Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PENGGOLONGAN

DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA


DAN MANFAATNYA TERHADAP
ILMU PSIKOLOGI

Yudi Kurniawan, S.Psi., M.Psi., Psikolog


Fakultas Psikologi Universitas Semarang
GANGGUAN
±400.000 JIWA BERAT
jiwa

Ada sekitar 14,5


juta penduduk
Indonesia
dengan masalah
mental
±
14.000.000 GANGGUAN
EMOSIONAL
jiwa Sumber Data:
Kemenkes RI, 2016
PENDAHULUAN
• Banyak istilah kedokteran termasuk psikiatri yang
diambil dari dongeng / kepercayaan, sehingga
tidak menimbulkan kesepakatan arti.
Misal : Malaria, oidipus compleks
• Linneacus (1707-1778) memulai klasifikasi yang
teratur
• Thn 1853 dlm Kongres statistik internasional
William Farr menyusun penyebab kematian (
Klasification Bertillion )
• Setelah direvisi berulang-ulang thn 1965 WHO
mengesahkan ICD 8( international clasification
Desease 8)
PERJALANAN PPDGJ
• PPDGJ I
• Terbit tahun 1973
• Nomor kode dan diagnosis mengacu pada ICD
8 ( International Clasification of Desease -8 )
• Sistem Numerik
• Nomor kode : 290 - 315
PPDGJ II
• Diterbitkan pada tahun 1983
• Diagnosis mono aksial
• Nomor kode dan diagnosis : mengacu pada ICD-
9 ( sistem numerik )
• Konsep klasifikasi dengan kelas diagnosis
memakai kriteria diagnosis DSM ( The
Diagnosis statistical manual of mental disorder)
PPDGJ III
• Diterbitkan pada tahnun 1993
• Diagnosis multi-aksial
• Nomor kode dan diagnosis merujuk pada ICD-
10
• Konsep klasifikasi dengan hirarki blok
memakai pedoman diagnoosis ICD-10
• Diagnosis multi aksial menurut DSM-1 (APA)
KONSEP GANGGUAN JIWA
menurut PPDGJ
• Istilah yang digunakan adalah Gangguan Jiwa atau
gangguan mental ( mental disorder ) tidak mengenal
istilah penyakit jiwa ( mental illnes atau mental disease )
• Kriteria Gangguan jiwa :
• Adanya gejala klinis yang bermakna
– Sindrom atau pola perilaku
– Sindrom atau pola psikologi
• Gejala klinis menimbulkan distress ( rasa nyeri, tdk
nyaman dll )
• Gejala klinis menimbulkan disability ( ketidakmampua
dalam perawatan diri, dll )
• PPDGJ menganut pendekatan ateoritik kecuali pd
gangguan yang telah secara jelas disepakati
penyebabnya.
• Pengelompokan diagnosis gangguan jiwa
berdasarkan gambaran kliniknya.
• PPDGJ tidak menganggap gangguan jiwa adalah
satu kesatuan yang tegas dgn batas-batas yg jelas
antara ggg jiw a tertentu dgn ggg jiwa lainya
• Anggapan salah : semua orang yang menderita
gangguan jiwayang sama akan serupa dalam
segala hal yang penting.
URUTAN HIRARKI BLOK DIAGNOSIS
I. Gangguan mental organik dan simptomatik
Gang mental & perilaku akibat zat psikoaktif
II. Schizofrenia, Gg schizotipal dan waham
III. Gg suasana perasaan
IV. Gg Neurotik, gg somatoform & gg stress
V. Sindrom perilaku yg berhub dg gg fisiologis
dan faktor fisik
Lanjutan

