Anda di halaman 1dari 17

A.

Masalah Kesehatan
Diagnosa Medis: TBC - Pneumothorax
B. Pengertian
Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya pneumothorax hanya
temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat dapat ditemukan pneumothorax
bilateral, (Danusantoso dalam Wijaya dan Putri, 2013). Pneumothorax hanya adanya
udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price, 2006). Pneumothorax
merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga paru pleura (Muntaqqin,
2008). Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pneumothorax adalah
keadaan adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura.
C. Gejala dan Tanda
Gejala klinis pneumothorax spontan bergantung pada ada tidaknya tension pneumothorax
serta berat ringan pneumothorax. Pasien secara spontan mengeluh nyeri dan sesak napas
yang muncul secara tiba-tiba.
Berdasarkan anamnesis, gejala-gejala yang sering muncul adalah:
a. Sesak napas, yang didapatkan pada 80 – 100% pasien
b. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75 – 90% pasien
c. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25 – 35% pasien
(Barmawi dan Budiono, 2006)
Menurut Sudoyo (2006), tanda dan gejala pneumothorax berupa :
a. Sesak napas
b. Dada terasa sempit
c. Gelisah
d. Keringat dingin
e. Sianosis
f. Tampak sisi yang terserang menonjol dan tertinggal dalam pernapasan
g. Perkusi hipersonor
h. Pergeseran mediastinum ke sisi sehat
i. Pola napas melemah pada bagian yang terkena
j. Suara amforik
k. Saat diperkusi terdengar hiperosa
l. Nyeri pleura
m. Hipotensi
n. Pemeriksaan radiologi
o. AGD: CO2 PO2 PCO2 pH
D. Pohon Masalah

Trauma dada

(tumpul/tajam)

Inspirasi (udara dari luar masuk ke rongga pleura)

Ekspirasi (udara tidak bisa keluar)

Udara terakumulasi
pada cavum pleura
sampai terjadi
tekanan seimbang
Tekanan pleura Pneumothorax Suplai darah ke otak
meningkat menurun
Paru tidak berfungsi Penurunan
Kolaps paru
optimal kesadaran

Ekspansi paru Pertukaran gas tidak


Risiko cidera
menurun optimal
Gangguan
pertukaran gas
Inspirasi+ekspirasi
Insersi WSD
tidak maksimal

Pasokan Oksigen
menurun Risiko infeksi Mobilitas terbatas

Tubuh
berkompensasi
dengan napas cepat Gangguan Mobilitas
fisik

Pola napas tidak


efektif
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Sudoyo (2006), untuk menentukan diagnosa pada pneumothorax dapat
dilakukan cara sebagai berikut:
1. GDA
Variable tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan
mekanisme pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. P4CO2 mungkin
normal atau menurun, saturasi O2 biasanya menurun
2. Sinar X dada
Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada era pleura, dapat menunjukkan
penyimpanan struktur mediatinal jantung
3. Torasentesis
Menyatakan darah atau cairan sero anguinora (hemothorax)
4. HB
Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah (Doenges, 2005)
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pneumothorax bergantung pada jenis pneumothorax yang dialaminya,
derajat kolaps, berat ringannya gejala, penyakit dasar, dan penyulit yang terjadi saat
melaksanakan pengobatan yang meliputi:
1. Tindakan dekompresi
a. Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan
cara: memasukkan jarum melalui dinding dada hingga ke rongga pleura,
dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan
berubah menjadi negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui
jarum tersebut. Cara lainnya adalah melakukan penusukan ke rongga
pleura memakai transfusion set.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil:
1) Penggunaan pipa Water Sealed Drainase (WSD)
Pipa khusus (kateter thorax) steril, dimasukkan ke rongga pleura
dengan perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pen)
pemasukan pipa plastik (kateter thorax) dapat juga dilakukan
melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari
seala iga ke-4 pada garis klavikula tengah. Selanjutnya, ujung
selang plastik di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui
pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol
sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung
udara dapat mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.
2) Pengisapan kontinu (continuous suction)
Pengisapan dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura
tetap positif. Pengisapan ini dilakukan dengan cara memberi
tekanan negatif sebesar 10 – 20 cmH 2O. tujuannya adalah agar
paru cepat mengembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura
visceral dan pleura parietalis
3) Pencabutan Drain
Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan negatif
kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditutup
dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap
mengembang penuh, drain dapat dicabut.
2. Tindakan Bedah
Pembedahan dinding thorax dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang
menyebabkan terjadinya pneumothorax, lalu lubang tersebut dujahit. Pada
pembedahan, jika dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru
tidak dapat mengembang, maka dapat dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
Pembedahan paru kembali dilakukan bila ada bagian paru yang mengalami
robekan atau bila ada fitsel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak
berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.
Apabila terdapat proses lain di paru, pengobatan tambahan ditunjukkan terhadap
penyebabnya, yaitu:
a. Terhadap proses tuberculosis paru diberi OAT
b. Untuk pencegahan obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita diberi obat
laktasif ringan, dengan tujuan agar saat defekasi, penderita tidak perlu mengejan
terlalu keras
c. Istirahat total, klien dilarang melakukan kerja keras (mengangkat barang) batuk,
bersin terlalu keras, dan mengejan (Sudoyo, 2006)
G. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Sesak napas, nyeri disisi dada yang sakit
3. RPS
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin
berat. Nyeri da dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih
nyeri pada gerakan pernapasan.
Perlu dikaji apakah ada riwayat trauma tajam/tumpul yang mengenai rongga dada
(tertembus peluru, tertusuk benda tajam, KLL, dll)
4. RPD
Apakah klien pernah menderita TB paru dimana sering terjadi pada pneumotoraks
spontan.
5. RPK
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin
menyebabkan pneumotoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dll.
6. Psikososial
Meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana prilaku klien pada tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
7. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
 Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan
otot bantu pernapasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang
asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga
melebar, rongga dada asimetris (lebih cembung disisi yang sakit).
Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum yang purulen.
Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
 Palpasi
Taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada
palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal
pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit, ruang antar –iga bisa
saja normal atau melebar.
 Perkusi
Suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani.
Batas jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat apabila
tekanan intrapleura tinggi.
 Auskultasi
Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.
b. B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status
kardiovaskular yang meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan
darah dan pengisian kapiler/CRT.
c. B3 (Brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga
pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari
syok.
e. B5 (Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah,
penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
f. B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan
jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering
dijumpai mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara
umum.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat napas
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot
4. Risiko infeksi b/d efek prosedur invasive
5. Risiko cidera b/d perubahan fungsi psikomotor
I. Rencana Keperawatan
No. Urut
Diagnosa SLKI SIKI
Kep.
1 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam Manajemen jalan napas
maka gangguan pola napas dapat diatasi dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Ventilasi semenit meningkat a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Kapasitas vital meningkat b. Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi,
3. Tekanan ekspirasi meningkat wheezing, ronkhi kering)
4. Tekanan ekspirasi meningkat c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
5. Dispnea menurun 2. Terapeutik
6. Pengguanaan otot bantu napas menurun a. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-lit dan
7. Pemanjangan fase ekspirasi menurun chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
8. Frekuensi napas membaik b. Posisikan semi-fowler atau fowler
9. Kedalaman napas membaik c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
g. Keluarkan sumabatan benda padat dengan forsep McGill
h. Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pemantauan respirasi
1. Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti bradinea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi napas
h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor nilai AGD
j. Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
2 Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam gangguan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas dapat diatasi dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Tingkat kesadaran meningkat a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Dispnea menurun b. Monitor pola napas (seperti bradibnea, takipnea,
3. Bunyi napas tambahan menurun hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, biot, ataksik)
4. PCO2 membaik c. Monitor kemampuan batuk efektif
5. PO2 membaik d. Monitor adanya produksi sputum
6. Takikardia membaik e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
7. pH arteri membaik f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
8. pola napas membaik g. Auskultasi bunyi napas
h. Monitor saturasi oksigen
2. Terapeutik
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Terapi Oksigen
1. Observasi
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
c. Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi
yang diberikan cukup
d. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis, oksimetri, analisa
gas darah), jika perlu
e. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
f. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
g. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
h. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
i. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
2. Terapeutik
a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
d. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
e. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
f. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
3. Edukasi
a. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
dirumah
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/ atau
tidur
3 Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam gangguan DUKUNGAN AMBULASI
mobilitas fisik dapat diatasi dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Kecemasan menurun o Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Gerakan terbatas menurun o Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3. Kelemahan fisik menurun o Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai ambulasi
o Monitor kondisi umum selama melakukan
ambulasi
2. Terapeutik
o Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
tongkat, kruk)
o Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
o Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
3. Edukasi
o Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
o Anjurkan melakukan ambulasi dini
o Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi)

4 Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam risiko infeksi Pemantauan tanda vital
dapat diatasi dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Tidak ada tanda dan gejala infeksi a. Monitor tekanan darah
b. Monitor nadi
c. Monitor pernapasan
d. Monitor suhu tubuh
e. Monitor oksimetri nadi
f. Monitor tekanan nadi
g. Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
2. Terapeutik
a. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Pencegahan infeksi
1. Observasi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2. Terapeutik
a. Batasi jumlah pengunjung
b. Berikan perawatan kulit pada area edema
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
d. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
3. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
c. Ajarkan etika batuk
d. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
e. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

5 Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam risiko cedera Manajemen Keselamatan Lingkungan
dapat diatasi dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Gerakan terbatas menurun a. Identifikasi kebutuhan keselamatan
2. Kelemahan fisik menurun b. Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
3. Koordinasi pergerakan meningkat 2. Terapeutik
4. Tingkat jatuh menurun a. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan
risiko
c. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
d. Gunakan perangkat pelindung
e. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas
f. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
g. Lakukan program skrining bahaya lingkungan
3. Edukasi
a. Ajarkan individu, keluarga, dan kelompok risiko tinggi
bahaya lingkungan
Pencegahan cedera
1. Observasi
a. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
menyebabkan cedera
b. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
c. Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada
ekstremitas bawah
2. Terapeutik
a. Sediakan pencahayaan yang memadai
b. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
c. Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan
rawat
d. Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera serius
e. Sediakan alas kaki antislip
f. Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di tempat tidur
g. Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
h. Pastikan barang-barang pribadi mudah di jangkau
i. Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat
digunakan
j. Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi
terkunci
k. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan
fasilitas pelayanan kesehatan
l. Pertimbangkan penggunaan alarm elektronik pribadi atau
alarm sensor pada tempat tidur atau kursi
m. Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
n. Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai
o. Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien
p. Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien
3. Edukasi
a. Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
b. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit sebelum berdiri

Anda mungkin juga menyukai

  • 6 PPKN
    6 PPKN
    Dokumen4 halaman
    6 PPKN
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Soal Uts B. Indonesia Kelas 5 SMT 2
    Soal Uts B. Indonesia Kelas 5 SMT 2
    Dokumen4 halaman
    Soal Uts B. Indonesia Kelas 5 SMT 2
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Format Askep PK KMB 1-1
    Format Askep PK KMB 1-1
    Dokumen22 halaman
    Format Askep PK KMB 1-1
    Intania Elfitri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • LP Tugas
    LP Tugas
    Dokumen5 halaman
    LP Tugas
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Tema 5
    Tema 5
    Dokumen19 halaman
    Tema 5
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Tema 4
    Tema 4
    Dokumen11 halaman
    Tema 4
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Askep Katarak
    Askep Katarak
    Dokumen12 halaman
    Askep Katarak
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Piciway
    Piciway
    Dokumen1 halaman
    Piciway
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Askep ISK
    Askep ISK
    Dokumen9 halaman
    Askep ISK
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Program Linier 2
    Program Linier 2
    Dokumen19 halaman
    Program Linier 2
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • LP Appendiks
    LP Appendiks
    Dokumen13 halaman
    LP Appendiks
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Home Care
    Format Pengkajian Home Care
    Dokumen7 halaman
    Format Pengkajian Home Care
    ayu
    Belum ada peringkat
  • Formulir Pengkajian Data Dasar KLG
    Formulir Pengkajian Data Dasar KLG
    Dokumen31 halaman
    Formulir Pengkajian Data Dasar KLG
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • FORMAT PENGKAJIAN Gerontik
    FORMAT PENGKAJIAN Gerontik
    Dokumen36 halaman
    FORMAT PENGKAJIAN Gerontik
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Cover LP Maternitas
    Cover LP Maternitas
    Dokumen11 halaman
    Cover LP Maternitas
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Cover LP Maternitas
    Cover LP Maternitas
    Dokumen5 halaman
    Cover LP Maternitas
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Cover LP Bayi
    Cover LP Bayi
    Dokumen5 halaman
    Cover LP Bayi
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Cover Askepquuu
    Cover Askepquuu
    Dokumen1 halaman
    Cover Askepquuu
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Data Dasar Lansia
    Format Pengkajian Data Dasar Lansia
    Dokumen19 halaman
    Format Pengkajian Data Dasar Lansia
    Anis Kusnawati
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi Askep
    Evaluasi Askep
    Dokumen2 halaman
    Evaluasi Askep
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • LP
    LP
    Dokumen12 halaman
    LP
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Anak
    Anak
    Dokumen8 halaman
    Anak
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Jiwa
    Jiwa
    Dokumen7 halaman
    Jiwa
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Artikel Jiwa
    Artikel Jiwa
    Dokumen20 halaman
    Artikel Jiwa
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Cover LP Maternitas
    Cover LP Maternitas
    Dokumen5 halaman
    Cover LP Maternitas
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Sap Hiv Aids
    Sap Hiv Aids
    Dokumen16 halaman
    Sap Hiv Aids
    Trisna Hapsari
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Pada Anak
    Pengkajian Pada Anak
    Dokumen15 halaman
    Pengkajian Pada Anak
    elyaAsasal
    Belum ada peringkat