Anda di halaman 1dari 8

Nama : I Ketut Pangestu

NIM : 18101019

TEORI HUMANISTIK
 
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanism biasanya
memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif


yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat
yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada
masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-
maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka
sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
dan analisis terhadap fenomena sosial.

Tokoh pencetus aliran humanisme adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl
Rogers, Erich Fromm daan Viktor Frankl.

A.    Abraham Maslow

Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April
1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak
mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang
kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya
adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni
oleh non Yahudi.

Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia tumbuh di


perpustakaan diantara buku-buku. Ia awalnya berkuliah umum, namun pada
akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas
Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama
Bertha pada bulan Desember 1928 dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu
Profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada
1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan studinya di
Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu
dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund
Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College.
Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang
antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara
profesional maupun personal. Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian
Maslow dalam mendalami perilaku manusia. Maslow menjadi pelopor aliran
humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Ia
menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena
serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian ia dianugerahkan gelar Humanist of
the Year oleh Asosiasi Humanis Amerika pada tahun 1967.

Asumsi dan Prinsip Dasar Teori

Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa (1) tingkah laku  individu pada
mulanya ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia
sekitarnya, dan (2) individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka
seperti yang dikatakan oleh ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam
(internal), bebas memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk aktualisasi diri (self-
actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.

Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:

1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang


2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk


memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi
kebutuhan pertama, seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan
kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan
seterusnya.

Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek
individu, dan menekankan kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah.

Detail Teori

Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah satu tokoh humanistik
adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis atau dasar


2. Kebutuhan akan rasa aman
a) Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
b) Kebutuhan untuk dihargai
c) Kebutuhan untuk aktualisasi diri
 
Maslow (1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia.
Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau
mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling
penting. Tetapi jika manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman,
mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan
untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka
sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang
lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya self-
actualization.

Maslow (1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia


menggunakan suatu susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan
dasar yang memotivasi individu. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan
fisiologis akan makanan, air, tidur, tempat tinggal, ekspresi seksual, dan bebas dari
rasa nyeri, harus dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua adalah kebutuhan akan
keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau ancaman kerugian. Tingkat
ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang mencakup membina
keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah kebutuhan harga
diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang lain. Tingkat yang
paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan, kebenaran, dan 
keadilan.

Maslow mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling bawah 


piramida akan mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi,
kemudian kebutuhan tingkat selanjutnya menjadi dominan.

Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri untuk menjelaskan individu yang telah
mencapai semua kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara
keseluruhan dalam hidup.

Teori Maslow menjelaskan bahwa perbedaan individu terletak pada motivasinya,


yang tidak selalu stabil seanjang kehidupan. Lingkungan hidup yang traumatic atau
kesehatan yang terganggu dapat menyebabkan individu mundur ke tingkat motivasi
yang lebih rendah.

Kedudukan Pengasuhan dalam Teori

Dalam pendekatan humanistik, orang tua diajarkan untuk mencerminkan


perasaan anak-anak mereka dan membantu mereka tumbuh dalam kesadaran diri
dan pemahaman, serta memfasilitasi kematangan psikologis anak-anak mereka.

Abraham Maslow melengkapi pemikiran tersebut dengan teori motivasi.


Menurutnya, potensi-potensi unik seorang anak akan muncul apabila diberi motivasi
dengan cara penyampaian wawasan, contoh orang tua, pergaulan dengan teman
lain, maupun pengalaman langsung.

Dalam praktik pengasuhan, orang tua dianggap sebagai fasilitator yaitu


menyediakan lingkungan dan sarana belajar anak untuk mengembangkan
potensinya. Semakin dipenuhinya fasilitas yang dibutuhkan anak, akan semakin
berkembang potensi-potensi yang dimiliki seorang anak.

Selain itu, orang tua harus berperan sebagai motivator. Peran ini dilakukan
dengan memberikan dorongan dan dukungan bagi berbagai hal yang menjadi minat
seorang anak. Apabila anak melakukan kekeliruan tidak disalahkan atau disudutkan
tetapi diberi berikan bimbingan dengan kalimat-kalimat yang membangkitkan
semangat. Sehingga anak terpacu untuk melakukan tugasnya dan semakin tinggi
tingkat pengaktualisasiannya.

B.   Carl Roger

Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,
Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan
jantung. Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara.
Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran
protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan
etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran
fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep teorinya
banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.(Schultz 1991)

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan


terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered) (Clifford 1986). Rogers
kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama
bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, Namun pada
hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa
manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang
kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara ,
kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah. Teori Rogers didasarkan pada suatu “daya hidup” yang
disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan
sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan
mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup
bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang
terbaik bagi keberadaannya.Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-
keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti
kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa
cinta, dan sebagainya.(George 2008)

Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)

2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat
pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang
berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group
centered), dan person to person). Namun istilah person centered yang sering
digunakan untuk teori Rogers.

Asumsi dan Prinsip Dasar Teori


1. Kecenderungan formatif : Segala hal di dunia baik organik maupun non-
organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
2. Kecenderungan aktualisasi: Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk
bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap
individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.

Ide pokok dari teori-teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri. (Schultz 1991)

Carl Rogers mengembangkan teorinya dari penelitiannya bersama pasien


dan klien di klinik. Rogers merasa terkesan dengan apa yang ia lihat saat
kecenderungan bawaan individu yang bergerak ke arah pertumbuhan, maturitas,
dan perubahan positif. Ia menjadi yakin bahwa kekuatan dasar yang memotivasi
organisme manusia adalah kecenderungan beraktualisasi – suatu kecenderungan
ke arah pemenuhan atau aktualisasi semua kapasitas organisme. Organisme yang
tumbuh mencari cara untuk memenuhi potensinya di dalam batas-batas
hereditasnya. Seseorang mungkin tidak selalu dengan jelas merasakan tindakan
mana yang menyebabkan pertumbuhan dan tindakan mana yang regresif. Tetapi
jika jalan itu jelas, individu memilih untuk tumbuh ketimbang regresi. Rogers tidak
menyangkal bahwa terdapat kebutuhan lain, sebagian darinya adalah biologis.,
tetapi ia memandang semuanya itu sebagai patuh kepada motivasi organisme untuk
meningkatkan dirinya. Keyakinan Rogers akan keunggulan aktualisasi membentuk
dasar terapi terpusat klien yang bersifat nondirektif. Metoda psikoterapi ini
berpendapat bahwa semua individu memiliki motivasi dan kemampuan untuk
berubah dan individu adalah orang yang paling berkualifikasi untuk menentukan
arah perubahan tersebut. Peran ahli terapi adalah sebagai papan pantul sementara
individu mengeksplorasi dan menganalisis masalahnya. Pendekatan ini berbeda dari
tipe psikoanalitik, di mana ahli terapi menganalisis pengalaman pasien untuk
menentukan masalah dan menyarankan suatu tindakan pengobatan. Inti dari konsep
dalam teori kepribadian Rogers adalah diri (self). Diri, atau konsep-diri (Rogers
menggunakan keduanya), menjadi inti teotinya. Diri terdiri dari semua ide, persepsi,
dan nilai-nilai yang mengkarakterisasi “saya” atau “aku” ; ia mencakup kesadaran
“apa saya” dan “ apa yang dapat saya lakukan.” Selanjutnya diri yang dihayati ini
mempengaruhi persepsi seseorang tentang dunia dan perilakunya. Sebagai
contohnya, wanita yang merasa dirinya kuat dan kompeten akan menghayati dan
bertindak di dunia dengan cara yang sangat berbeda dari wanita yang menganggap
dirinya lemah dan tidak berguna. Konsep diri tidak selalu mencerminkan realita :
seseorang mungkin sangat berhasil dan terhormat tetapi masih memandang dirinya
sendiri sebagai orang yang gagal.

Detail Teori
Menurut Rogers, individu menilai setiap pengalaman berkaitan dengan konsep diri.
Orang ingin bertindak dalam cara yang konsisten dengan citra-dirinya ; pengalaman
dan perasaan yang tidak konsisten adalah mengancam dirinya dan tidak diterima
oleh kesadaran. Ini pada dasarnya adalah konsep represi freud, walaupun Rogers
menganggap represi tersebut tidak diperlukan atau permanen. (Freud mengatakan
bahwa represi tidak dapat dihindari dan sebagian aspek pengalaman individu selalu
tetap berada dibawah sadar.

Semakin banyak pengalaman yang disangkal oleh seseorang karena tidak


konsisten dengan konsep dirinya, semakin lebar jurang antara dirinya dan realita
dan semakin besar kemungkinan timbulnya ketidakmampuan menyesuaikan diri.
Seorang individu yang konsep dirinya tidak sejalan dengan perasaan dan
pengalaman pribadi harus melindungi dirinya sendiri dari kebenaran karena
kebenaran akan menyebabkan kecemasan. Jika ketidaksesuaian itu menjadi terlalu
besar, pertahanan mungkin runtuh, menyebabkan kecemasan yang berat atau
gangguan emosional lain.

Sebaliknya, orang yang mampu menyesuaikan diri memiliki konsep diri yang
konsisten dengan pikiran, pengalaman, dan perilaku ; diri tidak kaku tetapi fleksibel,
dan dapat berubah saat ia mengasimilasi pengalaman dan ide baru.

Diri lain dalam teori Rogers adalah diri yang ideal. Kita semua memiliki
konsepsi jenis orang yang diri kita inginkan menjadi sepertinya. Semakin dekat diri
ideal dengan diri nyata, semakin penuh dan gembira individu yang bersangkutan.
Ketidaksesuaian yang besar antara diri ideal dan diri nyata menghasilkan orang
yang tidak puas dan tidak gembira.

Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai
pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan
aku. 

Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. 

Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam


pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan
batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan
dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati. Setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive
regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat)
dan unconditional positive regard (tak bersyarat). (Schultz 1991)

Jadi dua jenis ketidaksesuaian dapat terjadi : satu, antara diri dan pengalaman
realita ; dan yang lain antara diri dan diri ideal. Rogers memiliki beberapa hipotesis
tentang bagaimana ketidaksesuaian itu dapat berkembang.

Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi


yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. 
Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person
sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan
penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):

1.Keterbukaan pada pengalaman


Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua
pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan
demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun
negatip.

2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan
cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.

3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri


Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap
pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang
dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan
setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.

4. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya
paksaan – paksaan atau rintangan – rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan.
Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai
kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak
pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan
dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin
dilakukannya.

5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka
sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri – ciri
bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang
sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di
sekitarnya. (Schultz 1991)

Kedudukan Pengasuhan dalam Teori

Rogers mengatakan bahwa orang-konsep diri sering tidak sama persis


dengan kenyataan. Sebagai contoh, seseorang mungkin menganggap dirinya
sangat jujur tetapi sering berbohong kepada atasannya tentang mengapa ia
terlambat untuk bekerja. Rogers menggunakan istilah ketidaksesuaian untuk
mengacu pada kesenjangan antara konsep diri dan realitas. Kesesuaian, di sisi lain,
adalah pertandingan yang cukup akurat antara konsep diri dan realitas. Menurut
Rogers, orangtua mempromosikan ketidaksesuaian jika mereka memberi anak-anak
mereka cinta bersyarat. Jika orang tua menerima anak hanya bila anak berperilaku
dengan cara tertentu, anak kemungkinan untuk memblokir pengalaman yang
dianggap tidak dapat diterima. Di sisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih tanpa
syarat, anak dapat mengembangkan kongruensi. Orang dewasa yang orang tuanya
dalam pengasuhan memberikan cinta bersyarat, di masa dewasa akan terus
mengubah pengalaman mereka dalam rangka agar merasa diterima.
Pengasuhan sangat penting kedudukannya dimana orangtua yang
memberikan pengasuhan yang baik dapat memberikan kebutuhan penghargaan
positif tanpa syarat dimana dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut anak akan
menjadi fungsional. Ini berarti mereka merasa dirinya dihargai oleh orangtua dan
orang lain walaupun perasaan, sikap, dan perilakunya kurang dari ideal. Jika
orangtua hanya memberikan penghargaan positif tanpa syarat, menilai anak hanya
jika ia bertindak, berpikir, atau berperasaan dengan benar, anak kemungkinan
mengalami distorsi konsep dirinya. Sebagai contohnya, perasaan kompetisi dan
permusuhan kepada adik bayi dan biasanya menghukum tindakan tersebut. Anak
agaknya harus mengintegrasikan pengalaman ini ke dalam konsep diri mereka. 
Mereka mungkin memutuskan bahwa orangtua tidak menyukai mereka dan
demikian merasa ditolak. Atau mereka mungkin menyangkal perasaan mereka dan
memutuskan mereka tidak ingin memukul adik. Tiap sikap itu mengandung distorsi
kebenaran. Alternatif ketiga adalah yang paling mungkin diterima oleh anak-anak,
tetapi dalam melakukannya, mereka menyangkal perasaan yang sesungguhnya diri
mereka, yang kemudian menjadi tidak disadari. Semakin orang didorong untuk
menyangkal perasaannya sendiri dan menerima nilai-nilai orang lain, semakin tidak
nyaman perasaan mereka tentang dirinya sendiri. Rogers menyatakan bahwa
pendekatan terbaik bagi orangtua adalah mengenali perasaan anak sebagai sesuatu
yang nyata sambil menjelaskan alasan mengapa perbuatan memukul tidak dapat
diterima.

Anda mungkin juga menyukai