VI. Gg kepribadian dan perilaku masa Dewasa


VII.Retardasi mental
VIII.Gg perkembangan psikologis
IX. Gg perilaku dan emosional
X. Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian
klinik
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : Gangguan klinis
Kondisi lain yang menjadi fokus
perhatian klinik
AKSIS II : Gangg kepribadian
Retardasi mental
AKSIS III : Kondisi Medik Umum
AKSIS IV : Masalah psikososial dan Lingkungan
AKSIS V : Penilaian Fungsi Secara Global
Catatan :
• Antara aksis I, II dan III tidak selalu ada
hubungan etiologik atau patogenesisi
• Hubungan antara aksis I, II, III dan aksis IV
dapat timbal balik saling mempengaruhi
AKSIS I (RPS )
F 00 – F 09 : Gangg mental organik (+simptomatk)
F 10 – F 19 : Gang mental & perilaku  zat
psikoaktif
F 20 – F 29 : Schizofrenia, schizotipal & gg waham
F 30 – F 39 : Gg suasana perasaan (mood/afektif)
F 40 – F 49 : Gg neurotik, somatoform-> gg
terkait stress
F 50 – F 59 : sindroma perilaku  gg fisiologis
dst…..F 99
AKSIS II (RPS & RPD )
• F 60 : Gg Kepribadian khas
• F 60.0 : Gg kepribadian paranoid
• F 60.1 : Gg kepribadian schizoid
• F 60.2 : Gg kepribadian disosial
• F 60.3 : Gg kepribadian emosional tak stabil
• F 60.4 : Gg kepribadian histrionik
• F 60.5 : Gg kepribadian anankastik
• dst …..F 70 : RM
AKSIS III (RPS )
• Bab I A00 – B99 : Peny infeksi & parasit
• Bab II C00 – D 99 : Neoplasma
• Bab IV E00 – G 99 : peny endokrin, nutrisi dan
endokrin
• Bab VI G00 – G59 : peny susunan syaraf
• Bab VII H00 – H 59 : peny mata dan adneksa
• Bab VIII H60-H99 : Peny telinga dan proses
mastoid dst
AKSIS IV
• Masalah dengan primery support group
• Masalah berkaitan lingkungan sosial
• Masalah pendidikan
• Masalah pekerjaan
• Masalah Perumahan
• Masalah ekonomi
• Masalah akses dan pelayanan kesehatn dst
AKSIS V
( Global Assesment of Functioning scale)
• 100 – 91 : gejala tak ada, fungsi maksimal
• 90 – 81 : gejala minimal, fungsi baik,
• 80 – 71 : gejala sementara dan dpt diatasi
• 70 – 61 : Beberapa gejala ringan & menetap
• 60 – 51 : Gejala sedang, disabiltas sedang
• 50 – 41 : gejala berat, disabilitas berat
• 40 -39 : disabilitas dlm bbrp realita,
disabilitas berat dlm beberapa fungs dst
Contoh Penulisan Diagnoosa
Multiaksial
• Aksis I : F 32.2 Episode depresif tanpa gejala
psikotik
• Aksis II : F 60.7 Gang kepribadian defensif
• Aksis III : tidak ada
• Aksis IV : Ancaman kehilangan pekerjaan
• Aksis V : GAF 53
Contoh : diagnosa gang jiwa yg sering ditemukan di RSJ

