Anda di halaman 1dari 23

BAB IX

PERENCANAAN PONDASI

A. Perencanaan Tiang Pancang


Fondasi adalah kontruksi bagian bawah bangunan yang berhubungan
langsung dengan tanah yang berfungsi memikul/mendukung bangunan gedung
diatasnya, termasuk beban-beban struktur bangunan untuk diteruskan ke tanah
pendukung. Fondasi yang dipakai dalam perencanaan gedung kampus ini adalah
jenis fondasi tiang pancang dengan dimensi penampang 40x40 cm. skema dari
pemasangan pondasi tiang pancang dapat dilihat pada Gambar IX.1.
Pu Pu Pu

Kolom 600/600 Kolom 600/600 Kolom 600/600

Mu Sloof 350/500
Mu Sloof 350/500
Mu

Gambar IX.1. Skema pemasangan pondasi tiang pancang


1. Daya dukung izin tiang pancang
a. Berdasarkan spesifikasi tiang pancang
Tiang pancang yang digunakan pada perencanaan ini adalah jenis tiang
pancang pabrikasi dari produsen WIKA Beton dengan spesifikasi sebagai
berikut.
Dimensi penampang = 40x40 cm
Panjang =6m
Sb = 75 mm
Class = A3
Pa = 180 ton
Spesifikasi lainnya dapat dilihat pada lampiran.

264
265

b. Berdasarkan daya dukung tanah


Analisis daya dukung izin tiang pancang berdasarkan data N SPT dihitung
menggunakan persamaan dari Mayerhof :

Pa =
q c  Ap

l .f i i  A st
SF1 SF2
dengan :
Pa = daya dukung izin tiang (ton)
N = nilai N SPT
qc = tahanan ujung konus (untuk pasir qc= 40.N dan untuk lanau/lempung qc=
20.N)
Ap = luas penampang (m2)
Ast = keliling penampang (m)
li = panjang segmen tiang yang ditinjau (m)
fi = gaya geser pada selimut segmen tiang (untuk pasir fi = N/5 dengan fi,max
=10 t/m2 dan untuk lanau/lempung fi = N dengan fi,max =12 t/m2)
SF1 = faktor keamanan 3
SF2 = faktor keamanan 5
Berikut analisis perhitungan daya dukung izin tiang berdasarkan data N SPT
(Mayerhof) pada kedalaman 1,5 m dibawah permukaan tanah :
Data-data :
Dtiang= 0,4 m
Ap = 0,4.0,4 = 0,16 m2
N = 14
li = 1,5 m
fi = 12 t/m2 (untuk pasir fi = N/5 dengan fi,max =10 t/m2 dan untuk
lanau/lempung fi = N dengan fi,max =12 t/m2)
Ast = 4.0,4= 1,6 m
qc = 20.N = 20.14 = 280 t/m2 (untuk pasir qc= 40.N dan untuk lanau/lempung
qc= 20.N )

Pa =
q c  Ap

l .f
i i  Ast

280  0,16 1,5  12 .1,60
  20 ,693 ton
SF1 SF2 3 5
266

Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data N SPT pada setiap
kedalaman disajikan pada tabel IX.1.
Tabel IX.1. Daya dukung tiang pancang berdasarkan data N SPT
Depth Li Jenis N- qc Ap Ast fi li.fi ∑li.fi Pa
(m) (m) tanah SPT (t/m2) (m2) (m) (t/m2) (t/m) (t/m) (ton)
1,50 1,5 lanau 14 280 0,160 1,60 12 18 18 20,693
3,00 1,5 lanau 32 640 0,160 1,60 12 18 36 45,653
4,50 1,5 pasir 50 2000 0,160 1,60 10 15 51 122,987
6,00 1,5 pasir 27 1080 0,160 1,60 5,4 8,1 59,1 76,512
7,50 1,5 pasir 14 560 0,160 1,60 2,8 4,2 63,3 50,123
9,00 1,5 lanau 26 520 0,160 1,60 12 18 81,3 53,749
10,50 1,5 pasir 36 1440 0,160 1,60 7,2 10,8 92,1 106,272
12,00 1,5 pasir 50 2000 0,160 1,60 10 15 107,1 140,939
13,50 1,5 pasir 50 2000 0,160 1,60 10 15 122,1 145,739
15,00 1,5 pasir 22 880 0,160 1,60 4,4 6,6 128,7 88,117
16,50 1,5 lanau 44 880 0,160 1,60 12 18 146,7 93,877
18,00 1,5 lempung 50 1000 0,160 1,60 12 18 164,7 106,037
(Sumber : hasil hitungan)
Pa berdasarkan N-SPT < Pa berdasarkan spesifikasi pabrikan, maka dalam
perencanaan digunakan Pa terkecil = 106,037 ton.
2. Perhitungan jumlah tiang
Jumlah tiang yang diperlukan dihitung dengan membagi gaya aksial perlu
kolom ujung bawah dengan daya dukung tiang, pada analisis ini ditampilkan Puk
pada kolom K.26.
Data-data :
Gaya aksial kolom Puk = 3496,49 kN
Berat poer rencana = B.L.hpoer.Bjbeton = 3. 3. 1,1. 25 = 247,50 kN
Total beban vertikal ∑V = 3496,49 + 247,50 kN = 3743,99 kN
Pa = 106,037 ton = 1060,37 kN
np = ∑V/Pa = 3743,99/1060,37 = 3,531 maka digunakan 4 tiang
3. Efisiensi kelompok tiang
Pada point diatas dijelaskan analisis jumlah kebutuhan tiang, tetapi
kebutuhan tiang mungkin masih belum cukup dikarenakan adanya group action
yaitu intervensi garis-garis tegangan dari tiang yang berdekatan sehingga
mengurangi daya dukung kelompok tiang, yang biasanya dinyatakan dalam
angka efisiensi.
267

