Anda di halaman 1dari 9

Bimbo

Bimbo adalah sebuah grup musik asal Bandung Indonesia yang didirikan sekitar tahun
1967. Personel Bimbo terdiri atas tiga bersaudara kakak beradik Sam Bimbo, Acil
Bimbo, dan Jaka Bimbo. Dan dalam perkembangannya kemudian ditambah oleh adik
perempuan mereka Iin Parlina. Mereka bersenandung tentang cinta. Bercanda dalam
lagu, mulai soal kumis, tangan, mata, sampai calon mertua atau membuat satire
sosial. Tetapi, Bimbo juga bicara tentang Tuhan lewat lagu Tuhan.

Bimbo
Asal
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Genre
Pop, Pop Rohani, Melayu, Dangdut, Pop Sunda, Keroncong
Label
'''Polydor''' / Fontana Singapura, Remaco, Purnama Record, Flower Sounds, dll
Anggota
Sam Bimbo, Acil Bimbo, Jaka Bimbo, Iin Parlina
Masa Kecil Sunting

Dilahirkan di kota Kembang Bandung, anak-anak dari pasangan Raden Dajat


Hardjakusumah dan Oeken Kenran. Sam si anak sulung dari kecil suka menyanyi. Hal
itu diikuti oleh adik-adiknya yang juga suka ikut menyanyi. Di pertengahan 1950-an
Sam dan Atjil(kemudian diubah ejaannya menjadi Acil) dulu adalah pengagum Sam
Saimun, seorang penyanyi Indonesia terkenal masa itu. Menjelang akhir 1950-an lagu-
lagu Elvis Presley mulai masuk ke Indonesia. Mereka yang masih remaja kala itu pun
ikut terkontaminasi. Dari sebelumnya bergaya seriosa ala Pavarotti, mereka terkena
pengaruh musik rock ala Elvis.

Karier Sunting

The Alulas Sunting


Pada akhir tahun 1950-an Sam dan adiknya Atjil ketika masih duduk di bangku SMA
membentuk band The Alulas di Bandung. Pada tahun 1959 dengan dibantu oleh teman
mereka, Jessy Wenas group ini berhasil menjadi pemenang festival band yang diadakan
di Hotel Homann Bandung.

Aneka Nada Sunting


Setelah lulus SMA, pertengahan tahun 1950-an sampai 1960-an mereka mulai membangun
karier bermusik secara serius. Pada tahun 1962 band mereka berubah nama menjadi
Band Aneka Nada. Sam dan Atjil menjadi vocalistnya. Putera presiden RI pertama
Soekarno yaitu Guntur Sukarnoputra pun bergabung, karena mereka kebetulan sama-sama
kuliah di ITB. Aneka Nada anggotanya kala itu terdiri dari Sam (vocal), Atjil vocal
dan gitar, Guntur Sukarnoputra (gitar), Iwan (Bass), Jessy Wenas sebagai pemain
gitar dan penyanyi, Indradi (Drumer), dan Memet Slamet (vocal). Aneka Nada banyak
memainkan musik berirama Amerika Latin yang berirama Cha-Cha seperti lagu Trio Los
Ponchos. Sedikit-sedikit ada juga lagu Barat yang berirama rock, tetapi tidak
banyak karena ada larangan musik ngak ngik ngok pada masa itu. Band ini berhasil
membuat rekaman pertama berjudul Kampungku yang direkam oleh Lokananta Solo.[1]
Lagu itu Kagu ini kemudian diputar di RRI Bandung dan kota lainnya yang membuat
mereka cukup dikenal. Mereka pun sempat melakukan tur ke berbagai kota di
Indonesia. Sempat pula terjadi perubahan formasi personel pada band ini dengan
keluarnya Iwan dan digantikannya Indradi dengan Dodo.

Mengasuh Band Aneka Nada Yunior dan Trio Yanti Bersaudara Sunting
Di saat yang sama, Sam juga mengasuh Band Aneka Nada Yunior yang antara lain
didukung adik laki-lakinya Djaka dan Iwan Abdurachman, teman sebangku Jaka di SMP.
Selain itu, Sam juga melatih adik-adik perempuannya, yaitu Yani, Tina dan Iin,
untuk bernyanyi dalam trio Yanti Bersaudara. Trio ini sempat populer pada paruh
kedua era 1960-an dengan lagu seperti Abunawas.[2]

Aneka Nada Bubar Sunting


Ketika Yanti Bersaudara berjaya, band Aneka Nada malah bubar. Perbedaan visi di
antara mereka membuat band ini tidak bisa dipertahankan. Sam dan Atjil sempat vakum
untuk beberapa saat. Sementera Yessy Wenas, Guntur Soekarno, Dodo, dan Memet Slamet
membentuk sebuah band baru bernama Kwartet Bintang. Band ini sempat terkenal dengan
lagu-lagu band ini seperti Puteri Malu, Si Gareng, Taman Rindu, dll cukup dikenal
masyarakat saat itu.[3]

Hadiah Gitar dari Trio Yanti Bersaudara Sunting


Di tengah kesuksesannya, Iin, Yani, dan Tina menggagas untuk memberi hadiah gitar
kepada ketiga kakak laki-lakinya. Mereka memesan tiga gitar pada pembuat gitar
terkenal di Bandung, yaitu Oen Peng Hok, di bilangan Jalan Kopo. Gitar Peng Hok itu
dimaksudkan mereka sebagai pemacu semangat untuk ketiga abangnya. Sejak itu tiga
bersaudara itu semakin giat berlatih. Mereka mulai berlatih memainkan lagu-lagu
Latin. Akhirnya Sam dan adiknya Atjil membentuk sebuah band sendiri dengan mengajak
adik laki-laki mereka Djaka (ejaan lama kemudian diubah menjadi Jaka).

Membentuk Bimbo Sunting


Trio Los Bimbos Sunting
Band Bimbo didirikan di kota Bandung oleh 3 bersaudara yaitu : Muhammad Samsudin
Dajat Hardjakusumah (Sam), Darmawan Dayat Hardjakusumah (Acil) dan Jaka Purnama
Dajat Hardjakusumah (Jaka) pada tahun 1967. Saat terbentuknya Sam banyak mendapat
saran dari seorang temannnya FR Pattirane, yang membukakan cakrawala mereka dalam
bermusik, khususnya dalam hal harmoni.[4] Nama Bimbo sendiri diberikan oleh Hamid
Gruno, Sutradara TVRI. Bermula pada tahun 1967, ketika muncul di TVRI, band ini
belum ada nama. Oleh Hamid Gruno disuruh memakai saja nama Bimbo, Artinya: Bagus
laah! Sebab itu mereka pun pun kemudian selalu mengidentikkan diri dengan "Bagus".
Sejak itu mereka menggunakan nama Trio Los Bimbos yang masih berbau Latin.

Trio Bimbo Sunting


Belakangan mereka mengubah nama Trio Los Bimbos ini menjadi Trio Bimbo agar lebih
berkesan lokal. Pada awalnya Trio Bimbo banyak dipengaruhi Musik Latin. Menurut
mereka lagu-lagu Latin itu dekat dengan tembang Sunda. Lagu Latin banyak pakai
Perkusi dan tembang Sunda banyak pakai Gendang. Kedekatannya juga pada nada minor
yang dominan[2]

Pada tahun 1969 Trio Bimbo pernah mencoba menawarkan konsep musiknya untuk direkam
di perusahaan rekaman Remaco. Namun demo mereka ditolak mentah mentah oleh Remaco.
Alasannya musik yang diusung Trio Bimbo yaitu pop dibasuh nuansa Latin Flamenco,
agak kurang lazim di Indonesia. Meski mengecewakan namun hal itu tidak mengendorkan
semangat mereka untuk terus bermain musik sembari melanjutkan pendidikan mereka
yang masih berjalan.

Trio Bimbo Kontrak di Singapura Sunting


Trio Bimbo pernah dikontrak selama tiga bulan untuk bernyanyi di Ming Court Hotel
di bilangan Orchard, Singapura. Di sana mereka bermain hampir tiap malam menghibur
tamu-tamu hotel yang berasal dari berbagai negara maupun warga Singapura sendiri.
Mendekati kontrak mereka hampir selesai, Bimbo pun waktu itu sebenarnya hampir
bubar. Acil dan Jaka harus pulang menyelesaikan kuliah mereka. Sam yang memang
sudah lulus dari Jurusan Seni Rupa ITB pun tak ingin sendiri berlama-lama di negeri
orang. Lalu mereka pun mencoba membuat sebuah album buat kenang-kenangan. Sebelum
pulang ke Indonesia, Bimbo sempat merekam album di perusahaan rekaman Polydor
dengan label Fontana, Singapura, 1970.

Trio Bimbo Rekaman Album I Sunting


Rekaman di Kinetex Studio itu melibatkan seniman jazz Maryono pada flute dan
saksofon, serta Mulyono pada piano. Kebetulan keduanya juga dikontrak main di
Singapura. Album itu memuat 12 lagu antara lain Melati dari Jayagiri dan Flamboyan
gubahan Iwan Abdulrachman. Tak disangka, setelah dirilis ke pasaran album tersebut
ternyata meledak. Sebuah ironi bagi grup yang pada tahun 1969 ditolak mentah mentah
oleh Remaco di Indonesia, justru mendapat pengakuan di negeri jiran. Pada back
cover album ini terdapat sebuah liner notes yang antara lain berbunyi : ”Menyanyi
adalah media seni yang paling cepat menyentuh perasaan seseorang. Tanpa melalui
kata-kata, seseorang bisa dibawa hanyut.” Dan pada kenyataannya, pendengar memang
terhanyut menyimak olah vokal yang menjuntai dari Trio Bimbo ini. Kehadiran Trio
Bimbo saat itu memang membuat pendengarnya seolah deja vu dengan aura ala Trio Los
Panchos maupun Brother Fours. Bahkan timbre vokal Acil yang rendah, seolah kembaran
dari Andy Williams yang bernuansa male golden voice.

Pada sisi A album ini, Trio Bimbo menyanyikan lagu-lagu Indonesia yang tengah
ngetop saat itu seperti ”Manis Dan Sajang” karya almarhum Tonny Koeswoyo yang
merupakan hits Koes Plus tahun 1969 dari album “Dheg Dheg Plas”, serta dua lagu
sahabat Djaka, Iwan Abdulrachman ”Melati Dari Jayagiri” dan ”Flamboyan“. Kelak dua
lagu ini menjadi semacam trademark Bimbo dalam lagu-lagu bersemburat romansa. Dua
lagu ini bisa dibilang prototipe dari lagu ballada Bimbo. Jika diamati torehan
liriknya, memang arat personifikasi, terasa begitu personal dan Puitik. Pada sisi B
album tersebut Trio Bimbo menyanyikan sederet hits mancanegara seperti ”El Condor
Pasa” dan ”Cecilia” ([[Simon & Garfunkel ), ”Light My Fire” (The Doors), ”Once
There Was A Love” (Jose Feliciano) , ”Wichita Lineman” (Glenn Campbell) serta lagu
”I Have Dreamed” dari karya musik Broadway ”The King And I” karya Richard Rodgers
dan Oscar Hammerstein II.[5]

Album pertama Trio Bimbo berbentuk kaset dan Piringan hitam hanya dicetak terbatas.
Meski begitu merupakan pintu masuk Trio Bimbo ke belantika musik Indonesia.

Trio Bimbo Meraih Kesuksesan Sunting


Kesuksesan rilis album I itu menjadikan mereka mulai dikenal oleh pecinta musik
nasional. Mereka pun kemudian bersemangat untuk meluncurkan album-album berikutnya.
Perusahaan Remaco pun mengubah keputusannya. Mereka manarik Bimbo untuk bekerja
sama dalam merekam dan memasarkan album-album Bimbo berikutnya. Di era tahun '70-
an, Bimbo memang identik dengan lagu-lagu balada yang cenderung berpola minor
dengan lirik-lirik puitis. Hal ini menjadikan mereka unik dan disukai para
penggemarnya. Prinsip mereka adalah pemusik ingin berkarya dengan bagus dan ingin
diterima masyarakat. Hingga meluncurlah berbagai album secara sususl menyusul ke
pasaran memenuhi keinginan para pecintanya yang seolah menantikan terbitnya album
baru Bimbo. Hubungan kerja Bimbo dengan Remaco berakhir tahun 1978. Tak lama
sebelum kemudian Remaco tutup. Setelah itu mereka berpindah ke studio-studio
rekaman lain yang telah menanti untuk bekerja sama dengan mereka.

Bimbo Sunting
Trio Bimbo Diperkuat Iin Parlina Sunting
Di pertengahan '70-an, Bimbo mulai diperkuat oleh Iin Parlina adik perempuan ke-7
(bungsu) mereka. Iin sebelumnya tergabung dalam kelompok Yanti Bersaudara bersama
kedua kakak perempuannya Yani (anak ke-5) dan Tina (anak ke-6). Setelah Yani dan
Tina menikah, Yanti Bersaudara pun bubar. Iin yang masih memiliki minat untuk
benyanyi diajak bergabung dalam grup Bimbo bersama ketiga abangnya sejak 1971
hingga sekarang. Setelah menambah personelnya dengan Iin Parlina, Trio Bimbo
berubah nama menjadi Bimbo. Nama Bimbo pun kerap ditulis menjadi Bimbo & Iin.
Setelah bergabungnya Iin, Bimbo mulai menjamah lagu-lagu dengan tema-tema
keseharian seperti Abang Becak hingga lagu-lagu yang titelnya menggunakan serial
anggota tubuh seperti Kumis, Tangan, hingga Mata yang cenderung bernada humor.
Memang kehadiran Iin tidak selalu terdapat dalam semua album, karena itulah oleh
banyak kalangan ia kerap dianggap sebagai additional member saja dari kelompok
Bimbo.

Bimbo Dengan Album Kritik Sosial dan Album Religius Sunting


Memasuki era '80-an, Bimbo mulai bermain dengan lagu-lagu dengan tema-tema kritik
sosial seperti Antara Kabul dan Beirut atau Surat untuk Reagan dan Brezhnev. Namun,
di sisi lain ciri khas sebagai kelompok religius pun melekat erat.[6] Dari situ
melekat pula lagu-lagu religiusnya yang mudah diterima oleh pasar. Berawal dengan
lagu Tuhan karya Sam Bimbo dan berlanjut dengan album Qasidah di sekitar tahun
1974, Sajadah (1977), dan lain-lain. Lagu-lagu tersebut menjadi lagu yang melegenda
dan kerap dinyanyikan dalam moment-moment Hari Raya Islam oleh Bimbo maupun oleh
penyanyi lain di televisi, radio, dsb. Bahkan lagu-lagu mereka sudah banyak yang
dirilis ulang oleh para penyanyi lain di era '90-an - 2000-an, misalnya kelompok
Gigi (grup musik), dsb.

Bimbo Berkolaborasi Dengan Sastrawan Sunting


Dalam perjalanan kreatif, Bimbo didukung sejumlah seniman, seperti Iwan
Abdulrachman yang banyak menulis lagu, seperti Melati dari Jayagiri sampai
Flamboyan. Dalam perjalanan musiknya, Bimbo juga banyak menjalin kolaborasi dengan
sederet sastrawan seperti Wing Kardjo dan Taufiq Ismail. Bimbo awalnya
diperkenalkan oleh sastrawan Ramadhan KH kepada penyair Taufiq Ismail. Proses
mengalir begitu saja, penyair Taufiq Ismail bersdeia puisinya dilagukan Bimbo,
seperti Dengan Puisi, Rindu Rasul, sampai Sajadah Panjang. Mereka memberi warna
tersendiri pada khazanah musik pop negeri ini lewat lagu berlirik puitis dan
bernuansa religius. Sebenarnya dalam membuat lagu-lagu religi/Islami tanpa kerja
sama dengan sastrawan/ulama pun Bimbo bisa. Tetapi karena lagu-lagu ini perlu
kesungguhan yang lebih, maka yang dikejar adalah hasil yang lebih berbobot. Itulah
sebabnya kerja sama ini dilakukan. Pada tahun 2007, Bimbo merilis sebuah album baru
yang antara lain menampilkan karya terbaru Taufiq Ismail yang berpola kritik sosial
yaitu Jual Beli dan Hitam Putih.

Melagukan Lingkungan Hidup Sunting


Secara secara sadar Bimbo telah lama berkomitmen dengan masalah lingkungannya. Pada
saat-saat awal perjalanan Pak Emil Salim (Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup, saat itu) nereka telah membuat album khusus tentang masalah
lingkungan, antara lain tentang Sungai Ciliwung, Harimau Jawa, Cendrawasih, tentang
Kependudukan, dan sebagainya. Kekecewaan Bimbo sampai hari ini adalah pada kondisi
lingkungan di Indonesia semakin rusak, telah mereka tuangkan dalam lagu mereka di
masa itu.

Lagu Bimbo Dicekal Pemerintah Orde Baru Sunting


Tidak melulu cinta kasih atau dakwah, sebagian lagu-lagu mereka juga tajam
mengkritik kondisi sosial politik negeri ini, seperti "Tante Sun" ciptaan Jaka yang
bikin gemas penguasa Orde Baru saat itu.[4] lagu "Tante Sun" adalah awal kritik
terhadap rezim Orde Baru sehingga sambutan dari masyarakat begitu baik. Lagu itu
menjadi lagu Marching Band ITB dalam event nasional di Jakarta. Lagu itu kemudian
dicekal rezim Orba.

Bimbo Menjadi salah satu Legenda Musik Indonesia Sunting


Bimbo adalah jalan panjang yang melegenda. Selama lebih dari 40 tahun berkarya
mereka melahirkan sekitar 800 lagu dalam 200 album. Bimbo juga pernah merilis album
Pop, Keroncong, Dangdut, Klasik Melayu, Pop Sunda, dan tentu saja lagu-lagu rohani
yang selalu saja hadir seperti saat kembalinya Ramadhan setiap tahun.

Konser 40 Tahun Bimbo Sunting


Bimbo telah sukses mengadakan sebuah konser 40 tahun, yang berlangsung di Jakarta
pada tanggal 22 Agustus 2007. Saat itu pula mereka merilis album pop serta
menerbitkan buku 40 tahun Bimbo.[2]

Profil Trio Bimbo & Iin Sunting

Sam Bimbo Sunting


Raden Muhammad Samsudin Dajat Hardjakusumah (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 6 Mei
1942) atau lebih dikenal dengan Sam Bimbo. Sam adalah anak pertama dari 7
bersaudara sekaligus menjadi pemimpin grup ini. Alumni ITB Seni Rupa ITB lulusan
tahun 1968. Selain sebagai musisi ia juga kerap berkarya dalam disiplin ilmunya.
Dalam bidang seni lukis pernah mengadakan pameran tunggal di Indonesia tahun 1970,
1992, dan 2007. Sam beristrikan Rubaah Samsudin dan dianugrahi 4 orang anak serta 4
cucu. Anaknya yang bungsu bernama Asri Dewi Lestari atau Achi SHE adalah salah satu
personel grup musik wanita asal Bandung, SHE Band. Beberapa lagu ciptaannya yang
terkenal seperti Tuhan (Sam Bimbo), Rindu Rasul (Sam Bimbo, Taufik Ismail) menjadi
lagu yang melegenda.

Acil Bimbo Sunting


Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah, SH (Acil) merupakan anak ke-2 dari 7 bersaudara
ini lahir di Bandung, Jawa Barat, 20 Agustus 1943. Ia menikah dengan Ernawati dan
dianugerahi 4 orang anak dan 3 cucu. Ia menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum
Universitas Padjajaran Bandung 1974 dan Notariat Universitas Padjajaran Bandung
pada tahun 1994. Selain sebagai musisi ia juga Ketua sebuah Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) bernama Bandung Spirit, yang berdiri tahun 2000, serta Pembina &
Penasihat di beberapa organisasi sosial kemasyarakatan dan kebudayaan. Aktif
mengadakan berbagai kegiatan dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
kebudayaan di dalam dan luar negeri.[7]

Jaka Bimbo Sunting


Raden Jaka Purnama Dajat Hardjakusumah, SE. atau Jaka Bimbo (lahir di Bandung, Jawa
Barat, 1 Mei 1947) adalah salah satu personel dari grup musik Bimbo yang paling
pendiam. Menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung
pada tahun 1972. Jaka adalah anak ke-4 dari 7 bersaudara dan beristrikan Novani
Paramitha dan dianugrahi 3 orang anak. Beberapa lagu Bimbo yang diciptakan Jaka,
antara lain Tante Sun, Surat Untuk Reagen dan Brezhnev, Antara Kabul dan Beirut,
Citra, Sajadah Panjang, dll.

Iin Parlina Sunting


Raden Iin Parlina Hardjakusumah (lahir di Bandung, Jawa Barat, 1 November 1952)
adalah salah satu-satunya personel wanita dari grup musik asal Indonesia, Bimbo.
Ibu dari 4 orang anak ini adalah istri dari Ir. Syahril Anwar. Iin Parlina adalah
anak bungsu (anak ke-7 dari 7 bersaudara) keluarga Hardjakusumah.

Regenerasi Bimbo Sunting

Anak-anak personil Bimbo umumnya bermusik. Beberapa di antaranya ada yang kemudian
serius, namun sebagian besar tidak melanjutkannya. Salah seorang yang cukup seius
di antaranya adalah anak Sam Bimbo, yang bernama Asri Dewi Lestari biasa dipanggil
Achi. Dia memutuskan profesional bermusik dengan ikut mendirikan sebuah grup band
SHE. Selain itu juga ada saudaranya Dea yang memilih menjadi guru Piano di Jakarta.

Diskografi Sunting

Trio Bimbo Sunting


TRIO BIMBO – TRIO BIMBO (FONTANA 1971)
TRIO BIMBO – TRIO BIMBO (REMACO 1971)
TRIO BIMBO BERSAMA 4 NADA (1972)
Bimbo Sunting
BIMBO POP (1973)
BIMBO MENGETENGAHKAN IIN PARLINA (1974)
ABANG BECAK (1974)
BALADA PENDEKAR (1974)
BALADA GADIS DESA (1974)
POP MELAYU MENARI DAN BERGOYANG (1974)
MELATI (1974)
DANGDUT BERSAMA BIMBO (1975)
CLASSIC MELAYU (1975)
POP QOSIDAH (1975)
KERONCONG POP (1975)
POP ROCK (1976)
DANGDUT VOL.3 (1976)
BIMBO BERSAMA RUDY JAMIL (1976)
INDONESIA ANTIK VOL.1 (1976)
INDONESIA ANTIK VOL.2 (1976)
POP BASA SUNDA VOL.1 (1976)
BIMBO LATIN BEAT (1977)
INDONESIA BARU (1977)
INDONESIA ANTIK VOL.3 (1977)
10 TAHUN PERJALANAN BIMBO (1977)
POP BASA SUNDA VOL.2 (1977)
POP BARU 1978 (1978)
TEKA TEKI TAHUN 2000 (1978)
BIMBO 1979 (1979)
BIMBO SPECIAL POP (1979)
ANTARA BOGOR DAN CIANJUR (1979)
BIMBO ‘80’ CINTA TERLARANG (1980)
MASS MEDIA (1981)
MENYAMBUT ABAD 15 HIJRIAH (1981)
ALBUM KENANGAN (1981)
CITRA NAN BIRU (1981)
KAMPANYE PEMILU ’82 (1982)
SURAT UNTUK REAGAN & BREZHNEV (1983)
DANDUNG IN PUNK ROCK (1983)
ANTARA KABUL BEIRUT (1984)
ROMANTIKA HIDUP (1984)
CINTA KELESTARIAN (1984)
FAJAR ABAD 15 HIJRIAH KITA ADALAH SATU (1985)
LESTARIAN INDONESIA (1985)
BIMBO ’85 (1985)
OPINI BERITA TAHUN MACAN (1986)
SAYA CINTA BUATAN INDONESIA (1986)
QASIDAH ’97 (1997)
QASIDAH ‘IBUNDA KITA, SURGA KITA’ (1999)
TAQABALLAHU MINA WAA MINKUM (2002)
ALBUM 40 TAHUN BIMBO (2007)
SEMOGA JALAN DILAPANGKAN TUHAN (2007)
WARISAN : BIMBO AND FRIENDS (2012)
Album Solo Sunting
WANITA – Acil Bimbo (1994)
KENAPA HUTANKU KAU BAKAR? – Sam Bimbo (1997)
Filmografi Sunting

AMBISI (1973)
SEMALAM DI MALAYSIA (1975)
TANTE SUN (1977)
Buka menu utama

Cari

Acil Bimbo

Baca dalam bahasa lainPantauSunting


Pelajari selengkapnya

Artikel atau bagian artikel ini tidak memilikireferensi atau sumber


tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan.

Acil Darmawan Hardjakusumah atau AcilBimbo (lahir di Bandung, Jawa Barat, 20


Agustus 1943; umur 76 tahun adalah salah satu personel Bimbo, grup musik
dariIndonesia. Ia beristrikan Ernawati dan dianugerahi 4 orang anak dan 3 cucu,
termasuk kedua kakak beradik anggota Generasi 5 dari grup idola JKT48, Hasyakyla
Utami dan Adhisty Zara.

Acil Darmawan HardjakusumahLahirAcil Darmawan Hardjakusumah


20 Agustus 1943(umur 76)
 Bandung, Hindia BelandaPekerjaanMusikus, budayawanKerabat

Sam Bimbo (kakak)Jaka Bimbo (adik)Iin Parlina (adik)Hasyakyla Utami(cucu)Adhisty


Zara (cucu)

EtnisSunda

Anak ke-2 dari 7 bersaudara ini adalah ketua sebuah Lembaga Swadaya


Masyarakat (LSM) bernama "Bandung Spirit" yang berdiri tahun 2000 serta pembina dan
penasihat di beberapa organisasi sosial kemasyarakatan dan kebudayaan. Ia juga
aktif mengadakan berbagai kegiatan dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
kebudayaan di dalam dan luar negeri.

PendidikanSunting

Acil merupakan lulusan Fakultas HukumUniversitas Padjajaran tahun 1974 dan kemudian


menyelesaikan pendidikan di kenotariatan pada tahun 1994 di universitas yang sama.

2
Buka menu utama

Cari

Iin Parlina

Baca dalam bahasa lainPantauSunting

Iin Parlina Hardjakusumah (lahir di Bandung,Jawa Barat, 1 November 1952; umur 67


tahun) adalah salah satu personel dari grup musik asal Indonesia, Bimbo. Ibu dari 4
orang anak ini adalah istri dari Ir. Syahril Anwar. Walaupun Iin Parlina adalah
anak bungsu (anak ke-7 dari 7 bersaudara) keluargaHardjakusumah, tetapi sudah mulai
merintis karier menyanyinya sejak kelas 6 SD. Bersama saudara wanitanya Yani (anak
ke-5) dan Tina (anak ke-6) membentuk grup Yanti Bersaudara.[1]

Yanti Bersaudara (singkatan dari Yani TinaIin) sudah mengeluarkan album antara


lain:Abunawas, Putri Tujuh, Sinbad, dan lain-lain. Yanti Bersaudara sudah menyanyi
hampir di seluruh penjuru Indonesia, sempat juga rekaman di Singapura pada
tahun 1968. Setelah Yani dan Tina menikah, Yanti Bersaudara pun bubar dan pada
akhirnya Iin bergabung dengan grup Bimbo bersama ketiga abangnya sejak 1971 hingga
sekarang.
3

Buka menu utama


Cari

Jaka Bimbo

Baca dalam bahasa lainPantauSunting

Jaka Bimbo

Jaka Purnama Hardjakusumah, S.E. atauJaka Bimbo (lahir di Bandung, Jawa Barat, 1


Mei 1947; umur 72 tahun) adalah salah satu personel dari grup musik Bimbo.
Menyelesaikan kuliah di Fakultas EkonomiUniversitas Padjajaran Bandung pada
tahun1972. Jaka adalah anak ke-4 dari 7 bersaudara dan beristrikan Novani Paramitha
dan dianugerahi 3 orang anak. Beberapa laguBimbo yang diciptakan Jaka, antara
lain:Tante Sun, Surat Untuk Reagen dan Brezhnev,Antara Kabul dan
Beirut, Citra, Sajadah Panjang, dll.

4.

Buka menu utama

Cari

Yanti Bersaudara

Baca dalam bahasa lainPantauSunting

Yanti Bersaudara merupakan salah satu kelompok musik terkenal Indonesia di era 60-
an yang berasal dari Bandung. Terdiri dari 3 gadis bersaudara, Yani, Tina, dan Iin.
Atau dalam bahasa Inggrisnnya dikenal dengan The Yanti Sister. Ketiganya
berkesempatan muncul di acara musik TVRI Bertajuk Gaja dan Irama diiringi oleh band
Medenaz yang dipimpin Dimas Wahab. Mereka membawakan lagu "Abunawas" dan "Kisah
Setangkai Daun" karya Yessy Wenas.[1]

Mengetahui bakat Yanti Bersaudara, salah satu pemilik perusahaan musik, Soejoso


Karsono atau lebih dikenal dengan Mas Jos mengajak Yanti Bersaudara rekaman album
debutnya di label Irama. Setelah album pertama, mereka tampil di berbagai tempat di
Indonesia dan dikenal oleh banyak orang. Tapi setelah Yani dan Tina menikah, Yanti
Bersaudara sudah tidak ada lagi. Iin memutuskan untuk bergabung dengan
grupBimbo sejak tahun 1971.[2]

5
Buka menu utama

Cari

Samsudin Hardjakusumah

Baca dalam bahasa lainPantauSunting

Raden Muhamad Samsudin Dajat Hardjakusumah (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 6


Mei 1942; umur 77 tahun atau lebih dikenal dengan Sam Bimbo[1] adalah salah satu
musikus Indonesia dari kelompok musik bersaudara Bimbo. Sarjana Seni Rupa
ITBlulusan tahun 1968 ini beristrikan Rubaah Samsudin dan kini dianugerahi 4 orang
anak dan 4 cucu. Anaknya yang bungsu bernamaAsri Dewi Lestari atau Achi SHE adalah
salah satu personel grup musik wanita asal Bandung, SHE Band.

Samsudin HardjakusumahNama lahirRaden Muhammad Samsudin HardjakusumahNama lainSam


BimboLahir6 Mei 1942 (umur 77)
 Kuningan, Masa Pendudukan JepangPekerjaanaktor, pemusik,penyanyiTahun
aktif1970 - sekarangPasanganRubaah SamsudinAnakDaud, Nunun, Dea, Asri Dewi
LestariAlma materFakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)Institut Teknologi
BandungSitus webhttp://www.SamBimbo.comPenghargaanPenghargaan lain* Penghargaan
dari Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagen.Penghargaan dari Presiden Rusia,
Leonid Brezhnev.

Sam adalah anak pertama dari 7 bersaudara sekaligus menjadi pemimpin grup ini. Ian
pernah menerima penghargaan dari Presiden Amerika Serikat dan Rusia, yaitu Ronald
Reagen & Leonid Brezhnev. Tahun 1982 Sam menerima penghargaan atas lagu yang
mengusung tema mencegah Perang Dunia III.

Dalam bidang seni lukis, Sam pernah mengadakan pameran tunggal


di Indonesiatahun 1970, 1992, dan 2007. Ia juga menyelenggarakan pameran tunggal
diBangkok 1971 dan Pameran bersama diBandung, Yogyakarta, Bali dan Jakarta 1995 -
2005. Dirinya pernah juga melukis lukisan dinding berukuran 10 x 30 m untuk
KedutaanIndonesia di Bangkok, lukisan berukuran 8 x 12 m di Gedung Parlemen
Indonesia, dan lukisan berukuran 3 x 1,5 m di Singapura. Terdapat 20
lukisan kaligrafinya dikoleksi oleh Nakajima di Jepang.

AlbumSunting

Warisan (2012)

FilmografiSuntingSemalam di Malaysia (1975)The Tarix Jabrix (2008)Bebek


Belur (2010)

RujukanSunting

^ Situs Resmi Sam Bimbo

Pranala luar

Anda mungkin juga menyukai