Anda di halaman 1dari 44

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA STROKE NON HEMORAGIK DAN RIWAYAT


HIPERTENSI DI RSAL DR. MINTOHARDJO

LAPORAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Dosen Pembimbing:

Dr. Muhammad Yanis Musdja, M.Sc., Apt.

Nisphi Amallia, S. Farm., Apt.

Disusun Oleh:

Dwi Puspita Ayunigtyas 11151020000100

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan yang berjudul “Pemantauan Terapi
Obat Pada Pasien dengan Diagnosa Stroke Non Hemoragik dengan Riwayat
Hipertensi di RSAL DR.MINTOHARDJO”.
Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas praktik
kerja lapangan pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusun menyadari bahwa kegiatan praktik kerja lapangan dan laporan praktik
kerja lapangan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang
membangun penyusun butuhkan demi kesempurnaan karya ilmiah yang akan datang.
Penyusun berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, 21 Maret 2018

Penyusun
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini diajukan oleh:


Nama : Dwi Puspita Ayuningtyas
NIM : 11151020000100
Judul : Pemantauan Terapi Obat Pada Pasien dengan Diagnosa Stroke Non
Hemoragik dengan Riwayat Hipertensi di RSAL DR.MINTOHARDJO

Sebagai tugas akhir Praktik Kerja Lapangan Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu
Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL)
Tangerang Selatan periode 1 Maret 2019 sampai 15 Maret 2019

Telah distujui oleh:

Pembimbing Prodi Farmasi Pembimbing PKL


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta RUMKITAL Dr. Mintohardjo

Dr. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt. Nisphi Amallia, S. Farm., Apt.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
1.1. Latar Belakang....................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................6
1.3. Tujuan.................................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................7
2.1. Tatalaksana Pemantauan Terapi Obat.................................................................7
2.2. Definisi Stroke....................................................................................................9
2.3. Klasifikasi Stroke................................................................................................9
2.4. Patofisiologi Stroke Iskemik.............................................................................10
2.5. Diagnosa dan Manifestasi Klinik Stroke Iskemik............................................11
2.6. Penatalaksanaan Terapi Stroke Iskemik...........................................................11
2.7. Central Post Stroke Pain...................................................................................15
2.8. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi pada Pasien Stroke...................................16
BAB III............................................................................................................................17
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN.....................................................................17
BAB IV............................................................................................................................32
KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................35
LAMPIRAN....................................................................................................................37
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut definisi WHO stroke merupakan suatu tanda klinis dengan onset
cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian akibat
gangguan vaskuler.
Stroke merupakan urutan kedua penyakit mematikan setelah penyakit
jantung. Beberapa penyakit memicu terjadinya serangan stroke seperti
hipertensi, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke
otak. Angka kejadian stroke di dunia kira-kira 200 per 100.00 penduduk dalam
setahun. Di Indonesia diperkirakan setiap tahun 500.000 penduduk terkena
serangan stroke dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya
mengalami cacat ringan (Hanum, et al., 2017)
Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 provinsi Sulawesi
Selatan menduduki prevalensi stroke tertinggi di Indonesia (17,9). Prevalensi
penyakit stroke juga meningkat seiring bertambahnya usia. Kasus stroke
tertinggi tusia 75 tahun keatas (43,1%) dan lebih banyak terjadi pada pria
(7,1%) dibandingkan dengan wanita (6,8%) (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Penatalaksanaan terapi pada pasien stroke bertujuan untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut, serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam
proses pemberian terapi pada pasien memungkinkan terjadinya ketidaksesuaian
dalam pencapaian terapi suatu obat atau yang biasa disebut DRP. Pelayanan
praktik farmasi klinik mengahruskan tenaga kesehatan terutama farmasis
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam proses pelayanan
kesehatan, memahami penyakit dan tatalaksana terapi dengan memperhatikan
kondisi pasien secara individual, serta mampu mengidentifikasi adanya
masalah dalam pengobatan (DRP).

5
Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai resiko untuk mengalami
masalah terkait obat; oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan terapi obat
(PTO). PTO merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional. Pemantauan terapi
obat mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon
terapi dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Menurut penelitian
yang dilakukan di negara maju menunjukkan masalah terkait obat yang sering
muncul adalah masalah pemberian obat yang kontraindikasi dengan kondisi
pasien, cara pemberian yang tidak tepat, pemberian dosis yang sub terapetik
dan interaksi obat. Berdasarkan data tersebut di atas, pemantauan terapi obat
harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada
periode tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.
Dalam hal ini, keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam
mencegah munculnya masalah terkait obat melalui pemantauan terapi obat
(Departemen Kesehatan RI, 2009).

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah kerasionalan dan ketepatan pemberian terapi obat pada


pasien di RSAL Dr. Mintohardjo yang menderita Stroke non Hemoragik
beserta penyakit komorbiditas lainnya?

1.3. Tujuan

1. Memberikan terapi obat yang rasional kepada pasien


2. Mencegah terjadinya efek merugikan akibat adanya DRP pada pasien
3. Meningkatkan kemampuan menganalisa DRP pasien
4. Memberikan kontribusi nyata sebagai farmasi dalam dunia praktik

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tatalaksana Pemantauan Terapi Obat

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit/bagian di rumah


sakit yang melakukan pekerjaan dan memberikan pelayanan kefarmasian secara
menyeluruh, khususnya kepada pasien, profesional kesehatan rumah sakit serta
masyarakat pada umumnya.
Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Kegiatan tersebut mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, cara
pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat harus
dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode
tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui. Tatalaksana
Pemantauan Terapi Obat meliputi :
a. Seleksi Pasien
Pemantauan terapi obat (PTO) seharusnya dilaksanakan untuk seluruh
pasien. Mengingat terbatasnya jumlah apoteker dibandingkan dengan jumlah
pasien, maka perlu ditentukan prioritas pasien yang akan dipantau. Seleksi dapat
dilakukan berdasarkan:
- Kondisi Pasien.
 Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga
menerima polifarmasi.
 Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika.
 Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal.
 Pasien geriatri dan pediatri.
 Pasien hamil dan menyusui.
 Pasien dengan perawatan intensif.

7
- Obat
 Jenis Obat
Pasien yang menerima obat dengan resiko tinggi seperti : obat dengan
indeks terapi sempit (contoh: digoksin,fenitoin), obat yang bersifat
nefrotoksik (contoh: gentamisin) dan hepatotoksik (contoh: OAT),
sitostatika (contoh: metotreksat), antikoagulan (contoh: warfarin,
heparin), obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh :
metoklopramid, AINS), obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin).
 Kompleksitas regimen
Pasien yang menerima pengobatan dengan kondisi Polifarmasi,
Variasi rute pemberian, Variasi aturan pakai, dan Cara pemberian
khusus (contoh: inhalasi)
b. . Pengumpulan Data Pasien
Data dasar pasien merupakan komponen penting dalam proses PTO. Data
tersebut dapat diperoleh dari: rekam medik, profil pengobatan pasien/pencatatan
penggunaan obat, wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga
kesehatan lain. Rekam medik merupakan kumpulan data medik seorang pasien
mengenai pemeriksaan, pengobatan dan perawatannya di rumah sakit. Data yang
dapat diperoleh dari rekam medik, antara lain: data demografi pasien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
penggunaan obat, riwayat keluarga, riwayat sosial, pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnostik, diagnosis dan terapi.
c. Identifikasi Masalah Terkait Obat
Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi adanya
masalah terkait obat.
d. Rekomendasi Terapi
Tujuan utama pemberian terapi obat adalah peningkatan kualitas hidup
pasien, yang dapat dijabarkan sebagai berikut : Menyembuhkan penyakit (contoh:
infeksi), Menghilangkan atau mengurangi gejala klinis pasien (contoh: nyeri),
Menghambat progresivitas penyakit (contoh: gangguan fungsi ginjal) serta
Mencegah kondisi yang tidak diinginkan (contoh: stroke).

8
e. Rencana Pemantauan
Setelah ditetapkan pilihan terapi maka selanjutnya perlu dilakukan
perencanaan pemantauan, dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan
meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.
f. Tindak Lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat
oleh apoteker harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait. Kerjasama
dengan tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mengoptimalkan pencapaian
tujuan terapi. Informasi dari dokter tentang kondisi pasien yang menyeluruh
diperlukan untuk menetapkan target terapi yang optimal. Komunikasi yang efektif
dengan tenaga kesehatan lain harus selalu dilakukan untuk mencegah
kemungkinan timbulnya masalah baru (Departemen Kesehatan RI, 2009).

2.2. Definisi Stroke


Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun general
secara akut, lebih dari 24 jam kecuali pada intervensi bedah atau meninggal,
berasal dari gangguan sirkulasi serebral (Riyadina, W & Ekowati R, 2013).
Gangguan saraf pada stroke menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah
atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan
kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Stroke merupakan penyebab
disabilitas nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah
penyakit jantung iskemik baik di negara maju maupun berkembang. Stroke dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan yang akan menurunkan status kesehatan
dan kualitas hidup penderita stroke.

2.3. Klasifikasi Stroke


Klasifikasi penyakit stroke terdiri dari beberapa kategori, diantaranya:
berdasarkan kelainan patologis, secara garis besar stroke dibagi dalam 2 tipe
yaitu: iskemik stroke disebut juga infark atau non hemoragik disebabkan oleh
gumpalan atau penyumbatan dalam arteri yang menuju ke otak yang sebelumnya
sudah mengalami proses aterosklerosis. Iskemik stroke terdiri dari tiga macam
yaitu embolik stroke, trombotik stroke dan hipoperfusi stroke.

9
Tipe kedua adalah stroke hemoragik merupakan kerusakan atau "ledakan"
dari pembuluh darah di otak, perdarahan dapat disebabkan lamanya tekanan darah
tinggi dan aneurisma otak. Ada dua jenis stroke hemoragik: subarachnoid dan
intraserebral. Akibat yang ditimbulkan oleh serangan stroke diantaranya
kelemahan (lumpuh sebagian atau menyeluruh) secara mendadak, hilangnya
sensasi berbicara, melihat, atau berjalan, hingga menyebabkan kematian
(Arifianto)

2.4. Patofisiologi Stroke Iskemik


Stroke iskemik terjadi saat aliran darah ke otak terganggu secara tiba-tiba
akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah. Kejadian iskemia serebrovaskular
paling sering disebabkan karena adanya trombosis, emboli, dan hipoperfusi darah
ke otak ketiganya dapat mengganggu aliran darah ke otak yang dapat
mempengaruhi fungsi neurologis akibat ketiadaan suplai oksigen dan glukosa.
Sekitar 45% kejadian stroke iskemik disebabkan oleh adanya trombus pada arteri
kecil atau besar, dan sebanyak 20% disebabkan adanya emboli.
Tiga mekanisme patologi utama dari Stroke iskemik antara lain :
trombosis, emboli, dan stroke hipotensif. Trombosis serebral mengacu pada
terjadinya pembentukan trombus (bekuan darah) didalam pembuluh arteri di otak,
yang dapat menyebabkan infark pada bagian otak. Sedangkan serebral emboli
merupakan kejadian terbentuknya bekuan darah dalam saluran sistemik pada
lokasi lain selain di otak. Stroke emboli terjadi ketika bekuan darah tersebut pecah
dan terbawa oleh aliran darah kemudian menyumbat pada pembuluh arteri cabang
dengan ukuran kecil. Mekanisme ketiga patologi stroke iskemik yaitu hipoperfusi
sistemik akibat berkurangnya tekanan arteri secara umum. Hal ini dapat
disebabkan beberapa kondisi seperti henti jantung akibat infark miokard, aritmia,
atau hipotensi berat.
Otak mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi, dengan berat hanya
2% dari berat badan, dan menggunakan 20% oksigen total dari 20% aliran darah
sistemik. Pada keadaan oksigenasi yang cukup, terjadi metabolism aerobic dari 1
mol glukosa menghasilkan energi berupa 38 mol ATP yang diantaranya
digunakan untuk mempertahankan pompa ion ( Na-K pump), transpor
neurotrasmiter ke dalam sel, serta sintesis protein dan lipid. Sedangkan dalam

10
keadaan stroke iskemik terjadi metabolisme anaerobik dimana 1 mol glukosa
menghasilkan energi 2 ATP akibat hambatan aliran darah ke otak, sehingga proses
fisiologi otak terganggu dan dapat menyebabkan kematian sel.
Keadaan normal aliran darah otak dipertahankan oleh suatu mekanisme
otoregulasi kurang lebih 58 ml/100 gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu
dengan mean arterial blood pressure (MAB) antara 50 – 160 mmHg. Mekanisme
ini gagal apabila terjadi perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada
stroke fase akut (Rambe).

2.5. Diagnosa dan Manifestasi Klinik Stroke Iskemik


Gejala yang mungkin terlihat pada pasien dengan stroke iskemik secara
umum berupa kelemahan atau baal di salah satu sisi tubuh meliputi wajah,
lengan atau tungkai, gangguan pengelihatan, ketidakmampuan berbicara, mual
muntah khususnya stroke yang mengenai batang otak dan serebelum serta
vertigo, atau hilangnya keseimbangan.
Anamnesa terkait keadaan klinis , gejala serta riwayat perkembangan
gejala pada pasien menjadi hal penting untuk menuntun dokter dalam
mnegakkan kausa paling mungkin dari stroke pasien hal ini meliputi :
Pemeriksaan fisik lengkap, CT Scan dan MRI juga dapat memberikan
konfirmasi definitive untuk menegakkan dignosa stroke iskemik. ( Dipiro, et
al, 2015)

2.6. Penatalaksanaan Terapi Stroke Iskemik


Tujuan utama pemberian terapi pada pasien stroke yaitu untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya kerusakan neurologis serta mengurangi
tingkat kematian dan disabilitas jangka panjang, mencegah terjadinya komplikasi
dan kerusakan fungsi neurologis, serta mencegah keterulangan stroke.
Pendekatan umum penatalaksanaan pasien stroke antara lain memastikan
dukungan jantung dan pernapasan pada pasien memadai, serta melakukan CT
scan dengan segera untuk mengetahi apakah pasien mengalami stroke iskemik
atau hemoragik, mengevaluasi waktu onset pada pasien stroke iskemik untuk
menilai apakah pasien merupakan kandidat untuk mendapatkan terapi reperfusi.

11
Setelah periode stroke akut, terapi yang diberikan berfokus pada
pencegahan progresifitas kerusakan yang ditimbulkan, meminimalisir terjadinya
komplikasi serta memberikan strategi pencegahan sekunder untuk keterulangan
stroke.

Gambar 2.1. Algoritma Terapi Pasien Stroke

Sumber : https://acls-algorithms.com/adult-stroke-algorithm/

Pilihan terapi farmakologi yang digunakan untuk penatalaksanaan stroke


iskemik antara lain :
a. Fibrinolitik/trombolitik (rtPA/ recombinant tissue plasminogen
activator) intravena

12
Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk
mengembalikan perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke akut. Jenis
obat golongan ini adalah alteplase, tenecteplase dan reteplase, namun yang
tersedia di Indonesia hingga saat ini hanya alteplase. Obat ini bekerja memecah
trombus dengan mengaktivasi plasminogen yang terikat pada fibrin. Efek samping
yang sering terjadi adalah resiko pendarahan seperti pada intrakranial atau saluran
cerna; serta angioedema. Kriteria pasien yang dapat menggunakan obat ini
berdasarkan rentang waktu dari onset gejala stroke (onset gejala <3 jam) dan 2
(onset gejala 3-4,5 jam). Waktu memegang peranan penting dalam
penatalaksanaan stroke iskemik akut dengan fibrinolitik.
b. Antikoagulan
Unfractionated heparin (UFH) dan lower molecular weight heparin
(LMWH) termasuk dalam golongan obat ini. Obat golongan ini seringkali juga
diresepkan untuk pasien stroke dengan harapan dapat mencegah terjadinya
kembali stroke emboli, namun hingga saat ini literatur yang mendukung
pemberian antikoagulan untuk pasien stroke iskemik masih terbatas dan belum
kuat. Salah satu meta-analisis yang membandingkan LMWH dan aspirin
menunjukkan LMWH dapat menurunkan resiko terjadinya tromboembolisme
vena dan peningkatan resiko perdarahan, namun memiliki efek yang tidak
signifikan terhadap angka kematian, kejadian ulang stroke dan juga perbaikan
fungsi saraf. Oleh karena itu antikoagulan tidak dapat menggantikan posisi dari
aspirin untuk penggunaan rutin pada pasien stroke iskemik.
c. Antiplatelet
Golongan obat ini sering digunakan pada pasien stroke untuk
pencegahan stroke berulang dengan mencegah terjadinya agregasi platelet.
Aspirin merupakan salah satu antiplatelet yang direkomendasikan penggunaannya
untuk pasien stroke. Penggunaan aspirin dengan loading dose 325 mg dan
dilanjutkan dengan dosis 75- 100mg/hari dalam rentang 24-48 jam setelah gejala
stroke.
d. Antihipertensi
Peningkatan nilai tekanan darah pada pasien dengan stroke iskemik
akut merupakan suatu hal yang wajar dan umumnya tekanan darah akan kembali

13
turun setelah serangan stroke iskemik akut. Peningkatan tekanan darah ini tidak
sepenuhnya merugikan karena peningkatan tersebut justru dapat menguntungkan
pasien karena dapat memperbaiki perfusi darah ke jaringan yang mengalami
iskemik, namun perlu diingat peningkatan tekanan darah tersebut juga dapat
menimbulkan resiko perburukan edema dan resiko perdarahan pada stroke
iskemik. Oleh karena itu seringkali pada pasien yang mengalami stroke iskemik
akut, penurunan tekanan darah tidak menjadi prioritas awal terapi dalam 24 jam
pertama setelah onset gejala stroke, kecuali tekanan darah pasien >220/120
mmHg atau apabila ada kondisi penyakit penyerta tertentu yang menunjukkan
keuntungan dengan menurunkan tekanan darah, hal ini dikarenakan peningkatan
tekanan darah yang ekstrim juga dapat beresiko terjadinya ensefalopati,
komplikasi jantung dan juga insufisiensi ginjal.
e. Agen Neuroprotektif
Golongan obat ini sering digunakan dengan alasan untuk menunda
terjadinya infark pada bagian otak yang mengalami iskemik khususnya penumbra
dan bukan untuk tujuan perbaikan reperfusi ke jaringan. Beberapa jenis obat yang
sering digunakan seperti citicoline, flunarizine, statin, atau pentoxifylline.
Citicoline merupakan salah satu obat yang menjadi kontroversi penggunaannya
hingga saat ini untuk pasien dengan stroke iskemik,dimana penggunaan obat ini
diharapkan dapat melindungi sel membran serta stabilisasi membran sehingga
dapat mengurangi luas daerah infark.

Gambar 2.2. Evidence-Based Therapy pada Pasien Stroke Iskemik


Sumber : DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris

14
2.7. Central Post Stroke Pain

Central Post Stroke Pain (CPSP) merupakan keadaan dimana pasien


mengeluhkan nyeri akibat adanya lesi primer atau disfungsi sistem saraf pusat
setelah kejadian stroke. Sebagian besar pasien dengan CPSP mengeluhkan gejala
terbakar, rasa sakit, tusukan dan berdenyut. Rasa sakit dapat diperburuk oleh
beberapa rangsangan seperti gerakan, suhu, sentuhan atau stress. Prevalensi nyeri
bahu pada pasien stroke berkisar antara 11% dan 14%. Rasa sakit atau nyeri pada
pasien dengan CPSP dapat berlangsung lama dan memeberikan efek negatif serta
menurunkan kualitas hidup pasien, maka perlu diberikan terapi farmakologi pada
pasien stroke dengan CPSP (Kumar et al.). Beberapa obat dapat diberikan pada
pasien dengan CPSP untuk mengurangi rasa sakit antara lain :

Gambar 2.3. Pilihan terapi farmakologi pada pasien CPSP


Sumber : Kumar, Bishwanath et al. International Anesthesia Research Society : Central Post
Stroke Pain- A Review of Patophysiology and Treatment. 2009. Vol.108, No 5.

15
2.8. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi pada Pasien Stroke
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk stroke hemoragik dan
iskemik, dan merupakan faktor resiko untuk terjadinya stroke berulang.
Manajemen tekanan darah pasien selama fase akut stroke belum diketahui dengan
pasti keuntungannya. Pemberian agen antihipertensi pada pasien dengan riwayat
stroke terutama dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg terbukti dapat
menurunkan resiko terjadinya stroke berulang. Obat antihipertensi pada pasien
dengan stroke iskemik direkomendasikan diberikan beberapa hari setelah onset
stroke, dengan target tekanan sistolik 120-130 mmHg dan tekanan diastolic 70-79
mmHg.

Gambar 2.5. Rekomendasi pada pasien Hipertensi dengan Stroke Iskemik


Sumber : ESC/ESH Guidelines for the Managemet of Arterial Hypertension 2018

Beberapa agen hipertensi direkomendasikan pada pasien hipertensi


dengan stroke iskemik untuk pencegahan keterulangan antara lain golongan
RAS (Renin-Angiotenin) Blocker, golongan Calcium Channel Blocker atau
diuretik Tiazid.

16
BAB III

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Identitas Pasien

1. Nama : Tn B
2. Tempat Tanggal Lahir : Dampit, 9 Februari 1967
3. Usia : 52 tahun 22 hari
4. Pekerjaan : TNI AL
5. Agama : Islam
6. Alamat : BOGOR
7. Status : BPJS
8. Tanggal Masuk : 3 Maret 2019 pukul 12.30

3.2 Perjalanan Diagnosa

Tanggal Diagnosa
3-3-2019 Stroke Infark berulang, Hipertensi grade II,
Hipokalemia
4-3-2019 Stroke

5-3-2019 SNH, Frozen shoulder

3.3 Catatan Medis Gawat Darurat


1. Data Subjektif (auto anamnesa)
- Baal dan lemah tubuh sisi kanan sejak 1 hari
- Mual (-) muntah (-)
- Nyeri Kepala (-)
2. Riwayat alergi : (-)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat stroke sebelah kiri (+)
- Riwayat pelo
- Riwayat Darah Tinggi

4. Data Objektif

17
- Keadaan Umum : Sedang
- Tekanan Darah : 150/90 mmHg
- Pernafasan : 18 x/ menit
- Nadi : 70x / menit
- Suhu : 36 °C
- Saturasi O2 : 97 %
5. Diagnosa Kerja
- Stroke Infark berulang
- Hipertensi grade II
- Hipokalemia
6. Konsultasi
- RL 14 tpm
- Citicholin 2 x 250 mg
- Aspilet 1 x 4 tablet dan seterusnya 1 tablet
- Clopidogrel 1 x 75 mg
- Simvastatin 1 x 20 mg
- KSR 1 X sehari

3.4 Catatan Medis Awal Rawat Inap


1. Keluhan Utama
- Lemah tubuh sisi kanan sejak 1 hari SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
- Tubuh sisi kanan dirasa baal, nyeri kepala, mual, muntah
disangkal.
- Obat rutin : Miniaspi 1x80 mg, Gabapentin 3x100 mg, Amlodipin
1x 10 mg, PCT 3x 500 mg
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Hipertensi (+) ( Amlodipin)
- Riwayat Stroke (+)
4. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga : -
5. Riwayat Pekerjaan : TNI ALPemeri
6. Status Sosial : Hubungan dengan keluarga baik
7. Status Ekonomi : BPJS – TNI AL
8. Status Kejiwaan dan Kebiasaan : Baik
9. Pemeriksaan Umum
- Kesadaran : CM
- Suhu 36°C
- Tekanan Darah : 150/90 mmHg
- Nadi : 70 x /menit

10. Diagnosis Kerja

18
- Stroke Infark berulang
- Hipertensi grade II
- Hipokalemia
11. Pengobatan
- RL 14 tpm
- Citicholin 2x 250 mg
- Aspilet 1x1 tablet
- Clopidogrel 1x75 mg
- Simvastatin 1x 20 mg
- KSR 1X1 tab

3.5 Data Subjektif Pasien

Tanggal Data Subjektif pasien


3-3-2019 Tubuh sisi kanan dirasa baal, nyeri kepala, mual, muntah
disangkal
4-3-2019 Kebas Tubuh sebelah kanan
5-3-2019 Nyeri dan Baal pada bahu kanan

3.6 Data Objektif Pasien

Data Nilai 3/03 4/03 5/03 6/03


Objektif Rujukan
Tekanan 140/90  150/90 130/90 150/10 150/90
Darah 0
 16-20x / 20 20 20 20
RR menit
HEMATOLOGI
Leukosit 5.000- 8.800/µl - - -
10.000/µl
Eritrosit 4 ,6-6,2 juta / 4,63 juta/ - - -
µl µl
Hemoglobin 14-16 g/dL 13,1 g/dL - - -
* *
Hematokrit*  42 – 48 % 40 % * - - -
Trombosit 150.000 – 348.000 - - -
450.000 ribu/ ribu/ µl
µl

FUNGSI GINJAL
Ureum 17 ~ 43 21 mg/dL - - -
mg/dL

19
Kreatinin
0,7 ~ 1,3 0,8 - - -
mg/dL mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 134 ~ 146 140 - - -
mmol/L mmol/L
Kalium* 3,5 ~ 4,5 3,29 - - -
mmol/L mmol/L *
Clorida 96 ~ 108 103 - - -
mmol/L mmol/L
GLUKOSA <200 mg/dL 129 - - -
DARAH mg/dL
SEWAKTU

3.7 Data Penggunaan Obat Selama Perawatan

Obat 3/03 4/03 5/03


6 11 16 19 6 11 16 19 6 11 16 19
Infus
RL 14 Tpm v v v
Injeksi
Citicholin 250 mg v v v v STOP
Oral
Aspilet 80 mg v v v
Klopidogrel 75 v v v
mg
Simvastatin 20 v v v
mg
Alpentin 100 mg v v v v v v
OMZ 20 mg v v v
KSR v v v
Na Diclofenak 50 v v
mg
Eperison 50 mg v v v

No Nama Obat Regimen Obat Respon Farmakologi


Efek utama Efek Samping
. (dosis, rute,
frekuensi)
a. Yang diberikan
pada pasien
b. Menurut literatur
1. Citicholin a. Diberikan pada Citicoline bekerja Gangguan GI,

20
injeksi pasien : injeksi menurunkan kadar sakit kepala,
250 mg 250 mg 2x glutamate pada otak hipotensi,
sehari dan meningkatkan takikardia,
b. Literatur : ATP, sehingga bradikardia, dan
pengobatan memeberikan kelelahan.
stroke iskemik proteksi pada otak (Drugs.com)
250 mg – 2000 dari toksisitas
mg sehari iskemik (Drugs.com)
2. Aspilet a. Diberikan Bekerja Perdarahan akibat
Tablet 80 pada pasien : mengahambat aspirin
mg secara oral cyclooxygenase-1
tablet 80 mg and 2 (COX-1 and
1x sehari 4 2), sehingga dapat
tablet dan menurunkan
seterusnya 1 pembentukan
tablet prostaglandin;
b. Literatur : memiliki efek
Acute antiplatelet,
ischemic antipyretic,
stroke: Oral: analgesic, and anti-
150-325 mg inflamasi. (DIH 17th
1x sehari, Ed)
(DIH 17th Ed)
3. Klopidogrel a. Diberikan Mencegah aktivasi Perdarahan akibat
75 mg kepada pasien reseptor GPIIb/IIIa, clopidogrel, ,
secara oral sehingga dapat mual, dyspepsia,
tablet 75 mg mengurangi agregasi gastritis, dan
1x sehari. platelet (DIH 17th konstipasi terjadi
b. Literatur : Ed) pada 30 %pasien
recent stroke, yang
or established mengkonsumsi
arterial aspirin. (DIH 17th
disease: Oral: Ed)

21
75 mg 1x
sehari. (DIH
17th Ed)
4. Simvastatin a. Diberiakan Bekerja menghambat Gastrointestinal:
secara kompetitif konstipasi (2%),
20 mg pada pasien
(HMG-CoA) flatulence (1% to
secara oral reductase, enzim 2%), dyspepsia
yang mengkatalis (1%)
simvastatin
biosintesis kolesterol (DIH 17th Ed)
20 mg sekali (DIH 17th Ed)
sehari pada
malam hari
b. Literatur :
hiperlipidemi
a: Oral: 20-40
mg 1x sehari
di sore hari
(DIH 17th Ed)
5. Alpentin a. Diberiakan Mengurangi nyeri SSP : Pusing
jangka lama akibat (17% to 28%;
300 mg kebada pasien
kerusakan saraf ataksia (13%),
secara oral (Drugs.com) fKelelahan (11%)
(DIH 17th Ed)
Alpentin 100
mg 3x sehari
b. Literatur :
Peripheral
neuropathic
pain:
Dosis lazim
awal yaitu
300mg dan
900mg per
hati. Dosis
dapat
ditingkatkan
bertahap

22
hingga
maksimum
3600mg per
hari.
(Drugs.com)
6. Omeprazol a. Diberikan Terapi untuk gejala SSP : sakit kepala
yang berkaitan (3% to 7%),
tablet 20 kepada pasien
dengan Dermatologi:
mg secara oral gastroesophageal ruam(2%)
reflux disease
OMZ tablet
(GERD) (DIH 17th Gastrointestinal:
1x sehari Ed) Diare (3% to 4%),
mual (2% to 4%),
b. Literatur :
muntah (2% to
Frequent 3%), flatulence
(3%), konstipasi
heartburn (:
(1% to 2%) (DIH
Oral: 20 17th Ed)
mg/hari (DIH
17th Ed)
7. Na a. Diberikan Terapi untuk nyeri SSP: 3%: sakit
ringan sampai kepala
Diklofenak kepada pasien
sedang
50 mg secara oral Gastrointestinal:
(DIH 17th Ed) 3%: mual muntah
Na
(DIH 17th Ed)
diklofenak
tablet 50 mg
2x sehari
b. Literatur :
Analgesia Oral:
Dosis awal: 50
mg 3x sehari;
dosis maksimum:
150 mg/hari
(DIH 17th Ed)
75 to 150 mg /
hari dalam dosis
terbagi

23
(https://www.me
dicines.org.uk
/
emc/files/pil.266
0.pdf)
8. Eperison 50 a. Diberikan Terapi untuk muscle Pusing ,
spasm, bekerja insomnia, ruam
mg kepada pasien
sentral dengan kulit, gatal,
secara oral merelaksasi otot gangguan GI
muscle (MIMS.com)
eperison
(MIMS.com)
tablet 50 mg
3x sehari
b. Literatur :
Muscle
spasms
Dewasa: 50
mg 3x sehari
(MIMS.com)
9. KSR tablet a. Diberikan Terapi dan Dermatologi:
pencegahan Ruam
600 mg kepada pasien
hipokalemia
secara oral (DIH 17th Ed) Endokrin &
metabolik:
KSR tablet
Hiperkalemia
600 mg (8 (DIH 17th Ed)
mEq) 1x
sehari
b. Literatur :
Hipokalemiar
ingan –
sedang : 120-
240 mEq/hari
terbagi
menjadi 3-4
dosis; limit
dosis 40-60

24
mEq/dosis.
(DIH 17th Ed)

3.8 Data Obat Pulang

Terapi Obat Pulang


Nama Obat Rejimen Terapi, Dosis dan Frekuensi
Alpetin Kapsul 100 mg Alpentin 100 mg 3x sehari
KSR KSR tablet 1x sehari
Aspilet Aspirin 80 mg 1x sehari
Simvastatin Simvastatin 20 mg 1x sehari

3.9 Pembahasan

Kegiatan Pemantauan Terapi Obat dilaksanakan di Rumah Sakit Angkatan


Laut DR. Mintohardjo, Jakarta pusat pada periode 1 Maret 2019 hingga 15 Maret
2019. Kasus diambil dari 1 pasien rawat inap di ruangan P. Marore Lantai 4.
Pasien merupakan pasien dengan kategori mengalami resiko DRP sehingga perlu
dilakukan pemantauan terapi obat.

Tabel SOAP

Subjektif Objektif Assesmen Plan


Kebas tubuh Skala Stroke non -Citicholin 2x 250 mg

25
sebelah kanan Nyeri : 4/4 Hemoragik -Aspilet 1x 80 mg
| 5/5 - Clopidogrel 1x75 mg
- Simvastatin 1x 20 mg
- Alpentin 3 x 100 mg
- Na Diclofenak 2 x 50
mg
- Eperison 3 x 50 mg
- Omepazol 1 x 20 mg
Kebas tubuh TD : Hipertensi Tidak diberikan obat
sebelah kanan 150/90 grade II antihipertensi selama
perawatan
Kebas tubuh Kadar Hipokalemia KSR tablet 1 x 600 mg
sebelah kanan kalium :
3,29
mmol/L

Tn B merupakan pasien usia 52 tahun datang ke rumah sakit pada tanggal


3 Maret 2019 dengan keluhan baal dan lemah sisi tubuh bagian kanan, sakit
kepala mual muntah disangkal. Tn B sebelumnya memiliki riwayat penyakit
stroke sisi tubuh bagian kiri dan hipertensi grade 2 dengan obat rutin yaitu :
Miniaspi (aspirin) 1x 80 mg, Gabapentin 3x100 mg, amlodipine 1x 10 mg dan
PCT 3x 500 mg. Dokter memberikan diagnosa awal berupa stroke infark
berulang. Kemudian menyarankan pasien melakukan uji laboratorium dengan
pemeriksaan hemoglobin, leukosit, hematokrit, trombosit, glukosa darah sewaktu,
ureum, kreatinin, kadar natrium, kalium, dan klorida. Selain itu dokter juga
menyarankan pasien melakukan EKG dan CT scan. Dari hasil pengujian
laboratorium diketahui hanya kadar kalium pasien yang menunjukkan dibawah
rentang kadar normal.

Sedangkan pada hasil CT scan menunjukkan tidak adanya infark,


perdarahan maupun lesi di parenkim dan batang otak.

Pemantauan Terapi Stroke Iskemik

Diketahui dari hasil anamnesa pada pasien, onset stroke sudah berlangsung
sejak 1 hari sebelumnya, dari hasil anamnesa tersebut dokter memberikan
penanganan awal pada Tn B dengan memberikan terapi antiplatelet aspirin dengan
dosis 4 x 80 mg dengan kombinasi clopidogrel tablet 1x 75 mg.

26
Gambar 3.1. Evidence-Based Therapy pada Pasien Stroke Iskemik
Sumber : AHA/ASA (American Heart Association) 2018 Guideline
Early Management of Patient with Acute Ischemic Stroke

Menurut AHA/ASA (American Heart Association) 2018 Guideline Early


Management of Patient with Acute Ischemic Stroke tatalaksana awal pada pasien
stroke iskemik akut dengan onset 24-48 jam, maka penanganan yang
direkomendasikan yaitu pemberian antiplatelet aspirin dengan rentang dosis 160-
300 mg (Kelas rekomendasi : I, Level of Evidence : A). Pemberian terapi
kombinasi anti platelet aspirin dan klopidogrel bersamaan dapat digunakan pada
pasien dengan minor stroke (Kelas rekomendasi : II, Level of Evidence:B). Dari
hasil studi RCT pada pasien dengan minor stroke menunjukkan pemberian
kombinasi aspirin dan klopidogrel terbukti dapat menurunkan resiko terjadinya
major stroke tetapi dilain sisi meningkatkan resiko perdarahan pada pasien
(Johnston, SC, et al, 2018).

Maka pemberian kombinasi ini kurang direkomendasikan mengingat


dapat meningkatkan resiko perdarahan, namun pemberian terapi kombinasi
dengan klopidogrel dihentikan oleh dokter pada tanggal 5 Maret 2019.

Terapi Neuroprotektif

27
Gambar 3.2. Evidence-Based Therapy pemberian neuroprotektif pada Pasien Stroke Iskemik
Sumber : Citicoline for Acute Ischemic Stroke: A Systematic Review and Formal Meta-analysis
of Randomized, Double-Blind, and Placebo-Controlled Trials’, Journal of Stroke and
Cerebrovascular Diseases. Elsevier Inc

Selain penanganan untuk stroke iskemik akut, dokter juga memberikan


terapi neuroprotektif pada Tn B. Golongan obat ini seringkali digunakan dengan
alasan untuk menunda terjadinya infark pada bagian otak yang mengalami
iskemik khususnya penumbra dan bukan untuk tujuan perbaikan reperfusi ke
jaringan. Dalam hal ini pasien diberikan terapi neuroprotektif yaitu Citicholin
2x250 mg. Efek perbaikan pada pasien stroke dari pemberian Citicholin memang
belum pasti, namun sebuah studi systematic review meta analisis, mendukung
penggunaan citicholin pada pasien dengan stroke iskemik meskipun benefit yang
dihasilkan masih dibawah dari terapi dengan rtPA (Alteplase) (Secades et al.).

Terapi Central Post Stroke Pain (CPSP)

28
Gambar 3.3. Evidence-Based Therapy Central Post Stroke Pain
pada Pasien Stroke Iskemik
Sumber : The efficacy of Gabapentin in patients with central post-stroke pain’, Iranian
Journal of Pharmaceutical Research

Setelah onset stroke akut, Tn B mengeluhkan nyeri pada bahu sebelah


kanan, dan dokter mendiagnosa pasien mengalami frozen shoulder. Hal ini
diakibatkan adanya lesi primer atau disfungsi sistem saraf pusat setelah kejadian
stroke, atau dikenal dengan istilah central post stroke pain. Rasa sakit atau nyeri
pada pasien dengan CPSP dapat berlangsung lama dan memeberikan efek negatif
serta menurunkan kualitas hidup pasien, maka perlu diberikan terapi farmakologi
pada pasien stroke dengan CPSP.

Terapi farmakologi yang direkomendasikan untuk pengobata CPSP yaitu


obat golongan antiepilepsi seperti : amitriptyline, lamotrigine,dan gabapentin. (A,
Frese, et al, 2006).

Sebuah studi yang dilakukan oleh Hesami, Omid et al, merekomendasikan


gabapentin sebagai obat lini pertama untuk terapi pasien stroke dengan CPSP,
karena keamanan, efikasi, dan interaksi obat yang minimal dengan obat lain.
Pemberian terapi CPSP pada Tn B sudah tepat yaitu Alpentin (Gabapentin) 3x
100 mg (Hesami et al.)

Selain pemberian terapi CPSP dengan gabapentin, pemberian analgesik


dan obat antispasmodic juga perlu diberikan pada pasien dengan keluhan frozen
shoulder, untuk meringankan nyeri. Dalam hal ini pasien menerima pengobatan
analgesik golongan AINS Na diklofenak 2 x 50 mg dan Eperison 3 x50 mg.

Terapi Statin pada Pasien Stroke Iskemik

29
Gambar 3.4. Evidence-Based Therapy pemberian obat golongan statin
pada Pasien Stroke Iskemik
Sumber : Statin Therapy and Outcome After Ischemic Stroke

Obat golongan statin sering diberikan pada pasien stroke dengan tujuan
pencegahan sekunder stroke berulang. Selain dapat menurunkan kadar lipid dalam
darah, obat golongan statin juga memberikan efek vasodilatasi, antitromboik, anti
inflamasi serta antioksidan. Namun belum ada data pasti terkait korelasi
pemberian statin dengan perbaikan pada pasien stroke iskemik.

Sebuah studi systematic review meta analisis dari 27 penelitian,


menunjukkan bahwa terapi statin pada pasien stroke menunjukkan adanya
perbaikan (Thrift et al.)

Tn B diberikan terapi statin yaitu simvastatin tablet 1 x 20 mg. Beberapa


evidence-based pemberian terapi statin pada pasien stroke sudah membuktikan
adanya benefit yang dihasilkan, namun direkomendasikan perlu adanya
pengukuran data laboratorium nilai LDL pada pasien yang dapat mendasari
penggunaan obat golongan statin.

Pemberian Terapi Hipertensi pada Pasien Stroke Iskemik

30
Gambar 3.5. Evidence-Based Therapy Hipertensi pada Pasien Stroke Iskemik
Sumber : ESC/for the management of arterial hypertension: The Task Force for the
management of arterial hypertension of the European Society of Cardiology and the
European Society of Hypertension

Pada pasien hipertensi dengan stroke iskemik maka target tekanan darah
pasien perlu di jaga dalam rentang 130/70 – 139/79 mmHg. Manajemen tekanan
darah pasien selama fase akut stroke belum diketahui dengan pasti
keuntungannya.Tekanan darah pasien dapat meningkat atau normal pada terapi
fase akut stroke. Namun pemberian agen antihipertensi pada pasien dengan
riwayat stroke beberapa hari setelah terapi stroke iskemik akut terutama dengan
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg terbukti dapat menurunkan resiko
terjadinya stroke berulang (Kelas rekomendsi : I, Level of evidence : A) (Williams
et al.)

Dalam hal ini selama perawatan tekanan darah Tn B berfluktuasi, namun


tercatat tekanan darah Tn B yaitu 150/100 dan 150/90mmHg dalam 2 hari terakhir
perawatan yaitu tanggal 5 dan 6 Maret 2019. Terapi hipertensi tidak diberikan
pada Tn B selama perawatan dan juga tidak diberikan sebagai obat pulang. Maka
perlu direkomendasikan pemberian obat antihipertensi pada Tn B sebagai obat
pulang untuk terapi hipertensi dan pencegahan stroke berulang. Sebuah studi meta
analisis merekomendasikan agen antihipertensi untuk pasien hipertensi dengan
stroke yaitu golongan calcium channel blocker yang terbukti lebih efektif dalam
pencegahan terjadinya stroke berulang diantara golongan obat antihipertensi
lainnya. Dalam hal ini direkomendasikan pemberian amlodipine 10 mg 1x1
( Keun-Sik Hong, 2017)

31
Pemberian Potasium Klorida untuk Hipokalemia

Tn B didiagnosa hipokalemia dengan data laboratorium nilai kadar kalium


3,29 mmol/L dari nilai normal yaitu 3,5~4,5 mmol/L. Pengobatan pada pasien
hipokalemia ringan hingga sedang yaitu dengan pemberian potassium klorida
120-240 mEq dalam dosis terbagi. Dengan minimal pemberian 40-60 mEq. (DIH
17th Ed) Tn B diberikan KSR tablet 600 mg setara dengan 8 mEq satu kali sehari.
Dalam hal ini dosis pemberian potassium klorida terlalu kecil, dan
direkomendasikan peningkatan frekuensi pemberian enjadi KSR tablet 600 mg 5
kali sehari.

Analisa DRP

No Parameter Hasil
1 Indikasi Tanpa Terapi Tidak ada
2 Pemilihan Obat Tidak Tepat Tidak ada
3 Dosis Terlalu Rendah KSR
4 Dosis Terlalu Tinggi Tidak ada
5 Efek Samping Obat Tidak ada
6 Potensi Interaksi Obat Tidak ada
7 Pasien Tidak Menggunakan Obat Penanganan riwayat penyakit
hipertensi tidak dilanjutkan
8 Obat Tanpa Indikasi Tidak ada

Dari hasil pemantauan terapi pengobatan Tn B dengan diagnosa stroke non


hemoragik, hipokalemia dan riwayat hipertensi, ditemukan adanya masalah
pengobatan (Drug Related Problem) yaitu pasien tidak menerima terapi hipertensi
beberapa hari setelah perawatan fase akut stroke iskemik. Pemberian terapi
hipertensi penting untuk menjaga tekanan darah pasien hipertensi dengan stroke
dan mencegah kejadian stroke berulang.

Selain itu juga terdapat pemberian obat dengan dosis terlalu rendah dan
pada terapi hipokalemiamenggunakan tablet KSR potassium klorida pasien Tn B
mendapatkan terapi potassium klorida 600 mg setara 8 mEq satu kali sehari.
Sedangkan dosis lazimyang dianjurkan untuk terapi hipokalemiayaitu 120-240
mEq dalam dosis terbagi. Dengan minimal pemberian 40-60 mEq.

32
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemantauan terapi obat yang dilakukan pada Tn B
disimpulkan bahwa :
a. Terdapat permasalahan terapi dimana pasien tidak menggunakan obat
hipertensi beberapa hari setelah perawatan fase akut stroke iskemik.
Pemberian terapi hipertensi penting untuk menjaga tekanan darah

33
pasien hipertensi dengan stroke dan mencegah kejadian stroke
berulang.
b. Terdapat permasalahan pemberian dosis terlalu kecil pada terapi
hipokalemia. Dengan dosis lazim potassium klorida 120-240 mEq
dalam dosis terbagi. Dengan minimal pemberian 40-60 mEq. Pasien
hanya mendapatkan terapi potassium klorida setara 8 mEq satu kali
sehari.

5.2 Saran
a. Direkomendasikan pemberian terapi antihipertensi dari golongan
calcium channel blocker, amlodipine 10 mg 1 x sehari.
b. Perlu dilakukan peningkatan dosis pemberian KSR (potassium klorida)
tablet 600 mg menjadi 5 kali sehari.

DAFTAR PUSTAKA

Arifianto, et al (2014) ‘Klasifikasi Stroke Berdasarkan Kelainan Patologis dengan


Learning Vector Quantiation’, Eeccis, 8(2), pp. 117–122. Available at:
http://jurnaleeccis.ub.ac.id/index.php/eeccis/article/viewFile/248/218.

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris

34
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi
Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Hanum, Parida, et al. “Hubungan Karakteristik Dan Dukungan Keluarga Lansia


Dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi Di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.” Jurnal Jumantik, vol. 3, no. 1,
2017, pp. 72–88.

Hesami, O. et al. (2015) ‘The efficacy of Gabapentin in patients with central post-
stroke pain’, Iranian Journal of Pharmaceutical Research, 14(October),
pp. 95–101.

Johnston, SC, et al. 2018. The New England Journal of Medicine : Clopidogrel
and Aspirin in Acute Ischemic Stroke and TIA. 379:215-225. DOI:
10.1056/NEJMoa1800410

Keun-Sik Hong.2017. Journal of Stroke : Blood Pressure Management for Stroke


Prevention in Acute Stroke.19(2):152-165. DOI:
10.5853/jos.2017.00164

Kumar, B. et al. (2009) ‘Central poststroke pain: A review of pathophysiology


and treatment’, Anesthesia and Analgesia, 108(5), pp. 1645–1657. doi:
10.1213/ane.0b013e31819d644c.

Powers, W. J. et al. (2018) 2018 Guidelines for the Early Management of Patients
With Acute Ischemic Stroke: A Guideline for Healthcare Professionals
From the American Heart Association/American Stroke Association.,
Stroke. doi: 10.1161/STR.0000000000000158.

Rambe, A. S. (2006) ‘Stroke: Sekilas Tentang Definisi, Penyebab, Efek, Dan


Faktor Resiko’, INFO KESEHATAN MASYARAKAT, 10(2), pp.
195–198. Available at:
https://pdfs.semanticscholar.org/927b/cd3194698d0603b55b23f3d1c4a
4ea03a906.pdf.

Riyadina, W., Ekkowati R. 2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional :


Determinan Penyakit Stroke. Vol 7 No. 7.

35
Secades, J. J. et al. (2016) ‘Citicoline for Acute Ischemic Stroke: A Systematic
Review and Formal Meta-analysis of Randomized, Double-Blind, and
Placebo-Controlled Trials’, Journal of Stroke and Cerebrovascular
Diseases. Elsevier Inc., 25(8), pp. 1984–1996. doi:
10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2016.04.010.

Thrift, A. G. et al. (2013) ‘Statin Therapy and Outcome After Ischemic Stroke’,
Stroke, 44(2), pp. 448–456. doi: 10.1161/strokeaha.112.668277.

Williams, B. et al. (2018) ESC/for the management of arterial hypertension: The


Task Force for the management of arterial hypertension of the
European Society of Cardiology and the European Society of
Hypertension: The Task Force for the management of arterial, J.
Hipertens. doi: 10.1097/HJH.

LAMPIRAN

36
37
LAMPIRAN
A. Tn DH
Data Pribadi Pasien
DATA PRIBADI PASIEN
No
Uraian  
.
1 Nama Tn DH
2 Jenis Kelamin Laki - laki
3 Alamat Jakarta Timur
4 Pekerjaan TNI-AL
5 TB/BB (-)/70 kg
6 Asuransi Kesehatan BPJS
7 Dokter Penanggung Jawab dr. Etra Ariadno. Sp.PD
8 Tanggal Masuk RS 3-Maret-2019
9 Tanggal Keluar RS -
10 DIAGNOSIS Demam Dengue

Lembar Obat Pasien


No Nama Obat Rute Frekuensi Dosis
. Pemberian
1 Infus NaCl 0,9% Intravena 20 tpm
2 Omeprazole injeksi Intravena 1x1 40 mg
3 Ondansentron Intravena 3x1 8 mg
injeksi
4 Paracetamol infus Intravena 2x1 1000 mg
drip
5 Ambroxol Oral 3x1 10 mg

Data Objektif Pasien


Data Objektif Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan (tanggal)
3/03 4/03 5/03
Tekanan 140/90  100/60 90/60 90/80
Darah
RR  16-20x / menit 20 20 20

HEMATOLOGI
Leukosit 5.000-10.000/µl 5. 500 5.900 6.200
Eritrosit 4 ,6-6,2 juta / µl 5, 23 5,20 5,67

38
Hemoglobin 14-16 g/dL 15, 3 16,0 16,7
Hematokrit  42 – 48 % 47 46 51
Trombosit 150.000 – 115.000 97.000 63.000
450.000 ribu/ µl
Basofil 0 ~1 % 0 - -
Eosinofil 1~3% 1 - -
Neutrofil 2~6% 0 - -
batang
Neutrofil 50 ~ 70 % 80 - -
segmen
Limfosit 20 ~ 40 % 12 - -
Monosit 2~8% 7 - -
IMUNOSEROLOGI
Salmonella Ig M/ Ig G
Ig M Negatif - - Negatif
Salmonella
Ig G Negatif - - Negatif
Salmonella
Dengue Blood Ig G/ Ig M
Dengue Ig G Negatif - - Negatif
Dengue Ig M Negatif - - Negatif
KIMIA KLINIK
Gukosa Darah <200 mg/dL 140 - -
Sewaktu
AST (SGOT) <35 U/l - 79 -
ALT (SGPT) <55 U/l - 50 -
ELEKTROLIT
Natrium 134 ~ 146 133 - -
mmol/L
Kalium 3,4 ~ 4,5 3,85 - -
mmol/L
Clorida 96 ~ 108 95 - -
mmol/L

39
B. Ny II
Data Pribadi Pasien
DATA PRIBADI PASIEN
No
Uraian  
.
1 Nama Ny II
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Alamat Bogor
4 Pekerjaan PNS-AL
5 TB/BB 160 cm/65 kg
6 Asuransi Kesehatan BPJS
7 Dokter Penanggung Jawab dr. Yudit
8 Tanggal Masuk RS 7-Maret-2019
9 Tanggal Keluar RS -
10 DIAGNOSIS Vertigo of Central Origin

Lembar Obat Pasien


No Nama Obat Rute Frekuensi Dosis
. Pemberian
1 Infus RL Intravena 14 tpm
2 Ranitidine injeksi Intravena 2x1 40 mg
3 Ondansentron Intravena 3x1 8 mg
injeksi
4 Betahistin Oral 3x2 6mg
5 Flunarizine Oral 1x1 10 mg
6 Diazepam Oral 3x1 2 mg
7 Metformin Oral 3x1 500 mg
8 Glimepirid Oral 2x1 2 mg
9 Cefixime Oral 2x1 200 mg

Data Objektif Pasien


Data Objektif Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan (tanggal)
7/10/18 7/03/19
Tekanan Darah 140/90  130/80 130/80
RR  16-20x / menit 20 20

HEMATOLOGI
Leukosit 5.000-10.000/µl 13.400 13.900
Eritrosit 4 ,6-6,2 juta / µl 3,7 4,84

40
Hemoglobin 14-16 g/dL 11,1 13,1
Hematokrit  42 – 48 % 32 42
Trombosit 150.000 – 341.000 305.000
450.000 ribu/ µl
IMUNOSEROLOGI
Widal
S. Typhi- H Negatif Positif 1/160 -
S. Parayphi H-A Negatif Positif 1/80 -
S. Parayphi H-B Negatif Negatif -
S. Parayphi H-C Negatif Negatif -
S. Typhi - O Negatif Negatif -
S. Paratyphi O-A Negatif Negatif -
S. Paratyphi O-B Negatif Negatif -
S. Paratyphi O-C Negatif Negatif -
KIMIA KLINIK
Gukosa Darah <200 mg/dL 223 -
Sewaktu

C. Tn AG

41
Data Pribadi Pasien
DATA PRIBADI PASIEN
No
Uraian  
.
1 Nama Tn AG
2 Jenis Kelamin Laki - laki
3 Alamat Jakarta Pusat
4 Pekerjaan Karyawan Swasta
5 TB/BB (-)/70 kg
6 Asuransi Kesehatan BPJS
7 Dokter Penanggung Jawab Dr. Christine A
8 Tanggal Masuk RS 11-Maret-2019
9 Tanggal Keluar RS -
10 DIAGNOSIS CHF + DM

Lembar Obat Pasien


No Nama Obat Rute Frekuensi Dosis
. Pemberian
1 Infus RL Intravena 14 tpm
2 Lasix (Furoemid) Intravena 3x1 40 mg
injeksi
3 Novorapid injeksi Intramuskula 3x1 100 UI/ml
r
4 Spironolakton Oral 3x1 25mg
5 Aspilet Oral 1x1 80 mg
6 Nitrokaf Oral 2x1 2,5 mg
7 Simvastatin Oral 1x1 20 mg
8 Captopril Oral 3x1 12,5 mg

Data Objektif Pasien


Data Objektif Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan (tanggal)
11/03 12/03 13/03
Tekanan Darah 140/90  140/90 130/80 110/70
RR  16-20x / menit 28 28 20

HEMATOLOGI
Leukosit 5.000-10.000/µl 9.900
Eritrosit 4 ,6-6,2 juta / µl 6,1
Hemoglobin 14-16 g/dL 17,8

42
Hematokrit  42 – 48 % 53
Trombosit 150.000 – 223.000
450.000 ribu/ µl
IMUNOSEROLOGI
Troponin I Negatif Negatif
KIMIA KLINIK
Gukosa Darah <200 mg/dL 223
Sewaktu
Ureum 17 ~ 43 mg/dL 25
Kreatinin 0,7 ~ 1,3 mg/dL 0,9
CK 171U/l
CK MB 25 U/l
ELEKTROLIT
Natrium 134 ~ 146 132
mmol/L
Kalium 3,4 ~ 4,5 mmol/L 4,74
Clorida 96 ~ 108 mmol/L 96

43
D. Tn ES
Data Pribadi Pasien
DATA PRIBADI PASIEN
No
Uraian  
.
1 Nama Tn ES
2 Jenis Kelamin Laki - laki
3 Alamat Lampung
4 Pekerjaan TNI AL
5 TB/BB (-)/70 kg
6 Asuransi Kesehatan BPJS
7 Dokter Penanggung Jawab dr. Tanto budiharto. Sp.JP
8 Tanggal Masuk RS 12-Maret-2019
9 Tanggal Keluar RS -
10 DIAGNOSIS HT Urgency + CAD

Lembar Obat Pasien


No Nama Obat Rute Frekuensi Dosis
. Pemberian
1 Perdipin dalam Intravena 0,1 tpm
NaCl 50cc
2 Amlodipin Oral 1x1 10 mg
3 Candesartan Oral 1x1 16 mg
4 Bisoprolol Oral 1x1 5mg
5 Miniaspi Oral 1x1 80 mg
6 Nitrokaf Oral 2x1 2,5 mg
7 Simvastatin Oral 1x1 20 mg

Data Objektif Pasien


Data Objektif Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan (tanggal)
12/03 13/03
Tekanan Darah 140/90  250/150 200/140
RR  16-20x / menit 20 18
Suhu 36-37° C 36,5° C 37° C
Nadi 70-80x /menit 60,9 85

44

Anda mungkin juga menyukai