Anda di halaman 1dari 59

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL I
TEGANGAN PERMUKAAN

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
MODUL I
TEGANGAN PERMUKAAN

I. Tujuan
1. Menentukan tegangan permukaan suatu cairan antara lain: aquadest, minyak
kelapa, oli SAE 40, dan oli SAE 50.
2. Mengetahui hubungan antara massa jenis dengan tegangan permukaan
3. Mengetahui peristiwa meniskus cembung , meniskus cekung ,gaya adhesi serta
gaya kohesi yang terjadi saat percobaan

II. Alat
1. Pipa Kapiler
2. Beaker Glass
3. Penggaris

III. Bahan
1. Aquadest
2. Minyak Kelapa
3. Oli SAE 40
4. Oli SAE 50

IV. Teori
Bila pipa kapiler dicelupkan kedalam zat cair, maka permukaan zat cair dalam pipa
kapiler tidaklah datar, mungkin cembung atau cekung. Hal ini disebabkan karena molekul –
molekul dari zat cair dipengaruhi oleh gaya adhesi dan kohesi.
Untuk zat cair seperti air, yang permukaannya di dalam pipa adalah cekung ( meniskus
cekung ), permukaannya naik, sedangkan untuk zat cair seperti raksa, yang permukaannya di
dalm pipa adalah cembung ( meniskus cembung ), permukaannya turun.
Dalam pembahasan kenaikan/penurunan permukaan zat cair di dalam pipa kapiler, ada
parameter yang sering digunakan dan sangant penting, yaitu sudut kontak.
Sudut kontak adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair dengan dinding pipa.
Untuk permukaan meniskus cekung, sudut kontak adalah lancip ( θ < 90° ), sedangkan untuk
permukaan meniskus cembung sudut kontak adalah tumpul ( θ > 90° ),
  
 y 
y 

x x y

y  Air raksa

 

Air
   h
 (a) (b)
Gambar 7 – 2 sudut kontak (θ) adalah sudut Gambar 7 – 3 Naik/turunnya permukaan zat cair dalam pipa kapiler. (a)
yang dibentuk oleh permukaan zat cair dengan Untuk zat cair meniskus cekung permukaan naik, (b) Untuk zat cair
meniskus cembung permukaan turun h
dinding pipa

Zat cair meniskus cekung dengan tegangan permukaan γ berada dalam sebuah pipa
yang berjari – jari r. Sudut kontak adalah θ dan tinggi kenaikan zat cair dalam pipa kapiler h
Permukaan zat cair menyentuh dinding sepanjang keliling penampang pipa bagian
dalam, yaitu 2 πr. Sepanjang keliling ini permukaan zat cair menarik dinding dengan gaya γ
tiap satuan panjang dengan sudut θ ke bawah. Sesuai dengan hukum III Newton, dinding
memberikan reaksi menarik zat cair dengan arah yang berlawanan, yaitu ke atas. penguraian
gaya γ atas komponen – komponennya di sumbu X dan Y.
γ x =γ sin θ
γ y =γ cosθ
Resultan gaya tarik pipa sepanjang keliling penampang pipa 2 πradalah
F x =γ sinθ ( 2 πr )
F y =γ cosθ ( 2 πr )
Dalam gambar terlihat komponen resultan gaya tarik pipa dalam sumbu X, yaitu F,
saling meniadakan ( ∑ F X =0 ), sehingga gaya yang menarik air ke atas hanyalah komponen
resultan gaya tarik pipa dalam sumbu Y, yaitu
F x =γ sinθ ( 2 πr ) ...................................(1)
Jadi ada dua gaya yang bekerja pada zat cair, yaitu
1. Gaya berat zat cair setinggi y ( w = mg ) dengan arah ke bawah
2. Komponen resultan gaya tarik pipa dalam sumbu Y sepanjang keliling ( Fy ) dengan
arah ke atas.
Bila massa jenis zat cair adalah ρ dan volumenya V maka berat zat cair setinggi h dapat
ditulis sebagai
w=m g=ρ Vg
w=ρ ( π r 2 h ) g .........................................(2)
Karena zat cair berada dalam keseimbangan maka
∑ F=0
w=F y
Dengan memasukkan harga – harga Fy dari persamaan (1) dan w dari persamaan (2) diperoleh
ρ ( π r 2 h ) g=γ cosθ ( 2 πr )
ρg ( π r 2 h )
γ=
cosθ (2 πr )
ρg ( rh )
γ=
cosθ (2 )
Untuk sebagian besar cairan yang membasahi dinding gelas, maka sudut kontak 0◦ sehingga
cosθ=1
Sehingga tegangan permukaan menjadi
ρg ( rh )
γ=
2
1
γ = ρghr
2

Keterangan
y = kenaikan/penurunan zat cair dalam pipa kapiler ( cm )
γ = tegangan permukaan zat cair ( dyne/cm)
θ = sudut kontak
ρ = massa jenis zat cair ( gr/cm3)
g = percepatan gravitasi ( 980 cm/s2)
r = jari – jari pipa kapiler ( cm ) (Halliday, 2011)

V. Prosedur
1. Isi semua beaker glass dengan cairan – cairan yang akan ditera.
2. Ukur diameter dalam pipa kapiler dengan menggunakkan penggaris.
3. Masukkan pipa kapiler dengan diameter tertentu pada masing – masing beaker
glass dan diamkan hingga cairan tidak bisa naik lagi pada masing – masing
beaker glass
4. Angkat pipa kapiler lalu ukur tinggi cairan yang masuk dalam pipa kapiler dan
ulangi langkah diatas sebanyak 5 kali.
5. Tentukan tegangan permukaan masing – masing kapiler.
LEMBAR DATA

Percobaan : Tegangan Permukaan


Nama / NPM :
Grup / Romb :

I. Tabel Hasil Pengamatan


Diameter = ..... cm
Jari – jari = ..... cm
No Bahan yang h (cm)
ditera 1 2 3 4 5
1. Aquadest
2. Minyak Kelapa
3. Oli SAE 40
4. Oli SAE 50

II. Tabel Hasil Perhitungan


No Bahan yang ditera r (cm) ρ (gr/cm3) h’ (cm) γ (dyne/cm)
1. Aquadest
2. Minyak Kelapa
3. Oli SAE 40
4. Oli SAE 50

III. Perhitungan Dalam Bentuk Grafik (Diagram Batang)

γ (dyne/cm)

h (cm)
IV. Tabel Perhitungan Ralat
No h (cm) (h-h’) (cm) (h-h’)2 (cm)
.
1.
2.
3.
4.
5.
h’ = ... cm ∑(h-h’)2 = ... cm
Ralat Mutlak (∆) = ...
Ralat Nisbi (I) = ...
Keseksamaan (K) = ...

