Anda di halaman 1dari 2

Nama : Alham Tetra Cesario Sidhi

NIM : F.131.16.0211

Kelas : Psikologi (sore)

Dalam film Joker ini Arthur Fleck digambarkan sebagai seorang pria dengan kondisi
gangguan psikologis yang membuatnya tidak dapat mengontrol tawanya. Gangguan tersebut
disebut Pseudobulbar Affect (PBA), yaitu gangguan saraf yang diakibatkan oleh kerusakan pada
korteks prefrontal yaitu area otak yang membantu mengendalikan emosi dan salah satunya dapat
disebabkan oleh trauma otak. Pada kasus Arthur Fleck, trauma otak dialami ketika dia kerap
dianiaya pada usia sangat muda. Sehingga kondisi ini dapat dengan mudah mencoret pandangan
bahwa Joker terlahir akibat penganiayaan yang kerap diterima oleh Arthur Fleck.

Selain mengidap PBA, Arthur Fleck juga digambarkan sebagai sosok yang delusional,
salah satunya yaitu ketika dia mengimajinasikan hubungan asmaranya dengan seorang wanita
yang juga tinggal di komplek apartemen yang sama. Sehingga pandangan bahwa Joker terlahir
akibat dikecewakan oleh seorang wanita juga terbantahkan karena hubungan asmara tersebut
hanya sebatas imajinasi. Bahwa ciri tersebut termasuk dalam gangguan kejiwaan skizofrenia.
Kemudian Arthur Fleck menjadi brutal karena dia mengalami masa kecil traumatis, kegagalan
dalam karir, dan pengkhianatan.

Arthur Fleck berusaha sangat keras untuk menahan sifat brutalnya dengan tidak
memberikan perlawanan ketika dipukuli, dihina, dan difitnah. Dia menahan emosinya seorang
diri lantaran tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan keluhannya, termasuk ibunya yang
mengharapkan Arthur Fleck untuk selalu memasang wajah bahagia dan psikiaternya yang setiap
sesi pertemuan menanyakan keadaannya namun tidak benar-benar mendengarkannya. Meski
demikian, Arthur tetap berusaha menahan sifat brutalnya. Hal ini dapat dilihat pada adegan
ketika Arthur melampiaskan rasa frustasinya pada tumpukan sampah.

Kali pertama Arthur Fleck membunuh seseorang adalah akibat ketidaksengajaan, yaitu
ketika dia mengalami hari yang kurang beruntung, dia dikeroyok oleh 3 pemuda sehingga
dengan panik dia menarik pelatuk dan membunuh salah satu pemuda yang mengeroyoknya. 2
pemuda lainnya kemudian dia bunuh tanpa dia sadari karena dia merasa puas ketika membunuh
korban pertamanya. Namun kemudian dia menyesalinya. Dia sempat menyangkal beberapa kali
bahwa dialah yang membunuh ketiga pemuda itu.

"I have nothing to lose," adalah ucapan Arthur Fleck ketika menyatakan dirinya sebagai
Joker. Karena dia tidak perlu berpura-pura bahagia lagi dan karena dia telah kehilangan orang-
orang terdekatnya sekaligus mendapatkan impiannya untuk menjadi terkenal. Karena alasan
itulah Arthur Fleck memilih menjadi Joker.
Apakah film Joker termasuk dalam kategori patologi sosial?

Iya… karena Joker menunjukan perilaku yang berbeda terkait disebabkan karena pengaruh psikis
dan sosiolog. Seperti Joker yang mengalami masalah gangguan kejiwaan akan cenderung
merespon lingkungannya dengan cara yang berbeda. Hal inilah yang berdampak pada kondisi
(tidak hanya) psikologis saja, tapi juga interaksinya dengan lingkungan sosial. Pada adegan awal
setelah Arthur Fleck mengunjungi konselornya yang merupakan pekerja sosial, ia terlihat sedang
menaiki bus dan ia tertawa setelah seorang ibu menegurnya ketika ia membuat candaan pada
anaknya. Ia mengeluarkan selembar kertas yang bertujuan memberitahu si Ibu bahwa dia tidak
punya maksud apapun pada saat ia tertawa karena ia memiliki gangguan bernama pseudobulbar
affect. Namun, apa yang dilakukan si Ibu adalah sebagian perilaku yang masih mendiskriminasi
orang-orang dengan gangguan jiwa. Si Ibu hanya melihat Arthur Fleck dengan tatapan yang
diskriminatif sambil mencoba menghindarkan anaknya dari kemungkinan interaksi dengan
Arthur.

Anda mungkin juga menyukai