1
Sikap Dan Perilaku Wirausahawan
2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani
usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja,
teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan
yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.[CITATION Rev09 \l 1057 ]
5.Menjadi wirausaha profesional harus memenuhi kriteria ketangguhan, adapun ciri dari kriteria
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan
pengetahuan mengelola usaha merupaka faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang
berhasil.
2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola
sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar usahanya dapat berhasil dengan baik, faktor yang
paling utama dalam keungan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan
secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional usaha dan
mengakibatkan usaha tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal
dalam perencanaan, maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
Perilaku Wirausaha
Seorang pengusaha akan sukses jika didukung oleh Perilaku antara lain :
1.Instrumental : bisa memandang segala sesuatu di lingkungan sekitar sebagai alat untuk mencapai
tujuan
2.Berorientasi pada pencapaian terus berusaha meningkatkan hasil/capaian, tidak berhenti/puas
dengan apa yang telah dicapai.
3.Fleksibel : pandai menyesuaikan diri dengan berbagai relasi/kalangan, pandai mengontrol emosi
saat hadapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan.
4.Kerja kers : bekerja maksimal tanpa kenal lelah, apalagi menyerah,mengerahkan sekuat tenaga,
pikiran dan waktu untuk meraih sukses.
5.Percaya diri : tidak ragu akan kemampuan diri, optimis akan keberhasilan.
6.Berani ambil resiko : siap rugi, namun kerugian yang telah diperhitungkan dan selalu antisipasi
terhadap segala kemungkinan terburuk.
7.Pengendalian diri : mampu menghindar dari kondisidan perilaku-perilaku yang kontra produktif,
seperti emosional dan boros.
8.Mandiri : tidak bergantung pada pihak lain dalam mengambiol tindakan, membuat keputusan,
serta dalam memilih berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan.
9.Inovatif : terus berupaya melakukan perbaikan,menyajikan sesuatu yang baru/unik yang beda
dengan yang sudah ada.
1. Keberhasilan Wirausaha
a. Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Wirausaha
Ada beberapa pendukung keberhasilan wirausaha, di antaranya :
1) Faktor manusia
2) Faktor keuangan
3) Faktor organisasi
4) Faktor mengatur usaha
5) Faktor pemasaran
2. Kegagalan Wirausaha
1) Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan
pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan
kurang berhasil.
2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha,
kemampuan mengoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun
kemampuan menginterasikan operasi perusahan.
3) Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik faktor yang
paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan
penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat
operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal
dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar
beroperasi karena kurang efisien.
6) Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas.
Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
b. Resiko wirausaha
Pada saat memulai usaha, wirausaha biasanya menghadapi resiko (risk)
usaha yang besar. Di Amerika Serikat lebih dari 2 juta bisnis baru dimulai tiap tahunya, dan dua
pertiga dari bisnis tersebut bergerak sebagai bisnis usaha kecil. Rata-rata kegagalan diantara bisnis
baru cukup menggangu. Berdasarkan penelitian, 25 sampai 33% usaha kecil mengalami kegagalan
selama 2 tahun pertama dalam operasinya.
Ada 3 penyebab yang menjadi alas an kegagalan bisnis, yaitu:
1) Mereka masuk kedalam bisnis terlalu cepat.
Mereka terjun kedalam suatu pekerjaan baru yang mengandung resiko tergesa-gesa, tanpa business
plan yang mendalam. Tidak melakukan analisis
SWOT, strength (kekuatan), weakness (kelemahan, oppurtunities (peluang), dan treath (ancaman).
2) Mereka kehabisan uang.
3) Kegagalan perencanaan jelas merupakan suatu kesalahan.
Wirausaha yang tidak menginginkan kegagalan dalam melakukan suatu bisnis, tentunya Hal yang
didahulukan adalah sebuah perencanaan yang secara nyata dan bisa dikonsep melalui sebuah
tulisan. Dengan hal itulah, wirausaha bisa terdorong untuk berorientasikan pada tugas dan hasil
untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Ada 4 katagori utama dari kegagalan bisnis adalah:
a) Kesalahan perencanaan.
b) Rendahnya kwalitas manajemen,
c) Metode bisnis yang tidak mencukupi.
d) Kurangnya dana atau modal.
Menurut W . Keith Schilit, ada 8 hal yang membuat usaha atau bisnis meraih kesuksesan atau
keberhasilan, yaitu :
1) Peluang pasar yang baik.
2) Keunggulan persaingan.
3) Kualitas barang/jasa.
4) Inovasi yang berproses.
5) Dasar budaya perusahaan.
6) Menghargai pelanggan dan pegawai.
7) Manajemen yang berkualitas.
8) Dukungan modal yang kuat.
2. Kegagalan Wirausaha
1. Hak Cipta
Hak cipta adalah hak dari pembuat sebuah ciptaan terhadap ciptaannya dan salinannya. Pembuat
sebuah ciptaan memiliki hak penuh terhadap ciptaannya tersebut serta salinan dari ciptaannya
tersebut. Hak-hak tersebut misalnya adalah hak-hak untuk membuat salinan dari ciptaannya
tersebut, hak untuk membuat produk derivatif, dan hak-hak untuk menyerahkan hak-hak tersebut
ke pihak lain.