Mengetahui,
Dosen Pembimbing
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL II
KONDUKTIVITAS THERMAL

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
MODUL II
KONDUKTIVITAS THERMAL

I. Tujuan
1. Memahami peristiwa perpindahan panas konduksi serta parameter-parameter
yang mempengaruhi
2. Menghitung konduktivitas panas suatu bahan
3. Mengetahui pengaruh perubahan temperatur terhadap konduktivitas panas suatu
bahan

II. Alat-alat
1. Seperangkat alat konduktivitas thermal
2. Stopwatch
3. Thermometer (2 buah)
4. Mikrometer (1 buah)
5. Jangka Sorong (1 buah)

III. Bahan-bahan
1. Bahan uji (logam dan kayu)

IV. Teori
Percobaan konduktivitas thermal mengarahkan kita untuk dapat mempelajari dan
memahami perpindahan panas benda atau bahan dan selanjutnya dapat menentukan besarnya
konduktivitas panas dari suatu bahan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
dalammenghitung laju alir panas dari suatu benda ke benda lain jika diantara benda-benda
tersebut terdapat perbedaan suhu. Panas yang berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke
benda yang bersuhu rendah. Kuantitas perpindahan panas pada dinding homogeny dinyatakan
dengan :
dQ dT
=−k . A ..............................................................................................................(1)
dt dx
Dimana dQ/dt adalah kalor yang melalui dinding dengan luas A dan gradient suhu
dT/dx. Tanda (-) menunjukkan bahwa panas mengalir dari suhu tinggi ke suhu bagian rendah.
Untuk keadaan mantap, persamaan diatas menjadi :
dT
H=− K . A
dx
Dimana:
H = Jumlah kalor yang dipindahkan tiap detik (kal/detik)
K = Konduktivitas thermal (kal/cm.det.°C)
A = Luas penampang bahan uji (cm2)
dT = Perubahan temperature (°C)
dx = Tebal bahan uji (cm)
m = Massa bahan uji (gr)
c = Kapasitas panas bahan uji (J/gr.°C)

Gambar 1. Seperangkat alat konduktivitas termal


Aliran dari plat bawah :
dQ
=−K . A (T 1 – T 2)/X .................................................................................................(2)
dt
Digunakan oleh plat bawah untuk menaikkan suhunya sebesar :
dQ dT2
=−m . c .............................................................................................................(3)
dt dx
Bila persamaan ini dipecah maka akan diperoleh :
T 2=T 1 (T 1−T 2). e−k .......................................................................................................(4)
Dimanak =K . A /m. c . x ...............................................................................................(5)
(Giancoli, 2014).

V. Prosedur
1. Ukur luas penampang dan tebal bahan uji.
2. Pasang thermometer pada tempat thermometer.
3. Letakkan bahan uji diplat bagian bawah (B) usahakan suhu keduanya sama yaitu
pada suhu kamar yang konstan dan catatlah suhu ini sebagai suhu T2.
4. Letakkan plat atas (A) yang berhubungan dengan pemanas diatas bahan uji
seperti tampak pada gambar 1 secara simultan tekanlah stopwatch menghitung
waktu t.
5. Catatlah kenaikan T2 setiap 5 menit selama 25 menit.
6. Ulang langkah diatas dengan menggunakan bahan isolasi yang berbeda dengan
terlebih dahulu mendinginkan kembali plat bawah.

LEMBAR DATA

Percobaan : Konduktivitas Thermal


Nama / NPM :
Grup / Romb :

I. Tabel Hasil Pengamatan


(Setiap bahan yang digunakan masing-masing satu tabel)
Bahan Uji = ................
Massa Bahan Uji (m) = ................ gr
Tebal Bahan Uji (x) = ................ cm
Luas Penampang (A) = ................ cm2
Kapasitas Bahan (c) = ................ J/gr°C

Waktu Suhu (°C)


(menit) T1 T2
5
10
15
20
25

II. Tabel Hasil Perhitungan


(Setiap bahan yang digunakan masing-masing satu tabel)
Waktu T1 T2 (T1 – T2) dQ/dt K
(menit ke) (°C) (°C) (°C) (cal/det) (cal/cm.det.°C)
5
10
15
20
25
III. Perhitungan dalam Bentuk Grafik
(Setiap bahan yang digunakan masing-masing satu grafik)

dQ K. A
Slope =
dt x

Slope . x
K =
A
slope

ΔT

IV. Tabel Perhitungan Ralat


( Tidak ada )

Mengetahui,
Dosen Pembimbing
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL III
TETAPAN PEGAS

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
MODUL III
DAFTAR PERCOBAAN
TETAPAN PEGAS

I. Tujuan
Menentukan konstanta/tetapan pegas

II. Alat-alat
1. Statif
2. Pegas
3. Tempat beban
4. Stopwatch 1 buah
5. Neraca Analitis 1 buah

III. Bahan-bahan
1. Beban 5 buah

IV. Teori

Dalam percobaan ini kita akan mempelajari tentang bagaimana menghitung tetapan /
konstanta suatu benda dan yang digunakan adalah pegas. Relevasi :
1. Cara Statis
Apabila sesuatu pegas dengan tetapan pegas K diberi beban W, maka ujung pegas
akan bergeser sepanjang x sesuai dengan persamaan :
m.g = k . x ………………………………………..……… . (1)
2. Cara Dinamis
Apabila pegas telah diberi beban tadi dihilangkan bebannya, maka pegas akan
mengalami getaran selaras dengan periode :
m
T = 2π
√ k
………………………………………..………..(2)
Dimana m = Massa beban
g = Percepatan gravitasi bumi
T = Periode
Catatan : bila tanpa beban persamaan 2 tetap berlaku, karena tempat beban
dianggap sebagai beban.,
W 2 =W 1 ¿ ……………………………………………...(3)
Dimana W2 = Berat pembeban ke-2 tanpa pegas dan tempat beban
W1 = Berat pembeban ke-2 tanpa pegas dan tempat beban
T1 = Periode pembeban ke-1
T2 = Periode pembeban ke-2
T0 = Periode tanpa pembeban (Giancoli, 2014)

V. Prosedur
1. Cara Statis
a. Gantungkan tempat beban pada pegas (gunakan statif) sehingga
menunjukkan skala nol.
b. Tambahkan satu persatu beban yang ada, catat massa beban dan kedudukan
jarum setiap penambahan beban.
c. Keluarkan beban satu-persatu yang ada, catat massa beban dan kedudukan
jarum setiap pengurangan beban.
d. Lakukan langkah 1-3 untuk pegas yang lain.
2. Cara Dinamis
a. Gantungkan tempat beban pada pegas, beri simpangan kemudian dilepas.
Catat waktu untuk 5 getaran.
b. Tambahkan sebuah beban pada tempat beban, lalu catat waktu untuk 5
getaran. Kerjakan langkah ini dengan menambah beban. Usahakan langkah
1-2 dengan simpangan yang sama.
c. Lakukan langkah 1-3 untuk pegas yang lain.
LEMBAR DATA

Percobaan : Tatapan Pegas


Nama / NPM :
Grup / Romb :

I. Tabel Hasil Pengamatan


m0 = ….. gr m0 + m1 = mA
m1 = ….. gr mA + m2 = mB
m2 = ….. gr mB + m3 = mC
m3 = ….. gr mC + m4 = mD
m4 = ….. gr
1. Cara Statis
Masing-masing 1 tabel untuk Pegas A dan B
Penambahan Beban (gr) x (cm) Pengurangan Beban (gr) x (cm)
m0
mA
mB
mC
mD

2. Cara Dinamis
Masing-masing 1 tabel untuk Pegas A dan B
Pengukuran t (detik)
Beban (gr)
1 2 3 4 5
m0
mA
mB
mC
mD
II. Tabel Hasil Perhitungan
1. Cara Statis
Penambahan dan pengurangan masing-masing 1 tabel

Macam Pegas Beban (gr) g (cm/s) x (cm) K (gr/detik)

Pegas A mD = 980 cm/s


mC = 980 cm/s
mB = 980 cm/s
mA = 980 cm/s
m0 = 980 cm/s
Pegas B mD = 980 cm/s
mC = 980 cm/s
mB = 980 cm/s
mA = 980 cm/s
m0 = 980 cm/s

2. Cara Dinamis

Macam Pegas t’ (detik) T2 (1/det)2 4π2 m (gr) K (gr/det)

t0 = 39,4364
tA = 39,4364
Pegas A tB = 39,4364
tC = 39,4364
tD = 39,4364
t0 = 39,4364
tA = 39,4364
Pegas B tB = 39,4364
tC = 39,4364
tD = 39,4364

III. Perhitungan dalam bentuk Grafik


1. Cara Statis
Pegas A dan B masing-masing 1 grafik
Massa (gr)

Slope = k/g
Slope

x (cm)
2. Cara Dinamis
Pegas A dan B masing-masing 1 grafik
Massa (gr)

Slope = k/4π2

Slope

T2 (1/det)2

IV. Tabel Perhitungan Ralat


Cara Dinamis pegas A untuk m0 sampai mD, begitu pula dengan pegas B
No t (detik) (t-t’) (t-t’)2

t’ = detik ∑ (t-t’)2 = detik


Ralat Mutlak (∆) = …..
Ralat Nisbi (I) = …..
Keseksamaan (K) = …..

Mengetahui,
Dosen Pembimbing
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL IV
VISKOSITAS ZAT CAIR

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
MODUL IV
PERCOBAAN
VISKOSITAS ZAT CAIR

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan angka kekentalan (viskositas) suatu cairan dengan menggunakan
viskometer bola jatuh.
2. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi percobaan viskositas
menggunakan viskometer bola jatuh
3. Mempelajari kecepatan terminal dan pengaruhnya pada penentuan angka
kekentalan (viskositas) suatu cairan menggunakan viscometer bola jatuh

II. Alat
1. Viscometer bola jatuh (1 set).
2. Bola kaca (kelereng).
3. Mikrometer sekrup.
4. Stopwatch.
5. Penggaris.
6. Neraca dua lengan

III. Bahan
1. Parafin
2. Minyak Kelapa
3. Oli SAE 40
4. Oli SAE 50

IV. Teori

Bahan A Bahan B

10 cm 10
c
T m T

40 cm 40
cm
S S
Dengan mempelajari viskositas zat cair kita diharapkan mampu memahami bahwa
benda yang bergerak didalam fluida akan mengalami gesekan oleh kekentalan fluida.
Keadaan ini dapat diterapkan pada proses sedimentasi (pengendapan), dimana besarnya
partikel dan jumlah yang diendapkan sangat mempengaruhi proses pengendapan. Selain itu
kita juga dapat mempelajari pola aliran suatu zat cair. Jika suatu benda bergerak dalam zat car
atau sebaliknya akan timbul gaya yang besarnya akan sebanding lurus dengan kecepatannya.
Viskositas Bola Jatuh
Pada percobaan ini, bola kecil dijatuhkan kedalam cairan yang diukur kekentalannya.
Mula- mula bola akan mengalami percepatan karena adanya gaya gravitasi, namun karena
kekentalan cairan maka kecepatan bola akan berkurang dan akhirnya nol. Pada saat kecepatan
bola tetap, (kecepatan terminal) Vm :
m.g = 6 π r ƞ Vm
akan tetapi sebenarnya pada kelereng juga bekerja gaya ke atas Archimedes sebesar
berat cairan yang dipindahkan, yaitu sebesar:
4
FArch = V ρ g = π r3 ρ o g
3
dengan V ialah volume kelereng dan ρo ialah massa jenis cairan.
Melalui persamaan :
4
F= m g = V ρ g = π r3 ρ g
3
dengan ρ ialah massa jenis bahan kelereng, persamaan di atas terkoreksi menjadi:
4 3 4
π r ρ g - π r3 ρo g = 6 π r ƞ Vm
3 3
Sehingga menghasilkan persamaan akhir:
2.r 2 . g
Vm = (ρ-ρo) (1)

Dimana:
Vm = kecepatan terminal (cm/s)
ƞ = viskositas (gr/cm.s)
ρo = rapat massa zat cair (gr/cm3)
ρ = rapat massa bola (gr/cm3)
r = jari-jari bola (cm)
g = percepatan gravitasi bumi (cm/s2) (Soedojo, 2004)
V. Prosedur Percobaan
1. Ukur jari-jari bola (kecil dan besar) dengan mikrometer sekrup.
2. Perhatikan kedudukan titik T dimana bola (Q) dianggap mencapai kecepatan
terminal.
3. Tentukan titik S (jarak 40 cm) dibawah titik T.
4. Jatuhkan bola (Q) dan catat waktu dari T ke S.
5. Lakukan percobaan yang sama dengan cairan dan bola yang berbeda.
LEMBAR DATA

Percobaan : Viskositas Zat Cair


Nama / NPM :
Grup / Rombongan :

I. Tabel Hasil Pengamatan


Massa bola 1 = ........ gr Massa bola 2 = ........ gr
Diameter bola 1 = ........ cm Diameter bola 2 = ........ cm

Waktu (detik)
No Zat yang ditera
1 2 3 4 5
1. Parafin
Bola 1
Bola 2
2. Minyak Kelapa
Bola 1
Bola 2
3. Oli SAE 40
Bola 1
Bola 2
4. Oli SAE 50
Bola 1
Bola 2
II. Tabel Hasil Perhitungan
ρ0 Vm = s/t ρ
No Zat yang ditera t (detik) η (g/cm.s)
(gr/cm3) (cm/detik) (gr/cm3)
1. Parafin
Bola 1
Bola 2
2. Minyak Kelapa
Bola 1
Bola 2
3. Oli SAE 40
Bola 1
Bola 2
4. Oli SAE 50
Bola 1
Bola 2

III. Perhitungan Dalam Bentuk Grafik


(Tidak ada)

IV. Tabel Perhitungan Ralat


No t (detik) (t-t’) (detik) (t-t’)2 (detik)
.
1. Ralat Mutlak (∆) = ...
2. Mengetahui,
Ralat Nisbi (I) = ...
3.
4. Keseksamaan (K) =…
5.
t’ = ... detik ∑(t-t’)2 = ... detik

Dosen Pembimbing
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL V
HUKUM BOYLE

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
MODUL V
PERCOBAAN
HUKUM BOYLE

I. Tujuan
1. Mempelajari hubungan antara tekanan dengan volume gas / udara pada
termperatur tetap.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada percobaan.
3. Menghitung tekanan gas / udara dalam sistem tertutup.

II. Alat-Alat
1 set peralatan Hukum Boyle dengan diameter pipa kanan 1,2 cm dan pipa kiri 1 cm

III. Bahan-Bahan
1. Air Raksa

IV. Teori
Konsep hukum boyle sangat banyak penerapannya pada ilmu Teknik terutama pada
proses pengukuran tekanan dan juga berperan dalam perancangan alat industri (jika alat
tersebut menggunakan tekanan tertentu). Selain itu penerapan konsep Hukum Boyle
sangat banyak digunakan dalam proses thermodinamika.
Pada saat kedudukan air raksa sejajar atau sama tinggi :
Maka :
P1=Pa =Patm … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(1)
Dimana :
Patm = Tekanan udara luar saat percobaan pada saat kedudukan permukaan mempunyai
perbedaan ketinggian sebesar h (setelah kolom digeser), maka :
P2=Pb =Patm + ρgh… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(2)
Keterangan :
ρ=¿ Rapat massa zat cair (gr/cm3)
g=¿ Gravitasi bumi (cm/s2)
h=¿ Beda tinggi air raksa (cm)
Bunyi Hukum Boyle :
“Pada suhu tetap, tekanan gas di dalam ruang tertutup berbanding terbalik dengan
volumenya”
Rumus Hukum Boyle :
P1 V 1=P2 V 2 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3)
Keterangan :
P1 = Patm
V1 = Volume udara kolom kiri air raksa pada gambar A
V2 = Volume udara kolom kiri air raksa pada gambar B

(Ishaq, 2007)

V. Prosedur
1. Atur tinggi permukaan air raksa pada kolom kiri dan kanan harus sama, kemudian
tutup kran dengan rapat. Catatlah volume udara kolom kiri dan tekanan yang sama
dengan udara luar
2. Catat perubahan tekanan udara pada kolom kiri dengan mengatur ketinggian air
raksa pada kolom kanan (ketinggian kolom kanan sesuai tabel)
3. Catat volume udara pada kolom kiri (V 2) dan perbedaan tinggi air raksa pada
kedua kolom (∆h)
4. Ulangi langkah 1 sampai 3 dengan merubah ketinggian pada kolom kiri sesusai
pada tabel dengan mengatur ketinggian air raksa pada kolom kanan, catat
perubahan tekanan udara pada kolom kanan.
LEMBAR DATA

Percobaan : Hukum Boyle


Nama / NPM :
Grup / Romb :

I. Tabel Hasil Pengamatan


V1 pertama (cm3) Kenaikan kolom V2 (cm3) ∆ h(cm)
π r2 h kanan Kolom kiri
2
4
6
8
10
V1 kedua (cm3) Kenaikan kolom V2 (cm3) ∆ h(cm)
π r2 h kiri Kolom kanan
0.5
1
1.5
2
2.5

II. Tabel Hasil Perhitungan


1. Persamaan 2
Kenaikan P1 ρ(gr/cm3) ∆ h(cm) g(cm/s2) P2
2
4
6
8
10
0.5
1
1.5
2
2.5
2.
3. Persamaan 3
P1 = 1 atm
Kenaikan (cm) V1 (cm3) V2 (cm3) P2 (atm)
2
4
6
8
10
0.5
1
1.5
2
2.5

III. Perhitungan dalam Bentuk Grafik


1. Untuk V1 pertama
P2

( y 2− y 1 )
Slope=
(x 2−x 1)

V2
2. Untuk V1 kedua
P2
( y 2− y 1 )
Slope=
(x 2−x 1)

V2
IV. Tabel Perhitungan Ralat
(Tidak Ada)
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL VI
KECEPATAN SUARA DI UDARA

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
MODUL VI
PERCOBAAN
KECEPATAN SUARA DI UDARA

I. Tujuan
1. Menentukan kecepatan suara di udara
2. Menentukan bilangan getar di udara
3. Mengetahui hubungan frekuensi suara dengan resonansi

II. Alat-alat
1. Tabung resonansi dengan perlengkapannya
2. Garputala yang akan ditera
3. Stetoskop
4. Papan kayu

III. Bahan-bahan
1. Air

IV. Teori
Relevasi:
Jika sumber digetarkan dalam kolom udara yang salah satu ujungnya tertutup dan ujung
lainnya terbuka, maka dalam keadaan resonansi:
L=(2 m+1) λ/4 ..................................................................(1)
L=( 2 m+1 ) 4 v / 4 ................................................................(2)
Dimana:
L = panjang kolom udara
λ = panjang gelombang bunyi
v = kecepatan suara di udara
f = frekuensi suara di udara
m = 1, 2, 3 ...... (bilangan resonansi)
keterangan:
a = tabung baja berisi air
b = pipa baja kecil dengan kolom udara yang
dapat diubah-ubah
c = jarak tabung dengan garputala

Dalam percobaan ini kolom udara adalah pipa kecil yang kedudukannya dapat diubah
sesuai kebutuhan. Sumber getar adalah garputala dengan bilangan getar standart.
Apabila garputala digetarkan maka pada ujungnya perut. Sehingga diperlukan koreksi
kolom udara berupa (e) dimana:
L=L' +e ..................................................................(3)
Dalam hal ini L’ adalah kolom udara sebenarnya. Sehingga persamaan (1) menjadi:
v v
L= + −e .....................................................(4)
2f .m 4 f
Apabila L’, f, dan m didapat maka dapat dibuat grafik L’ = ƒ(m) untuk bermacam-
macam harga m, v, e atau jika L, v, dan m diketahui, harga f dan e dapat ditentukan (Ishaq,

2007).

V. Prosedur
1. Menentukan kecepatan garputala
a. Ambil garputala yang frekuensinya diketahui, getarkan diatas pipa kecil
b. Angkat pipa dengan perlahan bersama garputala yang telah digetarkan
(usahakan kecepatannya tetap), sehingga diperoleh resonansi 1,2,3...
catatlah jarak L’ setiap resonansi (pada bunyi keras).
c. Dengan data yang diperoleh hitung besarnya kecepatan suara di udara.
2. Menentukan frekuensi untuk jenis garputala tersebut
a. Ambil garputala yang frekuensinya tidak diketahui dan digetarkan diatas
pipa kecil
b. Angkat pipa dengan perlahan bersama garputala yang telah digetarkan
(usahakan kecepatannya tetap), sehingga diperoleh resonansi ke 1, 2, 3.
Catat jarak L’ tiap resonansi pada bunyi keras.
c. Dengan data yang diperoleh hitung besarnya frekuensi garputala tersebut.

LEMBAR DATA

Praktikum : Kecepatan Suara di Udara


Nama / NPM :
Romb / Grup :

I. Tabel Hasil Pengamatan


1. Menentukan Kecepatan Suara di Udara
Frekuensi (f1) = .... Hz (ada 3 macam frekuensi tanyakan asisten)
Resonansi Pengukuran L’ (cm)
(m) 1 2 3
1
2
3
4
5
Frekuensi (f1) = .... Hz
Resonansi Pengukuran L’ (cm)
(m) 1 2 3
1
2
3
4
5
Frekuensi (f1) = .... Hz
Resonansi Pengukuran L’ (cm)
(m) 1 2 3
1
2
3
4
5
2. Menentukan Frekuensi Garputala
Frekuensi garputala dirahasiakan
Resonansi Pengukuran L’ (cm)
(m) 1 2 3
1
2
3
4
5

II. Tabel Hasil Perhitungan


1. Menentukan Kecepatan Suara di Udara
Jenis
No f (Hz) v (cm/s) e
Garputala
1 f1
2 f2
3 f3

2. Menentukan Frekuensi Garputala


No v (cm/s) f (Hz) e

III. Perhitungan dalam Bentuk Grafik


1. Menentukan Kecepatan Suara di Udara
- Frekuensi (f1) = ..... Hz
2. Menentukan Frekuensi Garputala
- Frekuensi (f1) = ..... Hz

IV. Tabel Perhitungan Ralat


1. Menentukan Kecepatan Suara di Udara
Frekuensi (f1) = .......... Hz
No L1 (cm) (L1- L1’) (L1- L1’)
1 Ralat Mutlak = ......
2 Ralat Nisbi (I) = ......
3
Keseksamaan (K) = ......
L1’ = ...... cm ∑(L1- L1’) = ...... cm

2. Menentukan Frekuensi Garputala


Frekuensi (f1) = .......... Hz
No L1 (cm) (L1- L1’) (L1- L1’)
1 Ralat Mutlak = ......
2 Ralat Nisbi (I) = ......
3
Keseksamaan (K) = ......
L1’ = ...... cm ∑(L1- L1’) = ...... cm

Mengetahui,
Dosen Pembimbing
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL VII
PERCEPATAN GRAVITASI BUMI

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
MODUL VII
PERCOBAAN
PERCEPATAN GRAVITASI BUMI

I. Tujuan
Menentukan percepatan gravitasi bumi dengan menggunakan :
1. Bandul matematis
2. Bandul fisis

II. Alat – alat


1. Bandul matematis dengan perlengkapannya 1 buah
2. Bandul fisis dengan perlengkapannya 1 buah
3. Rol meter 2 meter
4. Stopwatch 1 buah

III. Bahan – bahan


1. Beban setangkup

IV. Teori
Dalam percobaan percepatan gravitasi bumi diberikan pemahaman tentang percepatan
gravitasi dengan menggunakan system bandul mekanik. Didalam ilmu teknik konstanta
gravitasi bumi selalu digunakan dalam setiap perhitungan.
1. Bandul matematis
Suatu partikel yang tergantung pada titik tetap dari seutas tali yang mana
tali tersebut tidak bisa bertambah panjang dan massa nya bisa diabaikan. Bantul
matematis adalah salah satu contoh dari gerak harmonis sederhana.
Bila sebuah bandul digantungkan sebuah kawat dan diberi simpangan kecil
kemudian dilepaskan, maka bandul tersebut akan melakukan ayunan dengan
getaran selaras ( gambar 1)
Dengan demikian berlaku :
l
T =2 . π
√ g
…………………………………………………………. (1)

Dimana :
F = jumlah getaran perdetik
T = waktu yang diperlukan untuk melakukan 1 getaran sempurna (detik)
g = percepatan grafitasi ( cm/ det2)
2. Bandul fisis
Benda yang bergantung sehingga bisa berosilasi dengan bebas. Pendek kata,
arti bandul fisis adalah segala macam bentuk benda tegar yang digantungkan
sehingga benda tersebut bisa berayun dalam bidang vertikal terhadap sumbu yang
melaluinya. Bila kita mempunyai batang dan ayunkan pada suatu poros (gambar
2)

Gambar 2.
maka maka akan berlaku persamaan :

Ke2 + x 2 ……………………………………………………. (2)


T =2 . π
√ g
Dengan mengambil x1 sebagai titik poros ayunan didapat waktu ayun T1 dan
untuk x2 sebagai titik poros ayunan didapat waktu ayun T2
Bila T1 dan T2 digabung akan didapat :
T 12+T 22 T 12−T 22 π
+ = ……………………………………………….
8(x 1+ x 2) 8(x 1−x 2) g
(3)
Dimana :
T1 = waktu getar untuk titik gantung A
T2 = waktu getar untuk titik gantung B
Keterangan :
x1 = jarak antara titik gantung A dengan pusat massa C, satuan cm
x2 = jarak antara titik gantung B dengan pusat massa C, satuan cm (Sardianto,
2012)

V. Prosedur
1. Bandul matematis
a. Aturlah benang nilon seperti pada gambar 1, dengan panjang 40 cm
b. Aturlah agar ujung bandul tepat berada di tengah
c. Berilah simpangan kecil pada bandul, kemudian lepaskan. Usahakan agar
ayunan mempunyai lintasan bidang dan tidak berputar.
d. Catat waktu yang dibutuhkan untuk 5 getaran
e. Ulangi langkan 1-4 sebanyak 5 kali
f. Dengan 5 kali panjang nilon yang berbeda, ulangi langkan 1-5 (tanyakan
asisten)
2. Bandul fisis
1. Letakan beban pada suatu kedudukan dan carilah pusat massa (c) untuk
kedudukan tersebut. Perlu diingat pusat massa (c) letaknya senantiasa
berubah tergantung dengan letak beban
2. Gantungkan beban pada titik A dan ukur jaraknya terhadap titik C
3. Ayunkan bantang dengan memberikan simpangan kecil, catatlah waktu
yang diperoleh untuk 5 kali getaran
4. Ambil titik yang lain B terhadap titik C sebagai titik gantung dan ukurlah
jarak terhadap pusat massa C, ulangi langkah 1-3
5. Ulangi untuk percobaan yang sama untuk pasangan titik A dan B yang
berbeda ( tanyakan asisten)
LEMBAR DATA

Percobaan : Percepatan Gravitasi Bumi


Nama / NPM :
Grup / Romb :

I. Table hasil pengamatan


1. Bandul matematis
Percobaa Simpanga Waktu yang diperoleh (detik)
L(cm)
n n 1 2 3 4 5
1 350
2 350
3 350
4 350
5 350

2. Bandul fisis
Percobaa Simpanga Waktu yang diperoleh (detik)
L(cm)
n n 1 2 3 4 5
1 350 X1
350 X2
2 350 X1
350 X2
3 350 X1
350 X2

II. Table hasil perhitungan


1. Bandul matematis
percobaa g(cm/s2
L (cm) 4π2 T2
n )
1
2
3
4
5
2. Bandul fisis
Percobaan x1 x2 t1 t2 T12 T22 π2 g(cm/s2)
1
2
3

III. Perhitungan dalam bentuk grafik


Menggunakan data bandul matematis.
T2

4π2
slope=
g

L
IV. Table Perhitungan Ralat
1. Bandul matematis tiap L (cm) masing masing 1 tabel
2. Bandul fisis tiap x1 dan x2 masing masing 1 tabel

N t (det) (t-t) (t-t)2


o
Ralat mutlak = ……
1       Mengetahui,
2       Ralat nisbi (I) = ……..
3       Dosen Pembimbing
Keseksamaan (K) = …….
4      
5      
t= det ∑(t-t)2 = det
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL VIII
RAPAT MASSA ZAT CAIR

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
MODUL VIII
PERCOBAAN
RAPAT MASSA ZAT CAIR

I. Tujuan
1. Menentukan rapat massa zat cair dengan menggunakkan piknometer.
2. Mengetahui perbedaan rapat massa dari berbagai zat cair dalam percobaan.
3. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya rapat massa zat cair
dalam percobaan.

II. Alat
1. Piknometer
2. Beaker Glass
3. Neraca dua lengan
4. Pipet tetes

III. Bahan Gambar 1 Piknometer

1. Aquadest
2. Minyak Kelapa
3. Oli SAE 40
4. Oli SAE 50

IV. Teori
Dengan mempelajari rapat massa suatu bahan, kita dapat mengetahui sifat fisik dan
kimia dari bahan tersebut. Hal ini diperlukan mengingat semua bahan pasti memiliki rapat
massa tertentu dan sangat aplikatif dengan ilmu – ilmu teknik kimia.
Definisi rapat massa suatu benda (ρ) adalah besarnya massa benda tiap satuan volume:
m
ρ= , dengan massa air adalah 1 gr/cm3
v
Keterangan :
ρ = Rapat massa zat (gr/cm3)
m = Massa benda (gr)
v = Volume benda (cm3)
Hukum Archimedes berbunyi :
“Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat
gaya yang disebut gaya apung (gaya ke atas) sebesar berat zat cair yang dipindahkanya”
(Giancoli, 2014).

