NIM : 18101019
TEORI HUMANISTIK
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanism biasanya
memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Tokoh pencetus aliran humanisme adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl
Rogers, Erich Fromm daan Viktor Frankl.
A. Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April
1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak
mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang
kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya
adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni
oleh non Yahudi.
Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa (1) tingkah laku individu pada
mulanya ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia
sekitarnya, dan (2) individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka
seperti yang dikatakan oleh ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam
(internal), bebas memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk aktualisasi diri (self-
actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.
Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek
individu, dan menekankan kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah.
Detail Teori
Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah satu tokoh humanistik
adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut:
Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri untuk menjelaskan individu yang telah
mencapai semua kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara
keseluruhan dalam hidup.
Selain itu, orang tua harus berperan sebagai motivator. Peran ini dilakukan
dengan memberikan dorongan dan dukungan bagi berbagai hal yang menjadi minat
seorang anak. Apabila anak melakukan kekeliruan tidak disalahkan atau disudutkan
tetapi diberi berikan bimbingan dengan kalimat-kalimat yang membangkitkan
semangat. Sehingga anak terpacu untuk melakukan tugasnya dan semakin tinggi
tingkat pengaktualisasiannya.
B. Carl Roger
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,
Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan
jantung. Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara.
Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran
protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan
etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran
fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep teorinya
banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.(Schultz 1991)
1. Kognitif (kebermaknaan)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat
pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang
berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group
centered), dan person to person). Namun istilah person centered yang sering
digunakan untuk teori Rogers.
Ide pokok dari teori-teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri. (Schultz 1991)
Detail Teori
Menurut Rogers, individu menilai setiap pengalaman berkaitan dengan konsep diri.
Orang ingin bertindak dalam cara yang konsisten dengan citra-dirinya ; pengalaman
dan perasaan yang tidak konsisten adalah mengancam dirinya dan tidak diterima
oleh kesadaran. Ini pada dasarnya adalah konsep represi freud, walaupun Rogers
menganggap represi tersebut tidak diperlukan atau permanen. (Freud mengatakan
bahwa represi tidak dapat dihindari dan sebagian aspek pengalaman individu selalu
tetap berada dibawah sadar.
Sebaliknya, orang yang mampu menyesuaikan diri memiliki konsep diri yang
konsisten dengan pikiran, pengalaman, dan perilaku ; diri tidak kaku tetapi fleksibel,
dan dapat berubah saat ia mengasimilasi pengalaman dan ide baru.
Diri lain dalam teori Rogers adalah diri yang ideal. Kita semua memiliki
konsepsi jenis orang yang diri kita inginkan menjadi sepertinya. Semakin dekat diri
ideal dengan diri nyata, semakin penuh dan gembira individu yang bersangkutan.
Ketidaksesuaian yang besar antara diri ideal dan diri nyata menghasilkan orang
yang tidak puas dan tidak gembira.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai
pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan
aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence.
Jadi dua jenis ketidaksesuaian dapat terjadi : satu, antara diri dan pengalaman
realita ; dan yang lain antara diri dan diri ideal. Rogers memiliki beberapa hipotesis
tentang bagaimana ketidaksesuaian itu dapat berkembang.
2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan
cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
4. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya
paksaan – paksaan atau rintangan – rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan.
Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai
kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak
pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan
dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin
dilakukannya.
5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka
sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri – ciri
bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang
sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di
sekitarnya. (Schultz 1991)