2. Paten (Patent)
Berbeda dengan hak cipta yang melindungi sebuah karya, paten melindungi sebuah ide, bukan
ekspresi dari ide tersebut. Pada hak cipta, seseorang lain berhak membuat karya lain yang fungsinya
sama asalkan tidak dibuat berdasarkan karya orang lain yang memiliki hak cipta. Sedangkan pada
paten, seseorang tidak berhak untuk membuat sebuah karya yang cara bekerjanya sama dengan
sebuah ide yang dipatenkan.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau harta intelek (di
Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris Intellectual Property Right. Kata “intelektual”
BAB 4
Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi
wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan
memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah
untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat
pemasaran (Rangkuti, 2010:132).
Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan.
Fungsi Kemasan
Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang sebab mereka
menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari
pada itu. Simamora (2007) mengemukakan pengemasan mempunyai dua fungsi yaitu:
1. Fungsi Protektif
Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan saluran distribusi
yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu
harus menanggung risiko pembelian produk rusak atau cacat.
2. Fungsi Promosional
Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun kemasan juga digunakan
sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi, perusahaan mempertimbangkan preferensi
konsumen menyangkut warna, ukuran, dan penampilan. Sedangkan menurut Kotler (1999:228),
terdapat empat fungsi kemasan sebagai satu alat pemasaran, yaitu :
1. Self service. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana
kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan
menyeluruh yang mendukung produk.
2. Consumer offluence. Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan,
penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.
3. Company and brand image. Perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari
kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan
atau merek produk.
4. Inovational opportunity. Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan
juga memberi keuntungan bagi produsen.
Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu
sebagai berikut:
Tujuan Kemasan
Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai beberapa tujuan,
yaitu:
1. Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan
sebagainya.
2. Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya.
3. Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama dalam
satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.
4. Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang,
atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label.
5. Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik
(menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam pencegahan pencurian. Paket juga
termasuk memberikan kesempatan sebagai perangkat anti-pencurian.
6. Convenience. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan,
tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali.
7. Marketing. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon
pembeli untuk membeli produk.
Jenis-jenis Kemasan
Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol
minuman, dll).
2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan
lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-
buahan yang dibungkus dan sebagainya.
TAHAPAN-TAHAPAN PROTOTYPE
Berikut tahapan prototype:
1. Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan
kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan
aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
2. Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan
dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan
menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga
dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe rekayasa.
3. Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti halnya working model namun
mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun
mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe produksi atau
untuk dilanjutkan pada tahapan produksi.
4. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja operasional dan kebutuhan
rancangan sistem produksi.
TAHAPAN-TAHAPAN PROTOTYPE
Berikut tahapan prototype:
Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat fungsi kemasan sebagai satu alat pemasaran,
yaitu :
1. Self service. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana
kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan
menyeluruh yang mendukung produk.
Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu
sebagai berikut:
1. Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar kemasan adalah
untuk mengurangi terjadinya kehancuran, busuk, atau kehilangan melalui pencurian atau kesalahan
penempatan.
2. Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada sebuah produk
dan memperkuat citra produk.
3. Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual produk dengan
menarik perhatian dan mengkomunikasikannya.
JENIS-JENIS KEMASAN
Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol
minuman, dll).
2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan
lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-
buahan yang dibungkus dan sebagainya.
3. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, pengiriman
atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah
sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.
2. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum
pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari
kertas, foil atau plastik.
Tingkatan kegiatan yang diterapkan Tentang tingkatan kegiatan yang ditetapkan dalam biaya
overhead pabrik Ibnu Subiyanto menyatakan :
Kapasitas normal atau jangka panjang, konsep semacam ini mengasumsikan taraf atau tingkat
kapasitas yang mantap selama satu periode yang cukup lama untuk menyeimbangkan tingkat
produksi yang tinggi dan yang rendah. Dengan demikian kapasitas yang diperkirakan atau
diharapkan selama satu periode tidak berubah- ubah.
Perkiraan kapasitas aktual atau jangka pendek, kapasitas yang diperkirakan untuk periode
berikutnya dapat dijadikan dasar untuk mengitung overhead. Dengan demikian tarif overhead itu
akan berbeda tergantung pada perkiraan peribahan tingkat kapasitas, sebaiknya tarif overhead yang
didasarkan pada suatu kapasitas normal akan tetap relatif tetap, walaupun kapasitas aktual berubah.
Proses costing
Proses costing merupakan metode akuntansi yang menelusuri dan terakumulasi biaya langsung, dan
mengalokasikan biaya tidak langsung dari proses manufaktur. Biaya dikeluarkan untuk produk,
biasanya dalam batch besar, yang mungkin mencakup produksi sebulan itu. Akhirnya, biaya harus
dialokasikan untuk unit individu produk. Ini memberikan biaya rata-rata untuk masing-masing unit,
Metode FIFO
Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk
menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya
digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk dalam
proses awal harus diperhitungkan.
Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari periode
sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang.