat kedua sebelah dalam yang dilalui pembuluh darah
dan pembuluh limfe yang besar. Cabangnya menembus lapisan mukosa di dalam
submukosa terdapat suatu jala sel saraf (pleksus submukosa), mempunyai dua
lapisan yaitu otot longitudinal dan sirkuler (obliq).
c. Tunika muskularis (lapisan otot): kontraksinya menimbulkan gaya mendorong dan
memindahkan isi saluran pencernaan; membentuk sistem saraf entrik membentuk
mengintegrasikan keaktifan motorik dan sekretorik sistem pencernaan.
d. Tunika serosa (lapisan luar): jaringan ikat yang mengelilingi saluran pencernaan,
lapisannya sangat tipis disebut juga peritonium (adventisia), menyekresikan cairan
serosa untuk membasahi dan mencegah gesekan organ pencernaan dan alat dalam
sekitarnya.

MULUT

Mulut (oris) merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang meluas dari
bibir sampai sampai ke isitmus fausium yaitu perbatasan antara mulut dengan faring, terdiri
dari:

1. Vestibulum oris: bagian di antara bibir dan pipi diluar, gusi dan gigi bagian dalam.
Bagian atas dan bawah vestsibulum dibatasi oleh lipata membran mukosa bibi, pipi
dan gusi. Pipi membentuk lateral vestibulum, disusun oleh M. Buksinator, dilapisi
oleh membran mukosa. Sebelah luar M. Buksinator ditutupinoleh fasia
bukofaringealis, berhadapan dengan gigi molar kedua. Bagian atas terdapat papila
kecil tempat bermuaranya duktus glandula parotis.
2. Kavitas oris propia: bagian diantara arkus alveolaris, gusi dan gigi memiliki atap yang
dibentuk oleh palatum durun (palatum keras) bagian depan, palatum mole (palatum
lunak) bagian belakang.
Dasar mulut sebagai besar dibentuk oleh anterio lidah dan lipatan balik membran
muukosa sisi lidah pada gusi diatas mandibula. Garis tengah lipatan membran mukosa
terdapat frenulum lingua yang menghubungkan permukaan bawah lidah dengan dasar mulut.
Dikiri dan dikanan frenulum lingua terdapat papila kecuali bagian puncaknya bermuara
duktus glandula submandibularis.
Organ kelengkapan mulut:
1. Bibir: bagian eksternal ditutupi oleh kulit dan bagian interna dilapisi oleh jaringan
epitel yang mengantung mukosa. Bagian ini kaya pembuluh darah dan banyak
terdapat ujung-ujung saraf sensorik. Pada kavum oris terdapat dua buah palatum
(tulang langi-langit):
a. Palatum durum (palatum keras), yang tersusun oleh tulang keras dibentuk oleh
prosesus palatinus maksilaris dan os palatum, bentuk lengsung, dilapisi oleh
lapisan mukosa dan periosteum. Bagian belakang terdapat banyak kelenjar
palatina.
b. Palamum mole (palatum lunak). Bagian depannya bersatu dengan palatum
durum. Bagian belakangnya membentuk sebagian istmus fausium dan
berhubungan dengan faring. Bagian ini terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan
mukosa. Pada ujung tengah palatum mole ada uvula (anak lidah). Pada tiap sisi
uvula terdapat dua lipatan yaitu arkus palatoglosus dan arkus palatofaringeus.
2. Pipi: alat kelengkapan mulut bagian luar dilapisi oleh kulit dan bagian dalam
dilapisi oleh jaringan epitel, mengantung selaput lendir (membran mukosa). Otot
pengunyah memanjang dari maksila ke mandibula, sifatnya lebih elestis. M.
Buksinator membentuk basis otot pipi. Sebelah luar pipi terdapat fasia
bukofaringeal dengan jaringan lemak. Korpus adiposa bukae dengan kelenjar
bukales.
3. Gigi (dentis), merupak alat bantu yang berfungsi untuk mengunyah dan berbicara.
Gigi terdidi dari:
a. Gugu sulung (gigi susu), tumbuh sejak umur 6-8 bulan dan akan lengkap 20
buah pada umur 2,5 tahun dengan rincian 8 gigi seri (dens insisivus), bentuk
seperti pahat, gunanya untuk memotong; 4 buah gigi taring (dens kaninus) agak
panjang dan kuat, gunanya untuk memotong; 8 gigi geraham (dens molare)
untuk menggiling dan menghancurkan makanan.
b. Gigi permanen (gigi tetap), tumbuh pada umur 6-18 tahun dan berjumlah 32

Gigi

Gigi dan gerahang terletak dalam alveolus dentalis dari tulang maksila dan
mandubula. Gigi mempunyai satu akar sedangkan gerahang mempunyai 2-3 akar. Pada ujung
akar gigi terdapat foramen apikalis tempat masuk ke kanalis akar gigi menuju kavum pulpitis.
Akar gigi ditutupi oleh semen yang berhubungan dengan alveolus dentis melalui membran
periodentalis. Dentin merupakan bagian terbesar dari gigi yang dilapisi oleh email.

Fungsi gigi adalah mengunyah makanan, pemecah partikel besar menjadi partikel
kecil yang dapat ditelan tanpa menimbulkan tersedak. Proses ini merupakan mekanik pertama
yang dialamai makanan pada waktu melalui saluran pencernaan dengan tujuan
menghancurkan makanan, melincinkan dan membasahi makanan yang kering dengan saliva
serta mengaduk makanan sampai rata.

Lidah

Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakanan susunan otot serta lintang yang kasar
dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan dalam proses mekanisme pencernaan di mulut
dengan menggerakan makanan ke segala arah.

Bagian-bagian lidah adalah:

1. Pangkal lidah (radik lingua), pada pangkal lidah bagian belakang terdapat anak
lidah (epiglotis) yang berfungsi menutup jalan pernapasan pada waktu menelan,
supaya makanan tidak masuk ke jalan pernapasan.
2. Panggal lidah (dorsun lingua), terdapat puting-puting pengecap (ujung saraf
pengecap) untuk menentukan rasa makanan (manis, asin, asam, pahit, dll). Pada
dorsum lingua terdapat jonjot-jonjot kecil sebagai puting pengecap terdiri dari:
a. Papila filiformis yang tersebar pada seluruh permukaan lidah.
b. Permukaan fungiformis, terdapat pada tepi lidah bagian apeks.
c. Papila sirkumvalate di depan sulkus terminalis lidah.
d. Papila foliatae, tepi samping posterior lidah.
3. Ujung lidah (apeks lingua) membantu membalikkan makanan, proses berbicara,
merasakan makanan yang dimakan, dan membantu proses menelan.

Kelenjar Ludah

Kelenjar ludah (saliva) merupakan kelenjar yang menyekresi larutan mukus ke dalam
mulut, membahasi dan melumasi partikel makan sebelum ditelan. Kelenjar ini mengandung 2
enzim pencernaan, yaitu lipase lingua untuk mencerna lemak dan enzim ptialin atau amilase
untuk mencerna tepung.

Kelenjar ludah terdiri dari:

1. Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris): terdapat di bawah rahang


atas bagian tengah. Salurannya bernama duktus wartoni yang bermuara pasa
rongga mulut dekat frenulum lingua.
2. Kelenjar ludah bawah ludah (kelenjar sublingua): terdapat dibawah selaput lendir
dasar rongga mulut.
3. Kelenjar parotis: terletak di bawah bagian depan telinga di antara prosesus
mastoid kiri dan kanan dekat os mandibula. Salurannya bernama duktus stensoni
keluar dari glandula parotis menuju rongga mulut melalui pipi (M. buksinator).
Sekresi saliva normalnya setiap hari 1.000-1.500 ml.

Sekresi saliva dikendalikan melalui refleksi tidak bersyarat dari lidah, esofagus,
lambung, dan usus halus sebelah atas dan refleks syarat daerah koeteks serebra dengan
perentara melihat, menghidu, mendengar, dan memikirkan makanan. Dengan perangsangan
saraf simpatis sekresi saliva menjadi encer, volume menjadi besar dan kandungan bahan
organik sedikit disertai vasodilatasi pada kelenjar.

Komposisi Saliva
a. Air 97%-99%
b. Glukoprotein (musin) yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar mukosa sublingualis
c. Ptialin (amilase) enzim pencernaan yang berfungsi mencerna tepung
d. Garam-garam alkali
e. Sel-sel epitel, sel kelenjar, leukosit, gas (O₂) dan bakteri

Fungsi saliva:
1. Fungsi mekanis: mencampus saliva dengan makanan agar menjadi lunak atau
setengah cair yang disebut bolus agar mudah ditelan dan mendinginkan makanan.
2. Fungsi kemis: melarutkan makanan yang kering untuk dapat dirasakan. Misalnya,
butiran gula atau garam dalam mulut akan larut oleh saliva. Di samping itu saliva juga
memantau gigi-gigi yang menjadi busuk dengan cara mengubah suasana asam yang
ditimbulkan bakteri pembusuk menjadi suasana alkalis.

Apabila ada makanan dalam mulut terjadi rangsangan refleks otot-otot untuk
menggerakan mandibula. Otot yang berfungsi adalah:

1. M. Elevator yang mengangkat rahang: proyektornya M. Masseter dan M.


Pterigoideus, Retraktornya M. Temporalis.
2. M. Depresor yang menurunkan rahang : proyektornya M. Pterigoideus eksternus dan
M. Digastrikus, Rektor: M. Milohioideus dan M. Geniohioideus.

Kerja sama otot pengunyah dengan otot lidah dan pipi sangat penting dalam proses
pengunyah yang efisien untuk membentuk bolus (makanan setengah cair) yang ditelan.
Gerakan ritmik mengunyah dikendalikan oleh saraf somatik menuju otot mulut dan rahang.
Gerakan mengunyah secara refleks diakibatkan oleh tekanan pada makanan terhadap gusi,
gigi, palatum durum dan lidah. Kebanyakan otot pengunyah dipersarafi oleh cabang saraf
otak Y (N. Trigeminus) dan dikontrol oleh otak belakang.

Faring
Faring (tekak)merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkong panjangnya (kira-kira 12 cm), terbentang tegak lurus anatara basis kranii setinggi
vertebrae servikalis VI, ke bawah setinggi tulang rawan krikoidea. Faring dibentuk oleh
jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar).
Organ terpenting didalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit. Untuk mempertahankan tubuh terdapat infeksi, menyaring, dan
mematikan bakteri atau mikroorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan
pernapasan. Faring melanjutkan diri keesofagus untuk pencernaan makanan.
Faring terdiri atas tiga bagian:
1. Nasofaring (pars nasalis): bagian superior yang menghubungkan hidung dengan
faring. Bagian samping terdapat muara apertura tuba auditorius (eustachi) yang
menghubungkan nesofaring dengan telinga tengah. Bagian belakang atap dibentuk
oleh lengkung tulang ossis oksipitalis. Lapisan mukosa dinding belakang berlipat-
lipat. Banyak ditemukan limfoid yang disebut tonsila faringeal.
2. Orofaring (pars oralis): bagian media yang menghubungkan rongga mulut dengan
faring. Pada bagian samping ditemukan jaringan limfoid (tonsilla palatina)
tersembunyi dalam lekuk fossa tonsilaris. Tonsil palatina adalah jaringan limfoid
dalam bentuk gepeng dapat dilihat dengan mudah melalui mulut terbuka pada
dinding samping, dilapisi oleh kapsul dan melekat secara longgar pada M.
Konstruktor superior faring. Tonsila pakatina, tonsila faringeal dan tonsila
lingualis membentuk lingkaran jaringan limfoid yang disebut cinci waldeyer
berfungsi untuk mekanisme pertahan tubuh terhadap infeksi kuman dari luar
dengan cara membunuhnya.
3. Laringofaring (pars laringis): bagian inferior yang menghubungkan laring dengan
faring. Bagian paling bawah laring berhubungan dengan faring, terbentang anatar
hioid sampai esofagus.
Faring mendapatkan suplai darah dari A. Faringika asendens cabang dari A. Karotis
interna dan A. Faringika suprema cabang A. Maksilaris interna. Persarafan pada faring
dilakukan oleh fleksus faringikus dengan serabut-serabut dari trunkus simpatikus,
saraf IX (N. glosofaringeus) dan saraf X (N. vagus)
Dinding faring terdiri dari tiga lapisan:
1. Tunika mukosa; sifatnya kuat dan elastis, berhubungan longgar dengan tunika
muskularis, melebar ke arah bawah secara relatif.
2. Tunika muskularis; terdiri dari otot berlapis, M. Levatores dan M. Konstriktores
faringis (superior, medium dan inferior).
3. Tunika adventisia; gerakan perubahan faring pada peristiwa menelan dan
berbicara.

Anda mungkin juga menyukai