V. Prosedur Percobaan
Menentukan ρ zat cair dengan menggunakan piknometer :
1. Bersihkan piknometer sampai bersih. Kemudian timbang piknometer kosong
beserta tutupnya dan catat massa nya (m2).
2. Isikan cairan yang ingin dicari ρ nya, timbang pikno yang telah berisi cairan
tersebut (piknometer isi) dan catat massa nya (m1).
3. Catat volume piknometer (tertera pada piknometer), dengan data – data tersebut
maka :
Berat piknometer isi−Berat piknometer kosong
ρ=
Volume piknometer
LEMBAR DATA

Percobaan : Rapat Massa Zat Cair


Nama / NPM :
Grup / Rombongan :

I. Tabel Hasil Pengamatan


m1 (piknometer m2 (piknometer V piknometer
Zat yang ditera
kosong) (gr) isi) (gr) (mL)
Aquadest 1.
2.
3.
4.
5.
Minyak Kelapa 1.
2.
3.
4.
5.
Oli SAE 40 1.
2.
3.
4.
5.
Oli SAE 50 1.
2.
3.
4.
5.

II. Tabel Hasil Perhitungan


No Zat yang ditera m2 (gr) m1 (gr) (m2-m1) (gr) ρ (gr/cm3)
1. Aquadest
2. Minyak Kelapa
3. Oli SAE 40
4. Oli SAE 50

III. Perhitungan Dalam Bentuk Grafik


(Tidak ada)

IV. Tabel Perhitungan Ralat


No m (gr) (m-m’) (gr) (m-m’)2 (gr)
.
1.
2.
3.
4.
5.
m’ = ... gr ∑(m-m’)2 = gr
Ralat Mutlak (∆) = ...
Ralat Nisbi (I) = ...
Keseksamaan (K) = ...

Mengetahui,
Dosen Pembimbing
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL IX
INDEKS BIAS LENSA DAN ZAT CAIR

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
MODUL IX
PERCOBAAN
INDEKS BIAS LENSA ZAT CAIR

I. Tujuan
1. Menentukan jarak titik api lensa.
2. Menentukan jari-jari kelengkungan lensa.
3. Menentukan indeks bias lensa.
4. Menentukan indeks bais zat cair.
II. Alat
1. Lensa cembung dan cekung masing – masing 1 buah.
2. Cermin datar 1 buah.
3. Jarum berbentuk garpu 1 buah.
4. Statif 1 buah.
III. Bahan
1. Air
IV. Teori

Lensa
f p

Cermin datar

Proses pemahaman indeks bias lensa zat cair sangat terkait dengan prinsip
alat – alat laboratorium yang meggunakan lensa dengan kaca sebagai media pengamatan.
1. Pada gambar diatas, bayangan jarum dibentuk oleh susunan optis lensa cermin
yang akan dapat dilihat dari atas. Diperoleh suatu kedudukan tertentu, diamana
bayangan akan Nampak sama besar dengan bayangan jarum. Pada keadaan ini
jarak antara jarum dan lensa sama dengan jarak titik api lensa tersebut.
2. Bila cermin kita ambil, bidang bawah lensa akan bekerja sebagai cermin cekung
terhadap sinar – sinar yang datangnya dari atas. Bila P adalah jarak antara lensa
dan jarum pada kedudukan, dimana bayangan jarum dibentuk oleh susunan optis
lensa bidang bawah lensa selama dengan jarum. Maka:
P1 . f
R 1= (1)
f −P1
Dan
f . ( P1 + P2 )−P1 . P 2
n= …...................(2)
f . ( P 1+ P2 ) −2 . P1 . P2
Dimana:
f = jarak antar titik api lensa
R1 = jari – jari kelengkungan bidang bawah lensa
P1 = harga P bila jari – jari kelengkungan bidang bawah lensa adalah R1
P2 = harga yang diperoleh bila lensa dibalik
n = indeks bias lensa
3. Bila kita tetesi zat cair, kemudian diatas tetesan kita letakkan lensa, maka akan
terbentuk susunan optis lensa biconveks lensa plankonkaf (cairan) cermin. Jika
jari –jari kelengkungan bidang bawah lensa adalah R1, maka indeks bias cairan
tersebut adalah:
f ' . ( P1 + P2 )−P 1 . P2
n'=
f ' . ( P 1+ P2 ) −2 . P1 . P2
(3)
Dimana f’ adalah jarak titik api gabungan lensa dan cairan yang diperoleh dari
kedudukan jarum yang ditimbulkan bayangan sama besar (Murdaka, 2010).

V. Prosedur
1. Susunlah peralatan seperti gambar
2. Usahakan agar ujung jarum berada di sumbu – sumbu lensa
3. Dengan menetapkan mata sumbu optis lensa, naikkan jarum (garpu) sehingga
kedua ujungnya tepat berimpit dengan kedua ujung bayangannya. Catat jarak
antara lensa dengan jarumnya.
4. Ulangi langkah 1-3 tanpa cermin datar
5. Baliklah lensa dan kerjakan langkah 1-4 (bedakan mana belakang mana depan)
6. Setelah selsai langkah 1-5, letakkan cermin diatas meja. Teteskan air diatasnya
kemudian letakkan lensa diatas cairan tersebut. Kerjakan seperti langkah 1-3,
lakukan pengamatan sebanyak 5 kali.
LEMBAR DATA

Percobaan : Indeks Bias Lensa dan Zat Cair


Nama / NPM :
Grup / Romb :

I. Tabel Hasil Pengamatan


Setiap lensa satu tabel
No Susunan Optik No f (cm) P1 (cm) P2 (cm) f’ (cm)
1. Lensa tanpa cermin. 1.
2.
3.
4.
5.
2. Lensa dengan cermin. 1.
2.
3.
4.
5.
3. Lensa dengan cermin 1.
serta air. 2.
3.
4.
5.