Berikut ini analisis perhitungan dari kolom K26 untuk mengetahui efisiensi
kelompok tiang berdasarkan rumus Converse-Labbarre dari Uniform Building
Code AASHTO adalah sebagai berikut :
Data-data :
∑V = 3743,99 kN
Pa = 106,037 ton = 1060,37 kN
Dtiang = 0,4 m
Stiang = 2,5 . D = 2,5 . 0,4 = 1 m
ϴ = arc tg (D/s) = arc tg (0,4/1) = 21,8 ⁰
m = 2 tiang (jumlah tiang dalam 1 kolom)
n = 2 tiang (jumlah tiang dalam 1 baris)
Dihitung :
(n -1)  m  (m - 1)  n
Eg = 1- 
90  m  n
(2 - 1)  2  (2 - 1)  2
 1 - 21,8   0,758
90  2  2
Ptotal = E g  n p  Pa

 0,758 4 1060,37
= 3214,11 < 3743,99 kN (tidak aman)
Karena, daya dukung vertikal kelompok tiang kurang dari gaya aksial perlu
kolom (Pu), maka jumlah tiang ditambah lagi. Perhitungannya seperti dibawah
ini :
Pu 3743,99
np =   4,659 tiang  5 tiang
E g  Pa 0,758  1060,37

Ptotal = E g  n p  Pa

 0,758 5 1060,37
 4017,64 kN  Pu  3743 ,99 kN (Aman)
Jadi, jumlah tiang yang dibutuhkan untuk daya dukung vertikal kelompok tiang
adalah n p  5 tiang .
268

0.50
1 2

3 X
2.00

4 5
0.50

0.50 2.00 0.50 (m)

Gambar IX.2. Penempatan tiang pancang untuk kolom K26


4. Beban maksimum setiap tiang pada kelompok tiang
Beban maksimum setiap tiang harus lebih kecil dari daya dukung izin tiang,
dikontrol dengan menggunakan rumus :
V M y  x i M X  yi
Pmax =   ≤ Pa
n p n y .  x 2 nx .  y 2

dengan :
V = jumlah gaya vertikal (kN)
np = jumlah tiang dalam kelompok
My = momen terhadap sumbu-y (kNm)
Mx = momen terhadap sumbu-x (kNm)
xi = jarak searah sumbu x dari pusat berat kelompok tiang
ke tiang nomor i (m)
yi = jarak searah sumbu y dari pusat berat kelompok tiang
ke tiang nomor i (m)
nx = banyak tiang dalam 1 baris arah sumbu-x terjauh
ny = banyak tiang dalam 1 baris arah sumbu-y terjauh
∑x2 = jumlah kwadrat dari jarak tiap-tiap tiang ke pusat kelompok tiang (m2)
∑y2 = jumlah kwadrat dari jarak tiap-tiap tiang ke pusat kelompok tiang (m2)
269

Beban maksimum setiap tiang pada K26 dihitung sebagai berikut :


Data-data :
V = 3743,99 kN
Pa = 1060,37 kN
Mx = 334,90 kNm
My = 446,72 kNm
np =5
xi = 1,00 m
yi = 1,00 m
∑x2 = 2.(12)+ 2.(12) = 4,00 m2
∑y2 = 2.(12)+ 2.(12) = 4,00 m2
Dihitung :
Beban yang didukung tiang no.1
3743,99 446 ,72  ( 1) 334 ,90  1
P1 =    734,821 kN ≤ 1060,37 kN
5 2 .4 2 .4
Beban yang didukung tiang no.2
3743,99 446 ,72  1 334 ,90  1
P2 =    846,501 kN ≤ 1060,37 kN
5 2.4 2 .4
Beban yang didukung tiang no.3
3743,99 446 ,72  0 334 ,90  0
P3 =    748,798 kN ≤ 1060,37 kN
5 2 .4 2 .4
Beban yang didukung tiang no.4
3743,99 446,72  (1) 334,90  ( 1)
P4 =    651,096 kN ≤ 1060,37 kN
5 2.4 2 .4
Beban yang didukung tiang no.5
3743,99 446,72  1 334,90  1
P5 =    762,776 kN ≤ 1060,37 kN
5 2.4 2.4
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa daya dukung maksimum setiap tiang
pancang memenuhi persyaratan, sehingga 5 buah tiang pancang dalam
kelompok tiang dapat dipakai.
270

B. Perencanaan Poer
1. Tinjauan tegangan geser 1 arah

d a

d
1.10

ds

0.50 2.00 0.50

Gambar IX.3. Tegangan geser 1 arah


Tegangan geser satu arah hanya terjadi pada satu sisi, sehingga
diperhitungkan terhadap daya dukung tiang pancang pada satu sisi saja.
Data –data :
D tul. = 25 mm
Sb = 75 mm
ds = 75 + 25/2 = 87,5 mm ≈ 90 mm
d = h – ds = 1100 – 90 = 1010 mm
Vu = ∑Pu = P1+P2 = 734,82 + 846,50 = 1581,32 kN
∑Pu = P4+P5 = 651,10 + 762,78 = 1413,87 kN
∑Pu = P1+P4 = 734,82 + 651,10 = 1385,92 kN
∑Pu = P2+P5 = 846,50 + 762,78 = 1609,28 kN
Dipilih Vu terbesar = 1609,28 kN
Tegangan geser yang dapat ditahan oleh beton Vc
Vc = 1/6. f ' c .B.d

= 1/6. 20 .3000.1010
= 2258428,66 N = 2258,428 kN
Kontrol : Vu = 1609,28 kN < .Vc = 0,75. 2258,428 = 1693,82 kN
Jadi kontruksi poer fondasi aman terhadap tegangan geser satu arah.
271

2. Tinjauan tegangan geser 2 arah


hk

d/2 a

d
1.10

ds

0.50 2.00 0.50

Gambar IX.4. Tegangan geser 2 arah


Langkah –langkah perhitungan perhitungan dilaksanakan sebagai berikut :
βc = rasio sisi panjang dan sisi pendek dimensi poer
= L/B = 2,5/2,5 = 1
b0 = 2.( b k  d )  ( h k  d ) = 2.(600  1010 )  (600  1010 )= 6440 mm
αs = konstanta yang nilainya tergantung dari kolom pada bangunan
= 40 untuk fondasi dengan letak kolom pada dalam bangunan
= 30 untuk fondasi dengan letak kolom pada tepi bangunan
= 20 untuk fondasi dengan letak kolom pada sudut bangunan
Tegangan yang terjadi pada tanah Vu (semua reaksi yang terjadi pada arah x dan
arah y).
Vu = ∑ Pu
= 734,82 + 846,50 + 651,10 + 762,78
= 2995,19 kN
Menghitung tegangan geser terkecil yang dapat ditahan oleh poer Vc yaitu :
 2 
Vc = 0,17. 1  . f 'c .bo.d
 βc 

 2
= 0,17. 1  . 20.6440.1010
 1
= 14835166,16 N = 14835,166 kN
272

  .d  1
Vc =  2  s . . f 'c .bo.d
 b0  12

 40.1010  1
= 2  . . 20.6440.1010
 6440  12
= 20054846,48 N = 20054,846 kN

Vc = 1/3. f 'c bo.d

= 1/3. 20 .6440.1010 = 9696187,04 N =9696,19 kN


Dipakai yang terkecil Vc = 9696,19 kN
Kontrol Vu = 2995,19 kN <.Vc = 0,75. 9696,19 kN = 7272,14 kN
Jadi konstruksi poer fondasi aman terhadap tegangan geser dua arah.

3. Penulangan poer
3a). Penulangan poer arah x
Data data :
Mu = ∑P.Iy
= (734,82+846,50).(1) = 1581,31 kNm
= (651,10+762,78).(1) = 1413,87 kNm
Dipilih Mu terbesar = 1581,31 kNm
Menghitung faktor pikul K : (b = 3000 mm) :
Mu 1581,31.106
K   0,646 MPa  K maks (5,259 MPa)
 .b.d 2 0,9.3000.1010 2

Menghitung tinggi blok tegangan beton tekan :

 2.K   2.0,646 
a  1  1  .d  1  1  .1010  39,132 mm

 0,85.f '
c   0,85.20 

Perhitungan tulangan pokok (bawah):


0,85.f c '.a.b 0,85 . 20 . 39,132 . 3000
As    4989,36 mm 2
fy 400
273

1,4  b  d 1,4  3000  1010


As    10605,00 mm 2
fy 400

Dipilih yang besar, jadi As,u = 10605,00 mm2


Jarak tulangan pokok (dipakai D25) :
1/4. .D 2 .S 1/4. .25 2 .3000
s   138,791 mm
A s, u 10605,00

s  2  h  2  1100  2200 mm
s  450 mm
Dipilih yang kecil, jadi dipakai s = 138,791 mm = 130 mm

Luas tulangan = 1/4. .D .S  1/4. .25 .3000  11322 ,10 mm 2  A s, u (Ok)


2 2

s 130
Jadi dipakai tulangan pokok As = D25–130

Perhitungan tulangan susut (atas):


Asb = 20%.As,u
= 20%.10605,00 = 2121,00 mm2
Asb,min = 0,002.b.h
= 0,002.3000.1100 = 6600 mm2
Dipilih Asb terbesar, Asb,u = 6600 mm2
Jarak tulangan bagi (dipakai D22) :
1/4. .D 2 .S 1/4. .22 2.3000
s   172,7 mm
A s,u 6600

s  2  h  2 1100  2200 mm
s  450 mm
Disamakan dengan jarak tulangan pokok, jadi dipakai s = 130 mm (<172,7
mm).
1/4. .D 2 .S
Luas tulangan =
s
1/4.  .22 2 .3000
  8767 ,85 mm 2
 A s, u (Ok)
130
Jadi dipakai tulangan bagi As‘ = D22–130
274

3b). Penulangan poer arah y


Data data :
Mu = ∑P.Ix
= (734,821+651,096).1 = 1385,92 kNm
= (846,501+762,776).1 = 1609,28 kNm
Dipilih Mu terbesar = 1609,28 kNm
Menghitung faktor pikul K : (b = 3000 mm) :
Mu 1609,28.106
K   0,691 MPa  K maks (5,259 MPa)
.b.d 2 0,9.3000.985 2

Menghitung tinggi blok tegangan beton tekan :

 2.K   2.0,691 
a  1  1  .d  1  1  .985  40,892 mm


0,85.f c '   0,85.20 

Perhitungan tulangan pokok (bawah):


0,85.f c '.a.b 0,85 . 20 . 40,892 . 3000
As    5213,80 mm 2
fy 400

1,4  b  d 1,4  3000  985


As    10342,50 mm 2
fy 400
Dipilih yang besar, jadi As,u 10342,50 mm2
Jarak tulangan pokok (dipakai D25) :
1/4. .D 2 .S 1/4. .25 2 .3000
s   142,313 mm
A s,u 10342,50

s  2  h  2  1100  2200 mm
s  450 mm
Karena jarak terkecil s = 142,313 mm, lebih besar dari s tulangan pokok
arah x maka untuk mempermudah pelaksanaan digunakan tulangan arah y
dengan s = 130 mm.

Luas tulangan = 1/4. .D .S  1/4. .25 .3000  11322 ,10 mm 2  A s, u (Ok)


2 2

s 130
Jadi dipakai tulangan pokok As = D25–130
275

Perhitungan tulangan susut (atas):


Asb = 20%.As,u
= 20%.10342,5 = 2068,50 mm2
Asb,min = 0,002.b.h
= 0,002.3000.1100 = 6600 mm2
Dipilih Asb terbesar, Asb,u = 6600 mm2
Jarak tulangan bagi (dipakai D22) :
1/4. .D 2 .S 1/4. .22 2.3000
s   172,70 mm
A s,u 6600

s  2  h  2 1100  2200 mm
s  450 mm
Disamakan dengan jarak tulangan pokok, jadi dipakai s = 130 mm
(<172,70mm).
1/4. .D 2 .S
Luas tulangan =
s
1/4.  .22 2 .3000
  8767 ,846 mm 2
 A s, u (Ok)
130
Jadi dipakai tulangan bagi As‘ = D22–130

3c). Perhitungan panjang penyaluran tegangan (ld)


Panjang penyaluran tegangan (ld) dhitung dengan rumus berikut :
fy  t . e . s
ld = . .d b dan ld harus ≥ 300 mm.
1,1. f 'c  cb  K tr 
 
 db 
dengan :
Ψt = 1,0 (beton segar di bawah tulangan hanya 75 mm < 300 mm).
Ψe = 1,0 (tulangan tidak dilapisi epoksi)
Ψs = 1,0 (digunakan tulangan D22).
db = 22 mm
λ = 1,0 (digunakan beton normal).
cb = 75 mm (selimut beton Sb = 75 mm).
276

Ktr = 0 (untuk penyederhanaan: Pasal 12.2.4 SNI 03-2847-2013)


(cb+Ktr)/db = (75+0)/22 = 3,4 > 2,5 → dipakai (cb+Ktr)/db = 2,5.
Dihitung ld :
400 1.1.1
ld = . .22 = 715,542 mm > 300 mm.
1,1.1. 20 2,5

Digunakan ld = 720 mm = 0,720 m.


Panjang tersedia
lt = B/2 - bk/2 – 75
= 2500/2–600/2–75 = 874 mm = 0,874 m.
Karena lt = 0,874 m > ld = 0,720 m, maka lebar poer sudah cukup.

Gambar penulangan pondasi tiang pancang kolom K26 disajikan pada


gambar IX.5.

3000
600
40
40

D22-130
D22-130
D25-130
D22-130
2000
3000

D25-130
1100

I I D25-130
D22-130

D25-130
18000

2000
3000

400
2000
TAMPAK ATAS POTONGAN I-I

Gambar IX.5. Penulangan pondasi tiang pancang kolom K26


277

C. Perencanaan Sloof
1. Pembebanan balok sloof
Contoh perhitungan pembebanan balok sloof dilakukan pada sloof 1 portal
As-F berikut ini.
 Beban merata ditinjau ketika musim kemarau
Beban mati (qD)
Berat pelat basement = 0,25.25 = 6,25 kN/m2
Spesi (finishing) = 0,03.21 = 0,63 kN/m2
qD total = 6,88 kN/m2
Beban hidup (qL)
Beban hidup lantai parkir = 1,92 kN/m2 (SNI 1727:2013)
 Beban merata ditinjau ketika musim penghujan
Beban mati (qD)
Berat pelat basement = 0,25.25 = 6,25 kN/m2
Spesi (finishing) = 0,03.21 = 0,63 kN/m2
Tekanan air tanah = -1,8 . 10 = -18,00 kN/m2
qD total = -11,12 kN/m2
Beban hidup (qL)
Beban hidup lantai parkir = 1,92 kN/m2 (SNI 1727:2013)

2. Analisa mekanika balok sloof


Analisa gaya dalam pada balok sloof dilakukan dengan bantuan software
SAP2000 dengan memperhitungkan 2 kondisi yaitu pada saat musim kemarau
ketika level muka air tanah rendah dan pada kondisi penghujan ketika level muka
air tanah tinggi. Gambar momen balok sloof dapat dilihat pada Gambar. IX.6
dan Gambar. IX.7.

Momen akibat beban mati


278

Momen akibat beban hidup


Gambar IX.6. Momen pada sloof portal As-F ditinjau ketika musim kemarau

Momen akibat beban mati

Momen akibat beban hidup


Gambar IX.7. Momen pada sloof portal As-F ditinjau ketika musim penghujan

Dari diagram momen diatas terlihat bahwa momen akibat beban mati ketika
kemarau dan penghujan mengalami perbedaan signifikan. Selanjutnya momen
akibat beban mati dan beban hidup dari kedua kondisi tersebut dihitung dengan
kombinasi beban 1,4D dan 1,2D+1,6L. hasil kombinasi momen pada sloof S1
dapat dilihat pada Tabel IX.2 dan Tabel IX.3.

Tabel IX.2. Momen perlu sloof S1 portal As-F ditinjau ketika musim kemarau
Kombinasi beban (kNm) Syarat SRPMK Momen terbesar
MD ML
Balok Posisi Mu(+) Mu(-) Mu(+) Mu(-)
(kNm) (kNm) 1,4MD 1,2MD +1,6ML
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
kiri -233,789 -55,503 -327,305 -369,351 184,676 369,351 184,676 369,351
S1 Tengah 129,531 31,254 181,344 205,444 0,000 92,338 205,444 92,338
kanan -86,509 -20,229 -121,112 -136,177 68,088 136,177 68,088 136,177
(Sumber : hasil hitungan)
279

Tabel IX.3. Momen perlu sloof S1 portal As-F ditinjau ketika musim penghujan
Kombinasi beban (kNm) Syarat SRPMK Momen terbesar
MD ML
Balok Posisi Mu(+) Mu(-) Mu(+) Mu(-)
(kNm) (kNm) 1,4MD 1,2MD +1,6ML
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
kiri 286,548 -55,503 401,167 255,053 0,000 200,583 401,167 200,583
S1 Tengah -163,477 31,254 -228,867 -146,165 114,434 228,867 114,434 228,867
kanan 103,139 -20,229 144,395 91,400 0,000 72,197 144,395 72,197
(Sumber : hasil hitungan)
Momen dari kedua tinjauan di atas, selanjutnya di pilih yang terbesar untuk
digunakan dalam perencanaan tulangan.

Tabel IX.4. Momen perlu sloof S1 portal As-F untuk perencanaan


Momen yang digunakan
Balok Posisi Mu(+) Mu(-)
(kNm) (kNm)
kiri 401,167 369,351
S1 Tengah 205,444 228,867
kanan 144,395 136,177
(Sumber : hasil hitungan)

3. Penulangan sloof
Analisis perhitungan tulangan pada sloof S1 yang terletak antara kolom
K.26 dan K.36 portal As-F delakukan dengan data sebagai berikut ini :
h = 600 mm
b b

b = 350 mm ds

f’c = 20 MPa
fy = 400 Mpa d
h h

fyt = 240 Mpa


d

D = 22 mm
ϕ = 10 mm
ds

Kmaks = 5,523 MPa (lihat lampiran)


Sn = 40 mm
Snv = 25 mm
ds = 50+10+22/2 = 71 mm
d = 600-71 = 529 mm
280

3a). Perhitungan tulangan longitudinal sloof. Perhitungan tulangan


longitudinal sloof dilakukan pada daerah tumpuan kiri sloof seperti berikut :
Momen negatif (atas)
Mu = 369,351 kNm
Mu 369,351.10 6
K=   4,714 MPa  K maks (5,523 MPa)
 .b.d 2 0,9.350.52 9 2
Dipakai tulangan tunggal :
 2.K   2.4,714 
a   1  1  .d  1  1 

.529  175 ,940 mm

 0,85.f' c   0,85.20 
0,85.f' c .a.b 0,85.20.17 5,940.350
As    2617 ,107 mm 2
fy 400

f' c .b.d 20 .350.529


As =   517,510 mm 2

4.f y 4.400

A s = 1,4.b.d/fy  1,4.350.52 9/400  648,025 mm 2

Dipilih As yang besar, jadi As,u = 2617,107 mm2


A s,u 2617,107
Jumlah tulangan n =   6,885  7 batang
0,25..π, D 2
0,25. . 222
Kontrol tulangan perbaris, m :
b  2.d s1 350 - 2.71
m= 1  1  4,355  4 batang .
D  40 22  40
n > m, maka dipasang 2 baris tulangan, dan dihitung kembali.
ds2 = 71+((22+25)/2) = 94,5 → 95 mm
d = 600-95 = 505 mm
Mu 369,351.10 6
K=   5,172 MPa  K maks (5,523 MPa)
 .b.d 2 0,9.350.50 5 2
Dipakai tulangan tunggal :
 2.K   2.5,172 
a   1  1  .d   1  1  .505  189 ,033 mm


0,85.f' c   0,85.20 

0,85.f' c .a.b 0,85.20.18 9,033.350


As    2811,861 mm 2
fy 400
281

f' c .b.d 20 .350.505


As =   494,031 mm 2

4.f y 4.400

A s = 1,4.b.d/fy  1,4.350.50 5/400  618,625 mm 2

Dipilih As yang besar, jadi As,u = 2811,861 mm2


A s,u 2811,861
Jumlah tulangan n =   7,397  8 batang
0,25..π, D 2
0,25. . 222
As,terpasang = 8.0,25.π.222 = 3041,062 mm2 > 2811,861 mm2 (Oke)
Tulangan atas 8D22, As = 3041,062 mm2, dapat dipasang dengan baik.

Momen positif (bawah)


Mu(+) = 401,167 kNm
Dengan cara yang sama seperti diatas, diperoleh tulangan bawah 8D22, As =
3041,062 mm2.
Jadi pada sloof S1 daerah tumpuan kiri dipasang tulangan berikut :
Tulangan atas : 8D22, As = 3041,062 mm2
Tulangan bawah : 8D22, As = 3041,062 mm2
Karena jarak tulangan atas & bawah > 300 mm , maka ditambahkan 2 tulangan
susut D22.
Gambar tulangan longitudinal sloof S1 disajikan pada Gambar IX.8. dan
perhitungan kebutuhan tulangan sloof S1 portal As-F disajikan pada Tabel IX.5.

350
95

8D22

2D22 600
505

8D22

Gambar IX.8. Tulangan longitudinal sloof S1 ujung kiri


282

Tabel IX.5. Tulangan longitudinal sloof S1 portal As-F


Momen perlu Tulangan Momen rencana
(Mu) terpasang (Mr)
Balok Posisi
Mu (-)
Mu(+) Atas Bawah Mr (-)
Mr(+)
kNm kNm n.Dx n.Dx kNm kNm
Kiri 401,167 369,351 8D22 8D22 471,444 471,444
S1 Tengah 205,444 228,867 4D22 4D22 264,104 264,104
Kanan 144,395 136,177 8D22 8D22 471,444 471,444
(Sumber : hasil hitungan)

3b). Perhitungan tulangan geser sloof. Perhitungan tulangan geser sloof


(begel) diambil dari nilai terbesar pada berbagai kombinasi beban geser. Contoh
perhitungan akan dilakukan pada sloof S1. Adapun tabel kombinasi gaya geser
pada sloof S1 dapat dilihat pada Tabel IX.4.
Tabel IX.6. Gaya geser perlu sloof S1 portal As-F ditinjau ketika musim kemarau
Kombinasi beban Gaya geser terbesar
VD VL
Balok Posisi 1,4VD 1,2VD+1,6VL Vu, min Vu,max
(kN) (kN)
(kN) (kN) (kN) (kN)
kiri -135,730 -31,289 -190,022 -212,938 190,022 212,938
S1 Tengah -18,410 -4,409 -25,774 -29,146 25,774 29,146
kanan 98,910 22,471 138,474 154,646 138,474 154,646
(Sumber : hasil hitungan)

Tabel IX.7. Gaya geser perlu sloof S1 portal As-F ditinjau ketika musim penghujan
Kombinasi beban Gaya geser terbesar
VD VL
Balok Posisi 1,4VD 1,2VD+1,6VL Vu, min Vu,max
(kN) (kN)
(kN) (kN) (kN) (kN)
kiri 157,606 -31,289 220,648 139,065 139,065 220,648
S1 Tengah 22,926 -4,409 32,096 20,457 20,457 32,096
kanan -111,754 22,471 -156,456 -98,151 98,151 156,456
(Sumber : hasil hitungan)

Tabel IX.8. Gaya geser perlu sloof S1 portal As-F yang digunakan
Gaya geser yang
digunakan
Balok Posisi
Vu, min Vu,max
(kN) (kN)
kiri 190,022 220,648
S1 Tengah 25,774 32,096
kanan 138,474 156,456
(Sumber : hasil hitungan)
283

Perhitungan tulangan geser pada sloof S1 dengan bentang balok 8 m,


direncanakan penulangan geser dibagi menjadi 3 daerah seperti terlihat pada
Gambar IX.9 dibawah ini.

Vud,1
Vu2h,1

Vu2h,2
Vud,2
0.30 1.20 5.00 1.20 0.30
Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3

Gambar VIII.9. Pembagian daerah tulangan geser sloof S1

4  0,6 / 2  0,505
Vud,1 = 32,096+ .( 220,648  32,096) = 182,702 kN.
4
4  0,6 / 2  2.0,6
Vu2h,1 = 32,096+ .( 220,648  32,096) = 149,941 kN.
4
4  0,6 / 2  0,505
Vud,2 = -32,096+ .( 156,456  ( 32,096))
4
= -131,428 kN.
4  0,6 / 2  2.0,6
Vu2h,2 = -32,096+ .( 156,456  ( 32,096))
4
= -109,821 kN.
1). Tulangan geser sloof daerah I. Sloof sepanjang 1200 mm dari muka kolom
sisi kiri.
Data – data :
h = 600 mm
b = 350 mm
f’c = 20 MPa
fyt = 240 MPa
d = 505 mm
284

ds = 95 mm
hk = 0,6 m
Dihitung :
Vs = Vud,1/ = 182,702/0,75 = 243603,08 N = 243,603 kN.

Vs,maks = 2/3. f ' c .b.d = 2/3. 20 .350.505 = 526966,7 N = 526,966 kN.

Vs< Vs,maks jadi ukuran balok dapat dipakai.


V s .S 243603,08.1000
Av = = = 2009,90 mm2.
f yt .d 240.505

0,35.b.S 0,35.350.1000
Av,min = = = 510,42 mm2.
f yt 240

0,062. f' c .b.S 0,062. 20 .350.1000


Av,min = = = 404,36 mm2.
f yt 240

Dipilih yang terbesar, jadi Av,u = 2009,90 mm².


Dipilih begel 3 kaki, dengan diameter dp = 10 mm.
n.1 / 4. .dp 2 .S 3.1 / 4. .10 2.1000
s = = = 117,20 mm.
A v ,u 2009,90

s ≤ (d/4 = 505/4 = 126,25 mm).


s ≤ (6.Dterkecil = 6.22= 132 mm).
s ≤ (24.begel = 24.10 = 240 mm).
s ≤ 150 mm.
Dipilih yang kecil, jadi s = 110 mm (dibulatkan ke bawah).
Jadi dipakai begel 3Ø10-110.
2). Tulangan geser sloof daerah II. Sloof sepanjang 5000 mm pada tengah
bentang.
Vc = 0,75.0,17.λ. f ' c .b.d

= 0,75.0,17.1. 20 .350.505 = 100782.4 N = 100,782 kN.


Vs = (Vu2h,1-.Vc)/ = (149,941-100,782)/0,75
= 199821,10 N =199,821 kN.
285

V s .S 199821,10.1000
Av = = = 1648,689 mm2.
f yt .d 240.505

0,35.b.S 0,35.350.1000
Av,min = = = 510,417 mm2.
f yt 240

0,062. f' c .b.S 0,062. 20 .350.1000


Av,min = = = 404,356 mm2.
f yt 240

Dipilih yang terbesar, jadi Av,u = 1648,689 mm².


Dipilih begel 3 kaki, dengan diameter dp = 10 mm.
n.1 / 4. .dp 2 .S 3.1 / 4. .10 2.1000
s = = = 142,90 mm.
A v ,u 1648,689

s ≤ (d/2 = 505/2 = 252,5 mm).


s ≤ 600 mm.
Dipilih yang terkecil, jadi s = 140 mm (dibulatkan ke bawah).
Jadi dipakai begel 3Ø10-140
3). Tulangan geser sloof daerah 3. Sloof sepanjang 1200 mm dari muka kolom
sisi kanan.

Vs = Vud,2/ = 131,428/0,75 = 175237,75 N = 175,237 kN.

Vs,maks = 2/3. f ' c .b.d = 2/3. 20 .350.505 = 526966,7 N = 526,966 kN.

Vs< Vs,maks jadi ukuran balok dapat dipakai.


V s .S 1175237,75.1000
Av = = = 1445,90 mm2.
f yt .d 240.505

0,35.b.S 0,35.350.1000
Av,min = = = 510,42 mm2.
f yt 240

0,062. f' c .b.S 0,062. 20 .350.1000


Av,min = = = 404,36 mm2.
f yt 240

Dipilih yang terbesar, jadi Av,u = 1445,90 mm².


Dipilih begel 3 kaki, dengan diameter dp = 10 mm.
n.1 / 4. .dp 2 .S 3.1 / 4. .10 2.1000
s = = = 162,96 mm.
A v ,u 1445,90
286

s ≤ (d/4 = 505/4 = 126,25 mm).


s ≤ (6.Dterkecil = 6.22= 132 mm).
s ≤ (24.begel = 24.10 = 240 mm).
s ≤ 150 mm.
Dipilih yang kecil, jadi s = 110 mm (disamakan dengan daerah I untuk
mempermudah pelaksanaan).
Jadi dipakai begel 3Ø10-110.
Jadi, tulangan geser pada sloof S1 diperoleh :
Pada daerah I dan III dipasang begel 3Ø10–110.
Pada daerah II dipasang begel 3Ø10–140.
Gambar penulangan sloof S1 disajikan pada Gambar IX.10. dan hasil
perhitungan tulangan geser sloof S1 portal As-F disajikan pada tabel IX.5.

8.00
1.20 5.00 1.20
3Ø10-110
I 8D22 II 4D22 8D22 III

8D22 3Ø10-140 4D22 8D22


I II III

8D22 4D22 8D22


95 71 95
Begel 3Ø10-110 Begel 3Ø10-140 Begel 3Ø10-110
505 2D22 529 2D22 505 2D22
8D22 4D22 8D22

350 350 350

POTONGAN I-I POTONGAN II-II POTONGAN III-III

Gambar IX.10. Penulangan sloof S1

Tablel IX.9. Hasil perhitungan tulangan geser sloof S1 portal as-F


Vu,perlu Tulangan begel
Daerah Luar
Balok Posisi
Vu,1 Vu,2 Vu,d Vu,2h sendi sendi
plastis plastis
Kiri 220,648 220,648 182,702 149,941 3Ø10-110
S1 Lapangan 32,096 32,096 3Ø10-140
kanan 156,456 156,456 131,428 109,821 3Ø10-110
(Sumber : hasil hitungan

Anda mungkin juga menyukai