Slank resmi berdiri di tahun 1983 di Jakarta, dengan punggawa awal Bimbim (drum), Denny BDN (bass), Erwan
(vocal), Kiki (gitar) dan Bongky (gitar). Sebelumnya, Bimbim lebih dulu membentuk grup band bernama Cikini Stones
Complex (CSC) bersama teman-teman SMA-nya di Perguruan Cikini Jakarta. Begitu CSC bubar, Bimbim mengajak
sepupunya Denny BDN, Erwan dan Kiki untuk kembali mendirikan sebuah grup musik yang awalnya diberi nama “Red
Evil”.
Berbeda dengan CSC yang sering memainkan lagu-lagu The Rolling Stone, Red Evil lebih berani memainkan lagu
sendiri dan lagu apa saja yang mereka suka, meski lebih banyak lagu barat terlebih Van Halen, karena vokal Erwan
dianggap mirip sama David Lee Roth. Kurang puas main dengan satu gitar saja, lantas Bimbim mengajak Bongky Marcel
yang merupakan gitaris “Rese Band” (Ketika itu, bisa dibilang Rese Band adalah saingannya Red Evil). Mereka pun sering
manggung dengan memainkan lagu sendiri dan lagu Van Hallen. Tapi karena lebih sering main di depan penggemar The
Rolling Stones, akhirnya kerap bawain lagu Stones juga.
Sayangnya, musik yang dimainkan nggak pernah bisa mirip sama aslinya dan aksi panggung mereka sering
dibilang slengean sama teman-teman yang selalu ikut ngeramein setiap Red Evil manggung. Di akhir tahun, mereka pun
sepakat untuk cari nama baru dan dilakukan di arena bowling Hotel Kartika Chandra – Jakarta, tepatnya di perayaan
ultah Denny BDN. Saat itu, Bimbim mengusulkan untuk pakai nama Red Eyes aja, tapi setelah berkompromi dengan
segala banding, maka terpilihlah nama SLANK yang terinspirasi dari kawan-kawan yang sering menyebut mereka cowok
slengean. Jadi, Slank merupakan kependekan dari kata slenge’an dan menggunakan huruf K biar lebih keren.
Formasi pertama SLANK adalah Bimbim (drum), Denny BDN (bass), Bongky (gitar), Kiki (gitar) dan Erwan (vocal).
Penampilan perdana dengan menyandang nama Slank, dilakukan di Universitas Nasional (UNAS) Jakarta dengan
membawakan lagu-lagu ciptaan sendiri dengan pengawalan Erry (kakak Erwan) selaku manager Slank.
Slank kerap tampil di berbagai gigs dan festival. Salah satunya adalah Festival Band KMSS yang digelar di Istora
Senayan, Jakarta. Berbekal keunikan yang dimiliki, Slank percaya diri tampil di acara ini dengan mengikutsertakan
instrumen musik daerah yakni Gamelan Jawa yang dimainkan oleh Erwan. Irama yang dihasilkan gamelan dianggap
sebagai blues-nya Indonesia dan aksi panggung Slank pun mendapat perhatian lebih dari penonton. Sayangnya,
pemenang festival musik ini adalah Grass Rock asal Surabaya.
Di tahun 1984, Kiki (gitar) memutuskan untuk hengkang dari SLANK untuk mengisi kekosongan, di awal tahun
1985 Slank memutuskan untuk menggaet Adri Sidaharta. Kehadiran Adri justru membawa warna baru untuk musik
Slank, karena Kakak kandung Bimbim ini memainkan alat musik yang sebelumnya tidak terdapat di Slank, yaitu
Keyboard. Belum lama setelah masuknya Adri, Erwan (vocal) memutuskan untuk undur diri dari SLANK karena harus
melanjutkan pendidikannya di Amerika. Sepenginggal Erwan, posisi vokalis di Slank pun diisi oleh kaum hawa, yakni Uti
Suharyani dan Lala.
Seakan masih belum menemukan chemistry, di tahun 1986 SLANK kembali merubah formasi dengan kembali
menghadirkan sosok pria sebagai vokalis. Well Willy (mantan vokalis CSC), ditarik untuk mengisi vokal dan terbentuklah
SLANK Formasi 5. Di tahun ini, SLANK kerap tampil dari panggung ke panggung yang tentunya dengan dandanan
slenge’an dan tetap mengajak kawan-kawan terdekat untuk jadi supporter. Setahun berikutnya, giliran Adri (keyboard)
yang cabut dari Slank. Posisinya pun digantikan oleh Andre. Dikarenakan nggak menemukan kecocokan, Andre dan Well
Willy (vokalis) pun hengkang dari Slank. Bang Denny akhirnya bertindak sebagai vokalis dan Slank menggaet Imanez
untuk mengisi kekosongan posisi bass. Nggak lama setelah itu, Bongky (gitar) dan Imanez (bass) sempat cabut
dari Slank dan posisinya digantikan oleh Pay dan Jaya, serta Sammy sebagai vokalis. Jadi, personil Slank Formasi 8 adalah
Bimbim (drum), Denny BDN (bass), Jaya (gitar), Pay (gitar) dan Sammy (vocal). Ketiga personil baru pun nggak bertahan
lama dan bikin Slank kembali ngajak Imanez untuk main Bass, otomatis Denny BDN jadi vokalis dan Anto ditarik sebagai
gitaris.
Denny BDN yang harus menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila terpaksa
mengundurkan diri dari Slank. Jadi, pendiri Slank yang masih tersisa saat itu adalah Bimbim. Anto juga ikut
mengundurkan diri dan Bimbim kembali mengajak sang Kakak yakni Adri untuk kembali memberikan alunan
Keyboardnya bersama Tole yang bermain Bass dan Imanez yang berpindah ke gitar. Untuk posisi vokal, Slank menggaet
sosok wanita yakni Nita Tilana.
Nggak lama setelahnya, Nita, Adri, dan Tole meninggalkan Slank yang kini hanya menyisakan Bimbim dan Imanez
saja. Untuk mempertahankan Slank, akhirnya Bimbim dan Imanez kembali menarik Pay untuk mengisi gitar dan Well
Willy untuk kembali jadi vokalis Slank. Guna memperkokoh, Slank pun mengajak Indra Qadarsih (keyboard) sebagai
personil baru. Di tahun berikutnya, Imanez dan Well Willy cabut dari Slank dan Bongky yang sebelumnya bermain gitar,
kembali lagi ke Slank tapi kali ini berpindah sebagai bassis, karena posisi gitar sudah diisi Pay. Untuk mengisi kekosongan
vokal, Bimbim mencoba untuk mengajak sepupunya, Kaka yang saat itu tengah ngeband bareng Lovina.
Kehadiran Kaka di Slank menandakan bahwa di tahun 1989 Slank telah memasuki Formasi 13. Berbekal lagu-lagu
sendiri, Slank pun kerap menyodorkan demo lagu ke berbagai label musik tapi nggak ada satupun yang kepincut. Sampai
pada akhirnya, Slank berkesempatan untuk menjalin kerjasama dengan Boedi Soesatio dan melangsunkan proses
rekaman di Jackson Studio, Studio 15, dll untuk album pertama. Sebelumnya, Slank sempat menjalin kerja sama dengan
pemilik studio rekaman Triple M yaitu Macank. Namun baru menggarap lagu ke-5, Slank memutuskan untuk
membatalkan kontrak tersebut.
Boedi Soesatio yang merupakan desainer untuk cover album penyanyi-penyanyi tersohor Tanah Air,
memutuskan untuk membantuk Slank karena melihat sesuatu yang berbeda dari dalam diri Slank. Slank menyatukan
pendapat dengan Boedi Soesatio yang bertindak sebagai Produser dan penyatuan pendapat tersebut menghasilkan
keputusan, “Kami Sepakat Untuk Tidak Sepakat.” Berkat kesepakatan tersebut, adu argumentasi pun menghiasi
kerjasama SLANK dan Boedi Soesatio. Salah satu permintaan Boedi Soesatio adalah perubahan judul lagu yang dinilai
agak jorok dan harus diganti. Maka salah satu lagu SLANK yang tadinya berjudul Kupu-Kupu Malamku diubah menjadi
‘Maafkan’. Di tahun 1990, terlahirlah album perdana Slank yang diberi judul Suit – Suit… He-He… (Gadis Sexy), dengan
desain cover yang menampilkan logo Slank buatan Boedi Soesatio.
Lagu yang menjadi pilihan untuk diorbitkan dari album pertama Slank adalah Maafkan. Dengan konsep video klip
sederhana, kehadiran video klip untuk lagu Maafkan di televisi akhirnya berhasil menarik minat anak muda terlebih
pecinta musik rock di tahun ‘90an untuk mengenal Slank. Album ini pun laris di pasaran dan membuat SLANK berhasil
meraih Penghargaan Album dengan penjualan terbaik tahun 1990 – 1991 dalam BASF Awards, kategori Musik Rock.
Musik dan lirik yang disajikan Slank di album pertamanya, dianggap mewakili isi kepala dari anak-anak muda Indonesia
dan Slank pun dianggap sebagai simbol anti kemapanan, namun penuh kecerdasan.
Setelah kesuksesan album pertama tadi, SLANK jadi sering tampil di berbagai acara. Mulai dari acara Kampus,
Televisi, hingga panggung luar Kota. Langkah baru Slank juga ngga melulu mulus, konflik internal kerap melanda Slank
yang berujung niatan Pay untuk hengkang dari Slank. Untungnya, hal itu bisa dicegah dengan musyawarah dan kejadian
ini menginspirasi Slank untuk menciptakan lagu Terlalu Manis yang masuk di album ke-2 Slank.
Slank bukan hanya menghadirkan musik, tapi juga menyampaikan mimpi-mimpi dan mengisahkan beragam
kejadian lewat lagu. Sekaub itu, Slank juga kerap melakukan eksperimen dalam bermusik supaya menghasilkan sesuatu
yang berbeda dari sebelumnya. Beragam lagu yang tercipta di tahun pertama kejayaan Slank, dirangkum dalam sebuah
album yang diberi judul Kampungan. Keanehan dari album ke-2 Slank adalah covernya dibuat dari kain, bukan kertas.
Di album ke-2, Slank semakin berani dengan memuat lagu-lagu dengan lirik dan musik yang cadas, hasil luapan
emosi dari para personilnya. Dengan lagu Terlalu Manis dan Mawar Merah, album ke-2 Slank berhasil meraih
penghargaan sebagai album dengan penjualan terbaik 1991 – 1992 kategori Pop Rock dalam BASF Awards.
Selepas album kedua tersebut, SLANK semakin laris di dunia musik Indonesia, sering mendapat panggilan untuk tampil di
berbagai Kota di Indonesia yang salah satunya adalah Bali. Di kota ini, Slank mulai mengenal barang haram yakni
Narkoba yang merusak produktivitas para personil Slank. Alhasil, album ke-3 Slank memakan waktu lebih lama dalam
penggarapannya. Album ini diberi judul PISS, plesetan dari kata dalam bahasa Inggris – peace dan kata piss dalam
bahasa inggris juga berarti kencing yang berarti album ini merupakan wujud kritik Slank terhadap perdamaian yang
dikencingi atau hanya dirasakan beberapa orang saja pada saat itu.
Keunikan yang terdapat di album yang berisi 13 lagu ini adalah, cover dalamnya memuat Kartu Tanda Penduduk
(KTP) para Personil Slank. Dalam album ini terdapat sebuah lagu yang mengisahkan tentang salah satu permainan yang
gemar digemari anak – anak saat itu, yakni Main Monopoli. Apa Slank masih slenge’an? Tenju! Bahkan lebih slenge’an.
Bila diperhatikan, di lagu Cekal terdengar suara gresek-gresek yang berasal dari kursi yang diserut gergaji. Album yang
dipopulerkan oleh lagu Mau (Beli) Tidur) dan Kirim Aku Bunga ini, berhasil meraih penghargaan BASF Selling Album
1992-1993 kategori Rock Alternatif.
Selepas album ketiga, Slank berpamitan dengan Boedi Soesatio dan memutuskan diri untuk menempuh jalur
indie alias berdiri sendiri. Slank pun menggaet Denny BDN untuk mengurusi bergam urusan Slank lewat manajemen
yang diberi nama Pulau Biru Production dan Slank juga mendirikan label rekaman baru, yakni PISS Record.
Dengan berdiri sendiri, Slank terus berusaha untuk tidak mengecewakan Slankers. Bermodal biaya sendiri, Slank
melakukan penyegaran dengan melakukan proses rekaman di 3 lokasi berbeda, yakni Puncak – Jawa Barat, Cibubur dan
bangunan bekas sekolah milik Bunda Iffet yang terletak di Jalan Potlot. Bangunan tersebut diikhlaskan oleh Bunda untuk
dibongkar dan dibangun ulang menjadi studio rekaman untuk Slank. Bagi yang ingin mengetahui bagaimana proses
pembuatan album yang pada akhirnya diberi judul Generasi Biroe ini, bisa melihat sendiri kronologi yang diilustrasikan
oleh Dimas Jay yang terdapat di album ini.
Dengan lagu Kamu Harus Pulang dan Terbunuh Sepi sebagai amunisi, album Generasi Biroe Slank mendapat
penghargaan Double Platinum dalam BASF Awards, untuk kategori penjualan album Rock terlaris tahun 1994 – 1995.
Selain itu, video klip Terbunuh Sepi juga berhasil meraih Penghargaan sebagai Video Klip Favorit dari VMI (Video Musik
Indonesia) 1994/1995 dan Video Klip Terbaik Sepanjang Tahun 1995/1996.
Personil Slank yang saat itu masih diselimuti barang haram, masih tetap berupaya untuk menggarap album
berikutnya. Meski terseok-seok, album ke-5 Slank bertajuk Minoritas pun diluncurkan di tahun 1996. Keunikan yang
terdapat di album ini adalah lirik yang tertempel di-covernya ditulis terbalik. Jadi, dibutuhkan sebuah cermin untuk
membaca lirik lagu di album Minoritas ini. Lagu andalan dari album ini adalah Bang-Bang Tut dan Kalau Kau Ingin Jadi
Pacarku yang video klipnya dibuat dengan konsep one take shot di Potlot 14. Video klip Bang-Bang Tut juga berhasil
mendapat penghargaan sebagai Video Klip Terbaik dari VMI (Vide Musik Indonesia) Tahun 1995/1996.
Lama kelamaan, pengaruh narkoba kian memperburuk kondisi Slank. Kekompakan mulai pudar, kerap terjadi
perselisihan dan masing-masing personil kurang membagi waktu untuk Slank. Puncaknya adalah, dilayangkannya surat
pemecatan kepada 3 personil Slank yaitu Bongky, Indra Q dan Pay. Slank pun hanya tersisa 2 personil saja, yakni Bimbim
dan Kaka.
Slankers (Slank Fans Club)
Slankers adalah club resmi yang dibentuk oleh manejemen Slank untuk menampung para Fans Slank yang
fanatik.Terbentuk ketika Slank melakukan tur piss ke 30 kota di indonesia pada tahun 1998.Bunda iffet sebagai manager
Slank melihat komunitas para penggemar fanatik Slank yg sudah ada harus di berdayakan,oleh sebab itu ketika slank
konser di malang sekumpulan fans fanatik di panggil oleh bunda untuk di beri penghargaan.Tercetuslah ide bunda untuk
memberikan wadah untuk para fans yang diberi nama Slankers Fans Club.
Sejarah
Slank adalah sebuah grup musik di Indonesia. Dibentuk oleh Bimbim pada 26 Desember 1983 karena bosan
bermain musik menjadi cover band dan punya keinginan yang kuat untuk mencipta lagu sendiri. Dan berhasil
menjadi salah satu musisi bersejarah dan dikenang serta berpengaruh sepanjang masa di Indonesia [1]. Selain itu
Slank juga menyandang predikat Indonesia's Highest-Paid Music Star (bintang musik berbayaran termahal) pada
tahun 2008 dan 2009 dengan honor Rp 500 Juta per show.[2]
Sekilas
Slank kini adalah salah satu grup musik papan atas, yang bermula dari Cikini Stones Complex (CSC) pada 26
Desember 1983, yaitu grup musik yang terdiri dari anak-anak SMA Perguruan Cikini, Jakarta. CSC terdiri dari Bimo
Setiawan (drum), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bass), Uti (vokal), dan Well Welly (vokal), yang banyak
mengekspresikan kecintaan pada lagu-lagu Rolling Stones. Sayang, grup ini tidak bertahan dan membubarkan diri.
Slank mengalami perubahan personel sampai 14 kali pada 1996 yang bertahan hingga sekarang. Formasi terakhir
yang dimulai dari album ke-7 Slank, terdiri dari Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bass), Ridho (gitar), dan
Abdee (gitar).
Album Slank, di antaranya Suit-Suit....Hehehe (Gadis Sexy) (1990), Kampungan (1991), Piss (1993), Generasi
Biru (1994), Minoritas (1996), Lagi Sedih (1996), Tujuh (1997), Mata Hati Reformasi (1998), 999+09 (1999), De-
Bestnya Slank (2000), Ngangkang (2001), Virus (2001), Virus Roadshow (2002), Satu
Satu (2003), Bajakan! (2003), Road to Peace(2004), Plur (2005), A Mild Live Reborn Republic
Slank (2005), Slankissme (2006), Slow But Sure (2007), The Big Hip (2008), Anthem From The Broken
Hearted (2009), Jurus Tandur No.18 (2010), Slank Party (2011), I Slank U (2012), I Slank U Repackage (2012) dan
album Slank Nggak Ada Matinya (2013).
Sementara itu, lagu Gosip Jalanan dari album PLUR yang dirilis pada 2004 berbuah sorotan dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat. Slank yang saat itu menjadi duta anti-korupsi untuk Komisi Pemberantasan Korupsi dianggap
melecehkan dewan melalui syair-syair lagu tersebut. DPR-RI melalui Lembaga Kehormatan Dewan berencana
melancarkan tuntutan pada grup anak muda ini, meski kemudian rencana tersebut dibatalkan.
Rencana Slank untuk Go International mulai terlihat di pertengahan 2008. Dengan kolaborasi dengan The Big Hip,
sebuah band asal Jepang, menghasilkan sebuah album, The Big Hip. Di album ini, Slank menggunakan tiga bahasa
sekaligus : Indonesia, Jepang dan Inggris. Bagi para slanker, sebutan bagi penggemar, Slank bakal memberikan
bonus berupa VCD Exclusive kegiatan Slank di Jepang bila pembelian kaset atau CD album terbaru Slank.
Selain itu band ini juga giat mendukung berbagai acara sosial. April 2010, Slank tampil pada acara Earth Live yang
mengusung tema lingkungan. Slank menyerukan perlunya hemat dalam menggunakan sumber daya alam termasuk
air.
Awal Karier[
Cikal bakal lahirnya Slank adalah sebuah grup bernama Cikini Stones Complex (CSC) yang dibentuk oleh Bimo
Setiawan Almachzumi atau Bimo Setiawan Sidharta (dikenal dengan Bimbim) pada dekade 80-an. Band ini hanya
memainkan lagu-lagu Rolling Stones dan tak mau memainkan lagu dari band lain, alhasil mereka akhirnya jenuh
dan menjelang akhir tahun 1983 grup ini dibubarkan.[3]
Bimbim meneruskan semangat bermusik mereka dengan kedua saudaranya Denny dan Erwan membentuk Red
Evil yang kemudian berganti nama jadi Slank, sebuah nama yang diambil begitu saja dari cemoohan orang yang
sering menyebut mereka cowok selengean[3], atau lelaki urakan, dengan personel tambahan Bongky (gitar) dan Kiki
(gitar). Kediaman Bimbim di Potlot 14 jadi markas besar mereka dan menjadi situs wajib yang harus dikunjungi
para Slanker.
Mereka sempat tampil di beberapa pentas dengan membawakan lagu-lagu sendiri sebelum Erwan memutuskan
mundur karena merasa tidak punya harapan di Slank.[3] Dengan perjuangan panjang terbentuklah formasi ke
tigabelas dengan Bimbim, Kaka, Bongky, Pay dan Indra, Slank baru solid. Mereka mulai membuat demo untuk
ditawarkan ke perusahaan rekaman.[3]
Setelah berulang kali ditolak, akhirnya tahun 1990 demonya diterima dan mulai rekaman debut album Suit... Suit...
He... He... (Gadis Sexy). Album yang menampilkan tembang Memang dan Maafkan itu meledak dipasaran sehingga
mereka pun diganjar BASF Award untuk kategori pendatang baru terbaik. Album tersebut juga seakan menampar
industri musik Indonesia yang kala waktu itu masih gencarnya lagu melayu seperti tembang Issabella milik Search.
Musik padu-padan rock and roll blues a la SLank akhirnya dekat dengan anak muda di Indonesia. Gaya mereka
yang khas, cuek, slengean, tapi bersahabat berhasil menarik massa yang saat itu masih sebatas minoritas.
Album kedua mereka, Kampungan, meraih sukses yang sama.[3] Single dari album ini Mawar Merah dan Terlalu
Manis dibuat dalam dua versi. Suka-suka dan Jualan. Namun anehnya, justru lagu yang versi Suka-suka lah yang
menjadi hits dan sering dimainkan. Disini Kaka bermain harmonika. Di album Kampungan ini pun, Slank
memasukkan lagu Nina Bobo.
1993 Desember, Slank merilis album ketiga Piss! yang merupakan plesetan dari kata peace. Jargon ini menjadi tren
pada masa itu. Hits single album ini adalah Piss dan Kirim Aku Bunga dengan cover album seorang model yang
meniru pose Jim Morisson walaupun banyak yang berpendapat bahwa model di cover tersebut adalah Bimbim,
namun faktanya model cover album tersebut adalah Adji Tarmo, tetangga seberang rumah Bimbim.
1994, Slank merilis Generasi Biru dengan andalan Generasi Biroe, Terbunuh Sepi, dan Kamu Harus Pulang. 1995
Agustus, Slank mengisi sebuah acara di RCTI dalam rangka menyambut Hari Jadi Kemerdekaan Indonesia yang
ke-50. Mereka membawakan beberapa lagu dari album Generasi Biru. Album ke lima mereka, Minoritas, dirilis
Januari 1996. Menampilkan single Bang Bang Tut sukses dipasaran. Di album tersebut, Bimbim menyanyikan
sebuah lagu miliknya yang berjudul Bidadari Penyelamat. Tidak ada aransemen apapun, hanya suara Bimbim saja.
Perpecahan[sunting | sunting sumber]
Pada saat menggarap album ke enam Lagi Sedih, Bimbim memutuskan untuk memecat Bongky, Pay dan
Indra.[3] Namun ada juga yang menyebutkan bahwa Bongky, Indra dan Pay keluar atau mengundurkan diri karena
perilaku Bimbim dan Kaka yang sudah terlampau parah dalam penggunaan narkoba. Perpecahan tersebut
sebenarnya sudah bisa terlihat di album ke empat mereka di lagu Pisah Saja Dulu. Bimbim bahkan berniat untuk
membubarkan Slank.
Namun sebuah surat yang ditulis dengan darah oleh seorang Slanker membuatnya mengurungkan niatnya. Isinya
menyeramkan. "Lo jangan kurang ajar ya Bim! Kalo Slank ampe bubar, berarti Itu salah loe! gue tulis surat Ini pake
darah. Jangan sampe gue tulis surat berikutnya pake darah lo!" Surat bernada ancaman dan bersumpah untuk
membunuh Bimbim jika sampai membubarkan Slank tidak dapat dihindari.[1] Kaka dan Bimbim akhirnya tetap
menggarap album ke enam dengan bantuan musisi tambahan[4]
Reynold masuk untuk mengisi posisi gitar dan Ivanka yang waktu itu sering nongkrong di Potlot juga ikut membantu
dalam mengerjakan project Slank untuk album ke enam dengan formasi masa transisi ini. Album Lagi Sedih dirilis
pada Februari 1997. Single Koepoe Liarkoe dan Tonk Kosong membuktikan Slank masih bisa bertahan. Tawaran
manggung pun berdatangan. Dan saat tinggal beberapa kota yang akan diselesaikan dalam rangkaian pertunjukan,
Reynold menyatakan keluar dari Slank. Alasannya, tidak kuat dengan Bimbim dan Kaka yang masih terjerumus
narkoba. Walaupun saat itu sudah dibujuk untuk menunda pengunduran dirinya, Reynold tetap tidak ingin
melanjutkan.
Saat itu lah reformasi di tubuh Slank terjadi. Kemudian, Ivanka yang semula hanya additional bass player akhirnya
ditarik resmi menggantikan posisi Bongky. Semenjak memakai jenis narkoba ini, Bimbim yang biasanya pendiam,
rapi, tak suka teriak-teriak, tiba-tiba berubah. Demikian juga Kaka. Banyak pengalaman pahit, dari sejak mereka
pakai sejak 1994 - 1999. 1998, di Lubuk Linggau, kehabisan narkotika dan sakau karena tidak barang seperti itu
disana. Bimbim tidak bisa bangun, ketika wartawan meminta wawancara. Hanya Kaka yang terpaksa dengan susah
payah menyambut para jurnalis.[5]
Kini, Slank membantah anggapan bahwa dengan mengonsumsi narkoba seorang seniman bisa lebih kreatif, justru
sebaliknya, tanpa menggunakan barang haram tersebut mereka terbukti bisa menghasilkan karya-karya
bagus.[6] "Saat membikin album pertama hingga ketiga, kami belum memakai narkoba, tapi album itu terbukti paling
bagus. Jadi, tanpa narkoba kami bisa menghasilkan karya yang bagus. Setelah album ketiga, kami menjadi
pengguna," ujar Kaka.[6]
Slank, sepeninggal Reynold langsung bergerak cepat. Management langsung mencari orang untuk untuk
menyelesaikan sisa kontrak pertunjukan di beberapa kota. Ivanka merekomendasikan Abdee Negara yang
sebelumnya sudah bersahabat ketika satu band di Flash. Sedangkan manager, Mbak Wiwid, mengontak
Mohammad Ridwan Hafiedz alias Ridho yang baru saja menyelesaikan sekolah gitarnya.