II. Tabel Hasil Perhitungan


Setiap lensa satu tabel
p1 R
f p2 f’
No Persamaan yang digunakan (cm (cm n n’
(cm) (cm) (cm)
) )
1. Persamaan 1 - - - -
2. Persamaan 2 - - -
3. Persamaan 3 - - -

III. Perhitungan Dalam Bentuk Grafik


(Tidak ada)
IV. Tabel Perhitungan Ralat
Perhitungan ralat meliputi f, p1, p2, f’.
No f (cm) (f-f’) (cm) (f-f’)2 (cm)
.
1.
2.
3.
4.
5.
f’ = ... cm ∑(f-f’)2 = cm

Ralat Mutlak (∆) = ...


Ralat Nisbi (I) = ...
Keseksamaan (K) = ...

Mengetahui,
Dosen Pembimbing
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL X
PESAWAT ATWOOD

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
MODUL X
PERCOBAAN
PESAWAT ATWOOD

I. Tujuan
1. Menghitung kecepatan benda bergerak
2. Menghitung percepatan benda bergerak
3. Mengetahui pengaruh massa benda dengan percepatan suatu benda
II. Alat-alat
1. 1 set lengkap pesawat atwood
2. Stopwatch
3. Neraca analitis
4. Tali
III. Bahan-bahan
1 set beban
IV. Teori
Pengukuran kecepatan suatu benda baik gerak lurus beraturan dan berubah beraturan
merupakan penerapan Hukum Newton II. Dengan mengukur GLB dan GLBB dari suatu
benda, kita dapat menerapkannya dalam perhitungan khususnya dalam perhitungan kinetika
kecepatan reaksi
Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Pada gerak lurus beraturan, kecepatan benda adalah konstan. Berarti tidak ada
percepatan (a=0). Gerak lurus beraturan adalah gerak lurus pada lintasan lurus dengan
kecepatan tetap atau konstan dan percepatan nol.
Rumus yang berlaku pada gerak lurus beraturan adalah dinyatakan sebagai berikut:
s
v=
t
s=v .t
Dimana:
s = jarak yang ditempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu yang ditempuh (s)
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak partikel pada lintasan lurus dengan
percepatan konstan dan kecepatan yang berubah. Rumus yang berlaku pada GLBB dapat
dinyatakan sebagai berikut:
v t=v 0+ a .t
1
st =s 0 + v 0 . t+ a . t 2
2
Dimana:
s0 = jarak pada saat t=0
st = jarak pada saat t (m)
vt = kecepatan setelah t detik (m/s)

Dua benda bermassa m1 dan m2 dihubungkan


dengan tali melalui sebuah katrol licin (massa
katrol diabaikan), seperti Gambar A. Jika massa m2 lebih
besar dari m1, maka massa m2 akan bergerak kebawah
sedangkan massa m1 bergerak keatas. Pada sistem
tersebut terjadi tegangan pada tali dan percepatan
pada kedua massa benda.

Gambar A Gambar B

Apabila ditentukan gaya menuju keatas positif maka m 1 dan m2 akan mendapat
percepatan positif (a). Sedangkan massa m2 akan mendapat percepatan negatif (-a). Gaya-
gaya yang bekerja pada massa m1 dan m2 ditunjukkan pada Gambar B.
Dimana T adalah tegangan tali.
Persamaan gerak untuk m1 adalah:
∑F = m.a
T-m1.g = m1.a ............................................................................... (1)
Persamaan gerak untuk m2 adalah:
∑F = m.a
T-m2.g = m2.a ........................ .................................................... (2)
Dengan menghubungkan kedua persamaan tersebut maka diperoleh:
m2 −m1
a= g.................... ..........................................................(3)
m 2+ m1
Sedangkan tegangan talinya adalah:
2m 2−m1
T= g ........................... ................................................(4)
m2+ m1
Jika m1 = m2 maka diperoleh a = 0 dan T = m1.g = m2.g
Catatan :
Massa katrol diabaikan dan licin, sehingga:
P = T + T = 2T .................................... ....................................... (5)
m2 −m 1
v . g=v 0 ± t ............................................................. (6)
m2+ m1
1 m 2−m 1 2
y= y 0 ± g . t ................................................... (7) (Giancoli, 2014)
2 m2 +m 1

V. Prosedur
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
a. Timbang beban m1, m2 dan m3.
b. Letakkan beban m1 pada sisi yang terdapat plat pembatas A dan B.
c. Letakkan beban m2 dan m3 pada sisi lainnya.
d. Atur jarak A dan B dengan jarak yang ditentukan (tanya asisten).
e. Lepas beban m2 dan m3 hingga m1 bergerak keatas dari plat B ke plat A.
f. Catat waktu yang dibutuhkan.
g. Ulangi langkah 5 dan 6 untuk jarak yang lainnya.

2. Gerak Lurus Berubah Beratran (GLB)


1. Letakkan beban m2 dan m3 pada sisi yang terdapat plat pembatas A dan B.
2. Letakkan beban m1 pada sisi lainnya.
3. Atur jarak A dan B dengan jarak yang ditentukan (tanya asisten).
4. Lepas beban m2 dan m3 dari plat A ke plat B.
5. Catat waktu yang dibutuhkan.
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk jarak yang lainnya
LEMBAR DATA

Percobaan : Pesawat Atwood


Nama / NPM :
Grup / Romb :

I. Tabel Hasil Pengamatan


1. GLB
Massa Jarak BC t (detik)
Beban
(gram) (cm) 1 2 3 4 5

2
Beban

3
Beban

2. GLBB
Massa Jarak AB t (detik)
Beban
(gram) (cm) 1 2 3 4 5

2
Beban

3
Beban
II. Tabel Hasil Perhitungan
1. GLB
Beban s (cm) t' (s) v (cm/s)

2 Beban

3 Beban

2. GLBB
Beban st (cm) s0 (cm) t' (s) vt (cm/s) v0 (cm/s) a (cm/s2)

2 Beban 0

3 Beban 0

III. Perhitungan dalam Bentuk Grafik


1. GLB
s

Slope = v

t
2. GLBB
vt

Slope = a

t
IV. Tabel Perhitungan Ralat
1. GLB
Tiap jarak masing-masing satu tabel
2. GLBB
Tiap jarak masing-masing satu tabel
No t (s) (t- t’) (t- t’)2
1 Ralat Mutlak = ......
2
Ralat Nisbi (I) = ......
3
4 Keseksamaan (K) = ......
5
t’ = ...... s ∑(t- t’)2 = ...... s

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai