Anda di halaman 1dari 5

PERJANJIAN KERJASAMA

RUJUKAN LAPORAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
--NO SURAT—

Perjanjian Kerjasama Kanal Pelaporan Kekerasan Seksual Independen Fakultas lmu Sosial dan Ilmu Politik
(selanjutnya disebut dengan “Perjanjian”) ini, dibuat pada hari Senin, tanggal 15 Juni 2020, oleh dan
antara:

1. HOPEHELPS UNIVERSITAS INDONESIA, suatu perkumpulan yang didirikan menurut


Anggaran Dasar HopeHelps, berkedudukan di Depok, Jawa Barat, dalam hal ini diwakili oleh
Prilia K. Apsari dalam jabatannya selaku Direktur Lokal HopeHelps Universitas
Indonesia, dari dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama HopeHelps Universitas
Indonesia, selanjutnya disebut dengan “Pihak Pertama”; dan

2. BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA (“BEM


FH UI”), suatu lembaga eksekutif kemahasiswaan berdasarkan xxxx xxxx, dalam hal ini diwakili
oleh Harish Makarim, dalam jabatannya selaku Ketua BEM FH UI, dari dan oleh karenanya
bertindak untuk dan atas nama BEM FH UI, selanjutnya disebut dengan “Pihak Kedua”.

Pihak Pertama dan Pihak Kedua (selanjutnya secara bersama-sama disebut dengan “Para Pihak”),
terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:

(i) bahwa Pihak Pertama adalah perkumpulan yang memberikan layanan tanggap dan
pencegahan kekerasan seksual di kampus Universitas Indonesia;

(ii) bahwa Pihak Kedua adalah lembaga eksekutif kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas
Indonesia yang memiliki tanggungjawab untuk xxxxxxx; dan

(iii) bahwa Para Pihak bermaksud melakukan kerjasama untuk menciptakan lingkungan pendidikan
tinggi yang aman dan bebas dari kekerasan seksual.

Oleh karenanya, berdasarkan keterangan-keterangan tersebut di atas, Para Pihak sepakat untuk saling
mengikatkan diri dalam Perjanjian ini dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1
Pokok Perjanjian

Pihak Pertama dengan ini menunjuk Pihak Kedua dan Pihak Kedua menerima penunjukan tersebut
untuk bekerjasama dengan Pihak Pertama dengan melakukan rujukan kepada Pihak Pertama atas
dugaan kasus kekerasan seksual yang menyangkut sivitas akademika Fakultas Hukum Universitas
Indonesia serta berkoordinasi dengan Pihak Pertama dalam hal Pihak Pertama membutuhkan
bantuan penanganan kasus kekerasan seksual yang melibatkan sivitas akademika Fakultas Hukum
Indonesia.

Pasal 2
Tata Cara Kerjasama

2.1.Dalam pelaksanaan kerjasama rujukan laporan dan penanganan kasus kekerasan seksual Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, tugas dan tanggung jawab Pihak Kedua adalah sebagai berikut:

(a) Pihak Kedua setuju bahwa Pihak Kedua, dengan persetujuan pelapor dan/atau
korban, akan merujuk seluruh laporan dugaan kasus kekerasan seksual yang terjadi di
lingkungan Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan/atau diterima oleh Pihak Kedua
kepada Pihak Pertama, tanpa melakukan proses verifikasi atau identifikasi atas laporan
tersebut terlebih dahulu;

(b) melakukan koordinasi dengan Pihak Pertama atau wakil yang ditunjuk oleh Pihak
Pertama terkait penerimaan laporan dugaan kasus kekerasan seksual yang diterima
oleh Pihak Kedua. Pihak Pertama dan Pihak Kedua dapat mengadakan suatu
pertemuan atau rapat koordinasi, dalam hal menurut penilaian salah satu pihak hal
tersebut diperlukan, dengan memberikan suatu pemberitahuan kepada pihak lainnya;

(c) melakukan publikasi secara berkala terkait Pokok Perjanjian, termasuk tetapi tidak
terbatas mengenai kanal pelaporan milik Pihak Pertama, serta mengenai pencegahan
kekerasan seksual dalam kampus;

(d) Pihak Kedua setuju untuk berusaha dengan upaya terbaiknya untuk mendampingi dan
memenuhi segala bantuan yang diperlukan Pihak Pertama dalam penanganan kasus
kekerasan seksual, termasuk tetapi tidak terbatas terkait kepentingan birokrasi fakultas;

(e) bertanggungjawab atas seluruh laporan dugaan kasus kekerasan seksual yang diterima
dan/atau ditangani oleh Pihak Kedua bersama dengan Pihak Pertama, termasuk
tetapi tidak terbatas atas kerahasiaan identitas pelapor dan/atau korban, laporan dugaan
kekerasan seksual yang diterima, dan proses penanganan kasus kekerasan seksual; dan

(f) dalam hal pelapor dan/atau korban menolak untuk menyerahkan kasusnya kepada
Pihak Pertama, Pihak Kedua membebaskan Pihak Pertama dari seluruh klaim,
gugatan dan/atau tuntutan dari pihak manapun apabila Pihak Kedua tidak memenuhi
tugas dan tanggungjawabnya sehubungan dengan penanganan kasus kekerasan seksual
tersebut.

2.2. Tugas dan tanggung jawab Pihak Pertama adalah sebagai berikut:

(a) supervisi pada saat publikasi mengenai Pokok Perjanjian. Apabila berdasarkan penilaian
Pihak Pertama publikasi milik Pihak Kedua tidak sesuai dengan standardisasi Pihak
Pertama, Pihak Pertama berhak meminta melakukan perubahan-perubahan atau
perbaikan-perbaikan atas publikasi milik Pihak Kedua tersebut;

(b) memberikan materi publikasi mengenai pencegahan kekerasan seksual dalam kampus,
apabila dibutuhkan oleh Pihak Kedua;

(c) melakukan koordinasi dengan Pihak Kedua terkait penerimaan laporan dugaan kasus
kekerasan seksual yang diterima oleh Pihak Pertama; dan

(d) dengan upaya terbaiknya melakukan pendampingan dan penanganan dugaan kasus
kekerasan seksual yang diserahkan oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama dengan
mengedepankan kepentingan dan persetujuan korban.

Pasal 3
Jangka Waktu Perjanjian

3.1 Perjanjian ini berlaku selama 8 (delapan) bulan, terhitung sejak tanggal 1 Juli 2020 sampai
dengan tanggal 28 Februari 2021 (“Jangka Waktu Perjanjian”).
3.2 Apabila Jangka Waktu Perjanjian berakhir, maka hubungan antara Pihak Pertama dengan
Pihak Kedua berdasarkan Perjanjian ini berakhir demi hukum, atau atas persetujuan Para Pihak,
Perjanjian ini dapat diperpanjang secara tertulis.

Pasal 4
Larangan-Larangan

4.1.Pihak Kedua dilarang melakukan perbuatan melanggar hukum maupun bertingkah laku yang
merugikan Pihak Pertama.

4.2.Pihak Kedua dilarang untuk menyebarluaskan informasi terkait laporan dugaan kasus kekerasan
seksual yang diterima oleh Pihak Kedua, termasuk tetapi tidak terbatas terhadap identitas
pelapor dan/atau korban dan/atau pelaku.

4.3.Pihak Kedua dilarang menggunakan nama Pihak Pertama untuk kepentingan di luar kepentingan
Pihak Pertama.

4.4.Pihak Kedua dilarang menyalahgunakan kewenangan fungsi dan tugas untuk kepentingan di luar
kepentingan Pihak Pertama.

4.5.Pihak Kedua tidak berhak untuk memutuskan Perjanjian ini secara sepihak tanpa persetujuan
secara tertulis dari Pihak Pertama.

Pasal 5
Jaminan

10.1 Jaminan Pihak Pertama

Pihak Pertama dengan ini menjamin dan menyatakan bahwa:

(a) Pihak yang menandatangani Perjanjian ini merupakan pihak yang berhak dan berwenang
untuk mewakili Pihak Pertama;

(b) seluruh advokasi dan konsultasi yang diberikan selama proses penanganan kasus telah
sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan persetujuan pelapor dan/atau korban;

(c) Pihak Pertama akan melakukan seluruh kewajibannya, sesuai dengan Perjanjian.

10.2 Pihak Kedua menjamin dan menyatakan bahwa:

(a) Pihak Kedua akan melaksanakan seluruh kewajibannya sebagaimana diatur dalam
Perjanjian ini dengan upaya terbaiknya;

(b) seluruh informasi yang diserahkan kepada Pihak Pertama merupakan informasi yang
valid dan berasal dari dan atas persetujuan pelapor dan/atau korban;

(c) seluruh informasi yang diperoleh oleh Pihak Kedua tidak akan digunakan selain untuk
kepentingan penanganan kasus oleh Pihak Pertama;
(d) Pihak Kedua setuju untuk berusaha dengan upaya terbaiknya untuk mendampingi dan
memenuhi segala bantuan yang diperlukan Pihak Pertama dalam penanganan kasus
kekerasan seksual, termasuk tetapi tidak terbatas terkait kepentingan birokrasi fakultas;

(e) dalam hal terdapat tuntutan, gugatan atau klaim dari pihak ketiga sehubungan dengan
pelanggaran jaminan sebagaimana disebutkan di atas, maka Pihak Kedua akan
bertanggung jawab sepenuhnya serta menjamin akan membebaskan Pihak Pertama dari
segala tuntutan, gugatan dan/atau klaim dari pihak ketiga tersebut.

Pasal 6
Pengakhiran Perjanjian

Para Pihak sepakat bahwa Pihak Pertama dapat memutuskan Perjanjian ini sebelum Jangka Waktu
Perjanjian berakhir sebagaimana tersebut dalam Pasal 3, apabila:

(a) Pihak Kedua tidak melaksanakan atau melalaikan kewajibannya berdasarkan Perjanjian
ini, termasuk tetapi tidak terbatas pada kelalaian yang mengakibatkan tidak teroperasinya
kanal pelaporan kekerasan seksual independen milik Pihak Pertama;

(b) Pihak Kedua melanggar jaminan dan pernyataan yang dibuatnya maupun ketentuan lain
dalam Perjanjian;

(c) berdasarkan evaluasi oleh Pihak Pertama, hasil kerjasama Para Piahk tidak memenuhi
kriteria yang diharapkan/ditentukan oleh Pihak Pertama;

(d) Pihak Kedua melakukan tindakan dan/atau kegiatan yang dapat dikategorikan merusak
nama naik Pihak Pertama; dan

(e) Pihak Kedua melakukan tindakan atau kegiatan yang bertentangan dengan hukum yang
berlaku di Indonesia.

Pasal 7
Penyelesaian Sengketa

Setiap sengketa, perselisihan maupun perbedaan paham antara Para Pihak yang timbul dari atau
sehubungan dengan atau yang berkaitan dengan Perjanjian, akan diselesaikan secara musyawarah.

Pasal 8
Ketentuan Lain

8.1 Perjanjian diatur dalam segala hal oleh dan ditafsirkan menurut hukum Negara Republik Indonesia.

8.2 Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian, yang akan ditentukan kemudian antara Para Pihak,
atau perubahan-perubahan terhadap ketentuan dalam Perjanjian harus dituangkan secara tertulis
dan ditandatangani oleh wakil yang sah dari Para Pihak, serta merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian.
Demikian Perjanjian ini dibuat oleh kedua belah pihak tanpa ada paksaan dari pihak manapun, pada hari
dan tanggal sebagaimana disebutkan di atas, dalam rangkap 2 (dua) asli, yang masing-masing memiliki
kekuatan hukum yang sama.

Pihak Pertama Pihak Kedua


HOPEHELPS UNIVERSITAS INDONESIA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA

Prilia K. Apsari Harish Makarim


Direktur Lokal HopeHelps UI Ketua BEM FH UI

Anda mungkin juga menyukai