PENDAHULUAN
Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai
perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu
dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif hingga kematian. Proses
menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan, selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan
biokimia pada jaringan tubuh yang akhirnya mempengaruhi kemampuan fisik secara
keseluruhan (Darmojo, 2014).
Lansia (lanjut usia) umumnya digunakan untuk pria dan wanita yang telah berusia
lanjut. Berdasarkan pengertian secara umum, seseorang disebut lansia apabila berkisar
antara 60-65 tahun (Saptorini, 2011). Menurut WHO (1989) dalam Maryam (2010),
batasan lansia adalah kelompok usia 45-59 tahun sebagai usia pertengahan (middle/
young elderly), usia 60-74 tahun disebut lansia (ederly), usia 75- 90 tahun disebut tua
(old), usia diatas 90 tahun disebut sangat tua (very old).
Lansia mengalami proses penuaan secara biologis yang berlangsung terus- menerus
yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik dan semakin rentan terhadap penyakit
yang dapat menyebabkan kematian. Peningkatan persentase pasien lansia menyebabkan
pentingnya menilai jumlah perawatan yang diperlukan sebagai strategi pencegahan dan
interseptif untuk mengurangi beban penyakit (Sharma et al, 2012).
1.3 Manfaat
PEMBAHASAN
Nyeri sendi pinggang hingga paha bagian belakang yang diderita pasien
kemungkinan disebabkan oleh hernia nucleus pulposus (HNP). HNP adalah turunnya
kandungan annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau
ruptur annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulpous yang menyebabkan
kompresi pada elemen saraf. Pada umumnya, HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5
dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini menyebabkan nyeri punggung bawah yang
dapat meluas ke regio gluteal, paha bagian posterior, regio cruris sampai regio pedis
(Lotke dkk, 2008).
2.3.2.2 Apakah penyebab dari tekanan darah pada pasien naik 1 bulan terakhir yang
menyebabkan sering sakit kepala, padahal ia selalu rutin berolahraga dan
memakan sayur-sayuran?
Perubahan usia mempengaruhi dua dari tiga lapisan pembuluh darah, dan
konsekuensi fungsional bervariasi, tergantung pada lapisan yang terpengaruh. Perubahan
pada lapisan pembuluh darah tersebut dapat dicontohkan dalam perubahan tunika intima
(lapisan terdalam) memiliki akibat fungsional yang paling serius dalam perkembangan
aterosklerosis, sedangkan perubahan di tunika media (lapisan tengah) berhubungan
dengan hipertensi. Untuk lapisan terluar (tunika eksterna) tampaknya tidak akan
terpengaruh oleh perubahan yang berkaitan dengan usia. Lapisan ini, terdiri dari adiposa
dan jaringan ikat, mendukung serabut saraf dan vasorum vasa, suplai darah untuk tunika
media (R. Boedhi Darmojo & H. Hadi Martono, 2014 ).
Tunika intima terdiri dari satu lapisan sel endotel pada lapisan tipis jaringan ikat.
Tunika intima berfungsi untuk mengontrol masuknya lipid dan zat lain dari darah ke
dalam dinding arteri. Sel endotel yang utuh memungkinkan darah mengalir dengan lancar.
Semakin bertambahnya usia, tunika intima mengental karena fibrosis, proliferasi sel, dan
lipid dan akumulasi kalsium. Ukuran dan bentuk sel-sel endotel menjadi tidak teratur.
Perubahan pada intima tunika dan sel-sel endotel menyebabkan arteri melebar dan
LBM 1 “Suamiku Lemah”Page 5
memanjang mengakibatkan dinding arteri lebih rentan terhadap aterosklerosis. Sel-sel
otot polos yang terlibat dalam fungsi jaringan pembentuk memproduksi kolagen,
proteogly cans, dan serat elastis. Karena memberikan dukungan struktural, lapisan ini
mengendalikan ekspansi dan kontraksi arteri. Perubahan usia mempengaruhi tunika
media yaitu peningkatan kolagen, tunika media menipis dan mengerasnya serat elastin,
sehingga pembuluh darah kaku. Perubahan pada tunika media terutama terjadi di dalam
aorta, diameter lumen meningkat untuk mengkompensasi kakunya arteri yang berkaitan
dengan usia. Vena menjadi lebih tebal, lebih melebar, dan kurang elastis dengan
bertambahnya usia. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan
mengakibatkan hipertensi (R. Boedhi Darmojo & H. Hadi Martono, 2014 ).
2.3.2.3 Apakah penyebab pandangan mulai kabur meskipun sudah memakai kacamata
dan telinganya sulit mendengar pembicaraan kecuali dengan suara keras?
a. Pandangan mulai kabur
Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi disekitar kornea dan
membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan diantara iris dan skelera, hal ini
yang menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan mata melakukan akomodasi
(kontraksi pupil terganggu), sehingga menyebabkan penurunan kemampuan sistem
visual. (Hadi dan kris 2010).
b. Telinga sulit mendengar pembicaraan kecuali dengan suara keras
Penurunan pendengaran merupakan kondisi secara dramatis dapat mempengaruhi
kualitas hidup seseorang. Kehalangan pendengaran pada lansia disebut dengan
presbikusis. Presbikusis merupakan perubahan yang terjadi pada pendengaran akibat
proses penuaan yaitu telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal
ini terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik
sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan
pendengaran secara bertahap. Ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengan frekuensi
tinggi (Boedhi, Darmojo 2014).
2.3.2.4 Mengapa sejak pasien pensiun, emosinya jadi tidak stabil dan pelupa?
Berat otak menurun 10–20 %. Berat otak ≤ 350 gram pada saat kelahiran, kemudian
meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia
45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak
berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 juta sel
termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan
saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron per tahun. Neuron dapat
mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil per jam. Terjadi penebalan
Selain itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi emosi pada lansia
diantaranya:
1) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat Lansia berada termasuk
lingkungan keluarga, panti dan masyarakat, keharmonisan keluarga, kenyamanan
disekitar tempat tinggal dan kondisi masyarakat yang kondusif akan sangat
mempengaruhi perkembangan emosi (Eliot M. Benner dan Peter Salovey, 1997).
2) Faktor Pengalaman
3) Jenis Kelamin
2.3.2.5 Apakah penyebab berat badan suami menurun dan tidak bergairah dalam
hubungan suami istri?
a. Penyebab berat badan pasien menurun
Menurunnya fungsi sistem pencernaan, sebagai berikut (Stanley, 2007) :
1. Gigi
Gigi yang rusak, tanggal atau lepas sangat mempengaruhi proses pelumatan makanan
diakibatkan oleh terganggunya fungsi pengunyah. Pembuatan dan pemakaian gigi palsu
(prothesa) dalam hal ini sangatlah penting.
2. Air ludah
Mulai berkurang produksinya. Hal ini berakibat “mulut kering” dan berdampak
kesulitan menelan makanan.
3. Lambung
4. Usus
2.3.2.6 Apakah penyebab pasien tidak bergairah dalah hubungan suami istri?
Beberapa perubahan intim yang terjadi terkait dengan usia lanjut (Lippincott Williams &
Wilkins, 2004) :
1. Pria lanjut usia akan mendapati bahwa diperlukan waktu lebih lama untuk mencapai
ereksi, tetapi juga dapat mempertahankan ereksi dan berhubungan jangka lama
sebelum mencapai orgasme.
2. Pria lanjut usia akan mengalami penurunan volume cairan seminal, sehingga
mengurangi tekanan pada saat ejakulasi.
3. Impotensi atau disfungsi seksual menjadi lebih umum pada kelompok lanjut usia
meskipun 70% pria berusia 70 tahun masih mampu (poten). Pada sebagian besar
kasus impotensi, penurunan aliran darah ke penis karena atherosklerosis dianggap
sebagai penyebab dan kondisi ini diperburuk dengan hipertensi dan penyakit gula.
4. Wanita akan mengalami masalah pada saat menopause. Hal ini berhubungan dengan
penurunan hormon seksual yang menyebabkan penipisan dan kekeringan pada vagina
yang menyebakan ketidaknyamanan, tetapi dengan terapi pengganti hormon
(hormone replacement therapy) dapat membantu mengurangi hal demikian.
Beberapa wanita merasa kurang menarik dan takut penolakan fisik seiring dengan
meningkatnya usia mereka, yang dapat menyebabkan kehilangan kepercayaan diri.
5. Banyak faktor dapat merusak kehidupan seks dari penyakit dan obat-obatan hingga
kelelahan (fatique) atau hanya sekadar kehilangan ketertarikan.
Meskipun bercinta demikian menawan dan masih dapat dilakukan hingga usia lanjut,
beberapa orang menyadari bahwa pada usia senja, cukup komunikasi, kontak kulit yang
erat seperti, saling bergandengan, berpelukan, dan berbaring bersama memberikan
kenyamanan dan kemesraan yang dibutuhkan.
2.3.2.8 Apakah penyebab kulit pasien mengalami penipisan dengan xerosis kutis serta
gerakan peristaltik usus menurun?
a. Penyebab xerosis kutis
Pada keadaan normal, air mengalir secara difusi dari dermis menuju ke epidermis
melalui dua cara yaitu melalui stratum corneum (SC) dan ruang interseluler. Oleh sebab
itu normal air akan keluar dari tubuh melalui epidermis, keadaan tersebut dikenal dengan
istilah trans epidermal water loss (TEWL). Xerosis pada lansia dikaraterisasi dengan
berkurangnya kelembaban yang mencapai kelembaban kurang dari 10% di stratum SC.
Hal ini dapat terjadi karena peningkatan pada TEWL karena berkurangnya permeabilitas
pelindung. Kelembaban yang berkurang akan menyebabkan terjadinya pemisahan
korneosit. Ketika kulit menjadi terlalu kering, kulit akan mengeras, merah, dan
berkembang menjadi retak (Darmojo & Martono, 2014).
a. Pengelihatan
Hal ini akan berdampak pada penurunan kemampuan sistem visual dari indera
penglihatan yang berfungsi sebagai pemberi informasi ke susunan saraf pusat tentang
posisi dan letak tubuh terhadap lingkungan di sekitar dan antar bagian tubuh sehingga
tubuh dapat mempertahankan posisinya agar tetap tegak dan tidak jatuh.
b. Pendengaran
Pada telinga bagian luar terjadi perpanjangan dan penebalan rambut, kulit menjadi
lebih tipis dan kering serta terjadi peningkatan keratin. Implikasi dari hal ini adalah
potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan konduksi suara (Boedhi,
Darmojo 2014).
2. Sistem Musculoskeletal
a. Otot
Pada umumnya seseorang yang mulai tua akan berefek pada menurunnya
kemampuan aktivitas. Penurunan kemampuan aktivitas akan menyebabkan kelemahan
serta atrofi dan mengakibatkan kesuliatan untuk mempertahankan serta menyelesaikan
suatu aktivitas rutin pada individu tersebut. Perubahan pada otot inilah yang menjadi
fokus dalam penurunan keseimbangan berkaitan dengan kondisi lansia. Menurut
Lumbantobing (2005) perubahan yang jelas pada sistem otot lansia adalah berkurangnya
massa otot. Penurunan massa otot ini lebih disebabkan oleh atrofi. Otot mengalami atrofi
sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik atau denervasi saraf
(Martono, 2004). Otot menjadi lebih mudah capek dan kecepatan kontraksi akan
melambat. Selain dijumpai penurunan massa otot, juga dijumpai berkurangnya rasio otot
dengan jaringan lemak. Akibatnya otot akan berkurang kemampuannya sehingga dapat
mempengaruhi postur.
Perubahan-perubahan yang timbul pada sistem otot lebih disebabkan oleh disuse.
Lansia yang aktif sepanjang umurnya, cenderung lebih dapat mempertahankan massa
otot, kekuatan otot dan koordinasi dibanding mereka yang hidupnya santai. Tetapi harus
diingat bahwa olahraga yang sangat rutin pun tidak dapat mencegah secara sempurna
proses penurunan massa otot (Lumbatobing, 2005).
Permasalahan yang terjadi pada lansia biasa sangat terlihat pada menurunnya
kekuatan grup otot besar. Otot-otot pada batang tubuh (trunk) akan berkurang
kemampuannya dalam menjaga tubuh agar tetap tegak. Respon dari otot-otot postural
b. Tulang
Pada lansia dijumpai proses kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium tubuh,
serta perlambatan remodeling dari tulang. Massa tulang akan mencapai puncak pada
pertengahan usia dua puluhan (di bawah usia 30 tahun). Penurunan massa tulang lebih
dipercepat pada wanita pasca menopause. Sama halnya dengan sistem otot, proses
penurunan massa tulang ini sebagai disebabkan oleh faktor usia dan disuse. Dengan
bertambahannya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi
karena penurunan hormon estrogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain.
Tulang-tulang trabekular menjadi lebih berongga, mikroarsitekur berubah dan sering
patah baik akibat benturan ringan maupun spotan (Martono, 2004). Implikasi dari hal ini
adalah peningkatan terjadinya resiko osteoporosis dan fraktur (Suhartin, 2010).
3. Sistem Reproduksi
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh
lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah
(± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada wanita).
Otak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan a.vertebralis.
Pembentukan plak ateroma sering dijumpai didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal
a.karotis interna, Sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma juga
arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media
hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2% dari berat badan tetapi
mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah serebral
pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun menjadi
30cc/100gm/menit.
Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan dapat
mengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini.
Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verterbalies menjadi berkelok-
kelok. Pada posisi tertentu pembuluh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi.
Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga
dada akan merubah mekanika pernafasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak
nafas, lebih-lebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan
penimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan
pendistribusian gangguan udara nafas dalam cabang bronkus.
Volume dan kapasitas paru menurun: hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1)
kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim paru menurun, (3) resistensi
saluaran nafas (menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut
terjadi pengurangan ventilasi paru.
LBM 1 “Suamiku Lemah”Page 16
Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap,
penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah dari alveoli (difusi) dan
transport O2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olahraga.
Penurunan pengambilan O2 maksimal disebabkan antara lain karena: (1) berbagi
perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan (2) kerena
bertkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnyan curah jantung.
Gangguan perubahan ventilasi paru: pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan
ventilasi paru, akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor perifer,
kemoreseptor sentral atupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons
terhadap rangsangan berupa penurunan PaO2, peninggian PaCO2, Perubahan pH
darah arteri dan sebagainya.
6. Sistem Gastrointestinal (Boedhi, Darmojo 2014).
Rongga Mulut (Cavum Oris)
a. Gigi (Dente)
- Atrial: Hilangnya jaringan gigi akibat fungsi pengunyah yang terus menerus.
Dimensi vertikal wajah menjadi lebih pendek sehingga merubah penampilan/estetik
fungsi pengunyah.
- Meningkatkan insiden karies terutama bagian leher gigi dan akar, karies sekunder di
bawah tambalan lama.
- Jaringan penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga gigi goyang dan tanggal.
b. Muskulus
Koordinasi dan kekuatan muskulus menurun sehingga terjadi pergerakan yang tidak
terkontrol dari bibir, lidah dan rahang orafacial dyskinesis.
c. Mukosa
Jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah, mengkilap, dan
kering.
d. Lidah (Lingua)
Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura- fisura.
Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsi terhadap pengecapan. Akibatnya
orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu
misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan
sebagian besar gigi, lidah besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan
berbicara.
Terjadi degenerasi kelenjar liur, yang mengakibatkan sekresi dan viskositas saliva
menurun.
Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis sering sudah terjadi pada usia 30-50
tahun. Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis ini akibat dari proses degenerasi.
Dengan manifestasi adanya TM joint sound, melemahnya otot-otot mengunyah sendi,
sehingga sukar membuka mulut secara lebar.
Terdapat resorbsi dan alveolar crest sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang tanpa gigi
atau setetelah pencabutan.
