KOTA MOJOKERTO
Disusun oleh:
TAHUN 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas selesainya tugas praktek
kklinik yang berjudul Analisis SWOT Di Hayam Wuruk Rumah Sakit RSU
Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO atas dukungan moral dan
materi yang diberikan dalam menyusun tugas ini. Maka kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. M. Sajidin S.Kep, M.Kes. selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto
2. Bu Ana Zakiyah M.Kep. selaku ketua program studi S1 ilmu keperawatan
3. Bu Duwi Basuki M.Kep selaku dosen pembimbing praktek klinik mata
kuliah Manajemen Keperawatan
4. Bu Muji Rahayu selaku pembimbing praktek klinik mata kuliah
Manajemen Keperawatan diruang hayam wuruk
Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan ini sangat disadari bahwa
Tugas Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan sangat
terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat
diharapkan oleh penulis untuk menyempurnakan Tugas Makalah ini.
PENDAHULUAN
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan
menjadi tempat bagi perawat untuk menerapkan ilmu secara optimal. Namun
diperlukan tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang
profesional, serta peran aktif dari semua pihak untuk menentukan kualitas
produksi atau jasa layanan keperawatan Oleh karena itu, perawat perlu
menanamkan prinsip nilai yang mencakup beberapa unsur dalam praktik
keperawatan, guna untuk mewujudkan kepuasan klien. Salah satunya adalah
melakukan analisis SWOT untuk mengidentifikasi kekurangan, kelebihan,
kelemahan, dan ancaman yang berada di Ruang Hayam Wuruk dengan goal
menentukan posisi ruangan tersebut sehingga salah satu keuntungan yang
didapatkan yaitu meningkatnya kualitas pelayanan yang baik. Baik dari
fasilitas maupun pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga kepuasan
pasien akan bertahan ataupun meningkat.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat memahami dan melakukan analisis
SWOT di RSU Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto
1
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan di
Ruang Hayam Wuruk RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota
Mojokerto, mahasiswa mampu
1. Menganalisa kebutuhan tenaga keperawatan (SDM) di Ruang
Hayam Wuruk RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota
Mojokerto
2. Menganalisa kecukupan sarana dan prasarana di Ruang
Hayam Wuruk RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota
Mojokerto
3. Menganalisa metode keperawatan di Ruang Hayam Wuruk
RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto
1.3 Manfaat
1) Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu menganalisa kebutuhan tenaga keperawatan
(SDM) di Ruang Hayam Wuruk RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo
Kota Mojokerto
b. Mahasiswa mampu menganalisa kecukupan sarana dan prasarana di
Ruang Hayam Wuruk RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota
Mojokerto
c. Mahasiswa mampu menganalisa metode keperawatan di Ruang
Hayam Wuruk RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto
2
d. Mahasiswa mampu menganalisa sumber dan kecukupan anggaran
yang ada di Ruang Hayam Wuruk RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo
Kota Mojokerto
2. Pengorganisasian
Efektifitas pelaksanaan model praktik keperawatn profesional dalam
menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum, maka
kelompok menyusun strutur organisasi sebagai berikut :
1. Pembimbing akademik : Duwi Basuki, M.Kep
2. Pembimbing ruangan : Muji Rahayu, S.Kep, Ns
3. Ketua Tim : Indah Adiyanti
4. Wakil Ketua : Pamungkas
5. Sekertaris : Riska Fidya Ningrum
3
6. Bendahara : Wahyulan Masruroh
7. Sie Perlengkapan dan Dokumentasi : Fredyk Ferdinandus
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat menimbulkan kelemahan (weaknesses)dan ancaman (threat).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangangmisi, tujuuan , dan strategi, dan kebijan dari perusahaan. Dengan
demikian perecanaan strategi (strategic planner) harus menganalisi faktor-faktor
strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan , peluang, dan ancaman) dalam kondisi
yang ada disaat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling
popular untuk analisis situasi adalah analisi SWOT. Sedangkan menurut sondang
p sinagian ada pembagian faktor-faktor strategis dalam analisi SWOT yaitu:
2. Faktor kelemahan
Yang dimaksud dengan kelamhan ialah keterbatasan atau kekurangan
dalam hal sumber, keterampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang serius
bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan
3. Faktor peluang
definisi peluang secara sederhana peluang ialah berbagai situasi
lingkuangan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis.
4. Faktor ancaman
Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang yaitu faktor-
faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis jika jika tidak
6
diatasi ancaman akan menjadi bahaya bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik
unutk masa sekarang maupun dimasa depan.99 Sondang P.Siagian, manajemen
strategik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2000) hal 173
Dengan mengunakan cara penelitian dengan metode analisis SWOT ini
ingin menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi
faktor internal dan eksternal, kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam
analisis SWOT. Cara membuat analisis SWOT penelitian menunjukkan bahwa
kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi factor internal dan eksternal.
kedua factor tersebut harus dipertimbangkan dalam analis SWOT. SWOT adalah
singkatan dari lingkuangan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan
eksternal opportunities dan threats yang dihadapi didunia bisnis. Analisis SWOT
membadingkan antara factor ekternal peluang (opportunies) dan Ancaman
(threats) dengan factor internal kekuatan (strenghs) dan kelemahan (weaknesses).
Diagram 2.1Analisis SWOT
7
Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Startegi yang harus diterapka dalam kondisi ini adalah mndukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy)
Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah yang
mengunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi
dilain pihak , ia menghadapi beberapa kendala/kelamahan internal. Kondisi bisnis
pada kuadran 3 ini mirip dengan Question mark pada BCG matrik. Focus strategi
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik. Misalnya, Aple menggunakan
strategi peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara
menawarkan produk-produk baru dalam industry microcomputer.
Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak mengguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan
internal.Menurut Rangkuty dalam menganalisa SWOT ada lima macam model
pendekatan yang digunakan. Model pendekatan dalam menganalisa SWOT
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Matrik SWOT
Matrik ini dapat mengambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilki perusahaan.
b) Matrik Boston Consulting Group
Matrik BCG diciptakan oleh Boston Consulting Group (BCG) yang
mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah untuk mengembangkan
strategi pangsa pasar untuk portofolio produk berdasarkan karakteristik cash-
flownya, serta untuk memutuskan apakah perlu meneruskan investasi produk
yang tidak menguntungkan. Matriks BGC juga dapat digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen berdasarkan kinerja produk di pasaran.
8
c) Matrik Internal dan Eksternal
Matrik ini dapat dikembangkan dari model Boston Consulting Group (GE-
Model) parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal
parusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model
ini adalah untuk memperoleh strategis bisnis ditingkatkan korporat yang lebih
detail.
d) Matrik Space
Adalah untuk mempertajam analisis agar perusahaan dapat melihat posisi dan
arah perkembangan dimasa akan datang. Matrik space dapat memperlihatkan
denga jelas kekuatan keuangan dan kekuatan industry pada suatu perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut secara financial relative
cukup kuat untuk mendayagunakan keuntungan kompetitif secara optimal
melalui tindakan agresif dalam merebut pasar.
e) Matrik Grand Strategy
Matrik ini biasa digunakan untuk memecahkan masalah yang sering dihadapi
dalam penggunaan analisis SWOT yaitu untuk menentukan apakah perusahan
ingin memanfaatkan posisi yang kuat atau mengatasi kendala yang ada dalam
perusahaan yang terdiri dari :
1. Matrik Factor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik factor strategi eksternal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu factor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-
cara penentuan factor strategi eksternal (EFAS):
1) Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan
ancaman).
2) Beri bobot masing-masing factor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sanagt penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) factor-faktor
tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap factor
strategis.
3) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing factor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) samapai dengan 1
(poor) berdasarkan pengaruh factor tersebut terdapat kondisi
9
perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai ranting untuk factor
peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating
+4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Pemberian nilai
rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika ancaman sangat
besar, ratingnya adalah 1, sebalikanya, jika nilai ancamannya sedikit
ratingnya 4
4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh factor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa
skor pembobotan untuk masing-masing factor yang dinilai bervariasi
mulai dari 4,0 (outstanding ) sampai dengan 1,0 (poor).
b. Beri bobot masing masing faktor tersebut dengan skala mulai dengan
dari 1,0 (paling penting ) samapai 0,0 (tidak penting), berdasrkan
10
pengaruh faktor-faktor tersebut tehadap posisi perusahaan. (semua
bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00.)
b. Matrik BCG
d. Matrik SPACE
11
kekuatan dan kelemahan yang dimilki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternative strategis.
Diagram 2.2 Matriks STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
SWOT IFAS • Tentukan 5-10 faktor- • Tentukan 5-10
EFAS faktor kekuatan internal kelemahan internal
OPPORTUNIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
• Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
• Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman menghindari ancaman
12
sengaja untuk menetapkan pola hubungan antara berbagai komponen, sehingga
dapat mencapai sasaran efektif
a. The Operating Core, yang termasuk disisni adalah para pegawai yang
melaksanakan pekerjaan dasar yang berhubungan dengan barang dan jasa The
Strategic Apex. Yang termasuk dalam bagian ini adalah manajer tingkat
puncak (top Menejemen)
b. The Technostructure, yang termasuk dalam bagian ini mereka yang diserahi
tugas untuk menganalisa dan bertanggung jawab terhadap bentuk standarisasi
organisasi.
c. The Middle Line, yang termasuk didalam bagian ini adalah para manajer yang
menjembatani manajer tingkat atas dengan bagian operasional
d. The Support Staf, yang termasuk disini adalah orang-orang yang member jasa
pendukung tidak langsung terhadap organisasi (orang-orang yang mengisi unit
staf)
2.3.4 Visi (Vision)
Adalah pernyataan yang mendefinisikan sesuatu yang ingin dicapai
perusahan/ organisasi diwaktu yang akan datang Visi terkonsetrasi ke masa depan
jangka panjang, future) dan cenderung merupakan pernyataan yang sifatnya
strategis. Misi (mission) adalah pernyataan-pernyataan yang mendefinisian apa
yang sedang akan dilakukan atau ingin diacapai dalam waktu (sanagat) dekat atau
saat ini. Misi lebihh terkonsentrasi ke saat ini dan merupakan target-target yang
sifatnya lebih opeasional yang mungkin dikaitkan dengan customer, proses-proses
dalam organisasi, serta tingkat kinerja yang diinginkan.
13
Sedangkan strategi dalam membentuk misi adalah
a. Menetapkan perusahan menjadi bagian-bagian yang kecil
b. Membangun rasa yang kuat tchadap identitas perusahan dan tujuan bisnis
Seorang pemimpin yang strategis akan selalu mulai dengan :
c. Konsep yang harus dan tidak harus dilakukan oleh perusahaan
d. Visi kemana perusahan akan melangkah
1.3 Komunikasi
Adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik
sebagai berikut:
1 PASIEN 0 3,5 0
PENYAKIT
DALAM
2 PASIEN BEDAH 0 4 0
14
3 PASIEN GAWAT 0 10 0
5 PASIEN 0 2,5 0
KEBIDANAN
JUMLAH 2 9
15
o Metode teknik analitis, metode ilmiah dengan mengunakan pengukuran
atauyang teliti melalui pengamatan langsung
o Metode praktis empiris, didasarkan pada pengalaman perorangan
ataupemegang jabatan
o Metode identifikasi beban kerja dengan mengidentifikasikan beban
kerjamemalui hasil kerja, obyek kerja, peralatan kerja dan tugas per-tugas jabatan
B. M2 (Material)
Material, merupakan satu dari lima metode manajemen keperawatan yang
memiliki karakteristik antara lain:
1. Umumnya kebutuhannya tidak pasti
2. Sangat menentukan kelancaran proses pelayanan
3. Keberadaan dan ketidak beradaan kekurangannya menimbulkan biaya
4. Umumnya memiliki persentase tertinggi dalam Neraca
Tujuan dari perencaan kebutuhan dari bahan baku adalah sebagai berikut (yamit,
1996)
1. Menjamin tersedianya material, item, atau komponen pada saat
dibutuhkanuntuk memenuhi jadwal induk produksi dan menjamin tersedianya
produk!jadi bagi konsumen,
2. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum.
3. Merencanakan aktifitas pengiriman, dan aktifitas pemberian
4. Perencanaan kebutuhan material atau yang sering dikebal dengan material
retuirement planning (MRP) adalah suatu system informasi yang terkomputerisasi
untuk mengatur persediaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi System
ini berbertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan
produktifitas
C. M3(Methode)
1. Model Praktik Keperawatan Profsional (MPKP)
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian perawat profesional mengatur pemberian asuhan
16
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
menurut (Hoffart Woods, 1996)
Oleh karena itu direncanakan terdapat beberapa jenis MPKP, yaitu :
1. Model praktek keperawatan profesional III melalui pengembangan MPKP III
dapatdiberikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan
terdapat tenaga perawat dengan kemampuan dokter dalam keperawatan klinik
yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat
melakukan riset serta memanfaatkanhasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan.
2. Model praktek keperawatan profesional II pada model ini, akan mampu
memberikanasuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan
terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan
yangspesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk
memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer
pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan
hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlahperawat
spesialis direncanakan 1 orang untuk 10 perawat primer (1:10).
3. Model praktek keperawatan profesional 1 model praktek keperawatan
professionalpemula MPKP. Pada model ini mampu diberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional I dan untuk ini diperlukan
penataan 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan keperawatan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawtan. Model ini
merupakan model yang akan dikembangkan secara bertahap (Developmental
model) dan telah diuji coba di RSUPN Cipto mangunkusumo dan RSUP
persahabatan
2. Model Asuhan Keperawatan Profesiomal (MAKP)
Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan
akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi
metode fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode - primer
17
1. Metode fungsional (Bukan MPKP)
Metode ini merupakan menejemen klasik yang menekan efisiensi,
pembagian tugas yang yang jelas, dan pengawasan yang baik Metode ini sangat
baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior menyibukkan
diri dengan tugas manjerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada
perawat junior dan atau belum berpengalaman Kelemahan dari metode ini
adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jam jenis intervensi
(misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada
pasien maupun perawat dan persepsi maupun perawat dan persepsi perawat
cenderung kepada tindakan yang berkaitan denganketerampilan saja.
2. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang
menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan yang menyeluruh,
mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi
antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada antar
anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu sibuk. Hal
pokok dalam metode tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang
berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya
kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua
timnantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,
mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan
anggota tim memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan,
18
membimbing anggotatim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar
asuhan keperawatan
3. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan
antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primerditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada
tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan
keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan
manajemen, bersifat kontuinitas dan komprehensif, perawat primer
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan
membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi
keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan
keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga
kesehatan lainnya. Selain itu, asauhan yang diberikan bermutu tinggi, dan
tercapai pelayanan yang efektif terhadappengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi.
4. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan
tidak ada jaminan oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
19
seperti : isolasi, intensive care. Kelebihannya adalah perawat lebih
memahamikasus per kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih
mudah Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasikan perawat
penanggungjawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyaikemampuan dasar yang sama.
5. Metode Modifikasi Tim Primer
Pada model MPKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem
Menurut Ratna S.Sudarsono (2000) penetapan sistem model MPKP ini
didasarkan pada beberapa alasan :
1. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primerharus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau setara.
2. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawabasuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3. Melalui kombinasi tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatandan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Adapun tugas dari Kepala Ruangan. Perawat Primer, dan Perawat Associate
menurut MPKP Pemula adalah sebagai berikut ini :
a. Kepala Ruang Rawat
Ada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah
perawat dengan kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman dan pada
MPKP tingkat satu adalah perawat dengan kemampuan SKP atau Ners yang
berpengalaman Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi
1. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
2. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketrampilan ruangan
3. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalahdiruangan
4. Bimbingan membimbing siswa atau mahasiswa (bekerja sama dengan
pembimbing klinik). Dalam pemberian askep diruangan, denganmengikuti
sistem MPKP yang sudah ada.
5. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
6. Mengorientasikan pegawai baru residen, mahasiswa kedokteran atau
keperawatan yang akan melakukan praktik diruangan.
20
7. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis
denganklien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala ruang
rawatmengingatkan kembali pasien dan keluarga tentang perawat tim
yangbertanggungjawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan
8. Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal limaset setiap
hari.
9. Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasiMPKP
termasuk sikap dan tingkah laku profesional
10. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepada PA
senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap dibawahpengawasan
kepala ruang rawat
11. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yangdibutuhkan
diruangan.
12. Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada
diruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat
13. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan
14. Membuat peta resiko diruangan
21
3. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggungjawabnya sesuai klien yang dirawat.
4. Menetapkan PA yang bertanggung jawab ada setiap pasien, setiap kaligiliran
jaga. Pembagian klien berdasarkan jumlah pasien, tingkat ketergantungan
pasien.
5. Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam melakukantindakan
keperawatan, apakah sesuai dengan SOP
6. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
7. Membantu tindakan keperawatan yang bersikap terapi keperawatan dan
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA.
8. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
9. Melakukan kegiatan serah terima pasien dibawah tanggung jawabnya bersama
PA
10. Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya. Bila PPtidak
ada, visite didampingi oleh PA (Perawat Associate/PerawatPelaksana) sesuai
dengan timnya.
11. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatanparkembangan
klien setiap hari.
12. Melakukan pertemuan dengan pasien/ keluarga minimal setiap dua hariuntuk
membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisiklien)
13. Bila PP cuti atau libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yangtelah
ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat
14. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien/keluarga
15. Membuat perencanaan pulang pasien
c. Perawat Acocciate/Perawat Pelaksana
PA pada MPK pemula atau MPKP tingkat satu, sebaiknya adalah perawat
dengan kemampuan D3 Keperawatan. Namun, pada beberapa kondisi bila
belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan, beberapa MPKP, PA
adalah perawat dengan pendidikan dengan SPK tetapi memiliki pengalaman
yang cukup lama dirumah sakit :
1. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
22
2. Membina hubungan terapeutik dengan pasien/ keluarga, sebagai lanjutan
kontrak yang sudah dilakukan PP.
3. Menerima klien baru (kontrak dan memberikan informasi berdasarkanformat
orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada ditempat).
4. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan.
5. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia.
3. Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien, menyampaikan hal-hal penting
yangperlu ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya, tersusun rencana kerja untuk
dinas berkutnya (Nursalam, 2002).
Mekanisme laporan dikerjakan ketika pergantian shift sebagai kesatuan proses
komunikasi dalam menyampaikan informasi tentang kondisi klien saat itu sebagai
wujud profesional perawat dan bentuk tanggung jawab perawat kepada klien
(Dowding, 2001 dan Kerr, 2002)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi yang
disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan baik. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi
yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu
bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian
shift (timbang terima pasien). Tujuan timbang terima:
a. Tujuan umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasiyang
penting,
b. Tujuan khusus
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
2. Menyampaikan hal yang sudah belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
23
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas
berikutnya
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
c. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2. Bagi pasien Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap.
Alur Timbang Terima
PASIEN
RENCANA TINDAKAN
PERKEMBANGAN / KEADAAN
PASIEN
MASALAH
4. Ronde Keperawatan
1. TERATASI
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
2. BELUM TERATASI
masalah Perawatan3.pasien yang
TERATASI dilaksanakan perawat serta melibatkan pasien
SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. (Nursalam, 2007)
Karakteristik:
a. Pasien dilibatkan secara langsung
b. Pasien merupakan fokus kegiatan
24
c. PA, PP dan konselor melakukan diskusi
d. Konselor memfasilitasi kreatifitasdalam
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PPmeningkatkan
kemampuan mengatasi masalah
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan seluruh tim keperawatan
mampu
1. Menumbuhkan cara berpikir yang positif dan sistematis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien.
3. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
5. Meningkatkan kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
7. Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan
c. Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi 3
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
d. Kriteria pasien
Pasien yang dipilih untuk ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
e. Metode
25
1. Diskusi
2. Demonstrasi
f. Alat bantu
1. Sarana diskusi: buku, pulpen
2. Alat bantu demonstrasi
3. Status atau dokumentasi keperawatan pasien
4. Materi yang disampaikan secara lisan
G ambar Alur Ronde Keperawatan
Tahap PP
………….…………
Pra
Penetapan pasien
Persiapan pasien :
- Informed Consert
- Hasil pengkajian
Validasi Data
26
5. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat akan di berikan
pada pasien di serahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam 2002).
Saat ini harga obat atau alat kesehatan sangat mahal, diluar jangkauan masyarakat
terutama bagi klien yang dirawat dirumah sakit yang mayoritas menggunakan
berbagai merk obat paten bagi setiap klien. Penggunaan berbagai merk obat
dengan harga yang sangat tinggi tersebut tentu saja tidak hanya berpengaruh
secara ekonomis semata, namun lebih dari itu resiko penyimpangan pengguanaan
diluar hal semestinya juga dapat menimbulkan kerugian bagi klien sendiri.
Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi
manakala konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik (Nursalam,
2011).
Kontrol penggunaan obat dan konsumsi obat merupakan salah satu peran
perawat, oleh karena itu pengontrolan obat bagi pasien perlu digalakkan lagi
sehingga resiko penyimpangan dapat diminimalisir (Nursalam, 2011).
Namun dalam kemyataan di rumah sakit sering ditemukan adanya jumlah tenaga
yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga beberapa tugas dan peran perawat
harus "diserahkan" kepada keluarga atau klien sendiri. Termasuk di dalamnya
adalah penggunaan obat. Untuk itu perlu diupayakan langkah peningkatan mutu
pelayanan dengan sentralisasi obat dan pengontrolan keluarga dalam menciptakan
suatu bentuk "pendelegasian" peran dari perawat kepada keluarga klien khususnya
dalam pengolaan obat sehingga resiko-resiko penyimpangan dapat diminimalisir
(Nursalam,2007).
1. Tujuan Sentralisasi Obat (Nursalam, 2007)
a. Tujuan Umum:
1) Mengaplikasikan peran peran perawat primer dalam pengelolaan sentralisasi
obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2) Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien, terutama dalam pemberian obat.
3) Sebagai tanggungg jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun moral.
4) Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien
27
b. Tujuan khusus
1) Mengelola obat pasien: Pemberian obat secara tepatdan benar sesuai dengan
prinsip 6 BENAR dan mendokumentasikan hasil pengelolaan
2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan Perawat
Associate dalam penerapan prinsip 6 BENAR
3) Meningkatkan kepuasaan klien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang
diberikan
4) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatanyang
di berikan
5) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi
2. Manfaat Sentralisasi Obat (Nursalam, 2007)
1. Bagi klien
a. Tercapainya kepuasaan klien yang optimal terhadap pelayanankeperawatan
b. Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat
2. Bagi perawat
a. Tercapainya kepuasaan kerja yang optimal dapat mengontrol secara langsung
obat-obatan yang di konsumsi klien
b. Meningkatkan kepercayaan klien/ keluarga kepada perawat
3. Bagi Institusi
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
b. Terciptanya asuhan keperawatan
3. Pengorganisasian Peran (Nursalam, 2007)
1. Kepala Ruangan
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap perlindungan malpraktik
b. Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi
c. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi
2. Perawat Primer
a. Menjelaskan tujuan di laksanakan sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat di laksanakan sentralisasi obat
c. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi
3. Perawat Associate
28
Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien dirawat
4. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat
Teknik pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang di
berikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya
kepada perawat (Nursalam,2007) penanggung jawab pengelolaan obat adalah
kepala ruangan yang secara operasional dapat di delegasikan terhadap staf yang di
tunjuk (Nursalam, 2002). Pengeluaran dan pembagian obat tersebut di lakukan
oleh perawatdimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta
mengontrol penggunaan obat tersebut: Prinsip 6 benar
a. Benar Pasien
b. Benar Obat
c. Benar Dosis
d. Benar cara/ rute
e. Benar waktu
f. Benar Dokumentasi
6. Supervisi
Supervisi keperawatan merupakan upaya untuk membantu pembinaan
peningkatan kemapuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan
tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Nursalam, 2007).
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh "atasan
terhadap pekerjaan yang telah dilakukan "bawahan" untuk kemudian jika
ditemukan masalah segera diberikan bantuan secara langsung guna mengatasinya
(Bachtiar, 2009). Supervisi keperawatan merupakan proses pemberian sumber
yang diberikan perawat dalam menyelesaikan tugas, dengan supervisi manajer
keperawatan dapat menemukan berbagai kendala dalam melakukan asuhan
keperawatan dan dapat menghargai potensi setiap anggotanya (Apwani, 2006).
Dari berberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah kegiatan
dalam membantu pembinaan dan melakukan pembinaan dan melakukan
pengamatan secara langsung oleh atasan kepada bawahan agar mereka dapat
melakukan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien yang apabila
29
ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi keperawatan
adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh supervisor.
Dalam mencakup masalah pelayanan keperawatan dan merupakan proses
pemberian sumber yang diberikan perawatan dalam menyelesaikan tugas dengan
supervisi manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala dalam
melakukan asuhan keperawatan dan dapat menghargai potensi setiap angggota.
a. Manfaat supervisi
1. Pengamatan langsung
30
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya, dapat menimbulkan
Kebingungan untuk mencegah hal ini, maka pengamatan langsungditujukan
pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategi
b. Objektifitas pengamatan
c. Pendekatan pengamatan
2. Kerjasama
1) Prinsip supervisi:
2) Pelaksana Supevisi
a) kepala ruang
b) Pengawas keperawatan
ALUR SUPERVISI
32
KEPALA RUANGAN
KEPERAWATAN
INSTRUMENT/ALAT UKUR
KEPALA SEKSI
KEPERAWATAN
MENILAI KINERJA PERAWAT KEPALA
PERAWATAN IRNA
SUPERVISER
KEPALA
PEMBINAAN (3 F)
PENYAMPAIAN PENILAAN
SUPERVISER
FEED BACK
FOLLOW UP ,PEMECAHAN
MASALAH
Pp1 Pp 1
Pp 1
Pp 1
PELAYANAN MENINGKAT
33
7. Discharge Planning (Perencanaan Pulang)
Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistemik dan
penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan
sesudah pulang (Carpenito, 1990).
a. Tujuan:
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Discharge planing yang efektif juga menjamin perawatan
yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress. Discharge planning
bertujuan untuk meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kwalitas
perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan.
(Nursalam,2007).
b. Manfaat
34
2) Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis dan digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien.
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat
35
1. Conditional discharge (pulang sementara)
Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi, klien pulang
untuk sementara di rumah dan masih dalam proses perawatan dan harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat. Keadaan pulang
inidilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi.
Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh dari sakitnya.
Jika klien perlu perawatan kembali, maka prosedur perawatan dapat
dilakukankembali.
Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum memungkinkan untuk
pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan tim
home care RS atau puskesmas terdekat.
1. Bagi Pasien:
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian
yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya.
2. Bagi Perawat
d. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang
berbeda.
1. Pengkajian
- Data Kesehatan
- Data Pribadi
37
- Pemberi Perawatan
- Lingkungan
2. Diagnosa
3. Perencanaaan
dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota
keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga
seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan
perawatan
38
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan) Klien yang akan pulang sebaiknya
diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala
yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan.
4. Implementasi
5. Evaluasi
39
1. Derajat penyakit
5. Komplikasi tambahan
6. Ketersediaan sumber-sumber
KEADILAN PASIEN
PERENCANAAN PULANG
PENYELESAIAN LAIN-LAIN
ADMINITRASI
40
MONITOR ( SEBAGAI PROGAM SERVICE
SAFETY) OLEH : KELUARGA DAN PETUGAS
D. M4 (Monay)
Rencana
1. Manfaat Budget
Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arahan serta
sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan kegiatan
perusahaan diwaktu yang akan datang.
Budget berfungsi pula sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk
mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa
41
yang tertuang di dalam budget dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja
perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah
kurang sukses bekerja.
E. M5 (Marketing)
1. Definisi
3. BOR Pasien
Lama rawat inap pasien di sebuah ruangan rumah sakit dengan rata-rata rawat
inap beberapa hari. Pasien dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu
pasien pulang dengan kondisi baik dan pasien pulang dengan kondisi belum
sembuh. Sedangkan menurut Depkes (2005) standart ALOS yaitu selama 6-9 hari.
43
BAB 3
PENGKAJIAN
3.1 Sejarah RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Pada tahun 1948 RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo masih menjadi unit
pelayanan kesehatan, lalu pada tahun 1955 yang awalnya unit pelayanan
kesehatan baru menjadi rumah sakit, dilanjutkan 1970 berganti menjadi Rumah
Sakit Daerah Swantantra TK II. Selanjutnya pada tahun 1983 baru menjadi
Rumah sakit Tipe C dengan nama : "RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo". Pada
tahun 2002 berganti menjadi badan pelayanan kesehatan RSU Dr Wahidin Sudiro
Husodo. Lalu pada tahun 2003 badan pelayanan kesehatan RSU Dr.Wahidin
Sudiro Husodo baru ditetapkan menjadi Rumah sakit uji coba unit swadana
daerah. Setelah menjadi RS uji coba pada tahun 2008 baru ditetapkan menjadi
Rumah Sakit umum (RSU) Dr.Wahidin Sudiro Husodo. Pada tahun 2011 RSU
Dr.Wahidin Sudiro Husodo menjadi RSU kelas tipe C dengan penerapan PPK-
BLUD (Pola Pengelolaan Keuangan BLUD) . Pada tahun 2012 RSU Dr.Wahidin
Sudiro Husodo berpindah lokasi dari Jl, Gajah Mada No 100 ke Jl Raya
Surodinawan. Setelah pindahnya lokasi, pada tahun 2014 RSU ini naik menjadi
kelas tipe B. setelah terjadinya perpindahan kelas atau peningkatan kelas dari tipe
C ke tipe B, RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto meraih akreditasi
Tingkat Paripurna (bintang 5)
3.2.2 Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
2. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan & penelitian yang bermutu dan
beretika.
44
3. Menyelenggarakan tata kelola RS yang professional, berintegritas , dan
akuntable.
3.2.3 Motto
Kepuasan Pasien Tujuan Kami
45
3.4 PENGKAJIAN M1-M5
3.4.1 MI (MAN)
1. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di RSU Dr.Wahidin Sudiro
Husodo Mojokerto
Jumlah tenaga yang dimiliki oleh RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota
Mojokerto pada tahun 2017 sebanyak 665 orang. Jumlah tersebut terdiri dari PNS
410 orang dan Non PNS 255 orang. Tenaga medis yang dimiliki terdiri dari dokter
spesialis 39 orang, dokter umum 21 orang, dokter gigi 2 orang, tenaga
keperawatan 220 orang dan sisanya adalah tenaga kesehatan lainnya dan
administrasi.
46
21 Ekonomi 4 4 1 1 5
22 Akuntansi 1 1 4 4 5
23 Hukum 1 1 1
24 Informatika 1 1 1
25 Komunikasi 1 1 1
26 Sis.Informasi 1 1 1
27 Teknik Sipil 1 1 1
28 Umum 8 3 66 13 90 1 6 110 4 121 211
TOTAL 37 95 204 79 13 428 11 26 84 112 4 237 665
2. Struktur Organisasi
Ruang Hayam Wuruk RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo dipimpin oleh seorang
kepala ruangan/kepala sub divisi dan dibantu oleh kepala Tim serta beberapa
perawat pelaksana. Adapun struktur organisasi sebagai berikut :
Kepala Ruangan
Muji Rahayu
Administrasi
Chandra
No Uraian Tugas
48
No Uraian Tugas
3. Tenaga Keperawatan
49
Dalam
9 Endah Tri P S1 - Anggota - - -
E Tim
Jantung
Paru
10 Dwi P D3 26Th Anggota Sejak - -
Indah Tim 2015
Jantung
Paru
11 Sri P D3 23th Anggota Sejak BTCLS 2019
Rahayu Tim 2019
W Jantung
Paru
12 Linda P S1 34Th Anggota Sejak - -
Yuli Tim 2017
Jantung
Paru
13 Eva P D3 35Th Anggota Sejak BTCLS -
Nurita Tim 2004
Syaraf
14 Tri Pebri P D3 27th Anggota Sejak - -
Tim 2007
Syaraf
15 Henidar P S1 - Anggota Sejak - -
Tim 2016
Syaraf
16 Rezi P D3 24th Anggota Sejak EKG 2019
Agustina Tim 2019
Syaraf
17 Yuri Nur P D3 - Anggota - - -
F
50
No. Kualifikasi Jenjang Pendidikan Jumlah
1. Cleaning Service SMA 2
2. Administrasi SMA 1
Chandra
Jumlah 3
Dinas
Tenaga Libur
Pagi Sore Malam
Kepala Ruangan 1 - - -
Kepala Team 3 - - -
Perawa
Pelaksana/ 3 3 3 3
Anggota Team
51
6. Perhitungan Ketenagakerjaan di Ruang Hayam Wuruk Berdasarkan
Metode Douglas
Jumlah tenaga yang diperlukan tergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien menurut Metode
douglas, dibagi manjadi tiga kelompok pada Tabel Klasifikasi Pasien Berdasarkan
Tingkat Ketergantungan Dengan Metode Douglas (1975).
52
Sumber : Basuki, Duwi. 2018. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.
Sidoarjo.
1. Tanggal 6 Januari 2020 jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 9,18 + 6,60 +
3,98 = 19,76 dibulatkan menjadi 20. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan pada
tanggal 06 Januari adalah 20 Perawat + 1 Karu + 3 Katim.
2. Tanggal 7 Januari 2020 jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 8,82+6,30+3,78
= 18,90 dibulatkan menjadi 19. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan pada
tanggal 07 Januari adalah 19 Perawat + 1 Karu + 3 Katim.
53
3. Tanggal 8 Januari 2020 jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah
8,46+6,00+3,58= 18,04 dibulatkan menjadi 18. Jadi jumlah tenaga yang
dibutuhkan pada tanggal 08 Januari adalah 18 Perawat + 1 Karu + 3 Katim.
Jadi kebutuhan perawat di ruang Hayam Wuruk ini masih kurang. Karena
dengan perhitungan Doeglas di perkirakan untuk kebutuhan tenaga perawatnya
sebanyak 19 Perawat + 1 Katim + 3 Katim.sedangkan di ruangan saat ini
tersedianya perawat hanya 17 orang itu sudah termasuk dengan karu dan katim
1) Rawat Inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan
a. Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
b. Rata-rata pasien per hari
c. Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien.
d. Jam perawatan yang di perlukan/ruangan/hari.
e. Jam kerja efektif tiap perawat/bidan 7 jam perhari.
54
Rumus Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
Jumlah hari miggu dalam setahun + cuti + hari besar xJumlah perawat tersedia
Keterangan :
Jumlah
Rata-rata
Tenaga Non
Kategori Jumlah jam Jumlah Jam Lossday/faktor
Tanggal No. Keperawatan Nursing- Total
Pasien Pasien perawatan Perawatan/hari koreksi
yang Jobs
pasien/hari
dibutuhkan
06- 1 Penyaki 29 3.5 101.5 14.5 3.95 4.61 23.07
55
Januari- t Dalam
2020 Px
2 Bedah - 4 - - - - -
Px
3 Gawat - 10 - - - - -
Ppx
4 anak - 4.5 - - - - -
Penyaki
07- 1 t Dalam 28 3.5 98 14 3.82 4.45 22.27
Januari- Px
2020 2 Bedah - 4 - - - - -
Px
3 Gawat - 10 - - - - -
Ppx
4 anak - 4.5 - - - - -
Penyaki
1 t Dalam 27 3.5 94.5 13.5 3.68 4.30 21.48
Px
08-
2 Bedah - 4 - - - - -
Januari-
Px
2020
3 Gawat - 10 - - - - -
Ppx
4 anak - 4.5 - - - - -
Rata-Rata 22.27
Data Penyakit Terbanyak pada Bulan Desember 2019 yaitu CKD (Chronic
Kidney Disease)dengan jumlah 25 Pasien/sebulan , dan juga terdapat beberapa
56
penyakit lainnyayang sering terjadi di bulan Desember. Berikut ini adalah 10 Penyakit
terbanyak yang terjadi pada bulan Desember 2019 :
JUMLAH
NO DIAGNOSA
KASUS
1 CKD 25
2 DM 15
3 PNEUMONIA 12
4 GEA 10
5 ANEMIA 9
6 CVA 6
7 CVA INFARK 5
8 CHF 5
9 PJK 5
10 ASMA 4
Sedangkan, penyakit terbanyak yang dialami pasien periode 06- 08 Januari 2020
yaitu :
12/1/2019 - - - 19 33 58%
12/2/2019 - 2 19 21 33 64%
12/3/2019 - 1 20 21 33 64%
12/4/2019 - 3 21 24 33 73%
57
12/5/2019 - 3 17 20 33 61%
12/6/2019 - 2 14 16 33 48%
12/7/2019 - 5 13 16 33 48%
12/8/2019 - 6 14 20 33 61%
12/9/2019 - 7 13 20 33 61%
12/10/2019 1 4 13 18 33 55%
12/11/2019 1 2 15 18 33 55%
12/12/2019 1 3 18 22 33 67%
12/13/2019 1 3 19 23 33 70%
12/14/2019 - 4 22 27 33 82%
12/15/2019 1 4 23 28 33 85%
12/16/2019 1 4 27 32 33 97%
12/17/2019 - 2 28 30 33 91%
12/18/2019 - 5 27 32 33 97%
12/19/2019 - 7 17 24 33 73%
12/20/2019 - 7 20 27 33 82%
12/21/2019 - 5 22 27 33 82%
12/22/2019 - 6 21 27 33 82%
12/23/2019 - 10 19 29 33 88%
12/24/2019 - 12 16 28 33 85%
12/25/2019 - 11 15 26 33 79%
12/26/2019 - 5 22 27 33 82%
12/27/2019 - 4 21 25 33 76%
12/28/2019 - 1 22 23 33 70%
12/29/2019 1 4 17 22 33 67%
58
12/30/2019 - 9 17 26 33 79%
12/31/2019 - 6 16 22 33 67%
Rata-Rata 23.871 72%
Jadi , dari perhitungan BOR selama satu bulan yaitu di bulan Desember
ditemukan Rata-Rata BOR di Ruang Hayam Wuruk yaitu 72%. Itu sudah
termasuk memenuhi kriteria/ Ideal BOR adalah 60% - 85%.
Jml
Tanggal Ruang Kapasitas BOR
Klien
06- Kelas I 8 6
Januari- Kelas II 10 9 88%
2020
Kelas III 15 14
Jumlah 33 29
07-
Januari-
2020 Kelas I 8 6 85%
Kelas II 10 7
Kelas III 15 15
Jumlah 33 28
08- Kelas I 8 6
82%
Januari- Kelas II 10 7
2020 Kelas III 15 14
Jumlah 33 27
85%
Rata-rata
59
Jadi, dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa BOR di Ruang
Hayam Wuruk sebesar 85%, dan BOR yang ada di Ruangan Hayam Wuruk sudah
termasuk memenuhi Kriteria/Ideal dari BOR sendiri yaitu 60-85%.
M2 (Material)
61
itu ftar agar device atau handhone yang sudah terinstal aplikasi ini bisa
digunakan untuk mendaftar. Aplikasi ini sangat mudah digunakan untuk
memesan pelayanan di poli di hari sebelumnya, dan pada hari pelayanan kita
bisa langsung ke poli yang dituju dengan terlebih dahulu mengkonfirmasi
pendaftaran yang telah dilakukan.
2) Website RSU Wahidin Sudirohusodo
Didalam website RSU Wahidin Sudirohusodo juga sudah tersedia daftar
pelayanan, jadwal, dan dokter yang bertugas sesuai hari dinas masing-
masing. Hal ini dapat mempermudah pasien untuk mengetahui informasi
yang dibutuhkan di RSU Wahidin Sudirohusodo.
3) Rujukan online
Di RSU Wahidin tersedia rujukan online untuk mempermudah akses
rujukan pasien.
4) Finger print
Untuk check clock petugas RSU Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto
saat ini menggunakan sistem finger print. Dalam hal ini absensi dari petugas
rumah sakit lebih akurat dan praktis.
5) Pendokumentasian pasien selain dengan buku status juga dimasukkan
kedalam komputer
4. Lokasi Ruangan Hayam Wuruk
Ruang Rawat Hayam Wuruk merupakan ruang kelas 2 dan 3 bagian dari ruang
perawatan Rawat Inap RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Ruang Rawat Hayam
Wuruk bagian timur berbatasan dengan gedung farmasi, batas bagian barat
adalah tempat parker, pada bagian selatan berbatasan dengan musholla dan
bagian utara adalah Ruang Rawat Jayanegara, adapun dalam Ruang Rawat
Hayam Wuruk terbagi beberapa ruang yaitu ruang Nurse Station, ruang
diskusi, kamar mandi perawat, kamar mandi pasien ruang pengoplosan obat.
ruang perawatan kelas II, III serta kamar isolasi.
62
PANTRY
R. HAYAM WURUK 1
DENAH RUANG HAYAM WURUK
R. HAYAM WURUK 2
R. HAYAM WURUK 3
NURSE R. DISKUSI
STATION
R. OPLOS OBAT
R. HAYAM WURUK 6
Keterangan :
R. Hayam Wuruk 1 = Kelas 2 R. Hayam Wuruk 6 = Kelas 3
R. Hayam Wuruk 2 = Kelas 2 R. Hayam Wuruk 7 = Kelas 3
63
R. HAYAM WURUK 9
R. HAYAM
WURUK 8
R. Hayam Wuruk 3 = Kelas 1 R. Hayam Wuruk 8 = Kelas 1 (Ruang
(Ruang isolasi pasien gangren) isolasi pasien TB)
R. Hayam Wuruk 4 = Kelas 1 R. Hayam 9 = Kelas 3
(Ruang isolasi pasien difteri) = Kamar mandi
R. Hayam Wuruk 5 = Kelas 1 = Pantry
(Ruang isolasi pasien HIV) = Pintu
Jendela = Bed pasien
Pintu utama
Menurut Standard Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Tipe B tahun 2012
bahwa :
3. Bangunan rawat inap sesuai dengan kriteria yaitu berada di tempat yang
tenang namun mudah diakses
4. Ruang Hayam Wuruk berada di lantai 2, terdapat tangga dan lift untuk
mempermudah akses pasien, keluarga pasien, maupun petugas.
5. Ruang rawat inap Hayam Wuruk memiliki 2 ruang isolasi. Lantai yang ada di
Ruang Hayam Wuruk rata, tidak berongga, kuatplafon rata dan kuat, tidak
berdebu
64
5. Fasilitas Petugas Kesehatan
1). Nurse station berada di tengah-tengah ruang perawatan pasien, didalam
terdapat kamar mandi perawat dan tempat menyimpan barang untuk
perawat.
2). Ruang Dokter/diskusi/konsultasi terletak di depan ruangan Nurse Station.
3). Ruang loker
4). Ruang linen bersih
5). Ruang linen kotor
6). Ruang perawat
7). Kamar mandi pegawai terletak di dalam nurse station.
8). Televisi : 1 unit
9). Kulkas perawat : 1 unit
10). AC : 1 unit
11). Tempat linen : 1 unit
12). Bak stafel : 1 unit
13). Rak tas (penyimpanan barang ) : 1 unit
14). Komputer set : 1 unit
15). Print : 1 unit
16). Lemari kaca : 1 buah
17). Lemari kecil : 1 buah
18). Dispenser : 1 buah
19). Pengatur suhu ruangan : 1 unit
20). Tisu set : 1 unit
Keterangan :
Berdasarkan Standard Rawat Inap KEMENKES 2012, Ruang Hayam Wuruk
sebagian sudah tercukupi, namun ada beberapa fasilitas yang belum terpenuhi
yaitu :
1. Nurse station : tidak adanya alat monitor untuk terus menerus mengobservasi
vital sign pasien dikarenakan Ruang Hayam Wuruk merupakan ruang
perawatan biasa sehinggan pemantauan vital sign dilakukan secara manual
setiap jam dinas.
65
2. Ruang kepala ruangan belum ada di Ruang Hayam Wuruk dikarenakan Ruang
kepala ruangan dijadikan satu dengan ruang konsultasi, dan ruang dokter saat
visit.
3. Diruang hayam wuruk tidak memiliki ruangan tindakan. Tindakan yang
dilakukan oleh perawat baik invasive maupun non-invasive dilakukan di Ruang
Perawatan/di Ruangan Pasien.
4. Untuk pantry/dapur kecil jadi satu dengan bak linen kotor
5. R. Administrasi/Kantor belum ada di Ruang Hayam Wuruk. Penandatanganan
inform consent dilakukan di nurse station.
6. Gudang bersih : tempat penyimpanan alat-alat medis dijadikan satu di Ruang
Obat beserta linen bersih.
6. Fasilitas pasien :
Keterangan :
66
7. Peralatan kesehatan
67
Masker O2
20 3 Baik
sederhana
21 Masker nasal 2 Baik
22 Masker nebul 4 Baik
23 Kursi roda 3 Baik
24 Lemari obat 2 Baik
Lemari obat
25 1 Baik
emergency
26 Safety box 5 Baik
Tempat sampah
27 2 Baik
medis
Tempat sampah
28 10 Baik
non medis
Standar waskom
29 0 Baik
double
30 Viewer 1 Baik
31 Lampu sorot 0 -
32 Lampu senter 2 Baik
33 EKG 1 -
34 Suction 1 Baik
Termometer
35 3 Baik
digital
36 Termometer raksa 0 -
37 Lemari kecil 0 -
38 Alat GDA 2 1 baik, 1 rusak
39 Abokat ruangan 25 Baik
41 Neddle DeSPOsible Baik
42 Tourniquet 3 Baik
43 Termos darah 1 Baik
44 Troli Emergency 1 Baik
68
45 Troli obat 2 Baik
46 Nelbulezer 1 Baik
72
5 Bantal 17 Baik
Kesimpulan
M3 METHODE
Strength
2 0.2 0.4
Total 2.5
Weakness
Oportunity
- Adanya bentuk 2 1 2
kerjasama tim
Total 2
Threats
74
Persaingan rumah sakit yang 1 0.1 0.1
semakin kuat
Total 0.1
O – T = 2 - 0.1 = 1.9
2. Timbang Terima
Berdasarkan hasil obervasi pada tanggal 06– 09 Januari 2020 timbang terima
di Rua Hayam Wuruk selama ini sudah dilakukan pada setiap pergantian shift
jaga, antara petugas shift dengan petugas shift selanjutnya. Timbang terima
terdokumentasi dengan menggunakan format SOAP, pada saat timbang terima
dipagi hari diawali timbang di nurse station dan mengunjungi pasien di
ruangan perawatan dengan menyampaikan diagnosa medis, keluhan dan
kondisi pasien, tindakan yang sudah dilakukan dan rencana tindakan yang
akan dilakukan selanjutnya. Tetapi pada pergantian shift sore dan malam hari
timbang terima dilaksanakan di nurse station. Pada saat melaksanakan timbang
terima elum dilaksanakan post converence , hanya dilakukan pre converence
(saat pergantian shift di bad pasien tidak dilakukan perkenalan) dan tidak
terjalin komunikasi antara perawat dan pasien maupun keluarga pasien.
Strength
Total 2
Weakness
76
- Belum dilaksanakan post 1 0.1 0.1
converence , hanya
dilakukan pre converence
(Saat pergantian shift di
bad pasien tidak
dilakukan perkenalan)
- Tidak terjalin
komunikasi antara
1 0.1 0.1
perawat dan pasien
maupun keluarga pasien
Total 0.3
S - W = 2 - 0.3 = 1.7
Oportunity
Total 1.5
Threats
3. Ronde Keperawatan
Hasil wawancara diruang Hayam Wuruk belum pernah dilakukan karena
pasien yang memiliki penyakit langka dalam batas waktu yang telah
77
ditentukan akan dirujuk ke Rumah Sakit lain sehingga ronde keperawatan
tidak terbentuk.
Strength
Weakness
Oportunity
Total 0.6
Threats
Total 1
78
O – T = 0.6 – 1 = -0.4
4. Discharge Planning
Hasil observasi di raung Hayam Wuruk discharge planning tidak diberikan
DP karena DP terlampir direkam medik pasien, akan tetapi ketika pasien
pulang diberikan surat kontrol dan obat tetapi tidak memberika pendidikan
kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien. Lembar DP sudah ada dengan
format sesuai dengan standar: identitas pasien, tanggal kontrol, aturan diet,
obat, keadaan umum pasien saat dipulangkan serta saran untuk pasien selama
dirumah. Berdasarkan hasil wawancara perawat menyatakan DP telah
dilaksanakan namun belum optimal karena lembar Discharge Planning tidak
diserahkan kepada pasien.
Strength
79
Total 1.2
Weakness
Total 0.2
S - W = 1.2 - 0.2 = 1
Oportunity
Total 0.8
Threats
Total 0.1
5. Sentralisasi Obat
Hasil wawancara sentralisasi obat di ruang Hayam Wuruk dilaksanakan
dengan metode ODD (One Day Dose) yaitu pemberian obat disiapkan dalam
bentuk dosis siap pakai dalam selama 24 jam saja sentralisasi dilakukan dengan
80
baik untuk obat oral maupun obat injeksi. Yang mana pengelolaan dan
pengawasan dilakukan oleh perawat dan disimpan di ruang obat. Diruang
Hayam Wuruk sudah ada tempat penyimpanan obat sesuai dengan nama,
rekam medis dan kamar. Alur pengambilan obat adalah obat diresepkan oleh
dokter kemudian diserahkan oleh perawat untuk mengambil resep ke farmasi
rawat inap. Setelah itu berdasarkan resep obat diantar oleh petugas dari depo
farmasi keruang Hayam Wuruk. Kemudian dilakukan timbang terima antara
petugas farmasi dengan perawat dan diletakkan dilemari obat perawat sesuai
dengan nama dan nomor bad pasien. Hasil observasi perawat menyiapkan obat
baik oral maupun intra vena sesuai jam terapi yang sudah dijadwalkan. Obat
injeksi maupun oral yang akan diberikan kepada pasien oleh perawat
ditempatkan di baki. Setelah itu obat oral maupun injeksi diberikan ke pasien
dan dijelaskan tujuan dari obat tersebut tetapi tidak di mintai tanda tangan dari
pasien dan tidak memberikan informasi tentang obat yang di injeksi dan obat
oral.
Strength
81
pemberian obat disiapkan 3 0.5 1.5
dalam bentuk dosis siap
pakai dalam selama 24
jam saja
- Tempat penyimpanan
obat sudah di lemari obat
pasien di ruangan obat
- Obat yang di berikan
sesuai dengan advis dari
dokter 2 0.4 0.8
- Sudah ada form khusus
jadwal memasukkan obat
dan jadwal sisa obat
3 0.4 1.2
2 0.3 0.6
Total 4.7
Weakness
Oportunity
Adanya penjelasan ke 1 1 1
keluarga pasien tentang
fungsi obat yang akan
82
diberikan
Total 1
Threats
Total 0.1
O – T = 1 - 0.1 = 0.9
6. Supervisi Keperawatan
Dari hasil wawancara supervisi di ruang Hayam Wuruk dilakukan oleh
kepala ruangan kepada ketua tim atau kepala ruangan kepada perawat
pelaksana. Supervisi dilakukan 1 bulan sekali berdasarkan rapat atau 3 bulan
sekali.
Strength
Total 0,6
Weakness
83
langsung
Total 1
S - W = -0,4
Oportunity
Threats
O – T = 0,3
84
7. Pendokumentasian Keperawatan
Hasil wawancara di ruang Hayam Wuruk sistem pendokumentasian di
Ruang Hayam Wuruk menggunakan format SOAP yang ditulis form CPPT
(catatan perkembangan pasien terintegrasi), pada saat observasi
pendokumentasian biasanya di lanjutkan dari pergantian shift.
Strength
Weakness
85
Total 0.1
S - W = 2-0.1 = 1.9
Oportunity
Total 1
Threats
Total 0.1
O – T = 1-0.1 = 0.9
M4 MONEY
WALIKOTA
WADIR WADIR
PELAYANAN 86 ADMINISTRASI
MEDIS DAN
KEPERAWATAN
KABAG UMUM KABAG
KEUANGAN
KABID KABID KASUBAG
PELAYANAN KEPERAWATAN SUNGRAM KASUB BAGIAN
DAN PENDIDIKAN PERBENDAHAR
Sedangkan
KASIEN AAN
PELAYANAN KASIE KASUB BAGIAN
MEDIS KEPERAWATAN KEPEGAWAIAN
KASIE KASUB
KASIE BAGIAN
PENUNJANG
DIKLAT PEMBUKUAN
MEDIS
untuk sumber daya manusia bagian administrasi ruang hayam wuruk lantai 2
terdiri dari :
1. Primita Candra berpendidikan SMA menjabat sebagai administrasi.
B. Hasil pembiayaan yang diperoleh
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di ruang hayam
wuruk pada hari senin 6 januari 2020, sebagian besar biaya pasien dari BPJS
dan biaya sendiri (umum). Dari hasil pengkajian dapat di simpulkan bahwa
BPJS merupakan pembiayaan yang paling sering di gunakan yakni sekitar
94% dan umum 6% , sedangkan data keuangan rumah sakit yang diperoleh
sejak tahun 2017 sekitar 81%, 2018 73% , dan untuk 2019 80%.
87
Tabel 1.2 Tarif Rawat Inap hayam wuruk Lantai 2 kelas 1
No Uraian
2 kursi
2 Lemari Meja
1 Kamar Mandi
Total Rp.198.000
5 kursi
5 Lemari Meja
1 AC
1 KamarMandi
Total Rp.200.000
88
Tabel 1.4 Tarif Rawat Inap Hayam Wuruk Lantai 2 Kelas 3
No Uraian
2 kursi
2 Lemari Meja
1 AC
1 Kamar Mandi
Total Rp.150.000
Tabel 1.5 Tarif Biaya Visite/Konsul Dokter Ruang hayam wuruk Lantai 2
89
akan memberikan informasi mengenai rincian biaya perawatan melalui
billing pasien tersebut secara cepat.
1. Pasien Umum
Berkas RM pasien dikirimkan ke
Dokter Dokter dan Perawat Bag. Administrasi untuk dilakukan
menyatakan melengkapi berkas status proses perincian biaya dan
bahwa pasien rekam (RM) medis kelengkapan berkas (unt. Pasien
diperbolehkan pasien umum)serta proses koding bagi
pulang / Pasien pasien BPJS dengan iur bayar
Meninggal
Administrasi
menyerahkan sisa
Pasien obat oral, hasil
KRS penunjang dan surat
kontrol.
90
Gaji yang diterima perawat di ruang Hayam Wuruk diatur oleh pihak rumah sakit
sendiri yang langsung dikelola oleh pihak keuangan rumah sakit. Yaitu dengan
menggunakan tarif Bulanan sesuai Standart UMR kota Mojokerto.
F. Reward
Reward diberikan berdasarkan penilaian kinerja seorang pegawai.
G. Punisment/hukuman
Punisment berupa teguran langsung oleh kepala ruangan sesuai dengan laporan
pegawai yang lain dan hasil observasi kepala ruangan jika ada yang melanggar
peraturan.
91
BAB 4
ANALISA SWOT
M1 (MAN)
Strenght
Jumlah 1 4
Weaknes
92
3 Tidak ada kepatenan pembagian 2 0.25 0.5 S – W
beban kerja yang jelas (flexible) =4 – 2
=2
Jumlah 1 2
Opportunity
Jumlah
1. Threath
Jumlah 1 2
DIAGRAM LAYANG
93
FS
2,5 AGRESIF
COSERVATIVE
2
1,5
0,5
CA IS
0,5 1 1,5 2 2,5 3 W
T -2 -1,5 -1 -0,500
-0,5
-1
COMPETITIVE
DEVENSIVE
-2
KETERANGAN :
IFAS = S – W
EFAS = O – T
M1 = IFAS = 2
EFAS = 2
M2 (Material) Rating Bobot RxB
Strenght (R) (B)
Jumlah 1 4
Weaknes
95
ruangan rusak
Jumlah 1 2,9
Opportunity
1. Adanya anggaran 4 1 4
untuk sarana dan
prasarana yang
rusak
Jumlah 1 4
Treath O – T =
4–2=2
1. Makin tingginya 2 1 2
kesadaran
masyarakat akan
sarana dan
prasarana RS serta
keinginan terhadap
mutu pelayanan
yang memadai.
Jumlah 1 2
96
DIAGRAM ANALISIS SWOT
3
AGRESIF
CONSERVATIVE 2,5
1,5
0,5
S W
0,5 1 1,5 2 2,5 3
-0,5
-1
DEFENSIVE
COMPETITIF
O
KETERANGAN :
IFAS = S – W
97
EFAS = O – T
M2 = IFAS = 1,1
EFAS = 2
Berdasarkan analisis swot diatas, posisi Ruang Hayam Wuruk pada M2 adalah
Agresif yang artinya posisi organisasi tersebut dalam posisi yang kuat. Strategi
yang dapat dikembangkan market development, produk baru.
1. MPKP
FS
O
3
CONSERVATIVE 2,5 (2,4: 1,9)
2 AGRESIF
1,5
1
0,5
Ca
IS W -2 -1,5 -1 -0,5 0,5 1 1,5 2 2,5 3 S
-1
-2
-3
-4
DEFENSIVE
COMPETITIF
T
Es
98
2. Timbang Terima
FS
O
3
CONSERVATIVE 2,5 ( 0,9 : 1,7)
2
1,5 AGRESIF
1
0,5
Ca
IS W -2 -1,5 -1 -0,5 0,5 1 1,5 2 2,5 3 S
-1
-2
-3
-4
DEFENSIVE
COMPETITIF
T
Es
99
3. Ronde Keperawatan
FS
O
3
CONSERVATIVE 2,5
2 AGRESIF
1,5
1
0,5
Ca
W -2 -1,5 -1 -0,5 0,5 1 1,5 2 2,5 3 S
IS
-0,5
-1
-2 (0,4 : 1,3)
-3
-4
DEFENSIVE
COMPETITIF
T
Es
100
4. Discharge Planing
FS
O
3
CONSERVATIVE 2,5
2 AGRESIF
1,5 ( 0,7 : 1)
1
0,5
Ca
IS W -2 -1,5 -1 -0,5 0,5 1 1,5 2 2,5 3 S
-1
-2
-3
-4
DEFENSIVE
COMPETITIF
T
Es
101
5. Sentralisasi Obat
FS
O
3
CONSERVATIVE 2,5
2 (0,9 : 4,5) AGRESIF
1,5
1
0,5
Ca
IS W -2 -1,5 -1 -0,5 0,5 1 1,5 2 2,5 3 4,5 S
-1
-2
-3
-4
DEFENSIVE
COMPETITIF
T
Es
102
6. Supervisi
FS
O
3
2,5
CONSERVAT
2 AGRESIF
IVE
1,5
1
0,5
Ca
IS
W -2 -1,5 -1 -0,5
-1
-2
-3
-4
DEFENSIVE COMPETITIF
T
Es
103
7. Pendokumentasian Keperawatan
FS
O
3
CONSERVATIVE 2,5 AGRESIF
2
1,5 ( ),9 : 1,9)
1
0,5
Ca
IS W -2 -1,5 -1 -0,5 0,5 1 1,5 2 2,5 3 S
-1
-2
-3
-4
DEFENSIVE
COMPETITIF
T
Es
104
ANALISA SWOT M4
M4 (Money)
Strenght BOBOT RATING BXR
Jumlah 5,25
Weaknes S-W
5,25-
3,25 = 2
Jumlah 3,25
Opportunity
105
klinik
Jumlah 5,5
Treath O–T=
5,5– 2 =
3,5
Jumlah 2
106
3,5
COSERVATIVE 3 AGRESIF
2,5
1,5
0,5
T
0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
DEFENSIVE COMPETITIVE
KESIMPULAN :
107