GANGGUAN MENTAL ORGANIK


Gambaran Utama :
• Gangguan kognitif ( memori, intelektual,
learning )
• Gangguan sensorium ( kesadaran, perhatian)
• Sindrom dengan manifestasi yg menonjol spt :
• Persepsi : Halusinasi
• Isi pikir : waham
• Alam perasaan : depresi
F. 00 – F 09
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
• F.00 : Dimentia pd penyakit alzaimer
• F.01 : Dimentia vaskuler
• F.02 : Dimentia pada penyakit lain YDT
( yang tidak ditentukan )
• F.03 : Dimentia YTT
• F.04 : Sindrom amnestik organik bukan
karena alkohol dan zat psikoaktif lain
• F.05 : Ddelirium organik bukan karena
alkohol dan zat psikoaktif lain ---dst
F 20 ( SCHIZOFRENIA )
• Kriteria diagnosis
• Ada 2 atau lebih dari :
a. Thought echo, thought insertion, thougt
brooadcasting
b. Delusion of control, delusion of influence,
delusion of passivity, delusion perception
c. Halusinasi auditorik
d. Waham menetap lain
• F20.0 : schizofrenia paranoid
• F20.1 : schizofrenia hebifreni
• F20.2 : schizofrenia katatonik
• F20.3 : schizofrenia tak terinci
• F 20.4 : Deprsi pasca schizofrenia
• F20.5 : schizofrenia Residual
• F20.6 : schizofrenia Simpleks
• F20.8 : schizofrenia lainya
• F20.9 : schizofrenia YTT
MANFAAT PPDGJ
• Penyeragaman kode membantu dalam
pencatatan, dokumentasi dan statistik
kesehatan
• Keseragaman diagnosa merupakan acuan
untuk tata laksana therapi
• Sebagai alat komunikasi team kesehatan
termasuk perawat
• Penelitian : memberikan batasan operasional
diagnosa gangguan jiwa.
MANFAAT PPDGJ BAGI PERAWAT
• Perawat akan lebih cepat mengantisipasi respon
klien berdasarkan diagnosa klien
• Membantu perawat dalam merencanakan
tindakan perawatan
• Sebagai bahan untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga
• Sebagai bahan diskusi dengan team medis karena
perawat mempunyai waktu interaksi yang lebih
lama, sehingga perawat dapat mengumpulkan
informasi gejala klien lebih banyak.
• Membantu managemen perawatan dalam
mendesign ruang perawatan.
Contoh : Ruang UPIP, Ruang Gangg jiwa organik
• Membantu managemen perawatan dalam
menyiapkan Sumber Daya Perawat
Misal : pelatihan
• Menjadi rujukan untuk pengembangan
penelitian dan pengembangan ilmu perawatan
Misal : RUFA GAF
• Klien dirawat di RSJD Soejarwadi Klaten untuk keempat kalinya pada
tanggal 3 Desember 2014. Keluarga mengeluhkan perilaku dan
kondisi klien yang kembali memburuk sekitar 3 minggu sebelum
dibawa ke RSJ. Isi pembicaraan klien tidak dapat dipahami, tidak
mau mandi, bertindak agresif saat diminta orangtuanya minum
obat (memukul bibir ayah tirinya), sering tertawa cekikikan dan
berbicara sendiri, sering keluar rumah dan berkeliling kampung
tanpa tujuan, serta perilaku tidak bertanggungjawab seperti
merusak pintu rumah dan membongkar sepeda motor ayahnya.
Menurut keluarga, pasien telah putus obat sekitar 2 bulan. Keluarga
juga mengeluhkan sikap klien yang tidak mau bekerja tapi merasa
sudah bekerja. Keluarga menuturkan klien kerap mendengar bisikan
gaib dan mengaku memiliki keris di dalam tubuhnya.
• Klien dirawat di RSJD Soejarwadi Klaten untuk
keempat kalinya pada tanggal 3 Desember 2014.
Keluarga mengeluhkan perilaku dan kondisi klien
yang kembali memburuk sekitar 3 minggu sebelum
dibawa ke RSJ. Isi pembicaraan klien tidak dapat
dipahami, tidak mau mandi, bertindak agresif saat
diminta orangtuanya minum obat (memukul bibir
ayah tirinya), sering tertawa cekikikan dan berbicara
sendiri, sering keluar rumah dan berkeliling kampung
tanpa tujuan, serta perilaku tidak bertanggungjawab
seperti merusak pintu rumah dan membongkar
sepeda motor ayahnya. Menurut keluarga, pasien
telah putus obat sekitar 2 bulan. Keluarga juga
mengeluhkan sikap klien yang tidak mau bekerja tapi
merasa sudah bekerja. Keluarga menuturkan klien
kerap mendengar bisikan gaib dan mengaku memiliki
keris di dalam tubuhnya.

Anda mungkin juga menyukai