Anda di halaman 1dari 2

PEMANTAUAN TERAPI OBAT DAN

MONITORING EFEK SAMPING OBAT


No. Dokumen No. Revisi Halaman

RS ISLAM BONTANG PKPO-RSIB/015/X/2016 00 1/2


Ditetapkan oleh :
STANDAR Direktur RS Islam Bontang
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
21 Oktober 2016
dr.Ary Sigit Pranoto
NIK. 02 11 04150
Visite apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada
pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi (clinical
outcome) yang lebih baik.
PENGERTIAN Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon tubuh yang tidak dikehendaki terhadap obat yang terjadi
pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi.
1. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,
perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif;
2. Memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk
sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada
TUJUAN
pasien.
3. Meminimalkan risiko dan mencegah terulang terjadinya kejadian efek
samping obat dan apabila timbul efek samping obat dapat segera
dilaporkan dan ditindaklanjuti oleh professional pemberi asuhan (PPA).

SK Direktur RS Islam Bontang Nomor 139A/SK/DIR/RSIB/X/2016


KEBIJAKAN tanggal 01 Oktober 2016 tentang Kebijakan Pelayanan Kefarmasian dan
Penggunaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Bontang.
1. Pemantauan terapi obat pada pasien rawat inap dilakukan dengan cara
visite pasien di ruang perawatan.
2. Pasien yang mendapatkan pemantauan terapi obat adalah pasien rawat
inap dengan kriteria berikut:
PROSEDUR
a. Pasien baru (dalam 24 jam pertama)
b. Pasien dalam perawatan intensif
c. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama hati dan
ginjal
PEMANTAUAN TERAPI OBAT DAN
MONITORING EFEK SAMPING OBAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman

RS ISLAM BONTANG PKPO-RSIB/015/X/2016 00 2 /2


d. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai
kritis (critical value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit,
penurunan kadar albumin;
e. Pasien yang mendapatkan obat yang mempunyai indeks terapetik
sempit, berpotensi menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan
(ROTD) yang fatal. Contoh: pasien yang mendapatkan terapi obat
digoksin, karbamazepin, teofilin, sitotastika.
f. Pasien dengan obat self administration, dimonitor penggunaan
obatnya selama pasien rawat inap di RS.
g. Pasien yang mendapat pergantian terapi yang signifikan selama
perawatan di RS, dilakukan visite ulang.
3. Pada saat melakukan visite, apoteker menggali informasi riwayat
penggunaan obat pasien, melakukan rekonsiliasi obat, serta mengisi
form Pemantauan Terapi Obat (PTO).
4. Pada saat melakukan Pemantauan Terapi Obat, apoteker melakukan:
a. Pengkajian terapi pasien terkait ada tidaknya efek samping obat,
alergi obat, interaksi obat, kontraindikasi obat.
b. Pengecekan kepatuhan pasien meminum obat
5. Apabila dalam monitoring obat, ditemukan kasus efek samping obat
maka dapat segera dilaporkan dan ditindaklanjuti dengan alur sebagai
berikut:
a. Professional pemberi asuhan (PPA) yang menemukan kejadian
potensial/aktual mencatat dalam lembar monitoring efek samping
obat (MESO).
b. PPA menyerahkan lembar MESO ke instalasi farmasi.
c. Instalasi farmasi melaporkan kepada tim Komite Farmasi dan
Terapi (KFT), selanjutnya KFT merekap MESO yang terkumpul
tiap bulan.
d. KFT mengirimkan data MESO kepada Tim PMKP (Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien).
e. KFT melaporkan kepada Direktur Rumah Sakit untuk kemudian
dilaporkan ke BPOM.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. KFT
5. PMKP

Anda mungkin juga menyukai