646 3095 8 PB PDF
646 3095 8 PB PDF
1, hal 75 - 93
Anda Dwiharyadi
Politeknik Negeri Padang
anda_dh@yahoo.co.id
Abstract
This study examines whether the proportion of members of the audit committee and board of
commissioner with accounting and/or financial expertise reduces earnings management.
Accounting expertise is separated to financial expertise because accounting expertise is assumed to
be able to cope with more earnings management while financial expertise focuses more on the
financial management of company’s operations. By using panel data, this study finds that the
existence of members of audit committee and board of commissioner with accounting expertise or
financial expertise do not have a negative effect on earnings management. However, the existence
of both expertises on members of board of commissioner reduces earnings management, while that
is not the case for audit committee.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah proporsi anggota komite audit dan anggota dewan
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi dan/atau keuangan mengurangi terjadinya manajemen
laba perusahaan. Pemisahan keahlian akuntansi dan keahlian keuangan dilakukan karena keahlian
akuntansi diasumsikan lebih mampu mengatasi manajemen laba sementara keahlian keuangan lebih
fokus pada pengelolaan keuangan dalam operasional perusahaan. Dengan menggunakan panel data,
penelitian ini menemukan bahwa anggota komite audit dan anggota dewan komisaris yang
memiliki keahlian akuntansi atau keahlian keuangan tidak berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Namun, keberadaan kedua keahlian ini pada anggota dewan komisaris akan
mengurangi manajemen laba perusahaan sementara tidak demikian dengan hasil pengujian pada
anggota komite audit.
Kata kunci: komite audit, dewan komisaris, keahlian akuntansi, keahlian keuangan,
manajemen laba
balik yang membangun tanpa adanya konflik tahunan perusahaan yang tersedia di
antar individu. Datastream dan profil perusahaan yang
Suatu tim kerja terkadang terdiri dari tersedia di Eikon.
berbagai individu yang memiliki keahlian
yang berbeda-beda. Sundstrom et al. (1990) Model Penelitian
mengemukakan bahwa anggota suatu tim Penelitian ini menggunakan dua model
sering kali merupakan seorang ahli spesialis utama. Untuk menguji hipotesis 1 dan
sehingga sangat penting bagi semua anggota hipotesis 2, model yang digunakan adalah
tim untuk saling bekerja sama dalam sebagai berikut:
menghasilkan output bersama. Masing- DACCit = β0 + β1 KAud_Akit + β2
masing keahlian diharapkan dapat saling KAud_Finit + β3 Kom_Akit + β4
mendukung satu sama lainnya sehingga Kom_Finit + β5 Jum_KAudit +
penugasan yang dilakukan dapat terlaksana β6 Jum_Komit + β7 Assetit + Ɛit
dengan optimal. …………… (1)
Demikian juga halnya dengan tim
komite audit maupun tim dewan komisaris, Untuk menguji hipotesis 3, model yang
dimana masing-masing tim terdiri dari digunakan adalah sebagai berikut:
berbagai keahlian, termasuk keahlian DACCit = β0 + β1 KAud_Akit + β2
akuntansi dan keahlian keuangan. Kolaborasi KAud_Finit + β3 Kom_Akit + β4
dari keahlian akuntansi dan keahlian Kom_Finit + β5 KAud_Akit *
keuangan diharapkan akan mampu mengu- KAud_Finit + β6 Kom_Akit *
rangi tindakan manajemen laba karena Kom_Finit + β7 Jum_KAudit +
menurut Manzoor (2011), sebuah tim dapat β8 Jum_Komit + β9 Assetit + Ɛit
memperluas output yang dicapai oleh individu …………… (2)
melalui kolaborasi. Ketika anggota tim
terlibat dan saling berkolaborasi satu sama Keterangan:
lainnya, maka dapat menemukan solusi DACCit : Nilai absolut dari akrual
terbaik dalam mendeteksi suatu masalah diskresioner (fokus penelitian
(Levine dan Moreland 1990) sehingga ini adalah besarnya pengelola-
menemukan pemecahan masalah yang lebih an laba, bukan arah positif atau
baik Cohen dan Bailey (1999). Dengan negatif)
demikian, hipotesis yang diajukan adalah: KAud_Akit : Rasio komite audit yang
H3a: Interaksi antara keahlian akuntansi memiliki keahlian akuntansi
dan keahlian keuangan yang dimiliki terhadap jumlah komite audit
oleh anggota komite audit KAud_Finit : Rasio komite audit yang
berpengaruh negatif terhadap memiliki keahlian keuangan
manajemen laba perusahaan. terhadap jumlah komite audit
H3b: Interaksi antara keahlian akuntansi Kom_Akit : Rasio komisaris yang memiliki
dan keahlian keuangan yang dimiliki keahlian akuntansi terhadap
oleh anggota dewan komisaris jumlah dewan komisaris
berpengaruh negatif terhadap Kom_Finit : Rasio komisaris yang memiliki
manajemen laba perusahaan. keahlian keuangan terhadap
jumlah dewan komisaris
Jum_KAudit : Jumlah komite audit (ukuran
METODE PENELITIAN komite audit)
Jum_Komit : Jumlah dewan komisaris (ukur-
Sampel Penelitian an komisaris)
Penelitian ini menggunakan data panel Assetit : Log total aset (ukuran perusa-
perusahaan nonkeuangan yang terdaftar pada haan)
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014
sebagai sampel. Data diperoleh dari laporan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 82
Model ini akan diuji dengan metode Jones dimodifikasi dengan pertimbangan
Panel EGLS (Cross-Section Random Effects) bahwa model ini memecah total akrual
karena metode ini menggunakan residual menjadi 4 komponen utama sehingga diduga
yang diduga memiliki hubungan antar waktu lebih bisa menangkap terjadinya manajemen
dan antar objek. Selain itu, dengan jumlah laba. Persamaan yang digunakan untuk
unit cross section yang lebih besar dibanding- menghitung non-discretionary adalah:
kan jumlah data time series, estimator random
effects akan lebih kuat daripada estimator TACit/Ai, t-1 = β0 (1/Ai,t-1) + β1 (ΔREVit/
fixed effects (Gujarati 2013). Ai,t-1) + β2 (PPEit/Ai,t-1)+ Ɛit
…………… (3)
Definisi dan Pengukuran Variabel
dimana:
Variabel Dependen TAC : Total akrual
Penelitian terdahulu tentang manajemen Ai,t-1 : Total asset tahun t-1
laba di lingkungan spesifik perusahaan ΔREVit : Pendapatan tahun t dikurangi
biasanya menggunakan model akrual agregat dengan pendapatan tahun t-1
seperti model Jones (1991) dan Dechow et al. PPEit : Property, plant, and equipment
(1995). Penelitian ini menggunakan Model tahun t
Tabel 1
Kriteria Keahlian Akuntansi dan Keahlian Keuangan
Keahlian Akuntansi Keahlian Keuangan
Chief Finance Officer Banker
Accounting Officer Analyst
Chief Accountant Loan officer
Controller Investment Manager
Certified Public Accountant Fund Manager
Chartered Accountant Asset Manager
Financial Officer Treasurer
Head of Accounting Finance Director
Employment of Audit Firm Manager Finance
Vice President Finance
Sumber: Badolato et al. (2014)
Komisaris yang memiliki keahlian keuangan Dengan demikian, ukuran komisaris diukur
yang diukur dengan rasio jumlah anggota dengan jumlah anggota dewan komisaris pada
dewan komisaris yang memiliki keahlian periode berjalan.
keuangan saja terhadap jumlah dewan
komisaris. Ukuran Perusahaan
Kriteria keahlian akuntansi dan keahlian Bhushan (1999) menemukan bahwa
keuangan mengadopsi dari Badolato et al. perusahaan besar cenderung lebih banyak
(2014) yang disajikan pada Tabel 1. dipantau oleh para analis yang merupakan
tekanan tersendiri sehingga manajemen
Variabel Kontrol berupaya untuk menyesuaikan dengan
Penelitian ini mengontrol karakteristik prediksi analis dengan cara melakukan
anggota komisaris dan komite audit yang manipulasi earnings. Hal ini didukung oleh
memengaruhi tata kelola dan dapat hasil penelitian Skinner dan Sloan (2002)
memengaruhi manajemen laba. yang menemukan bahwa perusahaan yang
tidak mampu melampaui prediksi analis akan
Ukuran Komite Audit memperoleh reaksi negatif dari pasar. Dengan
Ukuran komite audit memiliki peranan demikian, diduga bahwa terdapat hubungan
yang sangat penting dalam membatasi positif antara ukuran perusahaan dengan
aktivitas manajemen laba perusahaan. manajemen laba. Ukuran perusahaan diukur
Anggota komite audit dalam jumlah sedikit dengan (log) total aset perusahaan tahun
(kurang dari 3 orang) cenderung tidak efektif berjalan.
(Menon dan Williams 1994). Pendapat ini
sejalan dengan The Blue-Ribbon Committee
(1999) yang merekomendasikan bahwa untuk HASIL PENELITIAN DAN
perusahaan yang terdaftar pada bursa efek PEMBAHASAN
paling tidak memiliki 3 anggota komite audit.
Bahkan, Lawrence et al. (2004) dan Xie et al. Dari 329 perusahaan atau 658 observasi,
(2003) menyatakan bahwa jumlah rata-rata (di luar perusahaan keuangan dan bank)
yang paling ideal untuk komite audit adalah diperoleh data final sejumlah 446 observasi.
antara 3 hingga 4 orang. Beberapa studi Dari sampel yang diuji, tidak terdapat gejala
lainnya juga menemukan hubungan negatif multikolinearitas antar variabel independen
antara ukuran komite audit dengan (Tabel 2).
manajemen laba (seperti: Lin dan Yang 2006; Tabel 3 merupakan statistik deskriptif
Baxter dan Cotter 2009; Lin dan Hwang dari variabel yang menunjukkan bahwa rata-
2010; Fodio et al. 2013). rata perusahaan memiliki 44 persen komite
audit dengan keahlian di bidang akuntansi.
Ukuran Komisaris Secara keseluruhan, sebanyak 81% dari
Board size, dalam hal ini dewan perusahaan sampel memiliki komite audit
komisaris, merupakan fungsi dari monitoring dengan kemampuan akuntansi. Namun,
(Lehn et al. 2003; Linck et al. 2008; Klein ternyata masih terdapat 19% perusahaan yang
2002; Coles et al. 2008) menunjukkan bahwa sama sekali tidak memiliki komite audit
ukuran dewan komisaris yang semakin besar dengan keahlian akuntansi. Namun demikian,
akan lebih efektif dalam melakukan 7% perusahaan memiliki komite audit yang
monitoring terhadap manajer. Argumentasi ini seluruhnya memiliki keahlian di bidang
pada dasarnya sejalan dengan teori keagenan akuntansi (data tidak ditampilkan).
seperti yang ditemukan oleh Donaldson dan Sementara itu, untuk keahlian
Preston (1995) bahwa jumlah dewan keuangan, rata-rata perusahaan memiliki 11%
komisaris yang lebih banyak akan mampu komite audit dengan keahlian keuangan. Data
melakukan monitoring yang lebih baik menunjukkan bahwa hanya 28% dari
terhadap manajer dibandingkan dengan perusahaan sampel yang memiliki komite
jumlah dewan komisaris yang lebih sedikit. audit dengan keahlian keuangan, sementara
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 84
72% perusahaan memiliki komite audit yang pilkan). Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan
tidak memiliki keahlian keuangan sama aturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
sekali. Kondisi yang menarik adalah bahwa Keuangan bahwa paling tidak satu orang
secara rata-rata, sejumlah 19% komite audit anggota komite audit harus memiliki keahlian
perusahaan tidak memiliki keahlian akuntansi di bidang akuntansi dan keuangan.
maupun keahlian keuangan (data tidak ditam-
Tabel 2
Analisis Korelasi Antar Variabel
DACC KAud_Ak KAud_Fin Kom_Ak Kom_Fin Jum_KAud Jum_Kom Asset VIF
DACC 1.00
KAud_Ak -0.05 1.00 1.23
KAud_Fin -0.06 0.30 1.00 1.12
Kom_Ak -0.05 0.26 0.09 1.00 1.21
Kom_Fin -0.09 0.12 0.13 -0.16 1.00 1.10
Jum_KAud 0.12 -0.14 -0.03 -0.14 -0.03 1.00 1.10
Jum_Kom 0.43 -0.06 -0.03 -0.06 -0.13 0.26 1.00 1.43
Asset 0.57 0.02 -0.08 -0.21 -0.10 0.18 0.51 1.00 1.46
Keterangan:
DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi; KAud_Fin: komite audit dengan
keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian akuntansi; Kom_Fin: komisaris dengan keahlian
keuangan; Jum_KAud: jumlah komite audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset: asset perusahaan. Jika nilai
korelasi antar variabel < 0.9 atau VIF < 10: tidak ada gejala multikolinearitas.
Tabel 3
Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Dev
Variabel Dependen
DACC 446 2.04 6.77 0.47 0.84
Variabel Independen
KAud_Ak 446 0.00 1.00 0.44 0.29
KAud_Fin 446 0.00 1.00 0.11 0.19
Kom_Ak 446 0.00 0.67 0.11 0.16
Kom_Fin 446 0.00 0.67 0.12 0.16
Variabel Kontrol
Jum_KAud 446 2.00 5.00 3.08 0.39
Jum_Kom 446 2.00 12.00 4.53 1.77
Asset 446 5.55 11.02 9.11 0.84
Keterangan:
DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi; KAud_Fin: komite audit
dengan keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian akuntansi; Kom_Fin: komisaris dengan keahlian
keuangan; Jum_KAud: jumlah komite audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset: asset perusahaan. Nilai
discretionary accrual pada penelitian ini merupakan nilai yang sudah diabsolutkan.
Sementara itu, untuk dewan komisaris, keahlian keuangan, yaitu sebesar 12%.
rata-rata perusahaan memiliki 11% anggota Berbeda dengan komite audit, tidak satupun
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi, dari perusahaan sampel yang seluruh anggota
hampir sama dengan komisaris yang memiliki dewan komisarisnya memiliki keahlian
85 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93
akuntansi. Justru yang menarik adalah bahwa walaupun dari persentase terlihat relatif besar,
secara rata-rata 35% dari anggota dewan jika dilihat dari sisi jumlah personel,
komisaris tidak memiliki keahlian akuntansi sebenarnya rata-rata jumlah anggota komite
maupun keahlian keuangan (data tidak audit yang memiliki keahlian akuntansi
ditampilkan). Namun demikian, kondisi ini hanyalah 1 orang saja. Besarnya persentase
relatif wajar karena peraturan Otoritas Jasa tersebut akibat jumlah anggota komite audit
Keuangan tidak mengatur apakah dewan keseluruhan rata-rata adalah 3 orang di tiap
komisaris harus memiliki keahlian akuntansi perusahaan. Jumlah komite audit ini adalah
dan/atau keahlian keuangan, sepanjang jumlah minimal yang disyaratkan oleh aturan
anggota dewan komisaris tersebut mampu Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Belum
memahami laporan keuangan. berpengaruhnya keahlian akuntansi dan
keahlian keuangan terhadap manajemen laba
Pengaruh Keahlian Komite Audit dengan salah satunya diduga karena penempatan
Manajemen Laba anggota tim komite audit yang memiliki
Hipotesis 1a pada penelitian ini keahlian akuntansi dan keuangan hanya untuk
menduga bahwa komite audit dengan keahlian memenuhi regulasi yang ada (Khomsiyah et
akuntansi berpengaruh negatif terhadap al. 2005). Temuan ini tidak sejalan dengan
tingkat manajemen laba. Nilai p-value sebesar Chang dan Sun (2009) yang menemukan
0,187 dengan koefisien -0,207 pada Tabel 4 bahwa jika perusahaan memiliki paling tidak
menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik satu orang anggota komite audit dengan
tidak mendukung hipotesis. Hal ini berarti keahlian akuntansi, maka akan dapat
bahwa komite audit yang memiliki keahlian mengurangi manajemen laba. Demikian juga
akuntansi tidak berpengaruh terhadap dengan temuan Nelson dan Devi (2013) yang
manajemen laba perusahaan. Jika dilihat dari menyatakan bahwa keberadaan keahlian
komposisi keahlian, rata-rata perusahaan akuntansi pada tim komite audit akan
memiliki 44% komite audit yang memiliki mengurangi manajemen laba perusahaan.
keahlian di bidang akuntansi. Namun,
Tabel 4
Analisis Regresi Model 1
Variabel Prediksi Coefficient Sig.
Variabel Independen
KAud_Ak - -0.2070 0.1871
KAud_Fin - -0.0093 0.9667
Kom_Ak - 0.4308 0.1281
Kom_Fin - 0.0265 0.9182
Variabel Kontrol
Jum_KAud -0.0243 0.8228
Jum_Kom 0.0866 0.0016***
Asset 0.4882 0.0000***
Keterangan:
DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi;
KAud_Fin: komite audit dengan keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian
akuntansi; Kom_Fin: komisaris dengan keahlian keuangan; Jum_KAud: jumlah komite
audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset: asset perusahaan. *** signifikan tinggi (1%),
** signifikan (5%), * signifikan moderat (10%). Variabel dependen: discretionary
accrual; R Square: 0.258; Adjusted R Square: 0.246; F Stat: 21.81
Salah satu penyebab tidak didukungnya keahlian akuntansi dan keuangan yang
hipotesis ini kemungkinan karena kriteria digunakan sebagian besar menggunakan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 86
pengalaman yang dimiliki oleh masing- sedikit ini bukanlah jumlah yang memadai
masing komite audit/komisaris. Sementara untuk melakukan monitoring terhadap
itu, penelitian ini belum mempertimbangkan aktivitas manajemen laba sehingga penelitian
lamanya pengalaman yang dimiliki oleh ini menemukan bahwa komisaris dengan
seorang anggota komite audit maupun keahlian akuntansi tidak berpengaruh
anggota dewan komisaris. Perlunya dipertim- terhadap tindakan manajemen laba.
bangkan lamanya pengalaman ini karena Kedua, kriteria keahlian akuntansi yang
menurut Schmidt et al. (1986) bahwa lamanya digunakan dalam penelitian ini sebagian besar
pengalaman seseorang merupakan faktor mengacu pada pengalaman seseorang
penting dalam menentukan kinerja. dibidang akuntansi. Namun, penelitian ini
Hipotesis 1b pada penelitian ini yang belum memasukkan unsur lamanya penga-
menduga bahwa anggota komite audit yang laman yang dimiliki oleh dewan komisaris
memiliki keahlian keuangan tidak dalam menggeluti dunia akuntansi. Menurut
berpengaruh terhadap tingkat manajemen laba Schmidt et al. (1986), pengalaman merupakan
perusahaan dapat dibuktikan dengan p-value faktor penentu utama dari kinerja seseorang.
yang disajikan pada Tabel 4 (0,967). Hasil ini Sementara itu, Chi et al. (1982) menyatakan
memberikan gambaran bahwa keahlian bahwa ‘keahlian’ juga berkenaaan dengan
keuangan pada dasarnya memang lebih fokus pemahaman prosedural yang lebih baik dan
pada pengelolaan keuangan, bukan pada pengetahuan yang lebih baik tentang kondisi
proses pencatatan hingga menghasilkan dimana prosedur yang tepat harus diterapkan.
output laporan keuangan. Sementara itu, Orang yang memiliki pengalaman pada area
tindakan manajemen laba secara spesifik spesifik tertentu akan memiliki daya ingat
berkaitan dengan siklus akuntansi dalam yang lebih baik terhadap area tersebut
menghasilkan laporan keuangan. Dengan sehingga kemampuan untuk mendeteksi
demikian, komite audit yang hanya memiliki kesalahan yang terjadi juga cenderung akan
keahlian keuangan saja diduga relatif kurang meningkat (Murphy dan Wright 1984).
memahami secara utuh tentang tindakan Ditambah lagi dengan pernyataan Cook
manajemen laba perusahaan. (1960) yang menyatakan bahwa orang dengan
latar belakang sebagai akuntan yang sukses
Pengaruh Keahlian Komisaris dengan paling tidak telah menjalani masa tugas
Manajemen Laba minimal selama 4 tahun. Sementara itu,
Hipotesis 2a menduga bahwa komisaris pengalaman akuntansi yang dimiliki oleh
yang memiliki keahlian akuntansi anggota dewan komisaris bisa jadi sangat
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba beragam dan kurang dari 4 tahun sehingga
perusahaan. Hasil pengujian pada tabel 4 (p- belum memadai untuk dapat melakukan
value = 0,128) menunjukkan bahwa keahlian monitoring terhadap kemungkinan terjadinya
akuntansi yang dimiliki oleh dewan komisaris aktivitas manajemen laba. Belum mempertim-
tidak mengurangi tingkat manajemen laba bangkan lamanya pengalaman anggota dewan
perusahaan. Hasil yang tidak mendukung komisaris sekaligus merupakan salah satu
hipotesis ini dapat dijelaskan dengan argumen keterbatasan dari penelitian ini.
berikut. Pertama, jika dilihat dari rata-rata Demikian juga dengan hasil pengujian
jumlah anggota komisaris yang memiliki hipotesis 2b yang menunjukkan hasil yang
kemampuan akuntansi, 11% merupakan sama, dimana anggota dewan komisaris yang
angka yang relatif sedikit. Sementara itu, memiliki keahlian keuangan tidak
studi terdahulu menemukan bahwa jumlah berpengaruh terhadap tingkat manajemen laba
dewan komisaris yang besar cenderung akan perusahaan (p-value = 0,918). Hasil yang
menurunkan tingkat manipulasi laporan mendukung hipotesis 2b ini menunjukkan
keuangan (Beasley 1996) apalagi jika anggota bahwa keahlian keuangan yang dimiliki oleh
dewan komisaris tersebut memiliki keahlian dewan komisaris tidak mampu mengurangi
di bidang akuntansi. Secara intuisi, jumlah aktivitas manajemen laba perusahaan. Hal ini
komisaris dengan keahlian akuntansi yang sesuai dengan asumsi penelitian ini bahwa
87 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93
keahlian keuangan lebih fokus pada Dalam hal ini, anggota komisaris yang
pengelolaan keuangan dalam operasional memiliki keahlian akuntansi akan ‘berbagi’
perusahaan, sementara manajemen laba lebih dengan anggota dewan komisaris lainnya
identik dengan keahlian akuntansi karena seperti keahlian di bidang kemampuan dasar
menurut Scott (2003), manajemen laba strategi, kemampuan analitikal, komunikasi,
merupakan tindakan yang dilakukan melalui politik, termasuk keahlian dalam interpretasi
pilihan kebijakan akuntansi. Namun laporan keuangan. Berdasarkan argumentasi
demikian, kebutuhan atas keahlian akuntansi tersebut, penelitian ini juga menguji apakah
dan keuangan bagi dewan komisaris bukan interaksi antara komite audit/anggota dewan
hanya untuk mengurangi manajemen laba, komisaris yang memiliki keahlian akuntansi
tetapi juga diperlukan untuk berbagai dengan komite audit/anggota dewan
kebutuhan pengawasan dewan komisaris komisaris yang memiliki keahlian keuangan
lainnya seperti untuk pengawasan manajemen berpengaruh terhadap manajemen laba
risiko, audit internal, audit eksternal, dan perusahaan.
bentuk pengawasan lainnya. Hasil dari Tabel 5 menunjukkan bahwa
interaksi dari komite audit yang memiliki
Pengaruh Interaksi Keahlian Akuntansi keahlian akuntansi dan yang memiliki
dan Keahlian Keuangan dengan keahlian keuangan berpengaruh terhadap
Manajemen Laba manajemen laba (p-value = 0,095). Namun,
Tenner dan Detoro (1992) dalam yang menarik adalah bahwa koefisien regresi
Poernomo (2006) mengemukakan bahwa menunjukkan tanda positif yang berarti bahwa
kerja sama tim merupakan pekerjaan yang kerja sama kolektif antara komite audit yang
dilakukan secara bersama-sama untuk memiliki keahlian akuntansi dengan komite
mencapai tujuan bersama. Pendapat ini audit yang memiliki keahlian keuangan justru
menggambarkan bahwa suatu penugasan akan akan meningkatkan manajemen laba. Hasil ini
dapat dijalankan dengan baik jika penugasan tidak sejalan dengan Felo et al. (2003) yang
tersebut dilaksanakan secara bersama-sama menemukan bahwa persentase anggota ko-
dengan suatu tim yang solid. Demikian juga mite audit yang memiliki keahlian akuntansi
halnya dengan komite audit yang merupakan atau manajemen keuangan berhubungan
sebuah tim yang tentunya memiliki tujuan positif dengan kualitas pelaporan keuangan.
yang sama walaupun terkadang memiliki latar Penulis menduga bahwa arah hubungan
belakang yang berbeda, termasuk latar yang berlawanan dengan hipotesis ini
belakang pendidikan dan pengalaman. kemungkinan disebabkan oleh salah satu dari
Sebagai sebuah tim, komite audit akan beberapa hal berikut. Pertama, masih belum
‘tenggelam’ dalam sebuah proses ‘belajar’, efektifnya komite audit dalam melaksanakan
dimana setiap anggota komite audit akan tugas dan fungsinya dalam mengawasi proses
saling berbagi ilmu dan pengalaman sesuai pelaporan keuangan perusahaan (Klein 2002)
dengan kompetensi masing-masing yang pada untuk dapat memastikan perlindungan atas
akhirnya akan meningkatkan kemampuan kepentingan pemegang saham dalam
setiap anggota komite audit. Pendapat ini kaitannya dengan laporan keuangan (Wu et al.
sejalan dengan Hackman (1991) yang menya- 2016). Kedua, adanya upaya dari komite audit
takan bahwa pengalaman suatu kelompok untuk membuat nilai perusahaan menjadi
kerja akan meningkatkan kemampuan lebih baik demi kesejahteraan investor.
individual dari anggota kelompok tersebut Ketiga, belum efektifnya fungsi komite audit
pada masa datang. karena masih adanya pembentukan komite
Demikian juga dengan dewan audit yang memiliki keahlian akuntansi dan
komisaris. Lukviarman (2016) menyatakan keahlian keuangan hanya didasarkan pada
bahwa pengalaman yang dimiliki oleh regulasi yang berlaku (Khomsiyah 2005;
seorang dewan komisaris dapat bermanfaat Prastiti dan Wahyu 2013). Keempat,
sebagai keunggulan tambahan dari pengeta- pengklasifikasian keahlian akuntansi dan
huan bagi anggota dewan komisaris lainnya. keahlian keuangan yang digunakan dalam
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 88
penelitian ini belum mempertimbangkan tesis, hasil penelitian ini setidaknya mampu
jangka waktu pengalaman yang dimiliki oleh menunjukkan bahwa keberadaan keahlian
anggota komite audit. Lamanya pengalaman akuntansi dan keahlian keuangan dalam tim
seorang anggota komite audit diharapkan komite audit memiliki pengaruh terhadap
mampu meningkatkan kompetesinya untuk manajemem laba. Kemampuan tim dalam
melaksanakan fungsinya dengan lebih baik. memahami praktik manajemen laba tersebut
Pendapat ini sejalan dengan Schmidt et al. disebabkan karena kombinasi dari kemam-
(1986) bahwa lamanya pengalaman seseorang puan dalam memahami pengelolaan keuangan
merupakan faktor penting dalam menentukan dan pelaporan keuangan.
kinerja. Walaupun tidak mendukung hipo-
Tabel 5
Analisis Regresi Model 2
Variabel VIF Prediksi Coeff Sig.
Variabel Independen
KAud_Ak 1.33 - -0.2756 0.0892*
KAud_Fin 8.48 - -0.9543 0.1210
Kom_Ak 1.44 - 0.6349 0.0391**
Kom_Fin 1.46 - 0.2139 0.4694
KAud_Ak*KAud_Fin 9.14 - 1.5251 0.0953*
Kom_Ak*Kom_Fin 1.51 - -3.0545 0.0926*
Variabel Kontrol
Jum_KAud 1.10 -0.0149 0.8903
Jum_Kom 1.46 0.0938 0.0006***
Asset 1.46 0.4864 0.0000***
Keterangan:
DACC: discretionary accrual; KAud_Ak: komite audit dengan keahlian akuntansi; KAud_Fin: komite
audit dengan keahlian keuangan; Kom_Ak: komisaris dengan keahlian akuntansi; Kom_Fin: komisaris
dengan keahlian keuangan; Jum_KAud: jumlah komite audit; Jum_Kom: jumlah komisaris; Asset:
asset perusahaan. KAud_Ak*KAud_Fin: interaksi antara komite audit keahlian akuntansi dengan
keahlian keuangan; Kom_Ak*Kom_Fin: interaksi komisaris keahlian akuntansi dengan keahlian
keuangan. *** signifikan tinggi (1%), ** signifikan (5%), * signifikan moderat (10%). Variabel
dependen: discretionary accrual; R Square: 0.268; Adjusted R Square: 0.253; F Stat: 17.81. VIF < 10:
tidak terjadi gejala multikolinearitas
Hipotesis 3b yang menyatakan bahwa dalam mendeteksi suatu masalah (Levine dan
interaksi antara keahlian akuntansi dan Moreland 1990) atau pemecahan masalah
keahlian keuangan yang dimiliki oleh anggota yang lebih baik (Cohen dan Bailey 1999).
dewan komisaris berpengaruh negatif Secara umum, hasil ini mendukung
terhadap manajemen laba perusahaan dapat studi yang dilakukan oleh Vafeas (2000) yang
terdukung dengan hasil statistik dimana p- menemukan bahwa selain kepemilikan
value bernilai 0,92 dengan koefisien -3,05. manajerial, dewan komisaris juga diharapkan
Hasil ini menunjukkan bahwa kerja sama memiliki peran dalam meningkatkan kualitas
yang dilakukan oleh sebuah tim akan dapat laba dengan membatasi tingkat manajemen
menambah keahlian, pengetahuan, dan laba melalui fungsi monitoring atas laporan
kemampuan anggota tim lainnya (Froebel and keuangan. Hasil ini juga menunjukkan bahwa
Marchington 2005). Selain itu, sebuah tim dewan komisaris sebagai elemen penting
akan dapat memperluas output yang dicapai dalam proses penyajian laporan keuangan
oleh individu (Manzoor et al. 2011) melalui yang relevan dan reliable (Machfoeds 2006)
kolaborasi untuk menemukan solusi terbaik dan diharapkan memiliki kapasitas untuk
89 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93
membatasi self serving behavior telah dapat keahlian keuangan untuk mengurangi
berfungsi sebagaimana mestinya sebagai tindakan manajemen laba perusahaan.
representasi dari pemegang saham. Beberapa keterbatasan penelitian ini
adalah bahwa: pertama, sampel yang
digunakan relatif terbatas (2 tahun). Selain
SIMPULAN karena masih banyak data yang tidak lengkap,
hal ini dilakukan untuk menghindari
Penelitian ini belum berhasil memberi- terjadinya serial auto correlation karena masa
kan bukti empiris bahwa baik komite audit jabatan komite audit dan dewan komisaris
maupun dewan komisaris yang memiliki berlangsung untuk beberapa periode. Namun,
keahlian akuntansi berpengaruh negatif akibatnya variasi data menjadi relatif kecil.
terhadap tingkat manajemen laba perusahaan. Kedua, keterbatasan sampel juga menjadi
Namun, temuan yang menarik adalah ketika pertimbangan bahwa tidak dilakukan analisis
komite audit dengan keahlian akuntansi per industri sehingga penelitian ini belum bisa
diinteraksikan dengan komite audit dengan mengidentifikasi perbedaan pola manajemen
keahlian keuangan, hasilnya justru menunjuk- laba pada tiap industri. Ketiga, penelitian ini
kan pengaruh positif terhadap manajemen semata-mata menggunakan kriteria keahlian
laba. Walaupun hasil ini tidak sesuai dengan akuntansi dan keahlian keuangan dari
hipotesis, namun setidaknya telah berhasil Badolato (2014) dan belum mempertimbang-
memberikan bukti empiris bahwa keberadaan kan lamanya pengalaman yang dimiliki oleh
keahlian akuntansi dan keahlian keuangan komite audit maupun anggota dewan
dalam tim komite audit memiliki pengaruh komisaris. Sementara itu, menurut Schmidt et
terhadap manajemen laba perusahaan al. (1986), lamanya pengalaman merupakan
meskipun berpengaruh positif. faktor penting yang menentukan kinerja
Namun, hasil yang relatif berbeda seseorang.
diperoleh ketika anggota dewan komisaris Untuk pengembangan penelitian terkait
yang memiliki keahlian akuntansi diinteraksi- dengan keahlian akuntansi dan keahlian
kan dengan anggota dewan komisaris yang keuangan oleh anggota komite audit dan
memiliki keahlian keuangan. Hasil menunjuk- anggota dewan komisaris, maka disarankan
kan bahwa kerja sama antara anggota dewan bagi penulis selanjutnya untuk: pertama,
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi memperoleh akses data yang lebih luas untuk
dengan yang memiliki keahlian keuangan memperoleh sampel yang lebih besar
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba sehingga dapat digunakan untuk mengidenti-
perusahaan. Hasil ini memberikan bukti fikasi pola manajemen laba tiap industri.
bahwa fungsi dewan komisaris sebagai pihak Kedua, mengembangkan kriteria keahlian
yang melakukan monitoring atas laporan akuntansi dan keahlian keuangan serta
keuangan akan dapat berjalan dengan baik mempertimbangkan lamanya pengalaman
ketika terdapat interaksi antara dewan yang dimiliki oleh komite audit maupun
komisaris yang memiliki keahlian akuntansi dewan komisaris. Selain itu, mempertimbang-
dengan dewan komisaris yang memiliki kan latar belakang sebagai akademisi juga
keuangan. menarik untuk dilakukan mengingat dalam
Penelitian ini juga berhasil memberikan konteks Indonesia, terdapat sejumlah
bukti empiris bahwa keahlian keuangan baik perusahaan yang memiliki anggota komite
yang dimiliki oleh komite audit maupun audit dan dewan komisaris yang memiliki
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap latar belakang sebagai akademisi.
manajemen laba. Hasil ini menguatkan
dugaan bahwa keahlian keuangan saja tidak
mampu mengurangi manajemen laba perusa-
haan. Dengan demikian, memang diperlukan
kolaborasi antara keahlian akuntansi dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93 90
Lin, J., J. Li, and J. Yang. 2006. The Effect of Peasnell, K.V., Pope, P.F., Young, S. 2001.
Audit Committee Performance on The Characteristics of Frms Subject to
Earnings Quality. Managerial Auditing Adverse Rulings by the Fnancial
Journal, 21 (9), 921-933. Reporting Panel. Accounting and
Lin, J. W. and M. I. Hwang. 2010. Audit Business Research, 31, 291–311.
Quality, Corporate Governance, and Poernomo Eddy. 2006. Pengaruh Kreativitas
Earnings Management: A Meta- dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja
Analysis. International Journal of Manajer Pada PT. Jesslyn K Cakes
Auditing, 14 (1), 57-77. Indonesia Cabang Surabaya. Jurnal
Linck, J., Netter, J., Yang, T. 2006. A Large Ilmu-ilmu ekonomi, 6 (2), 102-108.
Sample Study on Board Changes and Prastiti, Anindyah dan Wahyu, Meiranto.
Determinants of Board Structure. 2013. Pengaruh Karakteristik Dewan
Journal of Financial Economics. Komisaris dan Komite Audit Terhadap
Forthcoming. Manajemen Laba. Diponegoro Journal
Lukviarman, N. 2016. Corporate of Accounting, 2 (4), 1-12.
Governance. Menuju Penguatan Rainsbury, Elizabeth A., Michael Bradbury,
Konseptual dan Implementasi di Steven F. Cahan. 2009. The Impact of
Indonesia. Solo: Adicitra Intermedia. Audit Committee Quality on Fnancial
Machfoeds Mas’ud. 2006. Board Duties. Reporting Quality and Audit Fees.
Jakarta: Lembaga Komisaris dan Journal of Contemporary Accounting
Direktur Indonesia. and Economics, 5 (1), 20-33.
Mace, M. 1971. Directors: Mith and Reality. Rindova. V.P. 1999. What Corporate Boards
Boston: Harvard Business School Press. Have to Do with Strategy: A Cognitive
Manzoor. Sheikh Raheel., HafizUllah., Murad Perspective. Journal of Management
Husein., Zulqarnain Muhammad Studies, 36 (37), 953-975.
Ahmad. 2011. Effect of Teamwork on Sarbanes-Oxley Act of 2002. 2002.
employee performance., International http;//commdics.
Journal of Learning & Development. 1 house.gov/reports/107/h3763.pdf
(1), 110-126. Schmidt, F., J. Hunter and A. Outerbridge.
Menon, K. and J. D. Williams. 1994. The Use 1986. Impact of Job Experience and
of Audit Committees for monitoring, Ability with Job Performance: Test of
Journal of Accounting and Public Three Hypothesis. Journal of Applied
Policy, 13 (2), 121-139. Psychology, 71, 432-439.
Mizruchi, M.S. 1983. Who Control Whom? Scott, William R. 2003. Financial Accounting
An Examination of the Relation Theory’ 3rd edition. New Jersey:
Between Management and Boards of Prentice Hall.
Directors in Large American Skinner, D., Sloan, R. 2002. Earnings
Corporations. Academy of Management Surprises, Growth Expectations and
Review, 8 (4), 426-435. Stock Returns or Don’t Let an Earnings
Murphy, G and J. Wright. 1984. Changes in Torpedo Sink Your Portfolio. Review of
Conceptual Structure with Expertise: Accounting Studies, 7, 289–312.
Differences between Real World Sundstrom, E., DeMeuse, K., & Futrell, D.
Experts and Novices. Journal of 1990. Workteams: Aplication and
Experimental Phsycology: Learning, Effectiveness. American Phsycologist,
Memory, and Cognition, 10, 144-155. 45 (2), 120-33.
Nelson S. P. and S. Devi S. 2013. Audit Trautman J Lawrence. 2013. Who Qualifies
Committee Experts and Earnings as an Audit Committee Financial Expert
Quality. Corporate Governance: The Under SEC Regulations and NYSE
International Journal of Business in Rules? DePaul Business & Commercial
Society, 13 (4), 335-351. Law Journal, 11 (2), 207-235.
93 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2017, Vol. 14, No. 1, hal 75 - 93
Van Ees, H., Postma, T.JBM, Srerken, E. Decisions Prior to Failure. The British
2003. Board Characteristics and Accounting Review, 48, 240-256.
Performance in the Nedherlands. Xie, B. Davidson, W., Dadalt. P. 2003.
Eastern Economic Journal, 29 (1), 41- Earnings Management and Corporate
58. Governance: The Role of the Board and
Watts, Ross L and Jerold L. Zimmerman. The Audit Committee. Journal of
1986. Positive Accounting Theory, Corporate Finance, 9, 295-316.
Eaglewood Cliefs. New Jersey: Prentice Zaman., M., Hudaib, M., & Haniffa, R. 2011.
Hall. Corporate Governance Quality, Audit
Wu Chloe Yu-Hsuan, Hwa-Hsien Hsu, Jim Fees and Non-Audit Services Fees.
Haslam. 2016. Audit Committees, Non- Journal of Business Finance and
Audit Services, and Auditor Reporting Accounting, 38, 165-197.