Anda di halaman 1dari 2

PENGHENTIAN PEMESANAN OTOMATIS (AUTOMATIC STOP

ORDERING/ASO) PENGGUNAAN CEFOPERAZON

RUMKITAL No.Dokumen: No. Revisi: Halaman :


Dr. MINTOHARDJO SPO/20/D/MPO/Xl/ 2016 00 1/2
Ditetapkanoleh :
SPO Tanggal terbit : Kepala Rumkital Dr. Mintohardjo
Februari 2017

dr. Wiweka, MARS


Kolonel Laut (K) NRP. 9136/P
Automatic Stop Ordering (ASO) adalah tindakan tidak melayanai
PENGERTIAN pemesanan obat yang diluar ketentuan yang telah ditetapkan dalam
kebijakan rumah sakit

a) Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penggunaan


TUJUAN obat secara rasional
b) Agar penulisan resep dituliskan sesuai dengan kompetensi/spesialistik
DPJP
c) Meningkatkan dan menjamin keselamatan pasien

1. Surat Ketetapan Karumkital dr. Mintohardjo Nomor:


KEBIJAKAN SK/01/TKP/VIII/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Rumkital Dr.
Mintohardjo
2. Surat Ketetapan Karumkital dr. Mintohardjo Nomor:
Kep/09/A/MPO/II/2017 tetang Penghentian Peresepan Otomatis
(AUTOMATIC STOP ORDERING) di Rumkital Dr. Mintohardjo

PROSEDUR
ASO untuk Cefoperazon
1. Cefoperazone digunakan pada pasien dengan infeksi yang resisten
terhadap antibiotic (Ab) yang lain atau
2. Digunakan pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal,
dosis antibiotik disesuaikan dengan bersihan kreatinin (Creatinine
clearance). Dengan bersihan kreatinin (Clearance creatinine = ClCr)
obat yang tereliminasi melalui ginjal 40-60 ml/menit, dosis diturunkan
50% dengan interval waktu regular atau Identifikasi laboratorium
meliputi: jumlah leukosit (normal = 4.000- 10.000/mm3), kadar serum
kretinin > 6,4 mg/dL (normal = 0,6-1,3 mg/dL), klirens kreatinin <
10 mL/menit (pria = 1 - 2 g/24 jam; wanita = 0,8 - 1,8 g/24 jam).
3. Bila bersihan kreatinin < 15 ml/menit, diberikan dosis maksimum
sulbactam sebesar 500 mg setiap 12 jam (dosis harian maksimum
sulbactam sebesar 1 g).

PENGHENTIAN PEMESANAN OTOMATIS (AUTOMATIC STOP


ORDERING/ASO) PENGGUNAAN CEFOPERAZON

No.Dokumen: No. Revisi: Halaman :


RUMKITAL SPO/20/D/MPO/XI/2016 00 2/2
Dr. MINTOHARDJO
4. Bila bersihan kreatinin antara 15-30 ml/menit, diberikan dosis
PROSEDUR maksimum sulbactam sebesar 1 g setiap 12 jam (dosis harian
maksimum sulbactam sebesar 2 g).

5. Penggantian Terapi Antibiotik Intravena Ke Antibiotik Oral, apabila


setelah 24-48 jam, dengan kondisi:
 Kondisi klinis pasien membaik.

 Tidak ada gangguan fungsi pencernaan (muntah, malabsorpsi,


gangguan menelan, diare berat).

 Kesadaran baik.
 Tidak demam (suhu > 36oC dan < 38oC), disertai tidak lebih dari
satu kriteria berikut:
 Nadi > 90 kali/menit
 Pernapasan > 20 kali/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
 Tekanan darah tidak stabil
 Leukosit < 4.000 sel/dl atau > 12.000 sel/dl (tidak ada neutropeni).

UNIT TERKAIT Penanggung jawab gudang obat, Penagnggung jawab obat ruang
perawatan, Kepala Departemen Farmasi,
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
REFERENSI 2014 tentang Standar pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pelayanan
Kefarmasian untuk Terpai Antibiotik

Anda mungkin juga menyukai