Lambung (Ventriculus)
Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar dan ini menyebabkan sekresi asam lambung,
pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil,
sehingga daya tampung makanan berkurang. Proses pengubahan protein menjadi pepton
terganggu. Karena sekresi asam lambung berkurang rangsang rasa lapar juga berkurang.
Absobsi kobalamin menurun sehingga konsentrasi kobalamin lebih rendah.
Mukosa usus halus mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang jumlah vili
berkurang yang menyebebabkan penurunan proses absorbsi. Di daerah duodenum enzim
yang dihasilkan oleh pancreas dan empedu menurun, sehingga metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti ini
menyebabkan gangguan yang disebut sebagai maldigesti dan mal absorbsi.
Pankreas (Pancreas)
Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga kapasitas metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak juga menurun. Pada lansia sering terjadi pankreatitis yang
dihubungkan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula vateri
menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh ensim elastase dan fosfolipase-A yang
diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam empedu.
Hati (Hepar)
Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia kurang dari 40
tahun 740 ml/menit, pada usia diatas 70 tahun menjadi 595 ml/menit. Hati berfungsi
LBM 1 “Suamiku Lemah”Page 18
sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Disamping
juga memegang peranan besar dalam proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin,
konyugasi, bilirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia secara histologik
dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk
menjadi jaringan fibrous sehingga menyebabkan penurunan fungsi hati. Hal ini harus di
ingat terutama dalam pemberian obat-obatan.
Pada colon pembuluh darah menjadi ber kelok-kelok yang menyebabkan motilitas
colon menurun, berakibat absobsi air dan elektrolit meningkat sehingga faeses menjadi
lebih keras sering terjadi konstipasi.
Tidak ada perubahan morfologis yang berarti hanya menunjukkan turunnya kemampuan
berproliferasi dan terdapat sedikit pembesaran limpa.
Menurut Suardiman (2011: 174) successful aging adalah suatu kondisi dimana
seorang lansia tidak hanya berumur panjang tetapi juga umur panjang dalam kondisi
sehat, sehingga memungkinkan untuk melakukan kegiatan secara mandiri, tetap berguna
dan memberikan manfaat bagi keluarga dan kehidupan sosial. Kondisi demikian sering
disebut sebagai harapan hidup untuk tetap aktif. Sebaliknya orang tidak menghendaki
umur panjang, apabila umur panjang ini dilalui dalam keadaan sakit.
Successful aging bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada pada
kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa menikmati masa
tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. Setidaknya ada
beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa
Lawton (dalam Weiner, 2003: 610) memaparkan successful aging dalam 4 (empat) aspek
yaitu meliputi :
a. Functional well
Functional well disini didefinisikan sebagai keadaan lansia yang masih memiliki
fungsi baik fungsi fisik, psikis maupun kognitif yang masih tetap terjaga dan mampu
bekerja dengan optimal di dalamnya temasuk juga kemungkinan tercegah dari berbagai
penyakit, kapasitas fungsional fisik dan kognitif yang tinggi dan terlibat aktif dalam
kehidupan.
b. Psychological well-being.
Kondisi individu yang ditandai dengan adanya perasaan bahagia, mempunyai
kepuasaan hidup dan tidak ada gejala-gejala depresi. Kondisi tersebut dipengaruhi adanya
6 (enam) fungsi psikologis yang positif yaitu:
Self acceptance
Dimensi ini merupakan ciri utama kesehatan mental dan juga sebagai karakteristik
utama dalam aktualisasi diri, berfungsi optimal, dan kematangan. Penerimaan diri yang
baik ditandai dengan kemampuan menerima diri apa adanya. Kemampuan tersebut
memungkinkan seseorang untuk bersikap positif terhadap diri sendiri dan kehidupan yang
dijalani. Individu yang mempunyai tingkat penerimaan diri yang baik ditandai dengan
bersikap positif terhadap diri sendiri, mengetahui serta menerima aspek-aspek yang
terdapat dalam dirinya, baik positif maupun negatif dan memiliki pandangan positif
terhadap masa lalu.
Positive relationship with other
Optimis serta perasaan efikasi diri dalam meningkatkan kesehatan dan fungsi baik.
Optimisasi secara selektif dengan kompensasi untuk membangun keterbatasan energi
fisik dan sumber kogntif sebesar besarnya.
Penguatan konsep diri yang meningkatkan penerimaan diri dan pencapaian harapan.
Memperkuat pengertian emosianal dan pengaturan emosianal diri, yang mendukung
makna, menghadirkan ikatan sosial.
Menerima perubahan, yang membantu perkembangan kepuasaan hidup.
Perasaan spiritual dan keyakinan yang matang harapan akan kematian dengan
ketenangan dan kesabaran.
Kontrol pribadi dalam hal ketergantungan dan kemandirian.
Kualitas hubungan yang tinggi, memberikan dukungan sosial dan persahabatan
yang menyenangkan.
Sindrom geriatri merupakan kumpulan gejala dan atau tanda klinis, dari satu atau
lebih penyakit yang sering dijumpai pada pasien geriatrik. Tampilan klinis yang tidak
khas sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. Sindrom geriatri meliputi
gangguan kognitif, depresi, inkontinensia, ketergantungan fungsional, dan jatuh. Sindrom
geriatrik menampilkan banyak fitur-fitur umum. Keadaan lansia sangat umum yaitu
lemah. Efeknya pada kualitas hidup dan cacat substansial. Sering gejala utama tidak
berhubungan dengan kondisi patologis tertentu yang mendasari perubahan status
kesehatan. Sebagai contoh, ketika infeksi yang melibatkan saluran kemih menyebabkan
delirium, itu adalah perubahan fungsi saraf dalam bentuk perubahan kognitif dan perilaku
LBM 1 “Suamiku Lemah”Page 23
yang memungkinkan diagnosis delirium dan menentukan hasil fungsional yang banyak.
Karena sindrom ini melibatkan banyak sistem organ, diperlukan perencanaan dan
pemberian perawatan klinis. Dalam bidang geriatri dikenal beberapa masalah kesehatan
yang sering dijumpai baik mengenai fisik atau psikis pasien usia lanjut yang terdiri dari
Immobility (imobilisasi), Instability (instabilitas dan jatuh), Intelectual impairement
(gangguan intelektual seperti demensia dan delirium), Incontinence (inkontinensia urin
dan alvi), Isolation (depresi), Impotence (impotensi), Immunodeficiency (penurunan
imunitas), Infection (infeksi), Inanition (malnutrisi), Impaction (konstipasi), Insomnia
(gangguan tidur), Iatrogenic disorder (gangguan iatrogenic) dan Impairement of
hearing,vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman) (Setiati
dkk., 2009 dalam AA Dini, 2013).
2. Epidemiologi
Prevalensi usia lanjut lebih dari 60 tahun meningkat lebih cepat dibandingkan
populasi kelompok umur lainnya karena peningkatan angka harapan hidup dan penurunan
angka kelahiran. Data demografi dunia menunjukkan peningkatan populasi usia lanjut 60
tahun atau lebih meningkat tiga kali lipat dalam waktu 50 tahun; dari 600 juta pada tahun
2000 menjadi lebih dari 2 miliar pada tahun 2050 (Setiati, Siti 2013).
Jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia mencapai peringkat lima besar terbanyak
di dunia, yakni 18,1 juta pada tahun 2010 dan akan meningkat dua kali lipat menjadi 36
juta pada tahun 2025. Angka harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 67,8 tahun
pada tahun 2000-2005 dan menjadi 73,6 tahun pada tahun 2020- 2025.Proporsi usia lanjut
meningkat 6% pada tahun 1950-1990 dan menjadi 8% saat ini. Proporsi tersebut
diperkirakan naik menjadi 13% pada tahun 2025 dan menjadi 25% pada tahun 2050. Pada
tahun 2050 seperempat penduduk Indonesia merupakan penduduk usia lanjut,
dibandingkan seperduabelas penduduk Indonesia saat ini (Sharon, K. 2007).
Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia lanjut adalah
kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan.
Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya
terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa
direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi.
Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
h. Inanition (malnutrisi)
Kelemahan nutrisi merujuk pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut karena
kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja. Anoreksia pada usia
lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan makan yang
menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan (Kane et al., 2008). Pada
pasien, kekurangan nutrisi disebabkan oleh keadaan pasien dengan gangguan menelan,
sehingga menurunkan nafsu makan pasien.
i. Impecunity (kemiskinan)
Impecunity (kemiskinan) usia lansia dimana seseorang menjadi kurang produktif
(bukan tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik untuk beraktivitas. Usia
pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan hari
tuanya. Pada dasarnya seorang lansia masih dapat bekerja, hanya saja intensitas dan
beban kerjanya yang harus dikurangi sesuai dengan kemampuannya, terbukti bahwa
seseorang yang tetap menggunakan otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja, membaca,
dsb., tidak mudah menjadi “pikun” . Selain masalah finansial, pensiun juga berarti
kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosialpun berkurang memudahakan seorang
lansia mengalami depresi.
j. Iatrogenic
Iatrogenics (iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu
multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat yang
tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari
Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental
seperti pada depresi tentu sangat sering menyebabkan terjadinya imobilisasi.
Kekhawatiran keluarga yang berlebihan atau kemalasan petugas kesehatan dapat pula
menyebabkan orang usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah
maupun di rumah sakit. Efek samping beberapa obat misalnya obat hipnotik dan sedatif
dapat pula menyebabkan gangguan mobilisasi.
Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antara lain:
(Sharon, K. 2007).
Pada lansia biasanya terjadi penurunan kemampuan berkemih. Pada lansia terjadi
proses enua yang berdampak pada perubahan hampir seluruh organ tubuh termasuk organ
berkemih yang menyebabkan lansia mengalami inkontinensia urin. Perubahan ini
diantaranya adalah melemahnya otot dasar panggul yang menjaga kandung kemih dan
pintu saluran kemih, timbulnya kontraksi abnormal pada kandung kemih yang
menimbulkan rangsangan berkeih sebelum waktunya dan meninggalkan sisa.
Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna menyebabkan urine di dalam
kanddung kemih yang cukup banyak sehingga dengan pengisian sedikit saja sudah
merangsang untuk berkeih. Hipertrofi prostat juga dapat mengakibatkan banyaknya sisa
air kemih di kandung keih sebagai akibat pengosongan yang tidak sempurna
(Setiati,2009)
Penurunan massa ginjal sebanyak 25%, terutama dari korteks dengan peningkatan
relatif perfusi nefron jukstamedular. Aksentuasi pelepasan anti diuretic hormone (ADH)
sebagai respons terhadap dehidrasi berkurang dan meningkatnya ketergantungan
prostaglandin ginjal untuk mempertahankan perfusi. Pada saluran kemih dan kelamin
timbul perpanjangan waktu refrakter untuk ereksi pada pria, berkurangnya intensitas
orgasme pada pria maupun wanita, berkurangnya sekresi prostat di urin dan pengosongan
kandung kemih yang tidak sempurna serta peningkatan volume residual urin. Toleransi
glukosa terganggu (gula darah puasa meningkat 1 mg/dl/dekade; gula darah postprandial
meningkat 10 mg/dl/dekade). Insulin serum meningkat, HbA1C meningkat, IGF-1
berkurang. Penurunan yang bermakna pada dehidroepiandrosteron (DHEA), hormon T3,
testosteron bebas maupun yang bioavailable, dan produksi vitamin D oleh kulit serta
peningkatan hormon paratiroid (PTH). Ovarian failure disertai menurunnya hormon
ovarium.
Pada sistem saraf perifer lanjut usia mengalami hilangnya neuron motor spinal,
berkurangnya sensasi getar, terutama di kaki, berkurangnya sensitivitas termal
(hangatdingin), berkurangnya amplitudo aksi potensial yang termielinasi dan
meningkatnya heterogenitas selaput akson myelin. Massa otot berkurang secara bermakna
(sarkopenia) karena berkurangnya serat otot. Efek penuaan paling kecil pada otot
diafragma; berkurangnya sintesis rantai berat miosin, inervasi, meningkatnya jumlah
miofibril per unit otot dan berkurangnya laju basal metabolik (berkurang 4%/dekade
setelah usia 50).
Pada sistem imun terjadi penurunan imunitas yang dimediasi sel, rendahnya produksi
antibodi, meningkatnya autoantibodi, berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat,
berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang; dan meningkatnya IL-6 dalam
sirkulasi.
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap yang
tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan dapat berpikiran atau
melakukan percobaan bunuh diri. Pada lansia gejala depresi lebih banyak terjadi pada
6. Pemeriksaan Diagnostik
Anamnesis dilengkapi dengan berbagai gangguan yang terdapat : menelan, masalah gigi,
gigi palsu, gangguan komunikasi/bicara, nyeri/gerak yang terbatas pada anggota badan
dan lain-lain.
a. Penilaian sistem : Penilaian system dilaksanakan secara urut, mulai dari system
syaraf.
b. Pusat, saluran nafas atas dan bawah, kardiovaskular, gastrointestinal (seperti
inkontinensia alvi, konstipasi), urogenital (seperti inkontinensia urin). Dapat
dikatakan bahwa penampilan penyakit dan keluhan penderita tidak tentu berwujud
sebagai penampilan organ yang terganggu.
c. Anamnesis tentang kebiasaan yang merugikan kesehatan (merokok, minum alkohol).
d. Anamnesis Lingkungan perlu meliputi keadaan rumah tempat tinggal.
e. Review obat-obat yang telah dan sedang digunakan perlu sekali ditanyakan, bila
perlu, penderita atau keluarganya.
f. Ada tidaknya perubahan perilaku.
Anamnesis Nutrisi : (Martono H. 2004)
a. Pada gizi perlu diperhatikan :
Keseimbangan (baik jumlah kalori maupun makronutrien)
Cukup mikronutrien (vitamin dan mineral)
Perlu macam makanan yang beranekaragam.
Kalori berlebihan atau dikurangi disesuaikan dengan kegiatan AHSnya, dengan
tujuan mencapai berat badan ideal.
Pengkajian nutrisi dilakukan dengan memeriksa indeks massa tubuh. Rumus Indeks
Masa Tubuh (IMT) : Berat Badan (kg)
IMT : 18 – 23 (normal)
Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik tekanan darah, dilaksanakan dalam keadaan tidur, duduk dan
berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk melihat kemungkinan
terdapatnya hipotensi ortostatik .
b. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. Pemeriksaan organ dan sistem ini
disesuaikan dengan tingkat kemampuan pemeriksa.Yang penting adalah pemeriksaan
secara sistem ini menghasilkan dapatan ada atau tidaknya gangguan organ atau
sistem.
c. Pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada anamnesis penilaian sistem, yaitu:
1) Pemeriksaan susunan saraf pusat (Central Nervous System).
2) Pemeriksaan panca indera, saluran nafas atas, gigi-mulut.
3) Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis.
4) Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan abdomen perlu dilakukan dengan cermat.
5) Pemeriksaan ekstremitas, refleks-refleks, gerakan dan kelainan sendisendi perlu
diperiksa :sendi panggul, lutut dan kolumna vertebralis.
6) Pemeriksaan kulit-integumen, juga perlu dilakukan.
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan beberapa uji fisik seperti “get up and go”
(jarak 3 meter dalam waktu kira-kira 20 detik), mengambil benda di lantai, beberapa tes
keseimbangan, kekuatan, ketahanan, kelenturan, koordinasi gerakan.Bila dapat
mengamati cara berjalan (gait), adakah sikap atau gerakan terpaksa.Pemeriksaan organ-
sistem adalah melakukan pemeriksaan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki secara
sistematis (Kuswardhani, RAT. 2011).
LBM 1 “Suamiku Lemah”Page 34
PEMERIKSAAN TAMBAHAN (PENUNJANG)
Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau diperlukan
tindakan diagnostik atau terapi, dapat dilakukan konsultasi (rujukan) kepada sub- bagian
atau disiplin lain, atau pemeriksaan dengan alat yang lebih spesifik : FNB, EKG, CT-
Scan.
Pengkajian Imobilisasi
7. Penatalaksanaan
Kondisi multipatologi mengakibatkan seorang usia lanjut mendapatkan berbagai
jenis obat dalam jumlah banyak. Terapi non-farmakologi dapat menjadi pilihan untuk
mengatasi masalah pada pasien usia lanjut, namun obat tetap menjadi pilihan utama
sehingga polifarmasi sangat sulit dihindari. Prinsip penggunaan obat yang benar dan tepat
pada usia lanjut harus menjadi kajian multi/interdisiplin yang mengedepankan pendekatan
secara holistik (Setiati, Siti 2013).
a. Pengelolaan inkontinensia urin
Pengelolaan inkontinensia urin pada penderita usia lanjut, secara garis besar dapat
dikerjakan sebagai berikut (Simposium “Geriatric Syndromes: Revisited” 2011):
1) Program rehabilitasi, antara lain:
Melatih perilaku berkemih.
Modifikasi tempat berkemih (urinal).
Melatih respons kandung kemih.
Latihan otot-otot dasar panggul.
2) Katerisasi, baik secara berkala (intermitten) atau menetap (indweling).
Tata laksana farmakologis yang dapat diberikan terutama pencegahan terhadap terjadinya
trombosis. Pemberian antikoagulan yaitu Low dose heparin (LDH) dan low molecular
weight heparin (LMWH) merupakan profilaksis yang aman dan efektif untuk pasien
geriatri denganimobilisasi namun harus mempertimbangkan fungsi hati, ginjal dan
interaksi dengan obat lain (Pranaka, 2011).
Pressure Ulcer
Pengobatan
1. Menilai seluruh aspek, bukan hanya ulkus karena tekanan, termasuk kesehatan fisik,
sakit, kesehatan psikososial, dan tekanan komplikasi ulkus.
2. Mencoba untuk menggunakan langkah-langkah yang ditetapkan penyembuhan luka
3. Menjaga prinsip-prinsip perawatan luka yang relevan dengan ulkus tekanan:
a. Debridement luka
b. Luka bersih
c. Menggunakan solusi yang tidak membunuh sel-sel; Jangan menggunakan solusi yang
yaitu sitotoksik hidrogen peroksida, Solusi Dahenitu, atau Betadine
d. Mengairi luka, menggunakan kekuatan minimal
e. Tutup luka dengan bahan yang tepat
f. Delirium
Pada beberapa penelitian penggunaan obat neuroleptik, obat yang sering dipakai pada
kasus delirium adalah Haloperidol. Haloperidol digunakan karena profil efek sampingnya
yang lebih disukai dan dapat diberikan secara aman melalu jalur oral maupun parenteral.
g. Infeksi
Pengobatan infeksi pada lansia juga merupakan masalah karena meningkatkan
bahaya toksisitas obat antimikroba pada lansia. Terapi antibiotik tergantung pada kuman
patogen yang didapati.
h. Gangguan pendengaran
Rehabilitasi sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan
dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Pemasangan alat bantu dengar
hasilnya akan lebih memuaskan bila dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran
(speech reading), dan latihan mendengar (auditory training), prosedur pelatihan tersebut
dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist) (Sharon, 2007).
Tujuan rehabilitasi pendengaran adalah memperbaiki efektifitas pasien dalam
komunikasi sehari-hari. Pembentukan suatu program rehabilitasi untuk mencapai tujuan
ini tergantung pada penilaian menyeluruh terhadap gangguan komunikasi pasien secara
individual serta kebutuhan komunikasi sosial dan pekerjaan. Partisipasi pasien ditentukan
oleh motivasinya. Oleh karena komunikasi adalah suatu proses yang melibatkan dua
orang atau lebih, maka keikutsertaan keluarga atau teman dekat dalam bagian-bagian
tertentu dari terapi terbukti bermanfaat (Sharon, 2007).
Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran merupakan komponen tradisional dari
rehabilitasi pendengaran. Pasien harus dibantu untuk memanfaatkan secara maksimal
isyarat-isyarat visual sambil mengenali beberapa keterbatasan dalam membaca gerak
bibir. Selama latihan pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi bicara dengan cara
mendengarkan kata-kata bersuku satu dalam lingkungan yang sunyi dan yang bising.
Latihan tambahan dapat dipusatkan pada lokalisasi, pemakaian telepon, cara-cara untuk
memperbaiki rasio sinyal-bising dan perawatan serta pemeliharaan alat bantu dengar.
(Sharon, 2007).
Program rehabilitasi dapat bersifat perorangan ataupun dalam kelompok. Penyuluhan
dan tugas-tugas khusus paling efektif bila dilakukan secara perorangan, sedangkan
program kelompok memberi kesempatan untuk menyusun berbagai tipe situasi
Studi yang dilakukan Nies untuk mengidentifikasi pola makan dan pola hidup yang
mempengaruhi kehidupan yang sehat di usia tua, melibatkan 1091 laki-laki dan 1109
perempuan usia 70-75 tahun. Hasilnya menunjukkan, pola hidup tidak sehat seperti
kebiasaan merokok, diet tidak sehat, aktivitas fisik rendah meningkatkan risiko
kematian (Nies, 2003). Modifikasi gaya hidup seperti tidak merokok, meningkatkan
aktivitas fisik, dan pola hidup sehat merupakan salah satu strategi untuk memiliki
kualitas hidup yang tetap baik meski usia telah lanjut (Marquez, 2009).
Terdapat empat teori utama yang menjelaskan terjadinya proses penuaan (Goldman,
2004) :
Tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu sering digunakan dan
disalahgunakan. Organ tubuh, seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan yang lain, menurun
kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan
emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi di
tingkat sel. Hal ini berarti walaupun seseorang tidak pernah merokok, minum
alkohol, dan hanya mengonsumsi makanan alami, dengan menggunakan organ tubuh
2) Teori Neuroendokrin
Teori ini menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh.Pada usia
muda berbagai hormon bekerja dengan baik mengendalikan berbagai fungsi organ tubuh.
Karena itu pada masa muda fungsi berbagai organ tubuh sangat optimal, seperti
dan fungsi memori. Hormon bersifat vital untuk memperbaiki dan mengatur fungsi
tubuh. Ketika manusia menjadi tua, tubuh hanya mampu memproduksi hormon lebih
Growth hormone yang membantu pembentukan massa otot, Human Growth Hormon
(HGH), testosteron, dan hormon tiroid, akan menurun tajam ketika menjadi tua.
Faktor genetik memiliki peran besar untuk menentukan kapan menjadi tua dan umur
harapan hidup, dapat dianalogikan individu lahir seperti mesin yang telah diprogram
sebelumnya untuk merusak diri sendiri. Tiap individu memiliki jam biologi yang telah
diatur waktunya untuk dapat hidup dalam rentang waktu tertentu. Ketika jam biologi
kemudian meninggal dunia, waktu dalam jam biologi sangat bervariasi tergantung pada
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan individu tersebut dan pola hidupnya.
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron
tidak berpasangan pada orbit luarnya, dapat bereaksi dengan molekul lain, menimbulkan
reaksi berantai yang sangat destruktif. Radikal bebas bersifat sangat reaktif. Radikal
bebas akan merusak membran sel, Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), dan protein. Banyak
studi mendukung ide bahwa radikal bebas mempunyai kontribusi yang besar pada
terjadinya penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan seperti kanker, penyakit
Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
a. Faktor internal
dan perubahan psikososial pada proses menua makin besar, penurunan ini akan
LBM 1 “Suamiku Lemah”Page 41
menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit dimana batas antara penurunan tersebut
psikososial. Kondisi psikososial itu sendiri meliputi perubahan kepribadian yang menjadi
faktor predisposisi yaitu gangguan memori, cemas, gangguan tidur, perasaan kurang
percaya diri, merasa diri menjadi beban orang lain, merasa rendah diri, putus asa
dan dukungan sosial yang kurang. Faktor sosial meliputi perceraian, kematian,
Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi dan keterikatan sosial dapat
mengurangi atau memperberat efek stress pada hipotalamus dan sistim saraf pusat.
Hubungan sosial ini dapat mengurangi kerusakan otak dan efek penuaan. Makin
banyaknya jumlah jaringan sosial pada usia lanjut mempunyai hubungan dengan fungsi
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua antara lain gaya
hidup, faktor lingkungan dan pekerjaan. Gaya hidup yang mempercepat proses penuaan
adalah jarang beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak teratur. Hal
tersebut dapat diatasi dengan strategi pencegahan yang diterapkan secara individual
pada usia lanjut yaitu dengan menghentikan merokok. Serta faktor lingkungan, dimana
berpengaruh pada proses menua karena penurunan kemampuan sel, faktor-faktor ini
antara lain zat-zat radikal bebas seperti asap kendaraan, asap rokok meningkatkan resiko
penuaan dini, sinar ultraviolet mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen sehingga
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aru W.S, Setiyohadi B, Simadribrata, Setiati S. 2009. Proses Menua dan Implikasi
Kliniknya dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. ed.4. Jakarta: Internal
Publishing.
Bahtiyar, Lutfi (2011) GDS: Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi
Darmojo GERIATRI. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia.
Barnes LK, Leon MD, Wilson RS, Bienias JL, Evans DA. Social recourses and
cognitive decline in a population of older Africans and whites. Journal of
Neurology. 2004; 63(12):2322 -2326.
Darmojo, B dan Hadi, M. 2014. Buku Ajar Geriatrik (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)
edisi ke-5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Eliot M. Benner dan Peter Salovey. 1997. Emotion Regulation During Chilhood
Developmental, Intrpersonal and Individual Consideration, Emotioal
Developmental and Emotion Intelligence: Education Implication. New York :
Basic Books.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. 2008. Essentials of clinical geriatris.
6th ed. New York, NY: McGraw-Hill.
Moore, Keith L dan A.M.R. Agur. 2013. Clinically Oriented Anatomy. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins.
Nies AH, Groot LCGM, Staveren WA. Dietary Quality, Lifestyle Factors and
Healthy Ageing in Europe: the Seneca Study. Age and Ageing. 2003;32 : 427-
434, British Geriatric Society.
Setiati Siti, Harimurti Kuntjoro, Govinda RA. Proses menua dan implikasinya.
Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibarata MK, Setiyati S
(editor). 2013. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V, Jilid 1. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Sharon K, Stephanie S, Mary ET, George AK. 2007. Geriatri syndromes: clinical,
research, and policy implications of a core geriatri concept. Journal
compilation , The American Geriatris Society. 55(5): 794-796.